HIPERMETROPI
NAMA :
1. CINDY ANGELA MEIPUTRI (2019210044)
2. PRYTA AMBARSARI PANGESTIKA (2019210025)
3. PUTRI AULIA DENANDA (2019210046)
4. ELGI AULIA PESA (2019210026)
5. DWI YUNI (2019210013)
KELAS :A
UNIVERSITAS PANCASILA
FAKULTAS FARMASI
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT dengan berkat dan rahmatnya
makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini disusun berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
Makalah ini berisikan meteri Indera Penglihatan – Hipermetropi untuk mempermudah dalam
menyelaminya.
Salah satu tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk pengembangan daya
penalaran untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Oleh
karena itu dalam makalah ini, pembahasan konsep disertai gambar-gambar yang menarik dan
mengedepankan ilustrasi yang memacu berpikir kritis.
Harapan penyusun semoga kehadiran makalah ini akan sangat bermanfaat, terutama
untuk para Mahasiswa Fakutas Farmasi Universitas Panasila. Kami ucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah mendorong dan membantu terwujudnya makalah ini. Akan
tetapi, penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran demi kemajuan makalah selanjutnya.
Penyusun (Kelompok 2)
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................3
I............................................................................................................................ TINJAUAN PUSTAKA
...............................................................................................................................................................4
A. PENGERTIAN MATA.........................................................................................................4
B. ANATOMI PADA MATA....................................................................................................5
C. OTOT PENGGERAK MATA................................................................................................6
D. MEKANISME PENGLIHATAN............................................................................................7
E. VASKULARISASI MATA.....................................................................................................8
F. KELAINAN PADA MATA...................................................................................................8
II.TINJAUAN KASUS...........................................................................................................................10
A. Pengertian Hipermetropi..............................................................................................10
B. Penyebab dari hipermetropi.........................................................................................10
C. Tanda dan gejala...........................................................................................................10
D. Klasifikasi.......................................................................................................................11
a. Hipermetropia manifest................................................................................................11
E. Pengobatan Hipermetropi............................................................................................12
F. Cara Merawat Kesehatan Mata....................................................................................12
III. PENUTUP.......................................................................................................................................14
A. kesimpulan....................................................................................................................14
B. Saran..............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................16
3
I. TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN MATA
Mata adalah sistem optik yang memfokuskan berkas cahaya pada fotoreseptor dan
mengubah energi cahaya menjadi impuls syaraf.
Menurut Nangsari (1988:249), bola mata dilindungi oleh beberapa lapisan yaitu :
a) Lapisan sebelah luar disebut lapisan fibrosa
b) Bagian sebelah tengah disebut lapisan vascular
c) Bagian sebelah luar disebut lapisan yang terdiri dari jaringan syaraf
4
Titik ini disebut bintik buta, oleh karena tidak mempunyai retina. Bagian yang paling
peka adalah macula, yang terletak tepat eksternal terhadap diskus optic, persis
berhadapan dengan pusat pupil. (Pearce Evelyn,1979:315)
6
2. Muskular Intrinsik Bulbi
Muskular sphincter pupilae :kontraksi--> myosis, relaksasi--> midriasis; N. III
Muskular dilatator pupilae :kontraksi--> midriasis(pupil melebar); serabut
parasympatis setinggi cervical
Muskular ciliare :kontraksi--> zonula zinii mengendur-->
akomodasi(lensa crystelina mencembung), N. III
D. MEKANISME PENGLIHATAN
Mekanisme kerja mata adalah sebagain berikut :
7
1. Ketika kita melihat suatu objek, cahaya yang jatuh di atasnya tercermin arah mata
kita, dan memasuki mata melalui lapisan transparan kornea, yang membantu dalam
memfokuskan cahaya.
2. Cahaya kemudian melewati aqueous humor lembab yang mengandung dan
mencapai pembukaan pusat yang disebut pupil, yang dengan bantuan dari iris
mengembang atau kontraksi untuk mengatur jumlah cahaya melewatinya.
3. Cahaya yang masuk melalui pupil lolos ke lensa mata, yang membantu dalam
menyesuaikan dan memfokuskan cahaya pada retina. Ia melakukannya dengan
mengubah bentuk, tergantung pada apakah cahaya datang dari jauh atau dekat
dengan objek.
4. Lampu terfokus kemudian melewati humor vitreous dan akhirnya diproyeksikan
pada membran epiretinal mengandung sel-sel fotoreseptor. Batang dan kerucut
retina mengkonversi sinar cahaya menjadi impuls listrik.
5. Sinyal-sinyal listrik ditransmisikan oleh saraf optik untuk mencapai pusat penglihatan
di otak. Otak menafsirkan dan merasakan sinyal-sinyal sebagai gambar
E. VASKULARISASI MATA
Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan mata
kanan,sedangkan darah dari mata di bawa oleh vena oftalmika dan vena retinalis.
Pembuluh darahini masuk dan keluar melalui mata bagian belakang
8
refraksi merupakan gangguan yang banyak terjadi di dunia tanpa memandang jenis
kelamin, usia, maupun kelompok etnis.
Kelainan refraksi merupakan kelainan pada mata yang paling umum. Hal ini terjadi
apabila mata tidak mampu memfokuskan bayangan dengan jelas, sehingga
penglihatan menjadi kabur, dimana kadang-kadang keadaan ini sangat berat
sehingga menyebabkan kerusakan pada penglihatan.
Tiga kelainan refraksi yang paling sering dijumpai yaitu miopia,
hipermetropia, dan astigmatisme. Disamping itu, terdapat kelainan fisiologis yang
menyerupai kelainan refraksi yang disebut dengan presbiopia. Keadaan ini berbeda
dengan ketiga jenis lainnya dimana presbiopia berhubungan dengan proses penuaan
dan terjadi hampir pada seluruh individu.
Prevalensi kebutaan menurut WHO (1990) adalah berkisar antara 0,08% pada
anak-anak sampai 4,4% pada orang dewasa usia diatas 60 tahun. Secara
keseluruhan, prevalensinya 0,7%. Jumlah orang yang mengalami kebutaan di dunia
meningkat 1-2 juta orang setiap tahunnya (Andayani, 2008).
Prevalensi kebutaan di ASEAN adalah sekitar 0,8%. Angka ini bervariasi, mulai
dari 0,3% di Thailand hingga 1,5% di Indonesia. Negara kita merupakan negara
dengan angka kebutaan yang tertinggi dibandingkan dengan negara-negara ASEAN
lainnya (WHO, 2001).
Di Indonesia terutama anak-anak remaja yang golongan ekonomi keluarganya
menengah keatas mempunyai angka kejadian miopia yang semakin meningkat.
Banyak faktor-faktor yang menyebabkan miopia, salah satu faktor yang berpengaruh
dalam perkembangan miopia adalah aktivitas melihat dekat atau nearwork. Adanya
kemajuan teknologi dan telekomunikasi, seperti televisi, komputer, video game, dan
lain-lain, secara langsung maupun tidak langsung akan meningkatkan aktivitas
melihat dekat.
Faktor gaya hidup mendukung tingginya akses anak terhadap media visual
yang ada. Hampir seluruh murid di sekolah manapun di Indonesia rata-rata
mempunyai televisi (94,5%), video game (39,4%), dan komputer (15,7%). Tingginya
akses terhadap media visual ini apabila tidak diimbangi dengan pengawasan
terhadap perilaku buruk, seperti jarak lihat yang terlalu dekat serta istirahat yang
kurang, tentunya dapat meningkatkan terjadinya miopia (Sahat, 2006).
Miopia juga dapat terjadi karena ukuran bola mata yang relatif panjang atau
karena indeks bias media yang tinggi. Penyebab utamanya adalah genetik, namun
faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi seperti kekurangan gizi dan vitamin,
dan membaca serta bekerja dengan jarak terlalu dekat dan waktu lama dapat
menyebabkan miopia. Penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus yang tidak
terkontrol, katarak jenis tetentu, obat anti hipertensi serta obat-obatan tertentu
dapat mempengaruhi kekuatan refraksi dari lensa yang dapat menimbulkan miopi.
Walaupun kelainan refraksi sudah cukup banyak terjadi dan umum di
masyarakat, namun pengetahuan mereka mengenai kelainan refraksi dan kesehatan
mata ini masih belum cukup. Padahal pengetahuan ini sangat penting terutama
mengenai koreksi kelainan refraksi. Jika kelainan refraksi tidak dikoreksi dapat
menimbulkan komplikasi seperti esotropia (juling ke dalam) bahkan kebutaan.
9
II. TINJAUAN KASUS
A. Pengertian Hipermetropi
Hipermetropi atau rabun dekat adalah cacat mata yang mengakibatkan
seseorang tidak dapat melihat benda pada jarak dekat. Titik dekat penderita rabun
dekat akan bertambah, tidak lagi sebesar 25 cm tapi mencapai jarak tertentu yang
lebih jauh. Penderita rabun dekat hanya dapat melihat benda pada jarak yang jauh.
Mata hipermetropi disebabkan oleh keadaan fisik lensa mata yang terlalu pipih
atau tidak dapat mencembung dengan optimal, oleh sebab itu bayangan yang
dibentuk lensa mata jatuh di belakang retina. Rabun dekat dapat tolong
menggunakan kaca mata lensa cembung, yang berfungsi untuk mengumpulkan sinar
sebelum masuk mata, sehingga terbentuk bayangan yang tepat jatuh di retina.
10
d. Penglihatan dekat lebih cepat buram, akan lebih terasa lagi pada keadaan
kelelahan, atau penerangan yang kurang.
e. Sakit kepala biasanya pada daerah frontal dan dipacu oleh kegiatan melihat dekat
jangka panjang. Jarang terjadi pada pagi hari, cenderung terjadi setelah siang hari
dan bisa membaik spontan kegiatan melihat dekat dihentikan.
f. Eyestrain
g. Sensitive terhadap cahaya
h. Spasme akomodasi, yaitu terjadinya cramp m. ciliaris diikuti penglihatan buram
intermiten
D. Klasifikasi
a. Hipermetropia manifest
Adalah hipermetropia yang dapat dikoreksi dengan kacamata positif maksimal
yang memberikan tajam penglihatan normal. Hipermetropia ini terdiri atas
hipermetropia absolut ditambah dengan hipermetropia fakultatif. Hipermetropia
manifes didapatkan tanpa siklopegik dan hipermetropia yang dapat dilihat dengan
koreksi kacamata yang maksimal.
b. Hipermetropia Absolut
Dimana kelainan refraksi tidak diimbangi dengan akomodasi dan memerlukan
kacamata positif untuk melihat jauh. Biasanya hipermetropia laten yang ada
berakhir dengan hipermetropia absolut ini. Hipermetropia manifes yang tidak
memakai tenaga akomodasi sama sekali disebut sebagai hipermetropia absolut,
sehingga jumlah hipermatropia fakultatif dengan hipermetropia absolut adalah
hipermetropia manifes.
c. Hipermetropia Fakultatif
Dimana kelainan hipermatropia dapat diimbangi dengan akomodasi ataupun
dengan kaca mata positif. Pasien yang hanya mempunyai hipermetropia fakultatif
akan melihat normal tanpa kaca mata yang bila diberikan kaca mata positif yang
memberikan penglihatan normal maka otot akomodasinya akan mendapatkan
istrahat. Hipermetropia manifes yang masih memakai tenaga akomodasi disebut
sebagai hipermetropia fakultatif.
d. Hipermetropia Laten
Dimana kelainan hipermetropia tanpa siklopegi ( atau dengan obat yang
melemahkan akomodasi) diimbangi seluruhnya dengan akomodasi.
Hipermetropia laten hanya dapat diukur bila siklopegia. Makin muda makin besar
komponen hipermetropi laten seseorang. Makin tua seseorang akan terjadi
kelemahan akomodasi sehingga hipermetropia laten menjadi hipermetropia
fakultatif dan kemudian akan menjadi hipermetropia absolut. Hipermetropia laten
sehari-hari diatasi pasien dengan akomodasi terus menerus, teritama bila pasien
masih muda dan daya akomodasinya masih kuat.
e. Hipermetropia Total
Hipermetropia yang ukurannya didapatkan sesudah diberikan siklopegia.
11
E. Pengobatan Hipermetropi
Tujuan pengobatan hipermetropi atau rabun dekat adalah membantu
memfokuskan cahaya ke retina. Pengobatan bisa dilakukan melalui beberapa
metode berikut:
a. Penggunaan kacamata atau lensa kontak
Kacamata dan lensa kontak adalah cara paling sederhana untuk mengatasi
hipermetropi. Cara kerja dua alat bantu tersebut adalah dengan memfokuskan
cahaya ke retina, sehingga penglihatan menjadi lebih jelas. Agar jenis serta
ukurannya cocok dan aman, konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter
sebelum menggunakan kacamata atau lensa kontak. Khusus untuk pengguna
lensa kontak, tanyakan pada dokter cara penyimpanan dan perawatan lensa
kontak.
b. Operasi laser
Meskipun lebih sering digunakan untuk mengatasi rabun jauh, operasi laser juga
bisa memperbaiki hipermetropi ringan hingga sedang. Ada 3 jenis operasi laser
yang dapat dilakukan untuk membentuk ulang kornea agar penglihatan penderita
menjadi lebih baik, yaitu:
1. Laser-assisted in situ keratomileusis (LASIK)
2. Laser-assisted subepithelial keratectomy (LASEK)
3. Photorefractive keratectomy (PRK)
Semua operasi laser di atas bersifat permanen, sehingga melepaskan penderita
dari ketergantungan kepada kacamata atau lensa kontak. Tetapi sebelum memilih
untuk menjalani operasi, bicarakan terlebih dahulu dengan dokter mengenai
kemungkinan komplikasi yang dapat muncul pasca operasi.
12
13
III. PENUTUP
A. kesimpulan
Salah satu alat indera pada manusia adalah mata atau indera penglihatan ,
yang disebut juga dengan fotoreseptor karena mampu menerima rangsangan fisik
yang berupa cahaya. Ada 3 lapisan jaringan atu selaput yang membungkus bola mata
dari luar kedalam yaitu sklera , koroid , dan retina.
Pada mata juga terdapat alat-alat tambahan yaitu otot-oto mata , pelupuk-
pelupuk mata dan kelenjar air mata , kotak mata ( rongga tempat mata ) & bulu
mata.
Pada mata juga sering ditemukan kelainan-kelainan atau penyakit yang dapat
menyebabkan kerusakan pada mata seperti miopi, hipermetropi, presbiopi, katarak,
astigmatisma dan lain-lain. Karena mata adalah organ yang penting pada manusia,
kita harus bisa melindungi makalah kita agar tidak terkena penyakita mata tersebut.
Untuk itu banyak hal yang bisa dilakukan, diantaranya mengkonsumsi vitamin A
sesuai kebutuhan, tidak menonton TV terlalu dekat dengan layar ,tidak membaca
buku terlalu dekat/sambil tidur,tidak membaca diruangan yang kurang cahaya /
redup.dan bila mata terkena debu, jangan mengucek mata dengan tangan yang
kotor karena dapat menyebabkan mata iritasi. Ada beberapa penyakit yang dapat
terjangkit pada mata salah satunya adalah Hiprermetropi.
Hipermetropi atau rabun dekat adalah cacat mata yang mengakibatkan
seseorang tidak dapat melihat benda pada jarak dekat. Penyebab penyakit
hipermetropi yaitu,sumbu utama bola mata yang terlalu pendek, daya pembiasan
bola mata yang terlalu lemah, kelengkungan kornea dan lensa tidak adekuat,
perubahan posisi lensa.
Diameter anterior posterior bola mata yang lebih pendek, kurvatura
kornea dan lensa yang lebih lemah, dan perubahan indeks refraktif menyebabkan
sinar sejajar yang dating dari objek terletak jauh tak terhingga di biaskan di belakang
retina. Komplikasi yang dapat terjadi adalah esotropia dan glaucoma. Esotropia atau
juling ke dalam terjadi akibat pasien selamanya melakukan akomodasi.
B. Saran
Mata merupakan salah satu panca indera yang sangat penting bagi
kehidupan manusia dan penglihatan merupakan hal yang sangat penting dalam
menentukan kualitas hidup manusia. Tanpa mata, manusia mungkin tidak dapat
melihat sama sekali apa yang ada disekitarnya, maka dari itu jagalah mata yang
dimiliki oleh kita.
14
Demikian makalah ini penulis selesaikan sebagai salah satu tugas kuliah
Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia. Namun, Kami sebagai penyusun menyadari
terdapat kekurangan.
Dari itu, Kami sangat mengharapkan dari pembaca, pendengar maupun Asisten
Dosen dan Dosen pembimbing mata kuliah ini untuk turut serta dalam memberikan
kritik yang membangun dan saran yang baik tentunya agar kedepannya menjadi
lebih baik dari sebelumnya.
15
DAFTAR PUSTAKA
1. http://rizkigaluhway.blogspot.com/p/makalah-ipa-dasar-miopi-dan-
hipermetropi.html Diakses pada tanggal 24 September 2019
2. https://www.academia.edu/33778208/MAKALAH_INDRA_PENGLIHATAN
Diakses pada tanggal 24 September 2019
3. https://www.academia.edu/9715625/ANATOMI_MATA
Diakses pada tanggal 24 September 2019
4. Campbell, N.A, dkk. 2000. Biologi : Edisi ke-5 Jilid ke 2. Jakarta : Erlangga
5. Budiyono, S. 2011. Anatomi Tubuh Manusia. Bekasi : Laskar Aksara
6. Tarwoto, N.S, dkk. 2009. Anatomi Dan Fisiologi. Jakarta : Trans Info Media
16