Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

“Trauma Mata”

Dosen Pengampu: Ns.Dedi Rukmayadi.,S.Kep

Disusun Oleh :

Kelompok 1

1. Acem Prasiska 1800001001


2. Anisya S 1800001003
3. Devi Siti N 1800001007
4. Dina Putri M 1800001008
5. Fadia Nur F 1800001010
6. Faisal Indragiri 1800001012
7. Gina Tania M 1800001014
8. Neng Siti S 1800001020
9. Rafikatu S H 1800001026
10.Solahudin 1800001037
11.Sulis Setiawati 1800001038
12.Syifa Ayu L 1800001039
13.Titin Yunengsih 1800001040
14.Ega Ayu K 1800001046

AKADEMI KEPERAWATAN RS. EFARINA

PURWAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang“Cedera Mata” ini
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan kami berterima kasih kepada
bapak Ns.Dedi Rukmayadi.,S.Kep dosen mata kuliah keperawatan gawat darurat yang
telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran, dan usulan sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami oleh siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan dimasa depan.

Purwakarta, Januari 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................2
BAB I TINJAUAN TEORI..............................................................................................3
A. Anatomi Fisiologi Mata..........................................................................................3
B. Definisi Trauma Mata............................................................................................5
C. Klasifikasi Trauma Mata........................................................................................6
D. Patofisiologi.........................................................................................................13
E. Pathway................................................................................................................15
F. Manifestasi Klinis................................................................................................16
G. Pemeriksaan Diagnostik.......................................................................................17
H. Penatalaksanaan Medis.........................................................................................17
I. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Trauma Mata................................................18
BAB III PENUTUP........................................................................................................23
A. Kesimpulan...........................................................................................................23
B. Saran......................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mata merupakan salah satu indra dari panca indra yang sangat penting untuk
kehidupan manusia. Terlebih-lebih dengan majunya teknologi, indra penglihatan
yang baik merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Mata merupakan bagian
yang sangat peka. Walaupun mata mempunyai system pelindung yang cukup baik
seperti rongga orbita, kelopak, dan jaringan lemak retro bulbar selain terdapatnya
reflex memejam atau mengedip, mata masih sering mendapat trauma dari dunia luar.
Trauma dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata dan kelopak, saraf mata dan
rongga orbita. Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau memberikan penyulit
sehingga mengganggu fungsi penglihatan. Trauma pada mata memerlukan perawatan
yang tepat untuk mencegah terjadinya penyulit yang lebih berat yang akan
mengakibatkan kebutaan.
Kemajuan mekanisasi dan teknik terlebih-lebih dengan bertambah
banyaknya kawasan industri, kecelakaan akibat pekerjaan bertambah banyak pula,
juga dengan bertambah ramainya lalu lintas, kecelakaan di jalan raya bertambah pula,
belum terhitung kecelakaan akibat perkelahian, yang juga dapat mengenai mata. Pada
anak-anak kecelakaan mata biasanya terjadi akibat kecelakaan terhadap alat dari
permainan yang biasa dimainkan seperti panahan, ketapel, senapan angin, tusukan
dari gagang mainan dan sebagainya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomidan fisiologi mata?
2. Apakah definisi dari trauma mata ?
3. Bagaimana klasifikasi trauma mata?
4. Bagaimana patofisiologi trauma mata?
5. Bagaimanakah manifestasi klinik trauma mata ?
6. Bagaimanakah pemeriksaan diagnostik trauma mata ?
7. Bagaimanakah penatalaksanaan medis trauma mata ?

1
8. Bagaimanakah asuhan keperawatan yang diberikan pada trauma mata tajam dan
trauma mata tumpul ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui tentang anatomi dan fisiologi mata.
2. Mengetahui tentang definisi dari trauma mata.
3. Mengetahui tentang klasifikasi trauma mata
4. Mengetahui tentang patofisiologi trauma mata.
5. Mengetahui tentang manifestasi klinik trauma mata.
6. Mengetahui tentang pemeriksaan diagnostik trauma mata.
7. Mengetahui tentang penatalaksanaan medis trauma mata.
8. Mengetahui tentang asuhan keperawatan yang diberikan pada trauma mata tajam
dan trauma mata tumpul.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Anatomi Fisiologi Mata


1. Struktur mata
a. Alis
Alis adalah dua potong kulit tebal melengkung yang ditumbuhi bulu. Alis
dikaitkan pada otot-otot sebelah bawahnya serta berfungsi melindungi mata
dari sinar matahari.
b. Kelopak mata
Kelopak mata merupakan dua lempengan, yaitu lempeng tarsal yang
terdiri dari jaringan fibrus yang sangat padat serta dilapisi kulit dan dibatasi
konjungtiva. Jaringan dibawah kulit ini tidak mengandung lemak. Kelopak
mata atas lebih besar daripada kelopak mata bawah serta digerakkan ke atas
oleh otot-otot melingkar, yaitu muskulus orbikularis okuli yang dapat dibuka
dan ditutup untuk melindungi dan meratakan air mata ke permukaan bola
mata dan mengontrol banyaknya sinar yang masuk.
c. Bulu mata
Bulu mata melindungi mata dari debu dan cahaya.
2. Struktur Mata Internal(Brunner&Suddarth, 2002)
a. Sklera
Pembungkus yang kuat dan fibrus. Sklera membentuk putih mata dan
tersambung pada bagian depan dengan sebuah jendela membran yang
bening, yaitu kornea. Sklera melindungi struktur mata yang sangat halus
serta membantu mempertahankan bentuk biji mata.
b. Khoroid
Lapisan tengah yang berisi pembuluh darah. Merupakan ranting-ranting
arteria oftalmika, cabang dari arteria karotis interna. Lapisan vaskuler ini
membentuk iris yang berlubang ditengahnya, atau yang disebut pupil
(manik) mata. Selaput berpigmen sebelah belakang iris memancarkan
warnanya dan dengan demikian menentukan apakah sebuah mata itu
berwarna biru, coklat, kelabu, dan seterusnya. Khoroid bersambung pada

3
bagian depannya dengan iris, dan tepat dibelakang iris. Selaput ini menebal
guna membentuk korpus siliare sehingga terletak antara khoroid dan iris.
Korpus siliare itu berisi serabut otot sirkulerndan serabut-serabut yang
letaknya seperti jari-jari sebuah lingkaran. Kontraksi otot sirkuler
menyebabkan pupil mata juga berkontraksi. Semuanya ini bersama-sama
membentuk traktus uvea yang terdiri dari iris, korpus siliare, dan khoroid.
Peradangan pada masing-masing bagian berturut-turut disebut iritis, siklitis,
dan khoroiditis, atau pun yang secara bersama-sama disebut uveitis. Bila
salah satu bagian dari traktus ini mengalami peradangan, maka penyakitnya
akan segera menjalar kebagian traktus lain disekitarnya.
c. Retina
Lapisan saraf pada mata yang terdiri dari sejumlah lapisan serabut, yaitu
sel-sel saraf batang dan kerucut. Semuanya termasuk dalam konstruksi
retina yang merupakan jaringan saraf halus yang menghantarkan impuls
saraf dari luar menuju jaringan saraf halus yang menghantarkan impuls
saraf dari luar menuju diskus optikus, yang merupakan titik dimana saraf
optik meninggalkan biji mata. Titik ini disebut titik buta, oleh karena tidak
mempunyai retina. Bagian yang paling peka pada retina adalah makula,
yang terletak tepat eksternal terhadap diskus optikus, persis berhadapan
dengan pusat pupil.
d. Kornea
Merupakan bagian depan yang transparan dan bersambung dengan sklera
yang putih dan tidak tembus cahaya. Kornea terdiri atas beberapa lapisan.
Lapisan tepi adalah epithelium berlapis yang tersambung dengan
konjungtiva.
e. Bilik anterior (kamera okuli anterior). Terletak antara kornea dan iris.
f. Iris
Tirai berwarna didepan lensa yang bersambung dengan selaput khoroid.
Iris berisi dua kelompok serabut otot tak sadar (otot polos). Kelompok yang
satu mengecilkan ukuran pupil, sementara kelompok yang lain melebarkan
ukuran pupil itu sendiri.
g. Pupil
Bintik tengah yang berwarna hitam yang merupakan celah dalam iris,
dimana cahaya dapat masuk untuk mencapai retina.

4
h. Bilik posterior (kamera okuli posterior)
Terletak diantara iris dan lensa. Baik bilik anterior maupun bilik posterior
yang diisi dengan aqueus humor.
i. Aqueus humor
Cairan ini berasal dari badan siliaris dan diserap kembali ke dalam aliran
darah pada sudut iris dan kornea melalui vena halus yang dikenal sebagai
Saluran Schlemm
j. Lensa
Suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan transparan.
Tebalnya ±4 mm dan diameternya 9 mm. Dibelakang iris, lensa digantung
oleh zonula (zonula zinni) yang menghubungkannya dengan korpus siliare.
Di sebelah anterior lensa terdapat humor aqueus dan disebelah posterior
terdapat vitreus humor. Kapsul lensa adalah membran semipermiabel yang
dapat dilewati air dan elektrolit. Disebelah depan terdapat selapis epitel
subkapular. Nukleus lensa lebih keras daripada korteks nya. Sesuai dengan
bertambahnya usia, serat-serat lamelar sub epitel terus diproduksi sehingga
lensa lama-kelamaan menjadi kurang elastik. Lensa terdiri dari 65% air,
35% protein, dan sedikit sekali mineral yang biasa ada dalam jaringan tubuh
lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di jaringan
lainnya. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi
maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah, maupun saraf
dalam lensa.
k. Vitreus humor
Daerah sebelah belakang biji mata, mulai dari lensa hingga retina yang
diisi dengan cairan penuh albumen berwarna keputih-putihan seperti agar-
agar. Berfungsi untuk memberi bentuk dan kekokohan pada mata, serta
mempertahankan hubungan antara retina dengan selaput khoroid dan
sklerotik.

B. Definisi Trauma Mata


Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan
perlukaan mata. Trauma mata merupakan kasus gawatdarurat mata, dan dapat juga
sebagai kasus polisi. Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau

5
menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata. Alat rumah tangga sering
menimbulkan perlukaan atau trauma mata.

C. Klasifikasi Trauma Mata


1. Fisik atau Mekanik
a. Trauma Tumpul, penyebab trauma tumpul biasanya berhubungan dengan
olahraga misalnya terpukul, kena bola tenis, atau shutlecock, membuka
tutup botol tidak dengan alat, ketapel. Penyebab lain yang biasa meliputi
kecelakaan kendaraan bermotor dan trauma penyiksaan.
Kelainan yang dapat terjadi akibat trauma tumpul pada mata mengenai:
1) Organ Eksterna
a) Orbita
Trauma tumpul bagian ini dapat menimbulkan fraktur orbita
ditandai dengan tepi orbita tidak rata pada perabaan.
b) Kelopak mata ( dapat terjadi hematoma kelopak)
Kelopak mata atau palpebra dapat mengalami hematom atau
edema palbebra yang menyebabkan kelopak mata tidak dapat
membuka dengan sempurna (ptosis). Dapat juga terjadi
kelumpuhan N.VII yang menyebabkan kelopak mata tidak dapat
menutup dengan sempurna (lagoftalmos).
2) Organ Interna
a) Konjungtiva ( dapat terjadi edema kronis, hematoma
subkonjungtiva)
Trauma tumpul pada konjungtiva dapat menimbulkan
gangguan penglihatan. Dapat terjadi robekan pembuluh darah
konjungtiva yang menyebabkan perdarahan subkonjungtiva
ditandai dengan konjungtiva tampak merah, berbatas tegas dan
tidak menghilang/menipis dengan penekanan yang kemudian
berubah menjadi biru, menipis dan umumnya diserap dalam
waktu 2-3 hari
b) Kornea (dapat terjadi edema kornea, erosi kornea, erosi kornea
rekuren)
c) Iris / badan silinder (dapat terjadi iridodialis dan hifema)

6
d) Lensa (dapat terjadi dislokasi lensa, subluksasi lensa, luksasi lensa
anterior, subluksasi lensa posterior, katarak trauma dan cincin
vossius)
e) Korpus vitreus. Pada bagian ini trauma tumpul mengakibatkan
subluksasi atau luksasi lensa mata, maka zonula Zin dan korpus
vitreus menonjol ke COA sebagai herniasi korpus vitreus. Taruma
tumpul menyebabkan korpus vitreus.
f) Retina (dapat terjadi edema retina & koroid, dan ablasi retina)
g) Nervus optikus (N. II). Akibat trauma tumpul nervus optikus
dapat terlepas atau putus (avulsio) sehingga menimbulkan
kebutaan.
b. Trauma Tajam, disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul yang
datang dengan cepat dan keras misalnya pisau dapur, gunting, garpu,
bahkan peralatan pertukangan.
1) Trauma tembus kelopak mata. Trauma ini dapat menembus sebagian
atau seluruh tebal kelopak mata. Jika mengenai levator apoeurosis
dapat menyebabkan ptosis yang permanen.
2) Trauma tembus pada saluran lakrimal. Trauma dapat menyebabkan
gangguan pada salah satu bagian dari sistem pengaliran air mata dan
pungtum lakrimal sampai rongga hidung. Jika penyembuhan tidak
sempurna akan terjadi gangguan sistem ekskresi airmata dan
mengakibatkan epifora.
3) Trauma tembus pada konjungtiva. Taruma ini dapat menyebabkan
ruptur pembuluh darah kecil yang menimbulkan robekan konjungtiva
dan perdarahan subkonjungtiva mirip trauma tumpul. Jika panjang
robekan tidak lebih dari 5 mm, konjungtiva tidak perlu dijahit.
4) Trauma tembus pada sklera. Luka kecil pada sklera sukar dilihat. Pada
luka yang agak besar, akan terlihat jaringan uvea yaitu iris, badan silier
dan koroid yang berwarna gelap disertai COA yang dangkal. Jika luka
perforasi pada sklera terletak dibelakang badan silier, biasanya COA
bertambah dalam dan iris terdorong ke belakang, koroid dan korpus
vitreus prolaps melalui luka tembus.
5) Trauma tembus pada kornea, iris, badan silinder, lensa dan korpus
vitreus. Dapat terjadi laserasi kornea yang disertai penetrasi kornea.

7
Jika terjadi perforasi kornea yang disertai prolaps jaringan iris melalui
luka akan timbul gejala penurunan TIO, COA dangkal atau
menghilang, inkarserasi iris melalui luka perforasi, adanya luka pada
kornea, edema disertai edema kelopak mata, kemosis konjungtiva,
hiperemia, lakrimasi, fotofobia, nyeri yang hebat, penglihatan menurun
dan klien tidak dapat membuka mata sebagai mekanisme protektif.
Pada lasersi kornea yang terjadi kerena penetrasi benda tidak boleh
dicabut kecuali oleh ahli oftalmologi untuk mempertahankan struktur
mata pada tempatnya. Trauma tembus pada kornea dapat disertai
trauma pada lensa. Penetrasi lensa yang kecil hanya menyebbakan
katarak yang terisolasi tanpa mengganggu penglihatan.
6) Trauma tembus pada koroid dan retina. Trauma tembus yang disertai
keluarnya korpus vitreus menimbulkan luka perforasi cukup luas pada
sklera. Sering terjadi perdarahan korpus vitreus dan ablasi retina.
7) Trauma tembus pada orbita. Trauma yang mengenai orbita dapat
merusak saraf optik sehingga dapat menyebabkan krbutaan. Tanda
berupa proptosis karena perdarahan intraorbital, perubahan posisi bola
mata, protrusi lemak orbital ke dalam luka perforasi, defek lapang
pandang sampai kebutaan jika mengenai saraf optik, serta hilangnya
sebagian pergerakan bola mata dan diplopia jika mengenai otot-otot
luar mata. ( Asuhan Keperawatan Klien Gagguan Mata, 2004)
2. Khemis
Terdapat 2 macam penyebab trauma kimia mata yaitu bersifat : asam dan
basa. Trauma basa dapat berakibat lebih buruk. Akibat yag ditimbulkan juga
tergantung dari jenis dan konsentrasi zat kimia, waktu dan lamanya kontak
sampai tindakan pembilasan, lamanya irigasi (pembilasan) yang telah dilakukan
dan pengobatan yang diberikan.
a. Trauma basa, misalnya sabun cuci, sampo, bahan pembersih lantai, kapur,
lem (perekat). Bahan alkali akan membuat reaksi kimia dengan jaringan mata
berangsur-angsur kejaringan yang lebih dalam.
b. Trauma asam, misalnya cuka, bahan asam-asam di laboratorium, gas air
mata. Merupakan salah satu jenis trauma kimia mata dan termasuk
kegawatdaruratan mata yang disebabkan zat kimia basa dengan pH>7. Bila
bahan asam mengenai mata akan terjadi pengendapan bahan protein pada

8
permukaan mata yang terkena hal ini seperti telur mengenai minyak panas.
Bila bahan asamnya kuat maka reaksi mata dapat menunjukkan tanda-tanda
seperti terkena alkali atau basa.
3. Trauma Radiasi Elektromagnetik
a. Trauma sinar inframerah
Akibat sinar inframerah dapat terjadi pada saat menatap gerhana matahari
dan pada saat bekerja dipemanggangan. Kerusakan ini dapat terjadi akibat
terkonsentrasinya sinar inframerah terlihat. Kaca yang mencairseperti yang
ditemukan di tempat pemanggangan kaca akan mengeluarkan sinar
infamerah. Bila seseorang berada pada jarak 1 kaki selama satu menit
didepan kaca yang mencair dan pupilnya lebar atau midriasis maka suhu
lensa akan naik sebanyak 9 derajat celcius. Demikian pula iris yang
mengabsorbsi sinar inframerah akan panas sehingga berakibat tidak baik
terhadap kapsul lensa didekatnya. Absorbsi sinar infamerah oleh lensa akan
mengakibatkan katarak dan eksfoliasi kapsul lensa.
Akibat sinar ini pada lensa maka katarak mudah terjadi pada pekerja
industri gelas dan pemanggangan logam. Sinar inframerah akan
mengakibatkan keratitis superfisial, katarak kortikal antero-posterior dan
koagulasi pada koroid.
Bergantung pada beratnya lesi akan terdapat skotoma sementara ataupun
permanen. Tidak ada pengobatan terhadap akibat buruk yang sudah terjadi
kecuali mencegah terkenanya mata oleh sinar inframerah ini.
Steroid sistemik dan lokal diberikan untuk mencegah terbentuknya
jaringan parut pada makula atau untuk mengurangi gejala radang yang
timbul.
b. Trauma sinar ultraviolet (Sinar Las)
Sinar ultraviolet merupakan sinar gelombang pendek yang tidak terlihat
mempunyai panjang gelombang antara 350-295 nM.
Sinar ultra violet banyak terdapat pada saat bekerja las, da n menatap sinar
matahari atau pantulan sinar matahri diatas salju. Sinar ultra violet akan
segera merusak epitel kornea.
Sinar ultra violet biasanya memberikan kerusakan terbatas pada kornea
sehingga kerusakan pada lensa dan retina tidak akan nyata terlihat.

9
Kerusakan ini akan segera baik kembali setelah beberapa waktu, dan tidak
akan memberikan gangguan tajam penglihatan yang menetap.
Pasien yang telah terkena sinar ultra violet akan memberikan keluhan4-
10 jam setelah trauma. Pasien akan merasa mata sangat sakit, mata seperti
kelilipan atau kemasukan pasir, fotofobia, blefarospasme, dan konjungtiva
kemotik.
Kornea akan menunjukkan adanya infiltrat pada permukaannya, yang
kadang-kadang disertai dengan kornea yang keruh dan uji fluoresein positif.
Kreatitis terutama terdapat pada fisura palpebra.
Pupil akan terlihat miosis. Tajam penglihatan akan terganggu. Keratitis ini
dapat sembuh tanpa cacat, akan tetapi bila radiasi berjalan lama kerusakan
dapat permanen sehingga akan memberikan keruhan pada kornea. Keratitis
dapat bersifat akibat efek kumulatif sinar ultra violet sehingga gambaran
keratitisnya menjadi berat.
Pengobatan yang diberikan adalah sikloplegia, antibiotika lokal, analgetik,
dan mata ditutup untuk selama 2-3 hari. Biasanya sembuh setelah 48 jam.
c. Trauma sinar X dan sinar terionisasi
Sinar Ionisasi dibedakan dalam bentuk :
1) sinar alfa yang dapat diabaikan
2) sinar beta yang dapat menembus 1cm jari
3) sinar gama dan
4) sinar x
Sinar ionisaasi dan sinar x dapat mengakibatkan katarak dan
rusaknya retina. Dosis kataraktogenik bervariasi dengan energi dan tipe
sinar, lensa yang lebih muda dan lebih peka.
Akibat dari sinar ini pada lensa, terjadi pemecahan diri sel epitel
secara tidak normal. Sedang sel baru yang berasal dari sel germinatif lensa
tidak menjadi jarang.
Sinar X merusak retina dengan gambaran seperti kerusakan
yang diakibatkan diabetes melitus berupa dilatasi kapiler, perdarahan,
mikroaneuris menjadi jarang. Sinar X merusak retina dengan gambaran
seperti kerusakan yang diakibatkan diabetes melitus berupa dilatasi kapiler,
pendarahan, mikroaneurisn mata dan eksudat.

10
Luka bakar akibat sinar X dapat merusak kornea yang
mengakibatkan kerusakan permanen yang sukar diobati. Biasanya akan
terlihat sebagai keratitis dengan iridosiklitis ringan. Pada keadaan yang
berat akan mengakibatkan perut konjungtiva atrofi sel goblet yang akan
mengganggu fungsi air mata.
Pengobatan yang diberikan adalah antibiotika topikal dengan steroid 3 kali
sehari dan sikloplegik satu kali sehari. Bils terjadi simblefaron pada
konjungtiva dilakukan tindakan pembedahan. ( Ilmu Penyakit Mata, 2013)
4. Benda Asing Pada Mata
Bulu mata, debu, kuku dan partikel lewat udara dapat kontak dengan
konjungtiva atau kornea dan menyebabkan iritasi atau abrasi. Pada benda asing
mata, umumnya klien mengeluh adanya sensasi benda asing (merasa sesuatu
dimata) atau penglihatan kabur. Nyeri terjadi jika epitel kornea karena kornea
mengandung saraf sensori yang berada dibawah epitel. Klien juga bisa
mengalami epifora atau fotofobia.
Jenis-jenis benda asing pada mata:
a. Benda logam
Terbagi menjadi benda logam magnit dan bukan magnit. Contoh:
emas, perak, platina, timah hitam, seng, nikel, aluminium, tembaga, besi.
b. Benda bukan logam
Contoh: batu, kaca, porselin, karbon, bahan pakaian dan bulu mata.
c. Benda inert
Adalah benda yang terdiri atas bahan-bahan yang tidak
menimbulkan reaksi jaringan mata, ataupun jika ada, reaksinya sangat
ringan dan tidak mengganggu fungsi mata. Contoh: emas, perak platina,
batu, kaca, porselin, plastik tertentu.
d. Benda reaktif
Adalah benda yang menimbulkan reaksi jaringan mata
mengganggu fungsi mata. Contoh: timah hitam, zink, nikel, aluminium,
tembaga, kuningan, besi. (Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata,
2004)
Akibat benda asing pada mata:
a. Rudapaksa / trauma

11
Erosi konjungtiva atau kornea. Erosi ini timbul apabila benda asing
yang masuk tidak sampai menembus bola mata tetapi hanya tertinggal pada
konjungtiva atau kornea.
b. Rudapaksa tembus / trauma tembus
Trauma tembus adalah suatu trauma diamana sebagian atau seluruh
lapisan kornea dan slera mengalami kerusakan. Trauman ini dapat terjadi
apabila benda asing melukai sebagian lapisan kornea atau sklera dan benda
tersebut tertinggal di dalam lapisan tersebut. Pada keadaan ini tidak terjadi
luka terbuka sehingga organ didalam bola mata tidak mengalami
kontaminasi.
Benda asing dengan kecepatan tinggi akan menembus seluruh
lapisan sklera atau kornea serta jaringan lain dalam bola mata kemudian
bersarang di dalam bola mata ataupun dapat sampai menimbulkan perforasi
ganda sehingga akhirnya benda asing tersebut bersarang di dalam rongga
orbita atau bahkan dapat mengenai tulang orbita. Dalam hal ini akan
ditemukan suatu luka terbuka dan biasanya terjadi prolaps iris, lensa
ataupun badan kaca.
c. Perdarahan
Perdarahan intraokular dapat terjadi apabila trauma mengenai
jaringan uvea, berupa hifema (perdarahan dalam bilik mata depan) atau
perdarahan dalam badan kaca.
d. Reaksi jaringan mata
Reaksi yang timbul tergantung jenis benda tersebut apakah benda
inert atau reaktip. Pada benda yang inert, tidak akan memberikan reaksi
ataupun kalau ada hanya ringan saja. Benda reaktip akan memberikan
reaksi-reaksi tertentu dalm jaringan mata.
Bentuk reaksinya tergantung macam serta letak benda asing tersebut di
dalam mata.
Benda organik kurang dapat menerima oleh jaringan mata
dibanding benda anorganik. Benda logam dengan sifat bentuk reaksi yang
merusak adalah besi berupa “siderosis” dan tembaga. Timah hitam dan seng
merupakan benda reaktip yang lemah reaksinya.
e. Siderosis

12
Reaksi jaringan mata akibat penyebaran ion besi ke seluruh mata
dengan konsentrasi terbanyak pada jaringan yang mengandung epitel yaitu:
epitel kornea, epitel pigmen iris, epitel kapsul lensa, epitel pigmen retina.
Timbulnya siderosis sebenarnya sangat dini tetapi tidak
memberikan gejala klinik yang jelas sampai beberapa waktu lamanya.
Gejala siderosis tampak 2 bulan sampai 2 tahun setelah trauma.
Gejala klinik berupa : gangguan penglihatan yang mula-mula
berupa buta malam kemudian penurunan tajam penglihatan yang semakin
hebat dan penyempitan lapng pandangan. Pada mata tampak endapan karat
besi pada kornea berwarna kuning kecoklatan, pupil lebar reaksi melambat,
bintik-bintik bulat kecoklatan pada lensa dan iris berubah warna.
f. Kalkosis
Kalkolisis adalah reaksi jaringan mata akibat pengendapan ion
tembaga terutama pada jaringan yang mengandung membran seperti
membran descemet, kapsul anterior lensa, iris, badan kaca dan permukaan
retina.

D. Patofisiologi
Trauma mata bisa disebabkan oleh karena mekanik dan non mekanik. Semua
insiden ciderai orga-organ mata yang menyebabkanterjadinya trauma mata. Trauma
mata yang diakibatkan oleh cedera mekanik pada jaringan bola mata akan
menimbulkan suatu atau berbagau akibat klasik seperti rasa sakit akibat truama,
gangguan penglihatan berupa penglihatan kabur, perdarahan atau luka terbuka dan
bentuk mata berubah
1. Trauma Tumpul
Trauma tumpul pada kornea atau limbus menimbulkan tekanan sangat tinggi
dalam waktu singkat didalam bola mata sehingga terjadi penyebaran tekanan
kecairan badan kaca dan jaringan sklera yang tidak elastis yang mengakibatkan
peregangan dan robekan jaringan pada kornea dan sklera, sudut irido-kornea,
badan siliari sehingga terjadi perdarahan.
2. Trauma tajam
Kerusakan yang diakibatkan trauma tajam/tembus akan lebih parah lagi
karena melibatkan kerusakan hingga bagian dalam struktur dan jaringan mata.
Kondisi ini biasanya sampai merusak fungsi mata dan kerusakannya permanen

13
(dapat disembuhkan hanya melalui operasi). Gangguan mata akibat trauma tajam
juga beragam, tergantung pada organ mata yang terkena dan seberapa besar
kerusakannya.
3. Trauma kimia
a. Trauma basa
Trauma oleh bahan kimia baa menyebabkan proses penyebaran membran
sel disertai dehidrasi sel. Terjadi kerusakan jaringan yang menembus sampai
ke lapisan yang lebih dalam dengan tepat dan berlangsung terus hingga
kerusakan terus terjadi lama setelah trauma. Terbentuk koagulase yang akan
menambah kerusakan kolagen kornea. Bila menembus bola mata, akan
merusak retina dan berakhir dengan kebutaan .
b. Trauma asam
Apabila larutan asam mengenai mata akan merusak dan memutus ikatan
intramolekul protein sehingga terjadi koagulasi kornea dan konjungtuva bulbi
yang menyebabkan kekeruhan pada kornea. Dan jika asam masuk ke bilik
mata depan akan menyebabkan iritis dan katarak yang menyebabkan
gangguan persepsi penglihatan

14
E. Pathway

Infeksi dari benda asing yang tertinggal dapat bersifat beracun ataupun tidak beracun, gangguan molekuler,reaksi jaringan

palpera pupil
TRAUMA MATA iris
Konjungtiva
Levator Sklera Edema Terjadi Otot
Retina M.sfingt
apeneurosis makula retina iridodialis sfingter
er pupil robekan
Ruptur pupil
Penurunan tekanan lumpuh/ pd iris
pembuluh darah lemah
Edema/hema robek kontraksi
bola mata
toma Perubahan hifema
perdarahan perdarahan Skotoma bentuk Pupil
Prolap jaringan bola
ptosis sentral pupil midriasis
mata Imbibisi
Nyeri /hemod
Atrofi saraf
Ablasio Reaksi
optik erosis
Gangguan retina cahaya
Pemenuhan
Kornea hilang/mela Zat besi
keb.istirahat lensa
Penurunan mbat mengubah
visus fisiologi mata
Erosi&laserasi edema Prolaps ruptur Sublukasi gg. fokus
pada iris pd retina
kebutaan Ftisis bulbi/
Hilangnya barier Gg Katarak inflamasi kebutaan
alamiah/epitel penglliha Penurunan traumatik Daya
gangguan
kornea tan visus iridoktilitis refraksi
citra tubuh Gangguan
turun
Gangguan Ansietas Resiko nyeri persepsi
persepsi sensori cedera sensori
Akomodasi tidak
adekuat

15
F. Manifestasi Klinis
4. Fisik atau mekanik
a. Trauma Tumpul
Trauma tumpul dapat menimbulkan perlukaan ringan yaitu penurunan
penglihatan sementara sampai berat, yaitu perdarahan didalam bola mata,
terlepasnya selaput jala (retina) atau sampai terputusnya saraf penglihatan
sehingga menimbulkan kebutaan menetap.
b. Trauma Tajam
Tanda-tanda trauma tembus atau tajam bola mata:
1) Tajam penglihatan menurun
2) Tekanan bola mata rendah
3) Bilik mata dangkal
4) Bentuk dan letak pupil yang berubah
5) Terlihatnya sobekan jaringan bola mata
6) Kerusakan jaringan didalam bola mata ( ilmu perawatan mata, 2004)
5. Khemis
a. Trauma basa
Kerusakan pada mata dapat dalam bentuk:
1) mata merah dengan perdarahan pada selaput lendir mata
2) lapis depan selaput bening atau kornea rusak
3) matinya jaringan kornea dan menjadi keruh ( Ilmu Perawatan Mata, 2004)
b. Trauma asam
Tanda yang terlihat pada mata berupa penggumpalan yang berwarna putih pada
permukaan mata yang terkena. Biasanya cedera akibat asam tidak merusak
mata. ( Ilmu Perawatan Mata, 2004)
3. Trauma Radiasi Elektromagnetik
Tanda kerusakan akibat sinar las:
a. Biasanya keluhan terjadi setelah 4 jam
b. Mata terasa seperti kelilipan benda
c. Silau
d. Kelopak mata memejam keras
e. Mata merah
f. Penglihatan menurun ( Ilmu Perawatan Mata, 2004)

16
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiology pada trauma mata sangat membantu dalam
menegakkan diagnosa, terutama bila ada benda asing .Pemeriksaan ultra
sonographi untuk menentukan letaknya, dengan pemeriksaan ini dapat diketahui
benda tersebut pada bilik mata depan, lensa, retina.
2. Pemeriksaan “Computed Tomography” (CT)
Suatu tomogram dengan menggunakan computer dan dapat dibuat
“scanning” dari organ tersebut.
3. Pengukuran tekanan IOL dengan tonography: mengkaji nilai normal tekanan
bola mata (normal 12-25 mmHg).
Pengkajian dengan menggunakan optalmoskop: mengkaji struktur internal
dariokuler, papiledema, retina hemoragi.
4. Pemeriksaan Laboratorium, seperti :. SDP, leukosit ,kemungkinan adanya infeksi
sekunder.
5. Pemeriksaan kultur. Untuk mengetahui jenis kumannya.
6. Kalau perlu pemeriksaan tonometri Schiotz, perimetri, gonioskopi, dan tonografi,
maupun funduskopi (Ilyas, S., 2000)

H. Penatalaksanaan Medis
1. Fisik atau mekanik
a. Perawatan trauma Tumpul
1) Terlebih dahulu beri kompres dingin untuk mengurangkan sakit dan
pembengkakan jaringan.
2) Segera cari tempat pertolongan pertama bila mata sakit, penglihatan
mundur, mata menjadi hitam yang mungkin merupakan tanda kerusakan
bola mata bagian dalam.
3) Perawatan khusus diperlukan untuk melihat kelainan dibagian dalam bola
mata bila sakit tidak berkurang, penglihatan mundur atau berkurang.
4) Trauma tumpul dapat mengakibatkan kelainan pada jaringan diluar dan
diadalam bola mata
5) Jangan memegang mata atau membersihkan mata tanpa kelengkapan alat,
bebat mata dengan kain kassa bersih ( Ilmu Perawatan Mata, 2004)
b. Trauma Tajam

17
1) Tindakan awal
a) Tindakan awal adalah tutp mata dan lakukan kompres es untuk
menurunkan perdarahan
b) Kurangi kecemasan klien
c) Kirim klien ke rumah sakit secepat mungkin. Jika jaringan lepas,
kirim jaringan dalam wadah yang dibungkus dengan es. Jika benda
menonjol, stabilkan sebelum dikirim. Shield temporer perlu diberikan
pada cedera karena gelas/botol/kaca, plastik tutup sprei dan cangkir
plastik.
2) Tindakan di rumah sakit
a) Pemeriksaan visus jika klien dapat membuka mata
b) Membersihkan kelopak mata
c) Pemberian antibiotik
d) Pembedahan :
Preoperasi, karena menggunakan anastesi umum, maka klien harus
dipuasakan sebelumnya. Klien perlu diberi antibiotik intravena,
kalau perlu tetanus booster.
Pascaoperasi, antibiotik dan pemantauan mata terhadap tanda dam
gejala infeksi serta batasi aktivitas. (Asuhan Keperawtan Klien
Gangguan Mata, 2004)
c. Trauma Radiasi Elektromagnetik
1) Trauma Sinar Ultra Violet (Sinar Las)
Pengobatan yang diberikan adalah sikloplegia, antibiotika lokal,
analgetik, dan mata ditutup untuk selama 2-3 hari. Biasanya sembuh
setelah 48 jam
2) Trauma Sinar Ionisasi dan sinar x
Pengobatan yang diberikan adalah antibiotika topikal denga steroid 3 kali
sehari dan sikloplegik satu kali sehari. Bila terjadi simblefaron pada
konjungtiva dilakukan tindakan pembedahan. ( Ilmu Penyakit Mata,
2013)

I. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Trauma Mata


1. Pengkajian
a. Data demografi :

18
1) Nama : nama dibutuhkan untuk mengetahui identitas klien
2) Umur: umur klien merupakan faktor penting dalam mengkaji proses
visual dan struktur mata
3) Latar belakang etnis : informasi tentang ini juga penting karena
beberapa penyakit lebih banyak terjadi pada kelompok populasi
tertentu misalnya, etnis yahudi lebih mudah mengalami penyakit Tay-
sachs yang mempunyai efek pada mata.
4) Jenis kelamin : jenis klamin klien juga signifikan, misalnya oblasio
retina lebih sering terjadi pada pria
5) Alamat : alamat dan nomor telepon klien juga perlu dicatat terutama
jika klien harus menjalani perawatan tindak lanjut
b. Keluhan utama
1) Riwayat keluarga: perlu menanyakan riwayat keluarga yang
berhubungan dengan masalah mata atau penyakit lainnya
2) Riwayat personal : perlu menanyakan penyakit yang pernah diderita,
pembedahan dan juga obat atau alergi yang dimiliki klien.
3) Riwayat diet : menanyakan tentang makanan yang dikonsumsi klien
karena beberapa masalah mata berhubungan dengan defisiensi
bermacam-macam vitamin.
4) Status sosial dan ekonomi : menanyakan tentang sifat pekerjaan klien
dan mata mana yang digunakan
5) Masalah kesehatan sekarang.
c. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi ( postur dan gambaran klien, kesimetrisan mata, alis dan
kelopak mata, konjungtiva, kelenjar lakrimal, sklera, kornea dan pupil)
2) Palpasi : palpasi pada mata dan struktur yang berhubungan. Digunakan
untuk menentukan adanya tumor, nyeri tekan dan keadaan Tekanan
intraokular (TIO).
3) Pemeriksaan penglihatan :
a) Tajam penglihatan atau uji penglihatan sentral : uji penglihatan
merupakan pengukuran paling penting terhadap fungsi okuler dan
harus merupakan bagian dari pemeriksaan rutin pada mata.
b) Uji penglihatan jauh : dengan menggunakan Snellen Chart, hitung
jari, gerak tangan dan proyeksi/ persepsi cahaya

19
c) Uji penglihatan dekat : dilakukan pada klien yang mengemukakan
kesulitan dalam membaca dan pada klien kurang dari 40 tahun.
d) Uji untuk kebutaan.
e) Pengkajian lapang pandang.
f) Uji penglihatan warna
g) Pengkajian fungsi otot ekstraokuler
h) Corneal light reflex (Hirschberg Test) : digunakan untuk
paralelisme atau kelurusan kedua mata
i) The Six Cardinal Position of Gaze : pengujian ini mengkaji gerakan
mata melalui enam posisi pandangan utama.
j) Cover-Uncover Test
k) Oftalmoskopi
4) Pengkajian psikososial
Klien dapat mengalami gangguan konsep diri yang dapat
mempengaruhi harga diri dan mengganggu aspek kehidupan pasien
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan agens-agens penyebab
cedera
b. Gangguan persepsi sensori : visual ber hubungan dengan ketajaman
penglihatan
c. Ansietas berhubungan dengan tindakan pembedahan
d. Resiko cidera berhubungan dengan ketajaman penglihatan
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil NIC

Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan 1. Minta klien untuk


nyaman nyeri keperawatan, klien menilai nyeri atau
berhubungan melaporkan nyeri berkurang. ketidaknyamanan
dengan agens- pada skala 0 sampai
agens 10 (0 = tidak nyeri, 10
penyebab = nyeri berat).
cedera 2. Jelaskan penyebab
nyeri

20
3. Observasi lokasi
nyeri
4. Observasi keadaan
luka
5. Kolaborasi dengan
tim medis untuk
pemberian analgesik
dan pemberian obat
tetes mata
6. Intruksikan klien
untuk
menginformasikan
kepada perawat jika
peredaan nyeri tidak
dapat di capai.
Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Tentukan ketajaman
persepsi keperawatan, diharapkan penglihatan
sensori : visual ketajamanpenglihatan klien 2. Perhatikan tentang
ber hubungan meningkat penglihatan kabur dan
dengan iritasi mata akibat
ketajaman penggunaan tetes mata
penglihatan 3. Letakkan barang yang
klien butuhkan pada
jangkauan area
penglihatan mata kiri
Ansietas Setelah dilakukan tindakan 1. Gunakan pendekatan
berhubungan keperawatan, kecemasan untuk menenangkan
dengan pada kien berkurang atau klien saat
tindakan hilang. memberikan
pembedahan informasi
2. Dorong klien
mengekspresikan
perasaan tentang
kehilangan

21
penglihatan
3. Beritahu klien tentang
penyakitnya
Resiko cidera Setelah dilakukan perawatan, 1. Berikan kesempatan
berhubungan diharapkan klien klien untuk
dengan mengidentifikasi faktor- mengungkapkan
ketajaman faktor yang dapat perasaan tentang
penglihatan meningkatkan kemungkinan kehilangan
cedera penglihatan seperti
dampaknya terhadap
gaya hidup.
2. Orientasikan klien
pada ruangan.
3. Lakukan modifikasi
lingkungan untuk
memaksimalkan
penglihatan yang
dimiliki klien.
4. Berikan stimulasi
sensori dengan
menggunakan
stimulus taktil,
auditorius, dan
gustatorius untuk
membantu
mengompensasi
kehilangan
penglihatan.

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Trauma mata dapat dicegah dan diperlukan penerangan kepada masyarakat untuk
menghindarkan terjadinya trauma pada mata, seperti :
1. Trauma tumpul akibat kecelakaan tidak dapat dicegah, kecuali trauma tumpul
perkelahian.
2. Diperlukan perlindungan pekerja untuk menghindarkan terjadinya trauma tajam.
3. Setiap pekerja yang sering berhubungan dengan bahan kimia sebaiknya mengerti
bahan apa yang ada ditempat kerjanya.
4. Pada pekerja las sebaiknya menghindarkan diri terhadap sinar dan percikan bahan
las dengan memakai kaca mata.
5. Awasi anak yang sedang beramain yang mungkin berbahaya untuk matanya.

B. Saran
Diharapkan perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan
benar sehingga klien dengan trauma mata bisa segera ditangani dan diberikan
perawatan yang tepat. Perawat juga diharuskan bekerja secara profesional sehingga
meningkatkan pelayanan untuk membantu kilen dengan trauma mata.

23
DAFTAR PUSTAKA

Suzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare. Keperawatan Medikal – Bedah Brunner &


Sudarth ( Brunner & Sudarth’s Textbook of Medical – Surgical Nursing). Vol.3.
Jakarta : EGC

Prof. Dr. Sidarta Ilyas SpM,dkk. 2010. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum Dan
Mahasiswa Kedokteran. Ed.2. Jakarta: CV Sagung Seto

Prof.Dr.H.Sidarta Ilyas SpM. 2004. Ilmu Perawatan Mata. Jakarta : CV Sagung Seto

Istiqomah, Indriana N. 2005. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. Jakarta :


EGC

Bruce James, Chris Chew, Anthony Bron. 2005. Lecture Notes: Oftalmologi. Erlangga

Prof. Dr. Sidarta Ilyas SpM,dkk. 2013. Ilmu Penyakit Mata edisi keempat. Jakarta :
Badan Penerbit FKUI

24

Anda mungkin juga menyukai