Anda di halaman 1dari 23

MATA KULIAH : Sistem Persepsi Sensori

DOSEN : Ns. Yulianti Seriawati, S.Kep., M.Kes.

KATARAK

DISUSUN OLEH :

1. EMI

B2 002 17 001

2. RINA LESTARI

B2 002 17 014

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BARAMULI PINRANG

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.

Makalah ini di susun untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah Sistem Persepsi Sensori
dengan pembahasan materi gangguan pada persepsi visual, katarak.

Berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya tugas ini dapat terselesaikan.
Untuk itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ns. Yulianti Seriawati, S.Kep., M.Kes..
Selaku dosen mata kuliah yang telah membimbing dalam menyelesaikan tugas ini.

Dalam penyusunan makalah ini, penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
dan memberikan wawasan yang lebih luas bagi pembacanya. Penyusun menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini terdapat banyak kekurangan sehingga kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun agar dapat memperbaiki untuk penyusunan makalah selanjutnya.

Terima kasih.

ii
DAFTAR ISI

Sampul .................................................................................................i

Kata Pengantar ................................................................................... ii

Daftar Isi ........................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang · .................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan Makalah..................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN

A. Anatomi & Fisiologi ............................................................. 3


B. Definisi ................................................................................ 5
C. Etiologi ................................................................................ 6
D. Faktor Resiko ........................................................................ 6
E. Menifestasi Klinis ................................................................. 6
F. Patofisiologi ......................................................................... 7
G. Pemeriksaan Diagnostik ..................................................... 11
H. Penatalaksanaan ................................................................. 11
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS

A. Pengkajian . ....................................................................... 14
B. Analisa Data16
C. Diagnosa Keperawatan ....................................................... 17
D. Intervensi Asuhan Keperawatan ........................................ 17
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan · ....................................................................... 19
B. Kritik dan Saran .................................................................. 19

Daftar Pustaka ....................................................................... 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Katarak adalah istilah kedokteran untuk setiap keadaan kekeruh an yang terjadi pada
lensa mata yang dapat terjadi akibat dehidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein
lensa atau dapat juga akibat dari kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan
progresif. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan
lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur
pada retina.
Katarak merupakan masalah penglihatan yang serius karena katarak dapat
mengakibatkan kebutaan. Berdasarkan hasil survey kesehatan tahun 2013 katarak merupakan
penyebab kebutaan yang paling utama yaitu sebesar 52%. Indonesia sampai saat ini
merupakan negara dengan jumlah penderita buta katarak tertinggi kedua di Asia Tenggara,
mencapai 1,5% atau 2 juta jiwa. Setiap tahunnya bertambah 240.000 orang yang terancam
mengalami kebutaan.
Katarak memang dianggap sebagai penyakit yang lumrah pada lansia. Akan tetapi,
ada banyak faktor yang akan memperbesar resiko terjadinya katarak. Faktor-faktor ini antara
lain adalah paparan sinar ultraviolet yang berlebihan terutama pada negara tropis, paparan
dengan radikal bebas, merokok, defesiensi vitamin (A, C, E, niasin, tiamin, riboflavin, dan
beta karoten), dehidrasi, trauma, infeksi, penggunaan obat kortikosteroid jangka panjang,
penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, genetik dan myopia.
Begitu besarnya resiko masyarakat Indonesia untuk menderita katarak memicu kita
dalam upaya pencegahan. Dengan memperhatikan gaya hidup, lingkungan yang sehat dan
menghindari pemakaian bahan-bahan kimia yang dapat merusak akan membuta kita
terhindar dari berbagai jenis penyakit dalam stadium yang lebih berat yang akan menyulitkan
upaya penyembuhan.
Sehingga kami sebagai mahasiswa keperawatan memiliki solusi dalam mencegah dan
menanggulangi masalah katarak yakni dengan memberikan sebuah raangkuman makalah
tentang katarak sebagai bahan belajar dan pendidikan bagi mahasiswa keperawatan.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana anatomi fisiologi Mata ?
2. Apakah definisi katarak ?
3. Apakah yang menyebabkan/etiologi katarak ?
4. Apakah faktor resiko dari katarak ?
5. Bagaimana klasifikasi penyakit katarak ?
6. Bagaimana manifestasi klnis pada pasien katarak ?
7. Bagaimana patofisiologi penyakit katarak ?
8. Bagaimana pemeriksaan diagnostik katarak ?
9. Bagaimana penatalaksanaan medis pasien dengan katarak ?

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan penulisan makalah ini untuk mengetahui konsep dasar asuhan
keperawatan pada penderita Katarak.
2. Tujuan Khusus
a. Pembaca dapat mengetahui anatomi fisiologi Mata ?
b. Pembaca dapat mengetahui Definisi katarak
c. Pembaca dapat mengetahui etiologi katarak ?
d. Pembaca dapat mengetahui faktor resiko dari katarak ?
e. Pembaca dapat mengetahui klasifikasi penyakit katarak
f. Pembaca dapat mengetahui manifestasi klnis pada pasien katarak ?
g. Pembaca dapat mengetahui patofisiologi penyakit katarak ?
h. Pembaca dapat mengetahui pemeriksaan diagnostik katarak ?
i. Pembaca dapat mengetahui penatalaksanaan medis pasien dengan katarak ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI


Mata adalah organ penglihatan. Saraf optikus atau urat saraf kranial kedua adalah
saraf sensorik untuk penglihatan. Saraf ini timbul dari sel-sel ganglion dalam retina yang
bergabung membentuk saraf optikus. Saraf ini bergerak ke belakang secara medial dan
melintasi kanalis optikus memasuki rongga kranium, lantas menuju kiasma optikum. Saraf
penglihatan memiliki 3 pembungkus yang serupa dengan meningen otak. Lapisan luarnya
kuat dan fibrus serta bergabung dengan skelera. Lapisan tengah halus seperti araknoid,
sementara lapisan dalam adalah vakuler ( mengandung banyak pembuluh darah).
Pada saat serabut-serabut itu mencapai kiasma optikum, separuh serabut-serabut itu
akan menuju ke traktus optikus sisi seberangnya, sementara separuhnya lagi menuju traktus
optikus sisi yang sama. Dengan perantaraan serabut-serabut ini, setiap serabut nervus optikus
dihubungkan dengan kedua sisi otak. Pusat visual terletak pada korteks lobus oksipitalis
otak.
Bola mata adalah organ penglihat. Struktur yang berhubungan dilindungi dan dilingkupi
dalam tulang berongga bulat dianamakan orbita, serta dilindungi sejumla struktur, seperti
kelopak mata,alis, konjungtiva, dan alat-alat lakrimal (aparatu lakrimalis). Bola mata yang
menempati bagian kecil dari orbita, dilindungi dan dialasi oleh lemak yang terletak di
belakang bola mata. Saraf dan pembuluh darah yang mensuplai nutrisi dan mentransmisikan
impuls ke otak juga dalam orbita. Orbita merupakan rongga berpotensi untuk terkumpulnya
cairan, darah, dan udara karena letak anatominya yang dekat dengan sinus dan pembuluh
darah. Pendesakan komponen lain ke lengkungan orbita dapat menyebabkan pergseran,
penekanan, atau protusi bola mata dan struktur di sekitarnya. Meskipun ada perbedaan
individual pada mata tiap orang, biasanya ukuran dan posisinya mendekati semetris.
Bagian - bagian biji mata mulai dari depan hingga belakang :

3
gb.1

1. Kornea, merupakan bagian depan yang transparan dan bersambung dengan skelera yang
putih dan tidak tembus cahaya, kornea terdiri atas berberapa lapisan. Lapisan tepi adalah
epitelium berlapis yang bersambung dengan konjungtiva.
2. Bilik anterior ( kamera okuli anterior),yang terletak antara kornea dan iris.
3. Iris adalah tirai berwarna di depan lensa yang bersambung dengan selaput koroid. Iris
berisi 2 kelopak serabut otot tak sadar atau otot polos-kelompok yang satu mengecilkan
ukuran pupil, sementara kelompok yang lain melebarkan ukuran pupil itu.
4. Pupil, bintik tengah yang berwarna hitam, yang merupakan celah dalam iris, tempat
cahaya yang masuk guna mencapai retina
5. Bilik posterior( kamera okuli posterior) terletak di antara iris dan lensa. Bilik kanan. Baik
bilik anterior maupun bilik anterior maupun bilik posterior diisi dengan akueus humor.
6. Akueus humor. Cairan ini berasal dari korpus siliare dan diserap kembali ke dalam aliran
darah pada sudut antara iris dan kornea melalui vena halus yang dikenal sebagai saluran
schlemm.
7. Lensa adalah sebuah benda transparan bikonveks(cembung depan belakang) yang terdiri
atas berberapa lapisan. Lensa terletak peris di belakang iris. Membran yang dikenal
sebagai ligamentum suspesorium terdapat di depan maupun dibelakang lensa itu, yang
berfungsi mengaitkan lensa itu pada korpus siliare. Bila legamentum suspensorium
mengendur, lensa mengerut dan menebal, sebaliknya bila ligamen mengendurnya lensa
dikendalikan kontraksi otot siliare.
8. Vitreus humor. Darah sebelah belakang biji mata, mulai dari lensa hingga retina, diisi
cairan penuh albumin berwarna keputih-putihan seprti agar-agar yaitu vitreus humor.
Vitreus humor berfungsi memberi bentuk dan kekokohan pada mata, serta
mempertahankan hubungan antara retina dan selaput koroid dan sklerotik.

4
B. DEFINISI

gb.2

Definisi katarak menurut WHO adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, yang
menghalangi sinar masuk ke dalam mata. Katarak terjadi karena faktor usia, namun juga
dapat terjadi pada anak-anak yang lahir dengan kondisi tersebut. Katarak juga dapat terjadi
setelah trauma, inflamasi atau penyakit lainnya.
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat
proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak kongenital). Dapat juga
berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul, penggunaan kortikosteroid jangka
panjang, penyakit sistemik, pemajanan radiasi, pemajanan yang lama sinar ultraviolet, atau
kelainan mata lain seperti uveitis anterior (Smeltzer, Suzzane C, 2002).
Katarak adalah penurunan progresif kejernihan lensa. Lensa menjadi keruh atau
berwarna putih abu-abu, dan ketajaman penglihatan berkurang. Katarak terjadi apabila
protein-protein lensa yang secara normal transparan terurai dan mengalami koagulasi
(Corwin, 2001).

5
C. ETIOLOGI
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia
seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas. Akan
tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat
hamil muda.
Penyebab katarak lainnya meliputi :
1. Faktor keturunan.
2. Cacat bawaan sejak lahir.
3. Masalah kesehatan, misalnya diabetes.
4. Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.
5. gangguan metabolisme seperti DM (Diabetus Melitus)
6. gangguan pertumbuhan,
7. Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.
8. Rokok dan Alkohol
9. Operasi mata sebelumnya.
10. Trauma (kecelakaan) pada mata.

D. FAKTOR RESIKO
Faktor risiko yang dapat meningkatkan peluang terkena katarak antara lain :
1. Usia
2. Diabetes
3. Sejarah keluarga dengan katarak
4. Pernah mengalami cedera atau radang pada mata
5. Pernah mengalami operasi mata
6. Penggunaan corticosteroids dalam jangka waktu lama
7. Terkena sinar matahari secara berlebihan
8. Terkena radiasi ion
9. Merokok

E. MANIFESTASI KLINIS
1. Tanda
Tajam penglihatan berkurang. Pada beberapa pasien tajam penglihatan yang
diukur di ruangan gelap mungkin tampak memuaskan, sementara bila tes tersebut

6
dilakukan dalam keadaan terang maka tajam penglihatan akan menurun sebagai akibat
dari rasa silau dan hilangnya kontras.
Katarak terlihat hitam terhadap refeleks fundus ketika mata diperiksa denngan
oftalmoskopi direk. Pemeriksaan slit lamp memungkinkan pemeriksaan katarak secara
rinci dan diidentifikasi lokasi opasitas dengan tepat. Katarak terkait usia biasanya terletak
di daerah nukleus, korteks atau subkapsular. Katarak terinduksi steroid umumnya terletak
di subkapsular posterior. Tampilan lain yang menandakan penyebab okular katarak dapat
ditemukan, sebagai contoh deposisi pigmen pada lensa menunjukkan inflamasi
sebelumnya atau kerusakan iris menandakan trauma mata sebelumnya
2. Gejala
Suatu opasitas pada lensa mata.
a. Menyebabkan hilangnya penglihatan tanpa rasa nyeri.
b. Menyebabkan rasa silau.
c. Dapat mengubah kelainan refraksi.
Pada bayi, katarak dapat mengakibatkan ambliopia (kegagalan perkembangan
penglihatan normal) karena pembentukan bayangan pada retina buruk. Bayi dengan
dugaan katarak atau dengan riwayat keluarga katarak kongenital harus dianggap sebagai
masalah yang penting oleh spesialis mata.

gb.3

F. PATOFISIOLOGI
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar
daerah diluar lensa, misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan
kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan
dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya

7
protein lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan
serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar.
Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa
dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada
kebanyakan pasien yang menderita katarak. Katarak biasanya terjadi bilateral, namun
memiliki kecepatan yang berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemik,
seperti diabetes. Namun kebanyakan merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang
normal.
Kebanyakan katarak berkembang secara kronik ketika seseorang memasuki dekade ketujuh.
Katarak dapat bersifat kongenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa
dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling
sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obat obatan,
alkohol, merokok, diabetes, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka
waktu lama (Smeltzer, 2002).

8
PATHWAY

FAKTOR RESIKO

USIA :PENUAAN PENYAKIT SISTEMIK SINAR UV

( DM)

Korteks memproduksi serat


lensa baru Kadar glukosa darah
meningkat

Serat lensa ditekan


menuju sentral Sorbitol menetap
didalam lensa
Distensi lensa

Mata buram seperti


Hilangnya kaca susu
transparansi lensa

Kekeruhan lensa
KATARAK

9
KATARAK

Post operasi
Pre operasi
Lensa tidak dapat
Jalan cahaya ke retina memfokuskan cahaya
lambat ke retina Perkembangan
Prosedur invasi
pengelihatan terjadi
Sensitivitas & masalah
Pengelihatan kontur, ketajaman mata
bayangan kurang jelas Terputusnya
kontiunitas jaringan Pembentukan
Mata tidak tahan bayangan pada
Kehilangan pengelihatan retina buruk
dengan silau cahaya
Mk: nyeri
Ketajaman pengelihatan menurun
Mk:Resiko injuri Pandangan kabur

Mk: Gangguan
sensori presepsi
Tindakan pembedahan
dengan mengganti lensa
Perkembangan mata
Pembentukan Pandangan kabur
pengelihatan terjadi
bayangan pada retina
masalah
buruk
Tindakan pembedahan Mk: resiko infeksi
Mk: Ansietas
dengan mengganti lensa
mata

10
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea,
lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke
retina.

2. Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis, glukoma.

3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)

4. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.

5. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe gllukoma

6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema,


perdarahan.

7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.

8. EKG, kolesterol serum, lipid

9. Tes toleransi glukosa : kotrol DM

H. PENATALAKSANAAN
1. Terapi Umum
a. Sebelum pembedahan, kacamata dan lensa kontak dapat membantu memperbaiki
penglihatan.
b. Kacamata hitam saat cahaya terang lampu terang dapat memberi cahaya reflektif
bukan cahaya langsung yang mengurangi silau dan membantu penglihatan.
c. Pembatasan aktivitas sesuai gangguan atau kehilangan penglihatan.
2. Pembedahan Katarak
Operasi katarak terdiri dari pengangkatan sebagian besar lensa dan penggantian
lensa dengan implan plastik. Saat ini pembedahan semakin banyak dilakukan dengan
anestesi lokal dari pada anestesi umum. Anestesi lokal diinfiltrasikan di sekitar bola mata
dan kelopak mata atau diberikan secara topikal. Jika keadaan sosial memungkinkan,
pasien dapat dirawat sebagai kasus perawatan sehari dan tidak memerlukan perawatan
rumah sakit.
a. Indikasi dilakukan operasi :

11
1) Insisi luas pada perifer kornea atau sklera anterior, diiuti oleh ekstraksi katarak
ekstrakapsular (extra-capsular cataract extraction, ECCE). Insisi harus dijahit.
2) Likuifikasi lensa menggunakan probe ultrasonografi yang dimasukkkan melalui
insisi yang lebih kecil di kornea atau sklera anterior (fakoemulsifikasi). Biasanya
tidak dibutuhkan penjahitan. Sekarang metode ini merupakan metode pilihan di
negara barat.
b. Ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu:
1) ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction)
yaitu dengan mengangkat semua lensa termasuk kapsulnya. Sampai akhir
tahun 1960 hanya itulah teknik operasi yg tersedia.
2) ECCE (Ekstra Capsular Cataract Extraction) terdiri dari 2 macam yakni Standar
ECCE atau planned ECCE dilakukan dengan mengeluarkan lensa secara manual
setelah membuka kapsul lensa. Tentu saja dibutuhkan sayatan yang lebar sehingga
penyembuhan lebih lama. Fekoemulsifikasi (Phaco Emulsification). Bentuk ECCE
yang terbaru dimana menggunakan getaran ultrasonic untuk menghancurkan
nucleus sehingga material nucleus dan kortek dapat diaspirasi melalui insisi ± 3
mm. Operasi katarak ini dijalankan dengan cukup dengan bius lokal atau
menggunakan tetes mata anti nyeri pada kornea (selaput bening mata), dan bahkan
tanpa menjalani rawat inap. Sayatan sangat minimal, sekitar 2,7 mm. Lensa mata
yang keruh dihancurkan (Emulsifikasi) kemudian disedot (fakum) dan diganti
dengan lensa buatan yang telah diukur kekuatan lensanya dan ditanam secara
permanen. Teknik bedah katarak dengan sayatan kecil ini hanya memerlukan
waktu 10 menit disertai waktu pemulihan yang lebih cepat.
Kekuatan implan lensa intraoukular yang akan digunakan dalam operasi
dihitung sebelumnya dengan mengukur panjang mata secara ultrasonik dan
kelengkungan kornea (maka juga kekuatan optik) secara optik. Kekuatan lensa
umumnya dihitng sehingga pasien tidak akan membutuhkan kacamata untuk
penglihatan jauh. Pilihan lensa juga dipengaruhi oleh refraksi mata kontralateral
dan apakah terdapat katarak pada mata tersebut yang membutuhkan operasi.
Jangan biarkan pasien mengalami perbedaan refraktif pada kedua mata.
Pasca operasi pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka
pendek. Kacamata aru dapat diresepkan setelah beberapa minggu, ketika bekas
insisi telah sembuh. Rehabilitasi visual dan peresapan kacamata baru dapat

12
dilakukan leih cepat dengan metode fakoe mulsifikasi. Karena pasien tidak dapat
berakomodasi maka pasien akan membutuhkan kacamata untuk pekerjaan jarak
dekat meski tidak dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh. Saat ini digunakan lensa
intraokular multifokal. Lensa intraokular yang dapat berakomodasi sedang dalam
tahap perkembangan.

13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS

Katarak

Ny. S umur 56 tahundatang ke rumah sakit pada tanggal 10 september 2014 ,


dengan keluhan penurunan ketajaman penglihatan dan silau, pandangan kabur atau redup,
susah melihat pada malam hari, serta pengembunan seperti mutiara keabuan pada kedua
pupil mata. Ny. S juga mengatakan sejak beberapa tahun beliau merasakan aneh dengan
pupil matanya, dan peka terhadap sinar atau cahaya. Pasien tampak gelisah dan
mengatakan 1 tahun yang lalu pernah mengalami konjungtivitis . di RS pasien di periksa
dan di diagnosa menderita katarak. Pasien mengungkapkan tidak tahu banyak mengenai
penyakitnya . pasien mengeluhkan rasa cemas atau ketidak nyamanan atas penyakitnya
yang berkelanjutan setiap hari, dari pemeriksaan fisik di dapatkan

TTV :

HR : 80 x/menit TD : 130/ 80 mmHg

RR : 23 x/menit S : 37 0 C

Identifikasi istilah :

· Konjungtivitis :suatu peradangan / infeksi selaput transparan yang berada di dalam


kelopak mata dan mengelilingi kelopak mata bagian luar.

A. Pengkajian
1. Identitas
Nama : Ny. S
Umur : 56 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Masuk : 10 september 2014
Tanggal Pengkajian : 10 september 2014

14
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama
Penurunan ketajaman penglihatan, silau, pandangan kabur atau redup,
susah melihat pada malam hari
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 10 september 2014 , Ny. S
umur 56 tahun dengan keluhan penurunan ketajaman penglihatan dan silau,
pandangan kabur atau redup , susah melihat pada malam hari serta pengembunan
seperti mutiara keabuan pada pupil mata matanya, dan peka terhadap sinar atau
cahaya. Pasien tampak gelsah dan mengeluhkan rasa cemas atas penyakitnya yang
berkelanjutan setiap hari
c. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan sejak beberapa tahun beliau merasakan aneh dengan
warna pupil matanya, dan 1 tahun yang lalu pernah mengalami konjungtivitis.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang memiliki penyakit yang sama dengan
pasien, dan tidak ada yang menderita penyakit menular

3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Composmentis
b. TTV
TD :130/80 mmHg S : 37 0 C
HR : 80 x/ menit RR: 23 x / menit
c. Sistem persepsi sensori
1) Penurunan ketajaman penglihatan
2) Silau
3) Pandangan kabur / redup
4) Susah melihat pada malam hari
5) Pengembunan seperti mutiara keabuan pada kedua pupil mata
6) Diagnosa menderita katarak

15
B. Analisa Data
No. Symptom Etiologi Problem
1 Ds : faktor usia Gangguan persepsi
1. Pasien mengeluh sensori :
penurunan ketajaman perubahan fisik + kimia penglihatan
penglihatan dan silau,
pandangan kabur / redup , adanya denaturasi protein
susah melihat pada lensa
malam hari. Serta
pengembunan seperti saraf optikus melemah
mutiara keabuan pada
pupil mata. transparasi lensa
2. Pasien mengatakan sejak
beberapa tahun beliau kadar kalium ( anterior)
merasakan aneh dengan
warna pupil matanya, dan kadar natrium ( posterior)
peka terhadap sinar/
cahaya. difusi ion K ion N
3. Pasien mengatakan 1 melalui aquoshumor
tahun yang lalu pernah
mengalami konjungtivitis transportasi ion N ion K

Do : kerusakan sel selaput lensa


1. Pasien di diagnosa
menderita katarak penurunan kerjenihan lensa

penurunan ketajaman
penglihatan

16
2 Ds : peningkatan stresor kurang ansietas
1. Pasien mengeluh rasa pengetahuan terhadap
cemas atau ketidak penyakitnya
nyamanan atas penyakit
yang berkelanjutan setiap merasakan ketidak nyamanan
hari atas penyakitnya
2. Pasien mengatakan tidak
terlalu banyak tahu cemas
mengenai penyakitnya
Do :
1. Pasien tampak gelisah

C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori penglihatan b/d perubahan persepsi/integrasi sensori
2. Ansietas b/d kebutuhan yang tidak terpenuhi.

D. Intervensi Asuhan Keperawatan


N D Perencanaan
o x Tujuan Intervensi rasionalisasi
1 1 Tupan : pasien mandiri 1. Lakukan 1. Dengan peningkatan
peningkatan komunikasi dapat
Tupen : setelah dilakukan komunikasi membantu pembelajaran
tindakan keperawatan 3 x untuk menjalani hidup pada
24 jam pasien dengan penurunan
Diharapkan pasien fungsi penglihatan
mengalami peningkatan 2. Lingkungan yang aman
penglihatan 2. Lakukan manajemen nyaman , dapat menghindari
Dengan kriteria hasil : lingkungan pasien dari bahaya
- Pasien mengalami 3. Dengan memantau status
ketajaman penglihatan 3. Pantau status neurologis dapat mencegah
-TTV dengan batas neurologis / meminimalkan komplikasi
normal neurologis

17
4. Pemberian terapi ( operasi )
4. Kolaborasi : pada pasien dengan defisit
penglihatan dapat
memulihkan ketajaman
penglihatan
2 2 Tupan : cemas teratasi 1. Ajarkan penurunan 1. Meminimalkan ke
Tupen : setelah ansietas khawatiran dan ketakutan
dilakukan tindakan terhadap penyakit yang di
keperawatan 1 x 24 derita
Diharapkan cemas 2. Ajarkan tehnik 2. Dengan tehnik
berkurang menenangkan diri menenangkan diri dapat
Dengan kriteria hasil : meredakan kecemasan pada
- Pasien mengatakan pasien
tidak lagi cemas dengan 3. Ajarkan peningkatan 3. Dapat membantu pasien
penyakitnya koping untuk beradaptasi dengan
- Pasien tidak tampak persepsi stresor dan
gelisah perubahan yang
menghambat pemenuhan
tuntutan dan peran hidup

18
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

katarak menurut WHO adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, yang
menghalangi sinar masuk ke dalam mata. Katarak terjadi karena faktor usia, namun juga
dapat terjadi pada anak-anak yang lahir dengan kondisi tersebut. Katarak juga dapat terjadi
setelah trauma, inflamasi atau penyakit lainnya.
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat
proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak kongenital). Dapat juga
berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul, penggunaan kortikosteroid jangka
panjang, penyakit sistemik, pemajanan radiasi, pemajanan yang lama sinar ultraviolet, atau
kelainan mata lain seperti uveitis anterior (Smeltzer, Suzzane C, 2002).
Katarak adalah penurunan progresif kejernihan lensa. Lensa menjadi keruh atau
berwarna putih abu-abu, dan ketajaman penglihatan berkurang. Katarak terjadi apabila
protein-protein lensa yang secara normal transparan terurai dan mengalami koagulasi
(Corwin, 2001).

B. Kritik dan Saran


1. Tgas ini jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun.
2. Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya mahasiswa/i Fakultas
Kesehatan Prodi S1 Keperawatan.

19
DAFTAR PUSTAKA
2015."Diagnosis Keperawatan".EGC.Jakarta.
Diagnosa Medis NANDA".Mediaction Publishing.Jogjakarta.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi.2015."Asuhan Keperawatan Berdsarkan
Tamsuri anas 2010."klien ganguguan mata dan penglihatan". penerbit kedokteran
EGC.Jakarta.

20

Anda mungkin juga menyukai