“ SUBCONJUNCTIVAL BLEEDING “
PEMBIMBING :
OLEH :
FAKULTAS KEDOKTERAN
SURABAYA
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Referat dengan judul “Subconjunctival Bleeding” ini telah diperiksa, disetujui, dan
diterima sebagai salah satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi kepaniteraan
klinik di bagian ilmu kesehatan mata di RSPAL Dr. Ramelan Surabaya.
Pembimbing
2
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga
referat Bagian Ilmu Kesehatan Mata yang berjudul “Subconjunctival Bleeding” dapat
terselesaikan dengan baik. Adapun pembuatan referat ini adalah untuk memenuhi
salah satu tugas dalam kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Mata RSPAL
Dr. Ramelan Surbaya.
Dalam menyusun referat ini penyusun telah banyak mendapatkan bantuan serta
dukungan baik langsung maupun tidak langsung dari semua pihak. Ucapan terima
kasih kepada dr. Moch. Djumhana, Sp.M selaku pembimbing dalam penyusunan
referat ini serta kepada teman – teman sejawat.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa referat ini masih belum sempurna sehingga
masih terdapat kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan referat ini. Oleh
karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan dalam penulisan
berikutnya.
Demikian referat ini disusun dengan sebaik – baiknya. Semoga dapat memberikan
manfaat yang besar bagi pembaca pada umumnya dan penyusun pada khususnya.
Penyusun
3
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................2
KATA PENGANTAR.....................................................................................................3
DAFTAR ISI...................................................................................................................4
BAB I..............................................................................................................................5
PENDAHULUAN...........................................................................................................5
1.1 Pendahuluan...................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................6
2.1 Anatomi dan Fisiologi Mata...........................................................................6
2.2 Konjungtiva Mata............................................................................................7
2.2.1 Anatomi.....................................................................................................7
2.2.2 Vaskularisasi dan Inervasi......................................................................8
2.3 Subconjunctival Bleeding..............................................................................8
2.3.1. Definisi......................................................................................................8
2.3.2. Etiologi......................................................................................................9
2.3.3. Epidemiologi...........................................................................................10
2.3.4. Tanda dan Gejala...................................................................................11
2.3.5. Diagnosis Banding.................................................................................11
2.3.6. Diagnosis................................................................................................12
2.3.7. Tatalaksana.............................................................................................13
2.3.8. Komplikasi..............................................................................................13
2.3.9. Pencegahan............................................................................................13
2.3.10. Prognosis............................................................................................13
BAB III..........................................................................................................................14
KESIMPULAN.............................................................................................................14
3.1 Kesimpulan....................................................................................................14
REFERENSI.................................................................................................................15
4
5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Mata merupakan salah satu organ penting bagi manusia. Organ mata
merupakan salah satu alat komunikasi manusia terhadap dunia luar. Fungsi
mata sebagai salah satu panca indera menerima rangsang sensor cahaya
yang kemudian akan divisualisasikan oleh otak kita sehingga kita dapat
memahami keadaan di sekitar kita. Mata merupakan panca indera yang halus
yang memerlukan perlindungan terhadap faktor faktor luar yang berbahaya.
Begitu banyak kelainan pada mata, hal yang paling sering dilihat adalah
mata merah. Mulai dari iritasi ringan sampai perdarahan karena trauma akan
memberikan tampilan klinis mata merah. Perdarahan subkonjungtiva secara
klinis memberikan penampakan mata merah terang hingga gelap pada mata.
Secara umum bekuan darah akibat perdarahan subkonjungtiva dapat hilang
dengan sendirinya karena diabsorpsi oleh tubuh.
Namun begitu mata merah juga tidak boleh sebagai hal yang biasa
karena teriritasi oleh debu atau benda tertentu. Pada keadaan tertentu seperti
perdarahan subkonjungtiva yang mengalami gangguan visus, sering kambuh
atau bahkan menetap maka harus segera dikonsultasikan ke dokter spesialis
mata (Ilyas, 2018).
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
Gambar 2. 1 Anatomi Mata
8
semilunaris semacam daging (caruncle) yang merupakan zona
transisi sebagai modifikasi jaringan yang mengandung folikel
rambut, kelenjar aksesori lakrimal, kelenjar keringat dan kelenjar
sebasea (Guyton and Hall, 2014)
9
terlihat pada bagian putih mata. Subkonjungtiva haemorrhage
biasanya jinak dan biasanya dapat sembuh sendiri. (Khurana,
2015)
2.3.2. Etiologi
Konjungtiva mengandung saraf dan banyak pembuluh
darah kecil. Pembuluh darah ini biasanya hampir tidak terlihat
tetapi menjadi lebih besar dan lebih terlihat jika terjadi inflamasi
pada mata. Pembuluh darah ini mudah pecah, mengakibatkan
perdarahan subkonjungtiva. Perdarahan subkonjungtiva muncul
sebagai bercak merah terang atau merah tua pada sklera.
Kebanyakan perdarahan subkonjungtiva terjadi secara spontan
tanpa penyebab perdarahan yang jelas. Kebanyakan perdarahan
subkonjungtiva tidak menimbulkan rasa sakit, seseorang dapat
menemukan perdarahan subkonjungtiva hanya dengan melihat
ke cermin. Banyak perdarahan subkonjungtiva spontan yang
pertama kali diketahui oleh orang lain yang melihat bintik merah
di bagian putih mata. (Tarlan & Kiratli, 2013)
10
termasuk akibat operasi dan adanya penyuntikan di area
subkonjungtiva.
Inflamasi pada konjungtiva petechial subkonjungtiva
haemorrhage selalu di ikuti dengan penyakit acute haemorrhagic
conjunctivitis yang disebabkan oleh picorna viruses,
icterohaemorrhagic conjunctivitis, ,pneumococcal conjunctivitis
dan leptospirosis
Sumbatan darah di kepala pendarahan subkonjungtiva juga
dapat terjadi karena rupturnya pembuluh kapiler konjungtiva
akibat terjadinya peningkatan tekanan darah secara tiba-tiba .
contoh hal yang dpaat menyebabkan peningkatan tekanan
secara tiba – tiba seperti whooping cough,epileptic fits,atau
adanya tekanan padaa vena jugularis dan juga bisa akibat
adanya tekanan yang sangat keras pada thorax dan abdomen.
Pecahnya pembuluh kapiler secara tiba – tiba dapat terjadi pada
orang yang memiliki Riwayat penyakit vascular seperti
arteriosclerosis, hipertensi, dan diabetes militus.
Local vascular anomalies seperti telangiectasia, varicosities, dan
aneurysm
Ganguuan pendarahan seperti purpura, dan haemophilia
Gangguan pada darah seperti anemia dan leukimia
Infeksis akut seperti malaria, thypoid, diptheria, dan measles.
2.3.3. Epidemiologi
11
subkonjungtiva tipe spontan tidak ditemukan hubungan yang
jelas dengan suatu kondisi keaadaan tertentu. Kondisi hipertensi
memiliki hubungan yang cukup tinggi dengan angka perdarahan
subkonjungtiva. Kondisi lainnya, namun jarang terjadi adalah
muntah, malaria, dan melahirkan. (Khurana, 2015)
12
perdarahan subkonjungtival petikie pada konjungtivitis
adenoviral. Ocular injury, disebabkan trauma langsung pada bola
mata/orbit sering dikaitkan dengan cedera kepala, perdarahan
subkonjungtiva dapat terlihat ketika frakur dasar tengkorak
dikaitkan dengan fraktur atap orbital. Fraktur blow out orbital
terjadi ketika dinding orbital ditekan oleh benda yang besar dan
berbentuk bulat, seperti bola tenis, kepalan tangan manusia.
Extraoccular lession, disebabkan oleh trauma tumpul,
perdarahan subkonjungtival sering terjadi dan luka robek pada
konjungtiva juga tidak jarang terjadi. (Bowling, 2016)
2.3.6. Diagnosis
Anamnesis : Sebagian besar tidak ada gejala simptomatik,
selain terlihat darah pada bagian scelra. Kadang disertai
nyeri, rasa tidak nyaman, rasa mengganjal dan penuh di
mata, tanpa pendarahan di sclera dengan warna merah
terang atau merah tua. Pendarahan akan meluas dalam
waktu 24 jam kemudian berkurang karena diabsorpsi, dan
tidak disertai gangguan ketajaman visual karena merupakan
ekstraokuler.
Pemeriksaan Fisik : Berikan propacoin atau pantocain
terlebih dahulu jika pasien tidak bisa membuka mata.
Pemeriksaan visus : Jika visus dibawah 6/6, dicurigai
terjadi gangguan selain subconjunctiva haemorrhage.
Pemeriksaan reaktivitas pupil : Untuk mencari defek pupil.
Funduscopi : Dilakukan terutama jika disebabkan oleh
trauma (Bowling, 2016)
13
2.3.7. Tatalaksana
Terapi dengan astringens eye drops.
Kompres dingin untuk pendarahan akut dan kompres hangat
dapat digunakan untuk mengarbsorbsi darah pada
pendarahan kronis. (Bowling, 2016)
2.3.8. Komplikasi
Perdarahan subkonjungtiva tidak akan menyebabkan
komplikasi kecuali jika dikaitkan dengan trauma pada mata atau
mempunyai riwayat mudah memar. (Bowling, 2016)
2.3.9. Pencegahan
Jika sering mengalami perdarahan subkonjungtiva dan
memiliki Riwayat mudah memar atau pendarahan di tempat lain,
harus segera menjalani pemetiksaan medis untuk masalah
pendarahan atau pembekuanyang menyebakan terjadinya
pendarahan dan mudah memar. Perawatan yang berhasil untuk
kondisi yang menyebabkan pendarah dan mudah memar dapat
mencegah terjadinya perdarahan subkonjungtiva di masa
mendatang. (Bowling, 2016)
2.3.10. Prognosis
Prognosis perdarahan subkonjungtiva sangat baik bila
terjadi tanpa adanya trauma. Pendarahan subkonjungtiva dapat
menjadi lebih kecil dan hilang dalam waktu kurang dari dua
minggu meskipun tanpa pengobatan. Ini tidak akan
menyebabkan luka parut kehilangan penglihatan atau perubahan
mata lainnya. (Bowling, 2016)
14
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Mata merupakan panca indera yang halus yang memerlukan
perlindungan terhadap faktor faktor luar yang berbahaya. Begitu banyak
kelainan pada mata, hal yang paling sering dilihat adalah mata merah. Mulai
dari iritasi ringan sampai perdarahan karena trauma akan memberikan
tampilan klinis mata merah. Perdarahan subkonjungtiva secara klinis
memberikan penampakan mata merah terang hingga gelap pada mata.
Perdarahan subkonjungtiva adalah ketika terdapat satu atau lebih
bercak darah yang terlihat pada bagian putih mata. Konjungtiva mata terdapat
banyak pembuluh darah kecil yang mudah pecah. Jika pembuluh darah
tersebut pecah maka darah akan mengalir diantara konjungtiva dan sklera.
Pendarahan akan mengakibatkan munculnya bercak bewarna merah terang
yang terlihat pada bagian putih mata. Subkonjungtiva haemorrhage biasanya
jinak dan biasanya dapat sembuh sendiri.
Terapi dar perdarahan subkonjungtiva yaitu dengan astringens eye
drops dan kompres dingin untuk pendarahan akut dan kompres hangat dapat
digunakan untuk mengarbsorbsi darah pada pendarahan kronis.
15
REFERENSI
Guyton and Hall. (2014). Guyton dan Hall Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. In Elsevier,
Singapore.
Ilyas, Sidarta. 2018. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. FK UI. Jakarta
Tarlan, B., & Kiratli, H. (2013). Subconjunctival hemorrhage: Risk factors and
potential indicators. Clinical Ophthalmology, 7, 1163–1170.
https://doi.org/10.2147/OPTH.S35062
16