Anda di halaman 1dari 25

TUGAS : INDIVIDU

MATA KULIAH : KEGAWAT DARURATAN SISTEM I

NAMA DOSEN : H.Muslimi, S.Kep,Ns, M.Kep

“SISTEM PERNAPASAN (TRAUMA THORAKS)”

Disusun Oleh :

HAMSIA
B2 002 17 01I

S1 KEPERAWATAN
STIKES BARAMULI PINRANG

TAHUN AJARAN 2020 – 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat Nya
penyusun masih diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat
pada waktunya. Makalah yang berjudul “Trauma Thoraks / Trauma Dada” ini
disusun untuk memenuhi tugas mahasiswa dari mata kuliah kegawat darutatan
sistem I diprogram studi ilmu keperawatan.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidaklah sempurna oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi
kesempurnaan makalah ini dimasa akan datang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan
masyarakat pada umumnya. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai
bahan untuk menambah pengetahuan para mahasiswa dan masyarakat dan
pembaca.

Pinrang, 21 April 2020


Penyusun

Hamsia

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL.................................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH............................................................. 2
C. TUJUAN ...................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................... 3
A. Definisi ......................................................................................... 3
B. Etiologi.......................................................................................... 3
C. Patofisiologi.................................................................................. 4
D. Pathway ....................................................................................... 6
E. Manisfestasi klinik....................................................................... 7
F. Komplikasi................................................................................... 7
G. Periksaan diagnostik................................................................... 9
H. Penatalaksanaan ......................................................................... 10
I. Pencegahan................................................................................... 13

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ................................ 14


A. PENGKAJIAN............................................................................. 14
B. DIAGNOSA.................................................................................. 16
C. INTERVENSI ............................................................................. 16

BAB IV PENUTUP ................................................................................. 21


A. KESIMPULAN............................................................................ 21
B. SARAN......................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 22

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax
yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari
cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat
menyebabkan keadaan gawat thorax akut (Sudoyo, 2010).
Trauma adalah penyebab kematian terbanyak pada dekade 3 kehidupan
diseluruh kota besar didunia dan diperkiraan 16.000 kasus kematian akibat
trauma per tahun yang disebabkan oleh trauma toraks di amerika. Sedangkan
insiden penderita trauma toraks di amerika serikat diperkirakan 12 penderita
per seribu populasi per hari dan kematian yang disebabkan oleh trauma toraks
sebesar 20-25%.Dan hanya 10-15% penderita trauma tumpul toraks yang
memerlukan tindakan operasi, jadi sebagian besar hanya memerlukan tindakan
sederhana untuk menolong korban dari ancaman kematian (Sudoyo, 2010).
Di Australia, 45% dari trauma tumpul mengenai rongga toraks. Dengan
adanya trauma pada toraks akan meningkatkan angka mortalitas pada pasien
dengan trauma. Trauma toraks dapat meningkatkan kematian akibat
Pneumotoraks 38%, Hematotoraks 42%, kontusio pulmonum 56%, dan flail
chest 69% (Nugroho, 2015).
Pada trauma dada biasanya disebabkan oleh benda tajam, kecelakaan
lalu lintas atau luka tembak.Bila tidak mengenai jantung, biasanya dapat
menembus rongga paru-paru. Akibatnya, selain terjadi pendarahan dari rongga
paru-paru, udara juga akan masuk ke dalam rongga paru-paru. Oleh karena itu,
pau-paru pada sisi yang luka akan mengempis. Penderita Nampak kesakitan
ketika bernapas dan mendadak merasa sesak dan gerakan iga disisi yang luka
menjadi berkurang (Sudoyo, 2010)
Trauma tumpul thoraks sebanyak 96.3% dari seluruh trouma thoraks,
sedangkan sisanya sebanyak 3,7% adalah trauma tajam. Penyebab terbanyak
dari trauma tumpul thoraks masih didominasi oleh korban kecelakaan lalu

1
lintas (70%). Sedangkan mortalitas pada setiap trauma yang disertai dengan
trauma thoraks lebih tinggi (15,7%) dari pada yang tidak disertai trauma
thoraks (12,8%) pengolahan trauma thoraks, apapun jenis dan penyebabnya
tetap harus menganut kaidah klasik dari pengolahan trauma pada umumnya
yakni pengolahan jalan nafas, pemberian pentilasi dan control hemodianamik
(Patriani, 2012).
Jadi menurut kelompok trauma thorak adalah luka atau cedera fisik
sehingga dapat menyebabkan kematian utama pada anak-anak atau orang
dewasa. Di dalam thoraks terdapat dua organ yang sangat vital bagi kehidupan
manusia, yaitu paru-paru dan jantung. Paru-paru sebagai alat pernapasan dan
jantung sebagai alat pemompa darah

B. RUMUSAN MASALAH
1) Bagaimana teori Trauma thoraks ?
2) Bagaimana konsep asuhan keperawatan Trauma thoraks pada pasien yang
mengalami trauma thorak ?

C. TUJUAN

1. Mahasiswa mampu mengetahui teori Trauma thoraks.


2. Mahasiswa mampu mengetahui konsep teori asuhan keperawatan pada
pasien Trauma thoraks

2
BAB II
KONSEP TEORI

A. Definisi
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis
akibat gangguan emosional yang hebat (Nugroho, 2015).
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh
benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-
paru, diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul
yang dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan (Rendy, 2012).
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax
yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari
cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat
menyebabkan keadaan gawat thorax akut.Trauma thoraks diklasifikasikan
dengan tumpul dan tembus. Trauma tumpul merupakan luka atau cedera yang
mengenai rongga thorax yang disebabkan oleh benda tumpul yang sulit
diidentifikasi keluasan kerusakannya karena gejala-gejala umum dan rancu
(Sudoyo, 2010)
Dari berberapa definisi diatas dapat didefinisikan trauma thoraks
adalah trauma yang mengenai dinding toraks yang secara langsung maupun
tidak langsung berpengaruh pada pada organ didalamnya, baik sebagai akibat
dari suatu trauma tumpul maupun oleh sebab trauma tajam.

B. Etiologi
Trauma dada dapat disebabkan oleh :
1. Tension pneumothorak-trauma dada pada selang dada, penggunaan
therapy ventilasi mekanik yang berlebihan, penggunaan balutan tekan pada
luka dada tanpa pelonggaran balutan.
2. Pneumothorak tertutup-tusukan pada paru oleh patahan tulang iga, ruptur
oleh vesikel flaksid yang seterjadi sebagai sequele dari PPOM.

3
3. Tusukan paru dengan prosedur invasif.
4. Kontusio paru-cedera tumpul dada akibat kecelakaan kendaraan atau
tertimpa benda berat.
5. Pneumothorak terbuka akibat kekerasan (tikaman atau luka tembak)
6. Fraktu tulang iga
7. Tindakan medis (operasi)
8. Pukulan daerah torak.
Trauma toraks dapat mengakibatkan kerusakan pada tulang kosta dan
sternum, rongga pleura saluran nafas intratoraks dan parenkim paru.
Kerusakan ini dapat terjadi tunggal ataupun kombinasi tergantung dari
mekanisme cedera (Sudoyo, 2010).

C. Patofisiologi
Utuhnya suatu dinding Toraks sangat diperlukan untuk sebuah
ventilasi pernapasan yang normal. Pengembangan dinding toraks ke arah luar
oleh otot -otot pernapasan diikuti dengan turunnya diafragma menghasilkan
tekanan negative dari intratoraks. Proses ini menyebabkan masuknya udara
pasif ke paru – paru selama inspirasi. Trauma toraks mempengaruhi strukur -
struktur yang berbedadari dinding toraks dan rongga toraks. Toraks dibagi
kedalam 4 komponen, yaitu dinding dada, rongga pleura, parenkim paru, dan
mediastinum.Dalam dinding dada termasuk tulang - tulang dada dan otot - otot
yang terkait (Sudoyo, 2009).
Rongga pleura berada diantara pleura viseral dan parietal dan dapat
terisi oleh darah ataupun udara yang menyertai suatu trauma toraks. Parenkim
paru termasuk paru – paru dan jalan nafas yang berhubungan, dan mungkin
dapat mengalami kontusio, laserasi, hematoma dan pneumokel. Mediastinum
termasuk jantung, aorta/pembuluh darah besar dari toraks, cabang
trakeobronkial dan esofagus. Secara normal toraks bertanggung jawab untuk
fungsi vital fisiologi kardio pulmoner dalam menghantarkan oksigenasi darah
untuk metabolisme jaringan pada tubuh. Gangguan pada aliran udara dan

4
darah, salah satunya maupun kombinasi keduanya dapat timbul akibat dari
cedera toraks (Sudoyo, 2009).
Secara klinis penyebab dari trauma toraks bergantung juga pada
beberapa faktor, antara lain mekanisme dari cedera, luas dan lokasi dari
cedera, cedera lain yang terkait, dan penyakit - penyakit komorbid yang
mendasari. Pasien – pasien trauma toraks cenderung akan memburuk sebagai
akibat dari efek pada fungsi respirasinya dan secara sekunder akan
berhubungan dengan disfungsi jantung (Sudoyo, 2009).

5
D. Pthway

Trauma Tajam Atau Tumpul

Thoraks

Cederah jaringan lunak, cedera/atau hilangnya kountiunitas struktur

Perdarahan jaringan interstitium, pendarahan intra alveolar, kolaps arteri


dan arteri-arteri kecil, hingga tahanan perifer pembulh darah paru
meningkat.

Reabsorbsi darah oleh pleura


tidak memadai/tidak optimal

Ekspansi paru Hemathoraks Akumulasi cairan


dalam kavun fleura

Gangguan ventilasi Merangsang reseptor


nyeri pada pleura Pasangan WSD
f dan viselaris.

Ketidak Efektifan Pola


Nafas Thoraksdrains
Bergeser
Diskointiunitas
jaringan

Edema trakea/ faringea Merangsang reseptor nyeri


peningkatan produksi sekret Nyeri akut pada priver kulit
dan penurunan kemampuan
batuk efektif

Resiko infeksi kerusakan


integritas kulit
Ketidak efektifan
bersihan jalan nafas

6
E. Manisfestasi klinik
Adapun tanda dan gejala pada pasien trauma thorax menurut Hudak,
(2009) yaitu :
1. Temponade jantung
a. Trauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan menembus
jantung
b. Gelisah
c. Pucat, keringan dinginPeninggian TVJ (9Tekanan Vena Jugularis)
d. Pekak jantung melebar
e. Bunyi jantung melemah
f. Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure
g. ECG terdapat low Voltage seluruh lead
h. Perikardiosentesis kuluar darah (FKUI:2005)
2. Hematothorax
a. Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD
b. Gangguan pernapasan (FKUI:2005)
3. Pneumothoraks
a. Nyeri dada mendadak dan sesak napas
b. Gagal pernapasan dengan sianosis
c. Kolaps sirkulasi
d. Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara napas
yang terdapat jauh atau tidak terdengar sama sekali
e. Pada auskultasi terdengar bunyi klik

F. Komplikasi
1. Surgical Emfisema Subcutis
Kerusakan pada paru dan pleura oleh ujung patahan iga yang tajam
memungkinkan keluarnya udara ke dalam cavitas pleura dari jaringan
dinding dada, paru. Tanda-tanda khas: penmbengkakan kaki, krepitasi.

7
2. Cedera Vaskuler
Di antaranya adalah cedera pada perikardium dapat membuat kantong
tertutup sehingga menyulitkan jantung untuk mengembang dan
menampung darah vena yang kembali. Pembulu vena leher akan
mengembung dan denyut nadi cepat serta lemah yang akhirnya membawa
kematian akibat penekanan pada jantung.
3. Pneumothorak
Adanya udara dalam kavum pleura. Begitu udara masuk ke dalam tapi
keluar lagi sehingga volume pneumothorak meningkat dan mendorong
mediastinim menekan paru sisi lain.
4. Pleura Effusion
Adanya udara, cairan, darah dalam kavum pleura, sama dengan efusi
pleura yaitu sesak nafas pada waktu bergerak atau istirahat tetapi nyeri
dada lebih mencolok. Bila kejadian mendadak maka pasien akan syok.
Akibat adanya cairan udara dan darah yang berlebihan dalam rongga
pleura maka terjadi tanda – tanda :
1. Dypsnea sewaktu bergerak/ kalau efusinya luas pada waktu
istirahatpun bisa terjadi dypsnea.
2. Sedikit nyeri pada dada ketika bernafas.
3. Gerakan pada sisi yang sakit sedikit berkurang.
4. Dapat terjadi pyrexia (peningkatan suhu badan di atas normal).
5. Plail Chest
Pada trauma yang hebat dapat terjadi multiple fraktur iga dan
bagian tersebut. Pada saat insprirasi bagian tersebut masuk sedangkan saat
ekspirasi keluar, ini menunjukan adanya paroxicqalmution (gerakan
pernafasan yang berlawanan)
6. Hemopneumothorak
Yaitu penimbunan udara dan darah pada kavum pleura.

8
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik
Anamnesa yang terpenting adalah mengetahui mekanisme dan pola
dari trauma, seperti jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu lintas, kerusakan
dari kendaraan yang ditumpangi, kerusakan stir mobil /air bag dan lain
lain.
2. Radiologi : Foto Thorax (AP)
Pemeriksaan ini masih tetap mempunyai nilai diagnostik pada pasien
dengan trauma toraks. Pemeriksaan klinis harus selalu dihubungkan
dengan hasil pemeriksaan foto toraks. Lebih dari 90% kelainan serius
trauma toraks dapat terdeteksi hanya dari pemeriksaan foto toraks.
3. Gas Darah Arteri (GDA) dan Ph
gas darah dan pH digunakan sebagai pegangan dalam penanganan
pasien-pasien penyakit berat yang akut dan menahun. Pemeriksaan gas
darah dipakai untuk menilai keseimbangan asam basa dalam tubuh, kadar
oksigen dalam darah, serta kadar karbondioksida dalam darah.
Pemeriksaan analisa gas darah dikenal juga dengan nama pemeriksaan
ASTRUP, yaitu suatu pemeriksaan gas darah yang dilakukan melalui
darah arteri. Lokasi pengambilan darah yaitu: Arteri radialis, A.
brachialis, A. Femoralis.
4. CT-Scan
Sangat membantu dalam membuat diagnosa pada trauma tumpul
toraks, seperti fraktur kosta, sternum dan sterno clavikular dislokasi.
Adanya retro sternal hematoma serta cedera pada vertebra torakalis dapat
diketahui dari pemeriksaan ini. Adanya pelebaran mediastinum pada
pemeriksaan toraks foto dapat dipertegas dengan pemeriksaan ini sebelum
dilakukan Aortografi.
5. Ekhokardiografi

9
Transtorasik dan transesofagus sangat membantu dalam menegakkan
diagnosa adanya kelainan pada jantung dan esophagus. Hemoperikardium,
cedera pada esophagus dan aspirasi, adanya cedera pada dinding jantung
ataupun sekat serta katub jantung dapat diketahui segera. Pemeriksaan ini
bila dilakukan oleh seseorang yang ahli, kepekaannya meliputi 90% dan
spesifitasnya hampir 96%.
6. EKG (Elektrokardiografi)
Sangat membantu dalam menentukan adanya komplikasi yang terjadi
akibat trauma tumpul toraks, seperti kontusio jantung pada trauma.
Adanya abnormalitas gelombang EKG yang persisten, gangguan konduksi,
tachiaritmia semuanya dapat menunjukkan kemungkinan adanya kontusi
jantung. Hati hati, keadaan tertentu seperti hipoksia, gangguan elektrolit,
hipotensi gangguan EKG menyerupai keadaan seperti kontusi jantung.
7. Angiografi
Gold Standard’ untuk pemeriksaan aorta torakalis dengan dugaan
adanya cedera aorta pada trauma tumpul toraks.
8. Hb (Hemoglobin)
Mengukur status dan resiko pemenuhan kebutuhan oksigen jaringan
tubuh.

H. PENATALAKSANAAN
1. Gawat Darurat / Pertolongan Pertama
Klien yang diberikan pertolongan pertama dilokasi kejadian
maupun di unit gawat darurat (UGD) pelayanan rumah sakit dan
sejenisnya harus mendapatkan tindakan yang tanggap darurat dengan
memperhatikan prinsip kegawatdaruratan.
Penanganan yang diberikan harus sistematis sesuai dengan keadaan
masing-masing klien secara spesifik.Bantuan oksigenisasi penting
dilakukan untuk mempertahankan saturasi oksigen klien. Jika ditemui
dengan kondisi kesadaran yang mengalami penurunan / tidak sadar maka

10
tindakan tanggap darurat yang dapat dilakukan yaitu dengan
memperhatikan :

a. Pemeriksaan dan Pembebasan Jalan Napas (Air-Way)


Klien dengan trauma dada seringkali mengalami permasalahan
pada jalan napas.Jika terdapat sumbatan harus dibersihkan dahulu,
kalau sumbatan berupa cairan dapat dibersihkan dengan jari telunjuk
atau jari tengah yang dilapisi dengan sepotong kain, sedangkan
sumbatan oleh benda keras dapat dikorek dengan menggunakan jari
telunjuk yang dibengkokkan.Mulut dapat dibuka dengan tehnik Cross
Finger, dimana ibu jari diletakkan berlawanan dengan jari telunjuk
Pada mulut korban.
Setelah jalan napas dipastikan bebas dari sumbatan benda asing,
biasa pada korban tidak sadar tonus otot-otot menghilang, maka lidah
dan epiglotis akan menutup farink dan larink, inilah salah satu
penyebab sumbatan jalan napas. Pembebasan jalan napas oleh lidah
dapat dilakukan dengan cara Tengadah kepala topang dagu (Head tild
– chin lift) dan Manuver Pendorongan Mandibula (Jaw Thrust
Manuver)
b. Pemeriksaan dan Penanganan Masalah Usaha Napas (Breathing)
Kondisi pernapasan dapat diperiksa dengan melakukan tekhnik
melihat gerakan dinding dada, mendengar suara napas, dan merasakan
hembusan napas klien (Look, Listen, and Feel), biasanya tekhnik ini
dilakukan secara bersamaan dalam satu waktu.Bantuan napas diberikan
sesuai dengan indikasi yang ditemui dari hasil pemeriksaan dan dengan
menggunakan metode serta fasilitas yang sesuai dengan kondisi klien.
c. Pemeriksaan dan Penanganan Masalah Siskulasi (Circulation)
Pemeriksaan sirkulasi mencakup kondisi denyut nadi, bunyi
jantung, tekanan darah, vaskularisasi perifer, serta kondisi
perdarahan.Klien dengan trauma dada kadang mengalami kondisi
perdarahan aktif, baik yang diakibatkan oleh luka tembus akibat

11
trauma benda tajam maupun yang diakibatkan oleh kondisi fraktur
tulang terbuka dan tertutup yang mengenai / melukai pembuluh darah
atau organ (multiple).Tindakan menghentikan perdarahan diberikan
dengan metode yang sesuai mulai dari penekanan hingga penjahitan
luka, pembuluh darah, hingga prosedur operatif.
Jika diperlukan pemberian RJP (Resusitasi Jantung Paru) pada
penderita trauma dada, maka tindakan harus diberikan dengan sangat
hati-hati agar tidak menimbulkan atau meminimalisir kompilkasi dari
RJP seperti fraktur tulang kosta dan sebagainya.
d. Tindakan Kolaboratif
Pemberian tindakan kolaboratif biasanya dilakukan dengan jenis
dan waktu yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing klien yang
mengalami trauma dada. Adapun tindakan yang biasa diberikan yaitu ;
pemberian terapi obat emergensi, resusitasi cairan dan elektrolit,
pemeriksaan penunjang seperti laboratorium darah Vena dan AGD,
hingga tindakan operatif yang bersifat darurat.
2. Konservatif
a. Pemberian Analgetik
Pada tahap ini terapi analgetik yang diberikan merupakan
kelanjutan dari pemberian sebelumnya.Rasa nyeri yang menetap akibat
cedera jaringan paska trauma harus tetap diberikan penanganan
manajemen nyeri dengan tujuan menghindari terjadinya Syok seperti
Syok Kardiogenik yang sangat berbahaya pada penderita dengan
trauma yang mengenai bagian organ jantung.
b. Pemasangan Plak / Plester
Pada kondisi jaringan yang mengalami perlukaan memerlukan
perawatan luka dan tindakan penutupan untuk menghindari masuknya
mikroorganisme pathogen.
c. Jika Perlu Antibiotika
Antibiotika yang digunakan disesuaikan dengan tes kepekaan dan
kultur. Apabila belum jelas kuman penyebabnya, sedangkan keadaan

12
penyakit gawat, maka penderita dapat diberi “broad spectrum
antibiotic”, misalnya Ampisillin dengan dosis 250 mg 4 x sehari.
d. Fisiotherapy
Pemberian fisiotherapy sebaiknya diberikan secara kolaboratif jika
penderita memiliki indikasi akan kebutuhan tindakan fisiotherapy yang
sesuai dengan kebutuhan dan program pengobatan konservatif.
3. Invasif / Operatif
a. WSD (Water Seal Drainage)
WSD merupakan tindakan invasif yang dilakukan untuk
mengeluarkan udara, cairan (darah, pus) dari rongga pleura, rongga
thorax; dan mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung.
b. Ventilator
Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu
sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan
oksigenasi. Ventilasi mekanik adalah alat pernafasan bertekanan
negatif atau positif yang dapat mempertahankan ventilasi dan
pemberian oksigen dalam waktu yang lama.( Brunner dan Suddarth,
1996).

I. PENCEGAHAN
Pencegah trauma thorax yang efektif adalah dengan cara menghindari
faktor penyebabnya, seperti menghindari terjadinya trauma yang biasanya
banyak dialami pada kasus kecelakaan dan trauma yang terjadi berupa trauma
tumpul serta menghindari kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari
cavum thorax yang biasanya disebabkan oleh benda tajam ataupun benda
tumpul yang menyebabkan keadaan gawat thorax akut (Patriani, 2012) .

13
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. .Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama,
pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register,
diagnosa medik, alamat, semua data mengenai identitaas klien tersebut
untuk menentukan tindakan selanjutnya.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
Perlu di kaji apakah klien pernah mengalami trauma dada
sebelumnya.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya terdapat jejas pada thorak dan klien biasanya tampak
merasa nyeri pada tempat trauma dan terjadi pembengkakan lokal
disertai sesak napas, insomnia, pasien nampak pucat, dan terlihat
cemas, gelisah, Pasien biasanya mengalami kelemahan aktivitas
dalam bergerak.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji ada atau tidaknya keluarga mengalami penyakit
seperti yang dialami klien
3. Pemeriksaan Fisik
a. Rambut : biasanya rambut hitam, dan tumbuh subur
b. Mata : biasanya simetris kiri dan kanan, konjungtiva pucat, respon
pupil baik
c. Hidung : biasanya simetris kiri dan kanan, dan tidak terdapat polip
d. Mulut : biasanya tidak ada perdarahan

14
e. Telinga : biasanya simetris kiri dan kanan, tidak menggunakan alat
bantu pendengaran

f. Dada
Inspeksi : biasanya frekuensi napas tidak normal, dada terdapat
jejas
Palpasi : biasanya premitus tidak sama kiri dan kanan
Perkusi : biasanya redup
Auskultasi : biasanya peningkatan jalan napas
g. Jantung
Inspeksi : biasanya simetris kiri dan kanan
Palpasi : biasanya ictus tidak teraba
Perkusi : biasanya pekak
Auskultasi : biasanya irama jantung melemah apabila trauma
menembus jantung
h. Abdomen
Inspeksi : biasanya bentuk perut tidak membuncit
Aukultasi : biasanya bising usus ada
Palpasi : biasanya hepar tidak teraba, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : biasanya tympani
i. Ekstremitas
Ekstremitas atas : biasanya tangan simetris kiri dan kanan, tidak
ada lesi, terpasang infus, rentang gerak terbatas,
turgor kulit menurun
Ekstremitas bawah : biasanya gerakan terbatas, simetris kiri dan
kanan
j. Kesadaran : biasanyan dari kompos metis kooperatif sampai koma
k. Pola Kebiasaan Sehari – hari
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahah dan gelisah
b. Sirkulasi

15
Tanda : takikardi, TD : Hipotensi / Hipertensi
c. Makanan/cairan
Gejala : hilangnya nafsu makan
d. Nyeri / Ketidaknyamanan
Gejala : muncul tiba –tiba selama batuk atau regangan,
menusuk – nusuk diperberat dengan nafas dalam, kemungkinan
menyebar ke area leher, bahu dan abdomen.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekpansi paru yang
tidak maksimal karena trauma, hipoventilasi
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan
sekresi sekret dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan
3. Perubahan kenyamanan : Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan
reflek spasme otot sekunder.
4. Resiko terjadinya syok Hipovolemia berhubungan dengan perdarahan
yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang
bullow drainage

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1) Diagnosa : Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekpansi
paru yang tidak maksimal karena trauma, hipoventilasi.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan dapat
mempertahankan jalan nafas pasien dengan
Kriteria hasil :
a. Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru
b. Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektive
c. Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab
Intervensi

16
1) Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau
perubahan tanda-tanda vital.
Rasional : Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat
terjadi sebgai akibat stress fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan
terjadinya syock sehubungan dengan hipoksia
2) Berikan posisi yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala
tempat tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk
sebanyak mungkin.
Rasional : Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekspansi
paru dan ventilasi pada sisi yang tidak sakit
3) Perhatikan alat bullow drainase berfungsi baik, cek setiap 1 – 2 jam
Rasional : Mempertahankan tekanannegatif intrapleural sesuai yang
diberikan, yang meningkatkan ekspansi paru optimum/drainase cairan.
4) Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk
menjamin keamanan.
Rasional : Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi
ansietas dan mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana
teraupetik.
5) Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dnegan
menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam.
Rasional : Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang
dapat dimanifestasikan sebagai ketakutan/ansietas.
2) Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan
sekresi sekret dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama diharapkan jalan
nafas pasien normal, dengan
Kriteria hasil :
a. Menunjukkan batuk yang efektif.
b. Tidak ada lagi penumpukan sekret di saluran pernapasan
c. Klien tampak nyaman.
Intervensi

17
1) Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa
terdapat penumpukan sekret di saluran Pernapasan.
Rasional : Pengetahuan yang diharapkan akan membantu
mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik
2) Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.
Rasional : Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak
efektif, menyebabkan frustasi
3) Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.
Rasional : Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan
upaya batuk klien.
4) Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk
Rasional : Hiegene mulut yang baik meningkatkan rasa
kesejahteraan dan mencegah bau mulut.
5) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain Pemberian antibiotika atau
expectorant.
Rasional : Expextorant untuk memudahkan mengeluarkan lendir
dan mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan
parunya
3) Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot
sekunder.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama diharapkan nyeri
berkurang, dengan
Kriteria hasil :
a. Nyeri berkurang/ dapat diatasi
b. Dapat mengindentifikasia aktivitas yang meningkatkan/ menurunkan
nyeri
c. Pasien tidak gelisah.
Intervensi
1) Pantau Tanda-Tanda Vital
Rasional : untuk mengenali indikasi kemajuan atau penyimpangan
hasil yang di harapkan.

18
2) Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri
nonfarmakologi dan non invasive
Rasional: Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan
nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan keefektifan dalam
mengurangi nyeri
3) Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan
posisi yang nyaman ; misal waktu tidur, belakangnya dipasang
bantal kecil
Rasional: Istirahat akan merelaksasi semua jaringan sehingga akan
meningkatkan kenyamanan.
4) Tingkatkan pengetahuan tentang : sebab-sebab nyeri, dan
menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung
Rasional: Pengetahuan yang akan dirasakan membantu
mengurangi nyerinya. Dan dapat membantu mengembangkan
kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik -Analgetik memblok
lintasan nyeri, sehingga nyeri akan berkurang
5) Kolaborasi denmgan dokter, pemberian analgetik
Rasional: Analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri akan
berkurang
6) Observasi tingkat nyeri, dan respon motorik klien, 30 menit setelah
pemberian obat analgetik untuk mengkaji efektivitasnya. Serta
setiap 1 - 2 jam setelah tindakan perawatan selama 1 - 2 hari.
Rasional: Pengkajian yang optimal akan memberikan perawat data
yang obyektif untuk mencegah kemungkinan komplikasi dan
melakukan intervensi yang tepat
4) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang
bullow drainage.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama diharapkan dapat
mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai
Kriteria hasil :
a. Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus

19
b. Luka bersih tidak lembab dan tidak kotor
c. Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.
Intervensi
1) Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka
Rasional : mengetahui sejauhmanaperkembangan luka mempermudah
dalammelakukan tindakan yang tepat
2) Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka
Rasional : mengidentifikasi tingkat keparahan luka akan
mempermudah intervensi
3) Pantau peningkatan suhu tubuh
Rasional : suhu tubuh yang meningkat dapat diidentifikasikan sebagai
adanya proses peradangan
4) Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa
kering dan steril, gunakan plester kertas
Rasional : tehnik aseptik membantu mempercepat penyembuhan luka
dan mencegah terjadinya infeksi
5) Kolaborasi tindakan lanjutan seperti melakukan debridemen
Rasional : agar benda asing atau jaringan yang terinfeksi tidak
menyebar luas pada area kulit normal lainnya.

20
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax
yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari
cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat
menyebabkan keadaan gawat thorax akut. Trauma tumpul merupakan luka
atau cedera yang mengenai rongga thorax yang disebabkan oleh benda tumpul
yang sulit diidentifikasi keluasan kerusakannya karena gejala-gejala umum
dan rancu (Sudoyo, 2010)
Trauma adalah penyebab kematian terbanyak pada dekade 3 kehidupan
diseluruh kota besar didunia dan diperkiraan 16.000 kasus kematian akibat
trauma per tahun yang disebabkan oleh trauma toraks di amerika. Sedangkan
insiden penderita trauma toraks di amerika serikat diperkirakan 12 penderita
per seribu populasi per hari dan kematian yang disebabkan oleh trauma toraks
sebesar 20-25%. Dan hanya 10-15% penderita trauma tumpul toraks yang
memerlukan tindakan operasi, jadi sebagian besar hanya memerlukan tindakan
sederhana untuk menolong korban dari ancaman kematian (Sudoyo, 2010).
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh
benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-
paru, diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul
yang dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan (Rendy, 2012).

B. Saran
Penulis mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna sehingga
penulis mengharapkan saran atau kritik yang membangun dari pembaca
sehingga makalah ini bisa mendekati kata sempurna. Opini dari para pembaca
sangat berarti bagi kami guna evaluasi untuk menyempurnakan makalah ini.

21
DAFTAR PUSTAKA

Sudoyo. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta:
Interna Publishing
Hudak dan Gallo. (2011). Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Holistik.
Edisi - VIII Jakarta: EGC
Nugroho, T. Putri, B.T, & Kirana, D.P. (2015). Teori asuhan keperawatana
gawat darurat. Padang : Medical book
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis keperawatan dengan
intervensi NIC dan Kriteria hasil NOC . Jakarta: EGC

22

Anda mungkin juga menyukai