Pendahuluan
Hipertensi merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia.
Hipertensi merupakan penyebab terbesar keempat atau 6% dari seluruh kematian. Hipertensi
merupakan salah satu faktor resiko klasik aterosklerosis dan kardiovaskuler yang sudah lama
dikenal. Selain hipertensi, faktor resiko lain untuk kejadian kardiovaskuler adalah perokok,
obesitas, dislipidemia, diabetes mellitus, mikroalbuminuria, dan umur. Kelainan pembuluh
darah ini dapat berdampak langsung atau tidak langsung terhadap sistem organ tubuh yang
merupakan komplikasi dari hipertensi, berupa kerusakan organ target (antara lain mata yaitu
retina, pembuluh darah otak, jantung, dan ginjal). Pada hipertensi terdapat hubungan yang erat
sekali antara tekanan darah terhadap kerusakan pembuluh darah. Pada pasien-pasien hipertensi,
tenaga medis harus dapat melihat faktor-faktor resiko lain yang bisa dideteksi lebih awal untuk
mencegah progresivitas penyakit hingga terjadinya kerusakan organ target.
Retinopati hipertensi adalah suatu kondisi dengan karakteristik perubahan vaskularisasi retina
pada populasi yang menderita hipertensi. Kelainan ini pertama kali dikemukakan oleh Marcus
Gunn pada abad ke-19 pada sekelompok penderita hipertensi dan penyakit ginjal. Penyakit ini
merupakan salah satu komplikasi organ target pada mata atau retina akibat hipertensi. Keadaan
pembuluh darah retina sering dipakai sebagai ukuran keadaan pembuluh darah di dalam organ
tubuh lain dan kelainan pada mata atau retina akibat hipertensi dapat dipakai untuk petunjuk
kelainan yang terjadi pada pembuluh darah otak, jantung, dan ginjal. Kelainan pemeriksaan
mata pada penderita hipertensi mempunyai peran pula dalam menentukan diagnosis dan
prognosis penyakit hipertensi. Untuk memastikan ada tidaknya retinopati hipertensif adalah
melalui pemeriksaan funduskopi direk. Funduskopi direk digunakan untuk melihat adanya
perubahan fundus akibat hipertensi, dengan suatu rumusan klasifikasi yang dirumuskan oleh
para ahli yang didasari perubahan morfologi retina akibat hipertensi. Tanda-tanda pada retina
yang diobservasi adalah penyempitan arteriolar secara general dan fokal, perlengketan atau
nicking arteriovenosa, perdarahan retina dengan bentuk flame-shape dan blot-shape,cotton-
wool spots, dan edema papilla. Pada tahun 1939, Keith et al menunjukkan bahwa tanda-tanda
retinopati ini dapat dipakai untuk memprediksi mortalitas pada pasien hipertensi.
Batasan Retinopati Hipertensif
Retinopati hipertensif adalah kelainan-kelainan retina dan pembuluh darah retina atau vaskular
retina akibat tekanan darah tinggi. Retinopati hipertensif dideteksi dengan menggunakan
oftalmoskop direk. Retinopati hipertensif adalah salah satu dari beberapa tanda dari kerusakan
organ akibat hipertensi. Menurut kriteria dari JNC VII, adanya atau ditemukannya retinopati
hipertensif yang merupakan salah satu kerusakan organ target dan terdapatnya keadaan tekanan
darah prehipertensi, hipertensi stadium I dan II, dapat diindikasikan untuk memulai terapi awal
dengan anti hipertensi dan juga melakukan modifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan
darah yaitu antara lain dengan menurunkan berat badan, diet rendah natrium, melakukan
aktivitas fisik yang bersifat aerobik dan mengurangi konsumsi alkohol.
Epidemiologi
Sejak tahun 1990, sebanyak tujuh penelitian epidemiologis telah dilakukan pada sekelompok
populasi penduduk yang menunjukkan gejala retinopati hipertensi. Berdasarkan grading dari
gambaran funduskopi, menurut studi yang dijalankan didapatkan bahwa kelainan ini banyak
ditemukan pada usia 40 tahun ke atas, walau pada mereka yang tidak pernah mempunyai
riwayat hipertensi. Kadar prevalensi bervariasi antara 2% - 15% untuk banyak macam tanda-
tanda retinopati. Data ini berbeda dengan hasil studi epidemiologi yang dilakukan
oleh Framingham Eye Study yang mendapatkan hasil prevalensi rata-rata kurang dari 1%. Ini
mungkin disebabkan oleh sensitivitas alat yang semakin baik apabila dibandingkan dengan
pemeriksaan oftalmoskopik di klinik-klinik.
Prevalensi yang lebih tinggi juga ditemukan pada orang berkulit hitam dibandingkan orang
kulit putih berdasarkan insidensi kejadian hipertensi yang lebih banyak ditemukan pada orang
berkulit hitam. Akan tetapi, tidak ada predileksi rasial yang pernah dilaporkan berkaitan
kelainan ini hanya saja pernah dilaporkan bahwa hipertensi lebih banyak ditemukan pada orang
Kaukasia berbanding orang Amerika Utara.
Patofisiologi
Perubahan fundus atau sirkulasi retina akibat hipertensi menurut patogenesisnya dan gejala
yang ditimbulkannya adalah mengalami beberapa fase atau perubahan melalui 3 proses, yaitu:
3. Retinopati
Angiospasme dan angiopati pada hipertensi yang mengakibatkan gangguan pada sirkulasi
darah, lambat laun akan diikuti dengan retinopati yaitu perubahan-perubahan pada jaringan
retina, yang dapat dibedakan atas dua fenomena dasar yaitu eksudasi unsur-unsur darah, karena
dinding pembuluh darah menjadi permeabel, dan degenerasi retina, karena menurunnya nutrisi
akibat gangguan sirkulasi.
Pada stadium eksudat ini terdapat gangguan barier darah retina. Eksudasi terjadi apabila
dinding pembuluh darah yang bersifat impermeabel menjadi permeabel akibat kerusakan-
kerusakan pada sel-sel endotel yang berfungsi sebagai barier darah retina. Akibat hipertonus
yang ekstrem dan terus menerus pada hipertensi akan menimbulkan nekrosis otot polos dan
sel-sel endotel yang mana akan merusak sifat impermeabel dinding pembuluh darah yang
memungkinkan terjadinya eksudasi darah dan lipid sehingga menyebabkan edema retina dan
iskemik retina yang dikarenakan dinding pembuluh darah menjadi permeabel. Papil edema
muncul dalam beberapa hari sampai minggu sejak peningkatan tekanan darah dan terabsorpsi
dalam hitungan minggu sampai bulan bila tekanan darah turun. Perubahan funduskopi pada
stadium eksudat dimanifestasikan pada retina seperti mikroaneurisme, perdarahan, eksudat
lunak, dan eksudat keras. Eksudat retina dapat membentuk:
Eksudat lunak (cotton wool patches), yang merupakan edema serat saraf retina akibat mikro
infark sesudah penyumbatan arteriol, biasanya terletak 2-3 diameter dari papil didekat
kelompok pembuluh darah utama sekitar papil.
Eksudat keras, yang terdiri dari kumpulan sel-sel mikroglia yang banyak mengandung sel
lemak, berasal dari bahan-bahan sel-sel saraf yang mengalami degenerasi dan nekrosis, yang
tampak sebagai bercak-bercak berbatas tegas, warna putih kekuningan yang tersebar pada
daerah tertentu dan luas pada fundus okuli.
Pembengkakan lempeng optik dapat terjadi pada saat itu dan seringkali merupakan tanda dari
hipertensi berat (hipertensi maligna).
Pada retinopati hipertensif juga diikuti dengan degenerasi jaringan retina karena menurunnya
nutrisi akibat gangguan sirkulasi. Perdarahan yang timbul di retina disebabkan karena
kerusakan sel-sel endotel kapiler akibat hipertonus pembuluh darah yang terus menerus.
Beberapa faktor lain seperti hiperglikemia, inflamasi, dan disfungsi endotel juga terlibat pada
patogenesis retinopati.
Klasifikasi
Klasifikasi tradisional retinopati hipertensi pertama kali dibuat pada tahun 1939 oleh Keith et
al. Sejak itu, timbul bermacam-macam kritik yang mengkomentari sistem klasifikasi yang
dibuat oleh Keeith dkk tentang relevansi sistem klasifikasi ini dalam praktek sehari-hari.
Klasifikasi dan modifikasi yang dibuat terdiri atas empat kelompok retinopati hipertensi
berdasarkan derajat keparahan. Namun kini terdapat tiga skema mayor yang disepakati
digunakan dalam praktek sehari-hari:
Berdasarkan penelitian, telah dibuat suatu tabel klasifikasi retinopati hipertensi tergantung dari
berat ringannya tanda-tanda yang kelihatan pada retina.
Retinopati Deskripsi Asosiasi sistemik
Mild Satu atau lebih dari tanda berikut: Asosiasi ringan dengan
Penyempitan arteriol menyeluruh penyakit stroke, penyakit
atau fokal, AV nicking, dinding jantung koroner dan
arteriol lebih padat (silver-wire) mortalitas kardiovaskuler
Moderate Retinopati mild dengan satu atau Asosiasi berat dengan
lebih tanda berikut: penyakit stroke, gagal
Perdarahan retina (blot, dot, jantung, disfungsi renal dan
atauflame-shaped), mortalitas kardiovaskuler
mikroaneurisma,cotton-wool, hard
exudates
Accelerated Tanda-tanda retinopati moderate Asosiasi berat dengan
dengan edema papil: dapat disertai mortalitas dan gagal ginjal
dengan kebutaan
Diagnosis
Diagnosis retinopati hipertensi ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Selain itu pemeriksaan penunjang seperti funduskopi, pemeriksaan visus, dan pemeriksaan
tonometri terutama pada pasien lanjut usia dan pemeriksaan USG B-scan untuk melihat kondisi
di belakang lensa diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosis pasti. Pemeriskaan
laboratorium juga penting untuk menyingkirkan penyebab lain retinopati selain dari hipertensi.
Pasien dengan hipertensi biasanya akan mengeluhkan sakit kepala dan nyeri pada mata.
Penurunan penglihatan atau penglihatan kabur hanya terjadi pada stadium III atau stadium IV
perubahan vaskularisasi akibat hipertensi. Arteriosklerosis tidak memberikan gejala pada mata.
Lesi pada ekstravaskuler retina dapat terlihat sebagai gambaran mikroaneurisma yang
diperkirakan akan terjadi pada area dinding kapiler yang paling lemah. Gambaran ini paling
jelas terlihat melalui pemeriksaan dengan angiografi. Keadaan stasis kapiler dapat
menyebabkan anoksia dan berkurangnya suplai nutrisi, sehingga menimbulkan formasi
mikroaneurisma. Selain itu, perdarahan retina dapat terlihat. Ini akibat hilang atau
berkurangnya integritas endotel sehingga terjadi ekstravasasi ke plasma, hingga terjadi
perdarahan. Bercak-bercak perdarahan kelihatan berada di lapisan serat saraf kelihatan lebih
jelas dibandingkan dengan perdarahan yang terletak jauh di lapisan fleksiform eksterna. Edema
retina dan makula diperkirakan terjadi melalui 2 mekanisme. Hayreh membuat postulat bahwa
edema retina timbul akibat transudasi cairan koroid yang masuk ke retina setelah runtuhnya
struktur RPE. Namun selama ini peneliti lain percaya bahwa cairan edematosa muncul akibat
kegagalan autoregulasi, sehingga meningkatkan tekanan transmural pada arteriol distal dan
kapiler proksimal dengan transudasi cairan ke dalam jaringan retina. Absorpsi komponen
plasma dari cairan edema retina akan menyebabkan terjadinya akumulasi protein. Secara
histologis, yang terlihat adalah residu edema dan makrofag yang mengandung lipid. Walaupun
deposit lipid ini ada dalam berbagai bentuk dan terdapat dimana-mana di dalam retina,
gambaran macular star merupakan bentuk yang paling dominan. Gambaran seperti ini muncul
akibat orientasi lapisan Henle dari serat saraf yang berbentuk radier.
Dokter atau petugas kesehatan harus tetap meneruskan pengobatan pada pasien hipertensi
walaupun tanpa tanda-tanda retinopati. Seperti yang ditunjukkan dalam gambar dibawah,
evaluasi dan management pada pasien dengan hipertensi harus diutamakan supaya tidak terjadi
komplikasi ke target orang yang lain.
Komplikasi
Pada tahap yang masih ringan, hipertensi akan meningkatkan refleks cahaya arteriol sehingga
timbul gambaran silver-wire atau copper-wire. Namun dalam kondisi yang lebih berat, dapat
timbul komplikasi seperti oklusi cabang vena retina (BRVO) atau oklusi arteri retina sentralis
(CRAO).
Walaupun BRVO akut tidak terlihat pada gambaran funduskopi, dalam hitungan jam atau hari,
BRVO akut dapat menimbulkan edema yang bersifat opak pada retina akibat infark pada
pembuluh darah retina. Seiring waktu, vena yang tersumbat akan mengalami rekanalisasi
sehingga kembali terjadi reperfusi dan berkurangnya edema. Namun tetap terjadi kerusakan
yang permanen terhadap pembuluh darah. Oklusi yang terjadi merupakan akibat dari emboli.
Tiga varietas emboli yang telah diketahui adalah:
Kolesterol emboli (plak Hollenhorst) yang berasal dari arteri karotis
Emboli platelet-fibrin yang terdapat pada arteriosklerosis pembuluh darah besar
Kalsifikasi emboli yang berasal dari katup jantung
Antara ciri-ciri dari CRAO adalah kehilangan penglihatan yang berat dan terjadi secara tiba-
tiba. Retina menjadi edema dan lebih opak, terutama pada kutub posterior dimana serat saraf
dan lapisan sel ganglion paling tebal. Refleks oranye dari vaskulatur koroid yang masih intak
di bawah foveola menjadi lebih kontras dari sekitarnya hingga memberikan gambaran cherry-
red spot. CRAO sering disebabkan oleh trombosis akibat arteriosklerosis pada lamina kribrosa.
Selain CRAO dan BRVO, sindroma iskemik okuler juga dapat menjadi komplikasi dari
retinopati hipertensi. Sindroma iskemik okuler adalah istilah yang diberikan untuk gejala
okuler dan tanda-tanda yang menandakan suatu keadaan kronis dari obstruksi arteri karotis
yang berat. Arteriosklerosis merupakan etiologi yang paling sering, namun penyebab lain yang
dapat menimbulkan kondisi ini termasuk sindroma Eisenmenger,giant cell arteritis, dan
kondisi inflamasi lain yang berlangsung kronis. Gejala termasuk hilang penglihatan yang
terjadi dalam kurun waktu satu bulan atau lebih, nyeri pada daerah orbital mata yang terkena
dan penyembuhan yang terlambat akibat paparan cahaya langsung.
Prognosis
Prognosis tergantung pada kontrol tekanan darah. Kerusakan penglihatan yang serius biasanya
tidak terjadi sebagai dampak langsung dari proses hipertensi kecuali terdapat oklusi vena atau
arteri lokal. Namun pada setengah kasus, komplikasi tetap tidak terelakkan walaupun dengan
kontrol tekanan darah yang baik.
Kesimpulan
Retinopati hipertensif adalah suatu kelainan pada retina dan pembuluh darah retina akibat
tekanan darah tinggi. Perjalanan penyakit ini dapat dibagi menjadi tiga tahap utama yaitu
angiospasme diikuti dengan angiopati, dan diakhiri dengan retinopati. Diagnosis penyakit ini
didapat dari anamnesis, diikuti dengan pemeriksaan oftalmologis, dimana funduskopi
merupakan pemeriksaan utama dalam menegakkan diagnosis penyakit ini. Pemeriksaan
penunjang terutama ditujukan untuk mencari komplikasi hipertensi terhadap organ target
lainnya. Penatalaksanaan penyakit ini ditujukan terutama untuk menghindarkan faktor
penyebab primer yaitu hipertensi itu sendiri. Penatalaksanaan yang disarankan adalah
perubahan gaya hidup dan pemberian obat-obatan anti hipertensi. Prognosis dari retinopati
hipertensif terutama tergantung dari kontrol terhadap tekanan darah pasien