KATARAK
Oleh:
Verentika Putri Tanof, S.Ked (2008020020)
Pembimbing:
dr. Eunike Cahyaningsih, Sp. M, MARS
dr. Ni Putu Mariati, Sp. M
i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING
Referat ini dengan judul: Katarak oleh dokter muda atas nama: Verentika Putri
Tanof, S.Ked NIM: 2008020020 pada Program Studi Profesi Dokter Fakultas
Mengetahui Pembimbing:
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
“Katarak” ini. Referat ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kepaniteraan
klinik bagian Ilmu Penyakit Mata, Program Studi Pendidikan Dokter, Universitas
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pembimbing di SMF Mata, dr. Eunike
Cahyaningsih Sp. M, MARS dan dr. Ni Putu Mariati, Sp.M atas bimbingan dan
sehingga saya dapat menyelesaikan referat ini dengan baik. Saya menyadari
bahwa referat ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga saya mengharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan. Demikian yang dapat saya
sampaikan, semoga referat ini dapat bermanfaat dan menjadi referensi ilmu
pengetahuan bagi para pembaca, khususnya bagi kami yang sedang menempuh
pendidikan kedokteran.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Cover ................................................................................................................................... i
Halaman Pengesahan Pembimbing ................................................................................. ii
Kata Pengantar ................................................................................................................ iii
Daftar Isi ........................................................................................................................... iv
BAB 1 Pendahuluan.......................................................................................................... 1
BAB 2 Tinjauan Pustaka ................................................................................................. 3
2.1. Anatomi dan Fisiologi Lensa Mata ..................................................................... 3
2.1.1 Anatomi Lensa...................................................................................................... 3
2.1.2 Fisiologi Lensa ...................................................................................................... 7
2.2. Definisi ................................................................................................................... 9
2.3. Epidemiologi .......................................................................................................... 9
2.4. Etiologi ................................................................................................................. 10
2.5. Patofisiologi ......................................................................................................... 11
2.6. Klasifikasi Katarak ............................................................................................. 13
2.7. Maturitas Katarak .............................................................................................. 15
2.8. Diagnosis .............................................................................................................. 17
2.8.1 Anamnesis ........................................................................................................... 17
2.8.2 Pemeriksaan Fisik .............................................................................................. 18
2.8.3 Pemeriksaan Penunjang .................................................................................... 19
2.9. Tatalaksana ......................................................................................................... 19
2.9.1 Medikamentosa .................................................................................................. 19
2.9.2 Pembedahan ....................................................................................................... 19
2.10. Komplikasi ....................................................................................................... 22
2.11. Prognosis .......................................................................................................... 23
BAB 3 Kesimpulan......................................................................................................... 24
Daftar Pustaka ................................................................................................................ 26
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan yang terjadi pada lensa yang
Biasanya katarak berjalan secara progresif dan dapat tidak mengalami perubahan
dalam waktu yang lama, namun seiring berjalannya waktu pada akhirnya lensa
yang menjadi keruh dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Sampai saat ini
Lensa merupakan salah satu media refraksi sehingga pada saat terjadi
kekeruhan pada lensa maka menyebabkan cahaya yang masuk menjadi terhalang
sehingga terjadi penurunan penglihatan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor,
penyakit mata menahun, trauma pada mata, penyakit metabolik, dan paparan
mengenai ras kulit putih sebesar 80% dibandingkan ras kulit hitam.4 Katarak juga
katarak pada semua kelompok umur mencapai 1,8%.5 Umumnya terjadi pada usia
lanjut sekitar 50-60 tahun tapi juga bisa terjadi pada anak-anak. Katarak lebih
kejadian katarak pada bayi baru lahir sampai berusia kurang dari 1 tahun. Katarak
1
juvenil terjadi pada anak dan orang muda berusia lebih dari 1 tahun. Katarak senil
penglihatan, koreksi dengan kacamata saja pada penderita katarak tidaklah efektif
dan hanya pada tahap awal saja. Pengobatan utama katarak adalah tindakan
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
yang terdiri dari zat tembus cahaya berbentuk seperti cakram.1 Lensa mata
tebal sekitar 5 mm. Permukaan anterior lensa berhubungan dengan humor aqueous
posterior iris, lensa digantung oleh zonula zinii (ligamentum suspensorium lentis)
dengan korpus siliaris. Zonula zinii berasal dari lamina basal epitel tidak
berpigmen badan siliaris. Permukaan lensa pada bagian posterior lebih cembung
1,6,7
dari pada permukaan anterior.
3
Pada saat lahir diameter ekuator kurang lebih 6,4 mm, tebal lensa
bertambahnya ukuran dan berat, diperkirakan ketebalan dari lensa meningkat kira-
kira 0,02 mm per tahunnya. Saat dewasa diameter ekuator bertambah menjadi 9
mm, tebal lensa anteroposterior 5 mm dengan berat sekitar 225 mg. Pada fetus,
bentuk lensa hampir sferis dan lemah. Pada orang dewasa lensanya lebih padat
dan bagian posterior lebih konveks. Ketebalan korteks lensa meningkat dengan
proten insoluble.7
Lensa terdiri dari kapsul, epitel lensa, korteks dan nukleus. Bagian luar
lensa dibungkus oleh kapsula lentis yang merupakan suatu membran yang
membungkus seluruh lensa bersifat transparan dan halus. Kapsul lensa sangat
elastik dan bersifat nonseluler. Kapsul ini yang berfungsi untuk mengubah ukuran
lensa pada fungsi akomodasi. Kapsula lentis juga bekerja sebagai membran
semipermeabel,yang dapat dilewati air dan elektrolit sebagai sumber nutrisi untuk
4
lensa. Lapisan berikutnya setelah kapsul, pada bagian anterior terdapat epitel
metabolisme dan menjaga sistem normal dari aktivitas sel, termasuk biosintesa
dari DNA, RNA, protein dan lipid. Epitel lensa juga dapat menghasilkan ATP
untuk kebutuhan energi lensa. Sel-sel epitel subkapsular terus menerus mensekresi
lebih tebal dari posterior. Sedangkan pada polus posterior tidak terdapat epitel
bahan kapsular. Oleh karena itu bagian anterior relatif lebih konstan.1,6,7
Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Nukleus dan korteks lensa
mengandung sebuah inti gepeng. Pada pemeriksaan mikroskop akan tampak jelas
berbentuk {Y} bila dilihat dengan slitlamp. Bentuk {Y} ini tegak di anterior dan
5
Serat lensa yang terbentuk paling awal dan terletak di sentral disebut
nukleus dan serat lensa yang terbentuk selanjutnya dan terletak dilapisan luar
lensa terdiri dari nukleus embrional, fetal, infantil dan dewasa. Nukleus embrional
adalah massa serat lensa yang paling awal terbentuk dan terletak di sentral lensa
dan diikuti oleh nukleus fetal dengan bentuk Y sutura, kedua nukleus tersebut
sebagai hasil produksi terus menerus dari serat lensa yang terbentuk pada masa
embryogenesis.Serat yang terbentuk setelah lahir dan menyusun bagian awal dari
massa serat dikenal sebagai nukleus dewasa. Ukuran dari nukleus embrionik dan
fetal tetap konstan sementara ukuran dari nukleus dewasa selalu meningkat.
Daerah yang mengelilingi nukleus dewasa dan mengandung serat nukleus yang
Sebanyak 65% bagian dari lensa terdiri dari air, sekitar 33-35% terdiri dari
protein dan sedikit sekali mineral yang biasanya ada di jaringan tubuh lainnya.
Protein lensa terbagi menjadi dua, yakni protein yang larut dala air dan tidak larut
dalam air. Protein larut air menempati 80% komposisi protein lensa mata yang
6
disebut crystallin. Crystallin merupakan protein intraseluler pada epitel dan sel
serat lensa yang terdiri atas tiga protein utama yaitu alfa (α), beta (β) dan gamma
(δ) kristalin, sedang protein yang tidak larut dalam air merupakan protein larut
urea dan tidak larut dalam urea. Protein larut urea membentuk struktur pada sel-
sel lensa, sementara protein yag tidak larut urea merupakan protein membran
lain. Lensa bersifat avaskular, tidak terdapat serat nyeri dan saraf.6,7
3) Terletak di tempatnya
ini,maka lensa harus transparan, mempunyai indeks refraktif yang lebih tinggi
7
Aspek yang terpenting dari fisiologi lensa adalah mekanisme yang
makromolekul, oleh karena itu jika ada gangguan pada hidrasi sel maka dapat
mengakibatkan kekeruhan lensa. Lensa normal mengandung sekitar 66% air dan
33% protein, dan kadarnya sedikit berubah dengan pertambahan umur. Korteks
lensa lebih terhidrasi dibanding nukleus lensa. Konsentrasi sodium dalam lensa
dipertahankan sekitar 20 mM, dan konsentrasi potassium sekitar 120 mM. Kadar
sodium dan potassium yang terdapat di sekitar humor akuous dan 18 humor
vitreus sangat berbeda, dimana kadar sodium sekitar 150 mM dan kadar
sampai ukurannya yang terkecil; dalam posisi ini, daya refraksi lensa diperkecil
cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula
sferis diiringi oleh peningkatan daya biasnya. Kerjasama fisiologik antara korpus
sebagai akomodasi.7,8
8
Gambar 2.5 Akomodasi Lensa7
Lensa dilengkapi dengan beberapa enzim pelindung dari radikal bebas dan
oksigen yang dapat merusak. Terdiri atas glutathione peroksidase, catalase dan
superoxide dismutase. Vitamin E dan asam ascorbat juga terdapat dalam lensa,
kedua vitamin ini berfungsi sebagai perusak radikal bebas dan oksidasi.7
2.2. Definisi
“cataracta” yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai
penglihatan tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap
keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi atau penambahan
cairan pada lensa, denaturasi protein lensa ataupun terjadi akibat kedua hal
tersebut.1
2.3. Epidemiologi
Menurut World Health Organization (WHO), katarak paling banyak mengenai ras
kulit putih sebesar 80% dibandingkan ras kulit hitam sebesar 13%.3,4 Umumnya
9
terjadi pada usia lanjut sekitar 50-60 tahun tapi juga bisa terjadi pada anak-anak.
Katarak lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki dengan ratio
3:1.3,9
pada semua kelompok umur dan mencapai prevalensi 1,8% atau sekitar
(3,7%) kasus, sementara di NTT sebanyak 2,3% kasus. Sebagian besar penduduk
2.4. Etiologi
degeneratif, akan tetapi dapat juga terjadi akibat berbagai faktor sebagai berikut:1,3
- Penyakit mata menahun, seperti miopia tinggi, glaukoma, ablasio retina, uveitis
kronik.
- Trauma pada mata, dapat disebabkan trauma tumpul, trauma kimia dan radiasi
UV.
10
posterior lensa.
- Gaya hidup, seperti paparan sinar ultraviolet, merokok dan kurang nutrisi.
2.5. Patofisiologi
Lensa merupakan salah satu bagian dari mata yang berbentuk bikonvek
dan transparan yang berfungsi dalam refraksi dan memfokuskan cahaya yang
diterima mata ke retina. Lensa mengandung serat fiber yang ditutupi oleh kapsul
tipis dan dipertahankan oleh zonula. Serat lensa terbuat dari sel epitel lensa dan
bermigrasi dari tepi menuju pusat. Lensa terdiri dari dua bagian utama yaitu
pada kejernihan lensa (opasitas lensa) sehingga jumlah cahaya yang masuk
melalui media refraksi berkurang dan sulit difokuskan ke retina. Hal ini dapat
disebabkan oleh berbagai hal seperti proses degeneratif, trauma, ataupun kelainan
kongenital. 11,12
dan tidak seluruhnya dipahami. Peningkatan protein yang tidak larut air seiring
usia protein lensa yang sebelumnya larut air menjadi tidak larut air dan
Teori kebocoran pompa, lensa bersifat dehidrasi dan memiliki kadar ion
kalium (K+) dan asam amino yang lebih tinggi dari aqueous dan vitreus di
klorida (Cl-) dan air yang lebih sedikit dari lingkungan sekitarnya. Keseimbangan
kation antara di dalam dan di luar lensa adalah hasil dari kemampuan
11
permeabilitas membran sel-sel lensa dan aktifitas dari pompa (Na+, K+, ATPase)
yang terdapat pada membran sel dari epitelium lensa dan setiap serat lensa. Fungsi
pompa natrium bekerja dengan cara memompa ion natrium keluar dari dan
menarik ion kalium ke dalam lensa. Mekanisme ini tergantung dari pemecahan
ATP dan diatur oleh enzim Na+, K+, ATPase. Keseimbangan ini mudah sekali
terganggu oleh inhibitor spesifik ATPase. Inhibisi dari Na+, K+ , ATPase akan
ATPase). Membran sel lensa juga secara relatif tidak permeable terhadap kalsium.
tergantung pada gradien natrium yang dibawa oleh pompa natrium. Glukosa
memasuki lensa melalui sebuah proses difusi terfasilitasi yang tidak secara
asam askorbat, mioinositol dan kolin memiliki mekanisme transport yang khusus
12
Kandungan natrium dan kalsium meningkat; kandungan kalium, berkurang. Pada
Katarak kongenital merupakan katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera
setelah bayi lahir dan pada bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak
Kadang juga dialami pada ibu dengan riwayat kejang, tetanus. Katarak
kongenital juga sering ditemukan pada bayi prematur dan gangguan sistem
termasuk katarak kapsular dan katarak polaris dan katarak lentikular termasuk
berhubungan penyebabnya dengan penyakit ibu dan janin lokal atau umum.1,10
13
Katarak juvenil merupakan katarak yang terjadi pada usia muda, dimana
pembentukannya dimulai pada usia lebih dari 3 bulan dan kurang dari 9 tahun.
Katarak ini biasanya merupakan kelanjutan dari katarak kongenital atau akibat
Katarak senil merupakan semua kekeruhan lensa yang terjadi pada usia lanjut
a. Katarak Nuklearis
lensa menjadi kuning atau cokelat secara progresif yang dapat diamati
b. Katarak Kortikal
serta-serat lensa dan pada slitlamp akan tampak degenerasi epitel posterior
c. Katarak Subkapsuler
14
anterior dan posterior yangmana pada slitlamp akan tampak seperti
gambaran plak.9
Katarak insipien. Pada stadium ini terjadi kekeruhan mulai dari tepi
ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal).
kemasukan air, kekeruhan lensa masih ringan, dan visus biasanya 6/60. Pada
pemeriksaan ditemukan iris normal, bilik mata depan normal, sudut bilik mata
Katarak imatur. Pada stadium ini, sebagian lensa tampak keruh tapi
15
belum mengenai seluruh lapis lensa. Terjadi pertambahan volume lensa akibat
bertambah dan visus mulai menurun menjadi 5/60 sampai 1/60. Cairan lensa
bertambah mengakibatkan iris terdorong dan bilik mata depan menjadi dangkal,
sudut bilik mata sempit dan sering terjadi glaukoma serta pada pemeriksaan
lapisan lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh.
mata depan akan berukuran kedalaman normal kembali, sehingga pada shadow
test didapatkan hasil negatif. Visus akan menurun drastis menjadi 1/300 atau
lanjut, dapat menjadi lebih keras atau lembek dan mencair. Massa lensa yang
16
berdegenarasi keluar dari kapsul sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna
kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul
lensa. Bila proses katarak berjalan lebih lanjut dengan kapsul yang menebal, maka
korteks yang beregenerasi dan cair tidak dapat keluar sehingga memberikan
gambaran seperti kantong susu disertai nukleus yang terbenam di dalam korteks
lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut Katarak Morgagni. Pada tahap ini,
ditemukan iris tremulans, bilik mata depan dalam, dan shadow tes positif palsu.1,9
2.8. Diagnosis
2.8.1 Anamnesis
17
mengakibatkan lensa tidak transparan sehingga pupil akan berwarna putih atau
abu-abu. Kekeruhan ini juga dapat ditemukan pada lokalisasi di lensa seperti
buram, kekeruhan lensa tahap awal dapat menimbulkan keluhan berupa kesulitan
melihat objek dengan latar belakang terang dan kesulitan menghadapi sinar lampu
dari depan saat malam hari yang menyebabkan pasien sulit untuk berkendara.
ganda pada penglihatan dengan satu mata yang mengalami katarak, sukar melihat
dimalam hari atau penerangan redup, dan terganggu saat melihat warna.1,2
juga dilakukan pemeriksaan shadow test dengan cara menyinari pupil pada sudut
45° dari dataran iris dengan penlight untuk melihat kekeruhan lensa dari bayangan
iris yang terlihat. Tujuannya untuk menilai bayangan iris, dengan tujuan
jarak 50 cm dari mata pasien, lalu sinar diarahkan ke pupil. Pada kekeruhan lensa
sebagian akan tampak sebagai bayangan gelap yang menutupi refleks fundus.1,2
18
Pada pemeriksaan slitlamp, akan dievaluasi tingkat dan letak kekeruhan
lensa secara lebih detail. Jika fungsi retina masih baik maka derajat kekeruhan
pemeriksaan kadar gula darah apabila dicurigai katarak diabetes melitus. Selain
2.9. Tatalaksana
2.9.1 Medikamentosa
Jika tajam penglihatan atau visus pasien 6/24 atau 20/80 atau lebih baik dari
itu, dilatasi pupil dengan phenylephrine 2,5% atau kacamata refraksi cukup dalam
2.9.2 Pembedahan
dianjurkan jika penurunan tajam penglihatan yang disebabkan oleh katarak telah
operasi katarak juga didasari oleh kondisi ditemukannya penyerta katarak lainnya
19
seperti glaukoma fakomorfik, glaukoma fakolitik, dislokasi lensa dan
anisometropia. Selain itu, bila katarak tersebut sangat mengganggu untuk aktivitas
bersama kapsul lensa termasuk kapsul posterior. Saat ini teknik tersebut sudah
ablasio retina, edema makular sistoid, astigmatisme, robekan iris, dan edema
membutuhkan waktu penyembuhan yang lebih lama. Teknik ini masih dapat
digunakan jika tidak tersedia fasilitas yang cukup untuk dilakukan teknik ekstraksi
katarak ekstrakapsular.1,3,9
memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan korteks
lensa dapat keluar melalui robekan tersebut, kemudian dikeluarkan melalui insisi
pembukaan dilakukan di kapsul anterior lalu nukleus dan korteks dikeluarkan dan
disokong oleh kapsul posterior. Pembedahan ini dilakukan pada pasien dengan
20
katarak imatur, kelainan endotel, keratoplasty, implantasi lensa intra ocular
irisan lebih kecil kecil dan hampir tidak memerlukan jahitan, yaitu SICS. Insisi
pada SICS dibuat lebih ke arah sklera dan dengan membuat terowongan (tunnel) dari
sklera ke kornea untuk kemudian menembus bilik mata depan. Luka insisi yang lebih
kecil sebesar 6-9 mm dan tunnel berukuran 4 mm menyebabkan luka menjadi kedap
meskipun tanpa jahitan, sehingga dapat menurunkan risiko astigmatisma pasca operasi.
Beberapa dokter memilih memberikan 1 jahitan pada luka insisi SICS untuk menutup
luka dengan lebih baik. Pemasangan IOL pada operasi SICS sudah menjadi baku emas
untuk tindakan operasi SICS. Oleh karena irisan yang sangat kecil, penyembuhan
21
relatif lebih cepat. SICS dapat mengeluarkan nukleus lensa secara utuh atau
topikal, dan bisa dipakai pada kasus nukleus yang padat. Beberapa indikasi SICS
adalah sklerosis nukleus derajat II dan III, katarak subkapsuler posterior, dan awal
katarak kortikal.
4. Fakoemulsifikasi
menghancurkan nukleus yang kemudian diaspirasi melalui insisi 2,5 – 3 mm, dan
kemudian dimasukkan lensa intraocular yang dapat dilipat. Keuntungan dari insisi
kecil ini adalah bekas sayatan tidak perlu dijahit, penyembuhan luka lebih cepat
pascaoperasi, dan pemulihan fungsi visual lebih cepat. Risiko terlepasnya bahan
2.10. Komplikasi
selama operasi bisa pendangkalan kamera okuli anterior, posterior capsule rupture
(PCR), nucleus drop, sedangkan komplikasi setelah operasi bisa terjadi edema
22
kornea, perdarahan, glaukoma sekunder, uveitis kronik, edema makula kistoid,
2.11. Prognosis
ambliopia dan kadang-kadang anomali saraf optikus atau retina membatasi tingkat
menunjukkan hasil baik apabila secara ketat mengikuti perawatan pasca operasi
dan konsumsi obat yang diberikan. Beberapa pasien dengan IOL monofokal
23
BAB 3
KESIMPULAN
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi atau penambahan cairan pada lensa, denaturasi protein lensa
ataupun terjadi akibat kedua hal tersebut. Umumnya merupakan penyakit pada
usia lanjut akibat proses degeneratif, akan tetapi dapat juga terjadi akibat kelainan
melitus, penyakit mata menahun, trauma pada mata, riwayat keluarga dengan
antikolinesterase secara rutin dan gaya hidup, seperti paparan sinar ultraviolet,
kongenital, katarak juvenil dan katarak sensil dimana pada katarak sensil
penglihatan ganda, sukar melihat dimalam hari dan terganggu melihat warna.
24
Pengobatan katarak yang utama adalah tindakan pembedahan. Dimana
Hampir seluruh pasien tersebut menunjukkan hasil baik apabila secara ketat
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas Sidarta, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. 5th ed. Jakarta : FK UI. 2018.
4. Cataracts statistics and data [Internet]. National Eye Institute; 2010; Available
from: https://nei.nih.gov/eyedata/cataract.
6. Whitcher PREJP. Vaughan & Asbury Oftamologi Umum. 17th ed. Jakarta:
EGC. 2010. p.175–184
14. Vicente Victor DO. Senile Cataract. Medscape [Internet]. 2021; Available
from: https://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview#a5
26