Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
WHO 2005, mendefinisikan kebutaan sebagai tajam penglihatan dibawah 3/60.
Kebutaan adalah masalah kesehatan masyarakat yang serius bagi setiap negara. Berdasarkan
WHO (2005), prevalensi kebutaan lebih besar pada negara berkembang. Kebutaan ini
sendiri akan berdampak secara sosial dan ekonomi bagi orang yang menderitanya.
Ironisnya, 75% dari kebutaan yang terjadi dapat dicegah atau diobati.
Indonesia sebagai negara berkembang, tidak luput dari masalah kebutaan. Disebutkan,
saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia 60% diantaranya berada di negara miskin
atau berkembang. Indonesia, dalam catatan WHO berada diurutan ketiga dengan terdapat
angka kebutaan sebesar 1,47%. Kebutaan yang terjadi di dunia ini disebabkan oleh katarak
48%. Untuk Indonesia, survei pada 2005/2006 menunjukkan prevalensi kebutaan mencapai
1,5% dengan 0,78% di antaranya disebabkan oleh katarak.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari katarak ?
2. Apa saja jenis-jenis katarak?
3. Apakah etiologi dari katarak ?
4. Bagaimanakah manifestasi klinik dari katarak?
5. Apakah komplikasi dari katarak?
6. Bagimanakah patofisiologi dan pathway katarak?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang katarak?
8. Bagaimana penatalaksanaan medis?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi katarak
2. Untuk mengetahui jenis-jenis katarak
3. Untuk mengetahui etiologi dari katarak
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala katarak

1
5. Untuk mengetahui komplikasi yang mengiringi penyakit katarak
6. Untuk mengetahui patofisiologi dan pathway katarak
7. Untuk mengetahui macam- macam pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk penyakit
katarak
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis yang dilakukan untuk penderita katarak

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Katarak
Katarak merupakan abnormalitas pada lensa mata berupa kekeruhan lensa yang
menyebabkan tajam penglihatan penderita berkurang. Katarak lebih sering dijumpai pada
orang tua, dan merupakan penyebab kebutaan nomor 1 di seluruh dunia. Kata katarak berasal
dari Yunani “katarraktes” yang berarti air terjun. Katarak sendiri sebenarnya merupakan
kekeruhan pada lensa akibat hidrasi atau denaturasi protein sehingga memberikan gambaran
area berawan atau putih.

Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat
proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak kongenital). Dapat juga
berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul, penggunaan kortikosteroid jangka
panjang, penyakit sistemik, pemajanan radiasi, pemajanan yang lama sinar ultraviolet, atau
kelainan mata lain seperti uveitis anterior (Nico, 2007).

Menurut Corwin (2007), katarak adalah penurunan progresif kejernihan lensa. Lensa
menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu, dan ketajaman penglihatan berkurang. Katarak
terjadi apabila protein-protein lensa yang secara normal transparan terurai dan mengalami
koagulasi.

Sedangkan menurut Mansjoer (2010), katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada
lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (panambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa,
atau akibat kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif. Jadi, dapat
disimpulkan katarak adalah kekeruhan lensa yang normalnya transparan dan dilalui cahaya ke
retina, yang dapat disebabkan oleh berbagai hal sehingga terjadi kerusakan penglihatan.

B. Jenis Katarak
1. Katarak terkait usia (katarak senilis)
Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai. Satu- satunya gejala
adalah distorsi penglihatan dan penglihatan yang semakin kabur. Katarak senilis dapat
dibagi atas stadium:
a. Katarak insipiens

3
Katarak yang tidak teratur seperti bercak-bercak yang membentuk gerigi dengan
dasar di perifer da daerah jernih diantaranya.
b. Katarak imatur
Terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai seluruh
lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang tidak jernih pada lensa.
c. Katarak matur
Bila proses degenerasiberjalan terus maka akan terjadu pengeluaranair bersama-
sama hasil desintegritas melalui kapsul
d. Katarak hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut sehingga korteks lensa mencair dan dapat
keluar melalui kapsul lensa.
2. Katarak anak- anak
Katarak anak- anak dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
a. Katarak kongenital
Yang terdapat sejak lahir atau segera sesudahnya. Banyak katarak kongenital yang
tidak diketahui penyebabnya walaupun mungkin terdapat faktor genetik, yang lain
disebabkan oleh penyakit infeksi atau metabolik, atau beerkaitan dengan berbagai
sindrom.
b. Katarak didapat
Yang timbul belakangan dan biasanya terkait dengan sebab-sebab spesifik. Katarak
didapat terutama disebabkan oleh trauma, baik tumpul maupun tembus. Penyyebab
lain adalah uveitis, infeksi mata didapat, diabetes dan obat.
3. Katarak traumatik
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di lensa atau trauma
tumpul terhadap bola mata. Lensa menjadi putih segerasetelah masuknya benda asing
karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan humor aqueus dan kadang- kadang korpus
vitreum masuk kedalam struktur lensa.
4. Katarak komplikata
Katarak komplikata adalah katarak sekunder akibat penyakit intraokular pada fisiologi
lensa. Katarak biasanya berawal didaerah sub kapsul posterior dan akhirnya mengenai
seluruh struktur lensa. Penyakit- penyakit intraokular yang sering berkaitan dengan

4
pembentukan katarak adalah uveitis kronik atau rekuren, glaukoma, retinitis pigmentosa
dan pelepasan retina.
5. Katarak akibat penyakit sistemik
Katarak bilateral dapat terjadi karena gangguan- gangguan sistemik berikut: diabetes
mellitus, hipoparatiroidisme, distrofi miotonik, dermatitis atropik, galaktosemia, dan
syndrome Lowe, Werner atau Down.
6. Katarak toksik
Katarak toksik jarang terjadi. Banyak kasus pada tahun 1930-an sebagai akibat penelanan
dinitrofenol (suatu obat yang digunakan untuk menekan nafsu makan). Kortokosteroid
yang diberikan dalam waktu lama, baik secara sistemik maupun dalam bentuk tetes yang
dapat menyebabkan kekeruhan lensa.
7. Katarak ikutan
Katarak ikutan menunjukkan kekeruhan kapsul posterior akibat katarak traumatik yang
terserap sebagian atau setelah terjadinya ekstraksi katarak ekstrakapsula
8. Katarak Kupliform
Terlihat pada stadium dini katarak nuklear atau kortikal.

C. Etiologi
Pada banyak kasus,penyebabnya tidak diketahui.Katarak biasanya terjadi pada usia lanjut
dan bisa diturunkan. Pembentukan katarak dipercepat oleh factor lingkunagn seperti merokok
atau bahan beracun lainya. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata penyakit metabolic,
misalnya diabetes,obat-obatan tertentu (kortikosteroid).
Katarak biasanya berhubungan dengan proses penuaan,katarak pada dewasa
dikelompokkan menjadi :
1. Katarak immature : lensa masih memiliki bagian yang jernih
2. Katarak mature : lensa sudah seluruhnya meluruh
3. Katarak hipermature: bagian permukaan lensa yang sudah merembes melalui kapsul
lensa dan bisa menyebabkan peradangan pada struktur mata yang lain.
Banyak penderita katarak yang hanya mengalami gangguan pengelihatan yang ringan dan
tidak sadar bahwa mereka menderita katarak. Faktor yang mempengaruhi terjadinya katarak
adalah :

5
1. Kadar kalsium darah yang rendah
2. Diabetes
3. Pemakaian kortikosteroid jangka panjang Berbagai penyakit peradangan dan penyakit
metabolis

D. Manifestasi Klinis
Manifestasi menurut buku aplikasi askep berdasarkan sdiagnosa medis dan NANDA NIC
NOC antara lain :
1. Pengelihatan cahaya kabur,buram, dan bayangan semu atau seperti asap
2. Kesulitan melihat malam hari
3. Mata tersasa sensitive bila terkena cahaya
4. Bayangan cahaya tertangkap seperti sebuah lingkungan
5. Membutuhkan sinyar cahaya yang lebih untuk beraktifitas lainya.
6. Sering mengganti lensa mata karena sudah tidak nyaman lagi
7. Jika melihat hanya dengan satu mata,bayangan benda terlihat ganda.
` Menurut (Mansjoer 2010), katarak senil dikenal menjadi 4 stadium yaitu :
Insipiens Mature Immature Hipermature
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Massif
Cairanlensa Normal Bertambah Normal Berkurang
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilikmatadepa Normal Dangkal Normal Dalam
n
Sudutbilikmata Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow test Negatif Positif Negative Pseudopositif
Penyulit - Glaukoma - Uveitis,glaukoma

E. Komplikasi
Bila katarak dibiarkan maka terjadi komplikasi berupa glaucoma dan uveiritis. Glaukoma
adalah peningkatan abnormal tekan intraokuler yang menyebabkan atrofi saraf optic dan
kebutaan bila tidak teratasi.Uveitis adalah inflamasi salah satu struktur uvea (Nico,2006).

F. Patofisiologi dan Pathway


Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk
seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga

6
komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang
mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia,
nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Disekitar opasitas terdapat
densitas seperti duri di anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior
merupakan bentuk katarak yang paling bermakna, nampak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar
daerah diluar lensa, misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalamui distorsi.
Perubahan kimia dalam protein lensa dapat 20menyebabkan koagulasi, sehingga
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa.
Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain
mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi.
Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan
pasien yang menderita katarak.
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun memiliki kecepatan yang berbeda. Dapat
disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemik, seperti diabetes. Namun kebanyakan
merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak berkembang
secara kronik ketika seseorang memasuki dekade ketujuh. Katarak dapat bersifat kongenital
dan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan
kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya
katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alkohol, merokok, diabetes, dan
asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama (Smeltzer, 2012).
Pathway
Lensa normal dengan struktur posterior iris yang jernih, transparan, dan memiliki kekuatan
refraksi besar

Kortek
Neukleus Kapsul Anterior
dan posterior
Pertambahan usia,
trauma, radiasi, penyakit
7
Perubahan Fisik dan
kimia dalam lensa

Menyebabkan
kepadatan lensa

Ketidakseimbangan penyerapan
protein lensa normal

KOAGULASI Terputusnya protein


lensa normal

Kekeruhan pada lensa Influx aif ke dalam


mata
Penurunan tajam
Menghambat jalannya pandangan Mematahkan serabut
cahaya retina

Gangguan penerimaan
Mengaburkan pandangan Mengganggu
sensori: Kerusakan
transmisi
sensori
G. Pemeriksaan Penunjang GANGGUAN
RESIKO
1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler
CIDERA : mungkin terganggu dengan SENSORI
ANSIETAS PERSEPSI
kerusakan kornea,
: PENGLIHATAN
lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke
retina.
2. Lapang Penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis, glukoma.
3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
4. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.

8
5. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe gllukoma
6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema,
perdarahan.
7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
8. EKG, kolesterol serum, lipid
9. Tes toleransi glukosa : kotrol DM

H. Penatalaksanaan
1. Medis
Solusi untuk menyembuhkan penyakit katarak secara medis umumnya dengan jalan
operasi. Penilaian bedah didasarkan pada lokasi,ukuran dan kepadatan katarak.Katarak
akan dibedah bila sudah terlalu luas mengenai bagian dari lensa mata atau katarak
total.Lapisan mata diangkat dan diganti lensa buatan(lensa intraokuler).pembedahan
katarak bertujuan untuk mengeluarkan lensa yang keruh. Lensa dapat dikeluarkan
dengan pinset atau batang kecil yang dibekukan.kadang kadang dilakukan dengan
menghancurkan lensa dan mengisap keluar.Adapun tekhnik yang digunakan pada operasi
katarak adalah :
a. FAKOEMULSIFIKASI
Merupakan teknologi terkini,hanya dengan melakukan sayatan (3mm)
pada kornea. Getaran ultrasonic pada alat fakoemulsifikasi dipergunakan untuk
mengambil lensa yang mengalami katarak,lalu kemudian diganti dengan lensa
tanam permanent yang dapat dilipat. Luka hasil sayatan pada kornea kadang tidak
memerlukan penjahitan, shg pemulihan penglihatan segera dapat dirasakan.
Teknik fakoemulsifikasi memakan waktu 20-30 menit dan hanya memerlukan
pembiusan topical atau tetes mata selama operasi.
b. EKSTRA KAPSULER
Dengan teknik ini diperlukan sayatan kornea lebih panjang, agar dapat
mengeluarkan inti lensa sec utuh, kemudian sisa lensa dilakukan aspirasi. Lensa
mata yang telah diambil digantikan dengan lensa tanam permanent. Diakhiri
dengan menutup luka dengan beberapa jahitan.
1) Ekstra Capsular Catarak Ekstraktie(ECCE)

9
Korteks dan nucleus diangkat, kapsul posterior ditinggalkan untuk mencegah
prolaps vitreus, melindungi retina dari sinar ultraviolet dan memberikan
sokongan untuk implantasi lensa intra okuler.
2)Intra Capsular Catarak Ekstraktie(ICCE)
Lensa diangkat seluruhnya, Keuntungannya prosedur mudah
dilakukan.Kerugiannya mata berisiko mengalami retinal detachment
(lepasnya retina).
2. Keperawatan
Pada post operasi tindakan keperawatan yang bisa dilakukan adalah mengganti
balut pada mata sebelah kanan setiap pagi untuk menghindari infeksi yang akan timbul,
memberikan obat tetes mata cendominidose untuk melindungi lensa mata setelah operasi
dan melakukan tes lapang pandang mata untuk mengetahui apakah lensa sudah dapat
digunakan untuk melihat atau masih terdapat kekeruhan.
Obat tetes mata dapat digunakan sebagai terapi pengobatan. Ini dapat diberikan
pada pasien dengan katarak yang belum begitu keparahan. Senyawa aktif dalam obat
tetes mata dari keben yang bertanggung jawab terhadap penyembuhan penyakit katarak
adalah saponin. Saponin ini memiliki efek meningkatkan aktifitas proteasome yaitu
protein yang mampu mendegradasi berbagai jenis protein menjadi polipeptida pendek
dan asam amino. Karena aktivitas inilah lapisan protein yang menutupi lensa mata
penderita katarak secara bertahap “dicuci” shg lepas dari lensa dan keluar dari mata
berupa cairan kental berwarna putih kekuningan.
Saran untuk pencegahan penyakit katarak dianjurkan untuk banyak mengkonsumsi buah-
buahan yang banyak mengandung vitamin C dan vitamin A
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Biodata Pasien
Nama : Tn.F
Umur : 70 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki

10
Agama : Islam
Tanggal lahir : 02 april 1949
Suku : Sunda
Ruang rawat : Kamar 2B Ruang pavilium
Alamat : Plered
Tanggal masuk : Rabu 03 Oktober 2019
Diagnosa medis : Katarak
No.Rm : 346789

Biodata Penanggung jawab


Nama : Ny. B
Umur : 30 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Plered
2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan penglihatan kabur
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Tn.F berumur 70 tahun datang ke RSUD Bayu asih bersama anaknya, klien
mengatakan 1 tahun ini pandangannya semakin kabur, sehingga menyebabkan
dirinya sering tersandung atau terjatuh. Klien mengatakan sulit melihat pada malam
hari, dan silau jika terkena cahaya. Dari hasil pemeriksaan ditemukan lensa tampak
keruh, hasil konsultasi dengan dokter spesialis mata Tn.F disarankan untuk segera
menjalani operasi katarak.
c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pasien mengatakan bahwa pasien belum pernah mengalami penyakit seperti ini
sebelumnya
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami penyakit seperti ini.

11
e. Riwayat Alergi
Pasien mengatakan pasien tidak memiliki alergi obat maupun hal lainnya.

3. Pola makan sehari-hari


No ADL Di rumah (saat sehat) Di Rumah Sakit (saat sakit)
1 Pola Makan/Minum
a. Makan
Jenis Nasi Bubur lunak
Frekuensi 3x1 hari 2x1 hari
Keluhan Tidak ada Tidak ada

b. Minum
Jenis Air Putih dan susu Air putih
Frekuensi >1 liter 1 liter
Keluhan Tidak ada Tidak ada
2 Pola Istirahat/Tidur
a. Tidur malam
Frekuensi 7 jam 6 jam
Keluhan Tidak ada Tidak bisa tidur

b. Tidur Siang
Frekuensi 1 jam 1 jam
Keluhan Tidak ada Tidak ada
3 Pola Eliminasi
a. BAB
Frekuensi 2x1 hari 1x1 hari
Konsistensi Lunak Lunak
Keluhan Tidak ada Tidak ada

b. BAK
Frekuensi 800 cc 700 cc
Warna Kuning Kuning

12
Keluhan Tidak ada Tidak ada
4 Personal Hygiene
a. Gosok gigi 2x1 hari 1x1 hari
b. Mandi 2x1 hari 1x1 hari (dengan lap basah)
c. Keramas 1x1 hari Belum pernah
d. Kebersihan kuku 1x1 minggu Belum pernah

1. Pengkajian Fisik
1. Kesadaran Umum : Compos mentis
2. Kesadaran :E:4
M:5
V:5

3. Tanda-tanda Vital : a. TD : 110/80 mmHg


b. N : 90x/menit
c. S : 36,6°C
d. R : 20x/menit
4. BB : 68 kg
5. TB : 170 cm
6. Pemeriksaan Fisik (head to toe)
a. Kepala
1) Inspeksi : Bentuk kepala simetris, Kulit kepala bersih, tidak ada lesi,
warna rambut hitam, tidak ada kebotakan
2) Palpasi : Kekuatan rambut baik, tidak ada kerontokan, tidak ada
benjolan, tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan
b. Mata
1) Inspeksi : Bentuk simetris, mata tampak ada pengembunan pada
pupil, konjungtiva ananemis, pergerakan bola mata tidak baik, sklera
anikterik, reflek terhadap cahaya isokor, lapang pandang tidak normal, tes
snellen chart tidak bisa melihat dengan jelas.
2) Palpasi : Ada nyeri tekan

13
c. Telinga
1) Inspeksi : Bentuk telinga simestris, telinga bersih, tidak ada lesi,
tidak ada perdarahan, tidak ada cairan/serumen, tidak menggunakan alat bantu
pendengaran, warna telinga sama dengan warna kulit lainnya
2) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, pendengaran klien baik, tes
swabach normal, tes webber normal, tes rinne normal.
d. Hidung
1) Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada sumbatan, tidak ada pernafasan
cuping hidung, tidak ada kemerahan ataupun polip
2) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, Passase udara baik, pasien mampu
membedakan bau minyak kayu putih dan kopi.
e. Mulut dan bibir
1) Inspeksi : Bentuk bibir simetris, tidak ada lesi, tidak terdapat karang
gigi, tidak ada perdarahan pada gusi
f. Leher
1) Inspeksi : Tidak ada masa dalam leher,
2) Palpasi : JVP 5-2 cm, tidak ada pembesaran/benjolan dibagian
leher (kelenjar tyroid,limfe), tidak ada nyeri tekan
g. Dada
1) Inspeksi : Bentuk dada simetris , tidak ada lesi.
2) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tactile vocal premitus normal/sama
antara kanan dan kiri
3) Perkusi : Suara lapang dada sebelah kiri ICS 2-5 bunyi
pekak/dullness, dada sebelah kanan ICS 2-7 bunyi resonan
4) Auskultasi : Brochial , Bronchovesikuler , paru-paru berbunyi
vesikuler
h. Abdomen
1) Inspeksi : Simetris, warna kulit sama dengan warna kulit lainnya,
tidak ada acites
2) Auskultasi : Bising usus normal 12x/menit

14
3) Perkusi : Hepar (Dullnes) limfe (timpani) lambung (timpani) Usus
(timpani)
4) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada setiap kuadran, tidak ada
pembesaran pada setiap organ
i. Ekstremitas Atas
1) Pergerakan : Klien dapat melakukan gerakan aduksi, abduksi, fleksi,
dan ekstensi.
2) Kekuatan Otot : 5|5
3) Massa Otot : Massa otot (+)
4) Turgor : Lembab, tidak ada edema
5) Reflex : Bisef (+)
Trisep (+)
Ekstremitas Bawah
1) Pergerakan : Klien dapat melakukan gerakan aduksi, abduksi,
fleksi, dan ekstensi
2) Kekuatan Otot : 5|5
3) Massa Otot : Massa otot (+)
4) Turgor : Lembab, tidak ada edema
5) Reflex : Patela (+)
Achilles (+)
Babinsky (+)
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan visus dengan Snellen Chart
Hasil : penderita katarak tidak mampu membaca snellen chart yang berjarak 5 meter,
visusnya tidak mencapai 5/5.
b. Pemeriksaan Oftalmoskopi
Hasil : ditemukan struktur internal okuler yang rusak, berupa lensa mata yang tidak
transparan.
c. Pemeriksaan Darah Lengkap
Hasil : menunjukkan adanya infeksi bila katarak tersebut dicetuskan oleh
bakteri/virus.

15
B. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
keperawatan
1 DS : Klien mengatakan Faktor penyebab Gangguan persepsi
penglihatan kabur sensori-perseptual
penglihatan b.d
DO : Klien Nampak tidak Berkurangnnya daya akomodasi Gangguan
dapat melihat dengan jarak pada usia anak, dewasa, dan penerimaan
yang normal lanjut usia sensori/status organ
TD : 160/90 mmHg indera ditandai
N : 90 x/menit dengan menurunnya
R : 18 x/menit Sehingga bola mata memajang/ ketajaman
S : 36,4°C kornea menjadi pipih penglihatan.

Fokus normal jatuh didepan


retina

Mata menjadi buram

Gangguan Penglihatan

2 DsDS : klien mengatakan cemas Faktor penyebab Ansietas


terhadap penyakit yang berhubungan dengan
dideritanya. perubahan dalam
Penurunan visus mata status peran, status
DO : Klien terlihat gelisah kesehatan, pola
TD : 160/100 mmHg interaksi, fungsi
N : 90x/menit Kurang terpajang informasi peran, lingkungan
R : 18 x/menit status ekonomi

16
S : 36,4°C
Berkurang Penglihatan

Perubahan penampilan

Ansietas
3 DS : Klien mengatakan Faktor penyebab Resiko cidera 
kurang dapat beraktivitas pada berhubungan dengan
malam hari disfungsi sensorik
DO : Klien Nampak Penurunan visus
berhati-hati dalam melakukan
aktivitas
TD : 140/900 mmHg Penurunan ketajaman
N : 90x/menit penglihatan
R : 18 x/menit
S : 36,4°C
Ketidakmampuan melihat jarak
jauh atau tidak dapat melihat
dekat

Resiko cidera

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan b.d Gangguan penerimaan


sensori/status organ indera ditandai dengan menurunnya ketajaman penglihatan.
2. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status peran, status kesehatan, pola
interaksi, fungsi peran, lingkungan status ekonomi
3. Resiko cidera  berhubungan dengan disfungsi sensorik

17
D. INTERVENSI
NO DIAGNOSA TUJUAN & INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1. 1. Gangguan Setelah dilakukan 1. Kaji ketajaman 1. Kebutuhan tiap
persepsi sensori- tindakan selama 3x24 penglihatan, catat apakah satu individu dan pilihan
perseptual jam diharapkan: atau dua mata terlibat. intervensi bervariasi
penglihatan b.d 1. Masalah 2.  Orientasikan klien sebab kehilangan
Gangguan presepsi sensori tehadap lingkungan. penglihatan terjadi
penerimaan penglihatan teratasi 3. Observasi tanda-tanda lambat dan progresif.
sensori/status organ 2. Klien mengenal disorientasi. 2.  Memberikan
indera ditandai gangguan sensori dan 4. Pendekatan dari sisi peningkatan
dengan menurunnya berkompensasi yang tak dioperasi, bicara kenyamanan dan
ketajaman terhadap perubahan. dengan menyentuh. kekeluargaan,
penglihatan. 3. Mengidentifikas 5.  Ingatkan klien menurunkan cemas dan
i/memperbaiki menggunakan kacamata katarak disorientasi pasca
potensial bahaya dalam yang tujuannya memperbesar operasi.
lingkungan. kurang lebih 25%, penglihatan 3. Terbangun
perifer hilang. dalam lingkungan yang
6.  Letakkan barang yang tidak dikenal dan
dibutuhkan/posisi bel pemanggil mengalami
dalam jangkauan/posisi yang keterbatasan
dekat. penglihatan dapat
mengakibatkan
kebingungan terhadap
orang tua.
4. Memberikan
rangsang sensori tepat
terhadap isolasi dan
menurunkan bingung.
5. Perubahan

18
ketajaman dan
kedalaman persepsi
dapat menyebabkan
bingung penglihatan
dan meningkatkan
resiko cedera sampai
pasien belajar untuk
mengkompensasi
6. Memungkinkan
pasien melihat objek
lebih mudah dan
memudahkan
panggilan untuk
pertolongan bila
diperlukan
2. Ansietas Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat kecemasan 1. Derajat
berhubungan dengan tindakan selama 3x24 pasien dan catat adanya tanda- kecemasan akan
perubahan dalam jam diharapkan: tanda verbal dan non verbal. dipengaruhi bagaimana
status peran, status 1. Cemas klien 2. Beri kesempatan pasien informasi tersebut
kesehatan, pola berkurang untuk mengungkapkan isi diterima oleh individu.
interaksi, fungsi 2. Tidak terjadi pikiran dan perasaan takutnya. 2. Mengungkapka
peran, lingkungan kecemasan pada klien 3. Observasi tanda vital n rasa takut secara
status ekonomi 3. Tidak ada dan peningkatan respon fisik terbuka dimana rasa
perubahan status pasien. takut dapat ditujukan.
kesehatan. 4. Beri penjelasan pasien 3. Mengetahui
4. Pasien tentang prosedur tindakan respon fisiologis yang
mengungkapkan dan operasi, harapan dan akibatnya. ditimbulkan akibat
mendiskusikan rasa 5. Lakukan orientasi dan kecemasan.
cemas/takutnya. perkenalan pasien terhadap 4.  Meningkatkan
5. Pasien tampak ruangan,petugas, dan peralatan pengetahuan pasien
rileks tidak tegang dan yang akan digunakan. dalam rangka

19
melaporkan 6. Beri penjelasan dan mengurangi kecemasan
kecemasannya suport pada pasien pada setiap dan kooperatif.
berkurang sampai pada melakukan prosedur tindakan. 5. Mengurangi
tingkat dapa diatasi. . kecemasan dan
meningkatkan
pengetahuan.
6. Mengurangi
perasaan takutdan
cemas.
3. Resiko cidera  Setelah dilakukan 1. Diskusikan apa yang 1. Membantu
berhubungan dengan tindakan keperawatan terjadi pada pasca operasi mengurangi rasa takut
disfungsi sensorik selama 3x24 jam tentang nyeri, pembatasan dan meningkatkan
diharapkan : aktivitas, penampilan, balutan kerja sama dalam
1. Menunjukan mata. pembatasan yang
perubahan perilaku, 2. Beri pasien posisi diperlukan.
pola hidup untuk bersandar, kepala tinggi atau 2. Istirahat hanya
menurunkan faktor miring ke sisi yang tak sakit beberapa menit sampai
resiko dan melindungi sesuai keinginan. beberapa jam pada
diri dari cidera. 3. Batasi aktivitas seperti bedah rawat jalan atau
2. Menyatakan menggerakkan kepala tiba-tiba, menginap semalam bila
pemahaman factor menggaruk mata, membongkok. terjadi komplikasi.
yang terlibat dalam 4.  Ambulasi dengan 3. Menurunkan
kemungkinan cedera bantuan: berikan kamar mandi tekanan pada mata
3. Mengubah khusus bila sembuh dari yang sakit,
lingkungan sesuai anastesi. meminimalkan risiko
indikasi untuk perdarahan atau stres
meningkatkan pada jahitan/jahitan
keamanan terbuka.
4. Menurunkan
stres pada area operasi
dan memerlukan

20
sedikit regangan
pada penggunaan
pispot, yang dapat
meningkatkan
cidera.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Katarak adalah penurunan progresif kejernihan lensa. Lensa menjadi keruh atau
berwarna putih abu-abu, dan ketajaman penglihatan berkurang. Katarak terjadi apabila
protein-protein lensa yang secara normal transparan terurai dan mengalami koagulasi.
Pelaksanaan asuhan keperawatan yang penulis laksanakan pada dengan gangguan
sistem sensori persepsi kesimpulan bahwa dalam proses asuhan keperawatan dengan
gangguan sensori persepsi yaitu katarak dibutuhkan suatu koordinasi yang tepat serta
menunjang ke arah tercapainya tujuan. Salah satu koordinasi ini merupakan bentuk
kerjasama tim antara antara perawat, dokter, staf ruangan demi peningkatan status
kesehata klien disertai denga dukungan penuh dari keluarga.
B. Saran
1. Klien dan Keluarga
a. Diharapkan klien mau memotivasi dirinya sendiri untuk pola hidup yang sehat,
misalnya berolahraga secara teratur, serta istirahat dengan cukup. Anjurkan untuk
selalu cek status kesehatan ke tempat pelayanan kesehatan terdekat.
b. Diharapkan keluarga memberikan support yang positif bagi klien demi
peningkatan status kesehatan klien dan diharaapkan keluarga ikut waspada
terhadap risiko pada keluarga klien sendiri.
2. Mahasiswa
a. Diharapkan mahasiswa dapat lebih mempersiapkan diri baik dari segi teori, skill,
maupun mental dalam menghadapi klien agar dapat memberikan kontribusi yang
maksimal bagi peningkatan status kesehatan klien.

21
b. Memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif bagi klien melihat aspek
bio, psiko, sosio, spiritual

DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/document/345038284/Askep-Katarak-Siap-Benar ( jam 16:00


wib 12 November 2019)

Corwin, 2007. Buku Saku Patofisiologi. EGC : Jakarta

Mansjoer, A, dkk, 2010, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, Jakarta.

NANDA, 2012/2013, Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, Alih Bahasa Budi Santosa,
Prima Medika, NANDA.

Nico, 200, Manjemen Hidup Sehat, Gramedia : Jakarta

Wilkinson, Judith.M, 2006, Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC
dan Kriteria Hasil Noc, EGC, Jakarta.

22

Anda mungkin juga menyukai