Oleh:
Sayu Made Ardhia Pramayanti Putri 1702612115
Kadek Ayu Purwaningsih 1702612141
IGN Wira Aditya 1702612048
Gst Ayu Amalindasari Prabayastita Masta 1702612228
Pembimbing:
dr Made Paramita Wijayanti, M.Biomed, Sp.M
i
1ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
atas karunia-Nya, laporan kasus yang berjudul “Katarak Senilis Matur” ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan kasus ini disusun dalam rangka
mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya di Departemen/KSM Ilmu Kesehatan
Mata FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar.
Dalam penyusunan laporan kasus ini, penulis banyak memperoleh
bimbingan, petunjuk serta bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Melalui
kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada yang terhormat:
1. dr. I Made Agus Kusumadjaja, Sp. M (K) selaku Kepala Depertemen/KSM Ilmu
Kesehatan Mata FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar.
2. dr. I.G.A. Made Juliari, Sp.M (K) selaku Penanggung Jawab Pendidikan Dokter
Muda Departemen/KSM Ilmu Kesehatan Mata FK UNUD/RSUP Sanglah
Denpasar
3. dr Made Paramita Wijayanti, M.Biomed, Sp.M selaku Penguji dalam responsi
kami.
4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan dan
bantuan yang telah diberikan dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga
laporan ini dapat memberikan sumbangan ilmiah dalam masalah kesehatan dan
memberi manfaat bagi masyarakat.
Penulis
iii
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 3
2.1 Anatomi dan Fisiologi Lensa ............................................................ 3
2.2 Definisi dan Epidemiologi Katarak .................................................. 4
2.3 Patofisiologi dan Etiologi Katarak Senilis ........................................ 5
2.4 Klasifikasi Katarak ........................................................................... 6
2.5 Diagnosis .......................................................................................... 8
2.6 Penatalaksanaan ................................................................................ 14
2.7 Komplikasi ......................................................................................... 18
2.8 Pencegahan ......................................................................................... 18
2.9 Prognosis ............................................................................................ 19
BAB III LAPORAN KASUS ............................................................................... 20
BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................... 26
BAB V KESIMPULAN ....................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 30
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
mulai timbul pada usia di atas 50 tahun. Angka kejadian katarak meningkat
seiring dengan bertambahnya usia. Diperkirakan dalam 20 tahun mendatang,
populasi dunia akan meningkat sepertiga kali dan peningkatan ini akan
didominasi terutama oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia. Disaat
yang bersamaan populasi individu yang berusia lebih dari 65 tahun akan
meningkat sehingga angka penderita katarak pun akan meningkat secara
otomatis.2 Pasien dengan katarak mengeluhkan penglihatan seperti berasap dan
tajam penglihatan yang menurun secara progresif. Saat seseorang menderita
katarak, maka akan muncul gangguan dalam beraktivitas sehari-hari, seperti
kesulitan saat mengendarai mobil pada malam hari, kesulitan dalam membaca,
berpartisipasi dalam kegiatan olah raga dan kegiatan lain yang membutuhkan
penglihatan yang jernih. Hal ini menjadi tantangan para tenaga medis untuk
mengupayakan tindakan pencegahan, penundaan serta memberikan terapi katarak
yang tepat bagi masyarakat.2 Tingginya angka kejadian katarak serta besarnya
dampak yang dapat terjadi akibat penyakit katarak membuat penulis mengangkat
tema katarak dalam laporan kasus kali ini dengan tujuan untuk dipelajari lebih
lanjut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
2. Katarak Kortikal
Katarak kortikal terjadi penyerapan air sehingga lensa menjadi
cembung dan terjadi miopisasi akibat perubahan indeks refraksi lensa.
Keadaan ini penderita seakan-akan mendapatkan kekuatan baru untuk
melihat dekat pada usia yang bertambah. 11
tes tajam penglihatan. Pada katarak senilis, tajam penglihatan akan menurun
dari samping. Lensa akan tampak keruh keabuan atau keputihan dengan latar
hitam. Kamera anterior dapat menjadi dangkal dan iris terdorong kedepan, sudut
2.5.2 Retinometri
Pemulihan tajam penglihatan pasca bedah katarak kadang-kadang dapat
juga melebihi dari hasil yang diprediksi sebelumnya. Prediksi tajam penglihatan
pasca bedah sangat penting untuk memberikan informasi kepada penderita dan
keluarganya mengenai prognosis tajam penglihatan pasca bedah, bila operasi yang
mereka jalani tanpa komplikasi.13
Potensi tajam penglihatan (fungsi makula) pada keadaan lensa yang keruh
(katarak) dapat dinilai dengan menggunakan metoda potential acuity measurement
(Borish, 2012). Pemeriksaan potential acuity measurement diperiksa antara lain
11
2 pita tersebut dapat diatur sesuai jarak kedua sinar tersebut. Semakin lebar jarak
kedua sinar semakin tipis jarak antar pita. Hasil dari pemeriksaan ini adalah tajam
penglihatan kisi-kisi (grating visual acuity) dengan notasi snellen acuity.
Penelitian ini menggunakan pemeriksaan retinometri dengan alat retinometer
Heine Lambda dimana pemeriksaan dilakukan pada pupil lebar setelah ditetes
midriatikum.
Retinometri merupakan pemeriksaan yang bisa memprediksi hasil pasca
operasi katarak. Pemeriksaan retinometri dapat memberikan hasil positif palsu
ataupun negatif palsu. Hasil positif palsu yaitu hasil retinometri pra bedah katarak
memberikan hasil yang sama jika dibandingkan dengan hasil retinometri pasca
bedah katarak. Hal ini bisa terjadi pada keadaan seperti edema makula kistoid
(CME), glaukoma, AMD. Hasil negatif palsu yaitu hasil retinometri pra bedah
katarak memberikan hasil yang lebih buruk dibandingkan dengan hasil retinometri
pasca bedah katarak. Hal ini seringkali terjadi karena ketidakmampuan alat
retinometri menembus lensa yang keruh merata. Pada penelitian ini, didapatkan
bahwa seluruh data retinometri pra bedah mencakup hasil negatif palsu, yaitu
penilaian retinometri pra bedah lebih buruk daripada retinometri pasca bedah.
Pada penelitian ini tidak ditemukan hasil positif palsu. Hasil positif palsu tentu
akan sangat mengecewakan para ahli bedah dan pasien, terutama karenasudah
diprediksi di awal hasil operasi katarak baik, namun ada beberapa keadaan yang
bisa membuat tidak seperti harapan. Penelitian Campbell (2011) memperlihatkan
bahwa 20% pasien pasca bedah katarak 2 bulan setelah operasi memiliki BCVA
yang sama jika dibandingkan dengan hasil retinometri pra bedah katarak.13
Setelah dilakukan pemeriksaan lanjutan, dari 20% pasien tersebut, didapatkan
gangguan lain pada retina yaitu CSME, epiretinal membrane dan macular pucker
2.5.3 Biometri
Pemeriksaan biometri telah mengalami perkembangan yang nyata sejak
diperkenalkan pertama kali pada tahun 1975. Saat itu, pemeriksaan dilakukan
dengan menggunakan gelombang suara untuk mengukur panjang bola mata. Di
awal tahun 2000, pemeriksaan biometri mengalami kemajuan yang sangat besar
dengan dikembangkannya teknik pengukuran kekuatan lensa intraokuler
menggunakan gelombang laser. Teknik aplanasi A-Scan biometry ditandai
13
2.6 Penatalaksanaan
Penanganan katarak yang mengahsilkan hasil signifikan hingga saat ini
adalah tata laksanan pembedahan. Hingga saat ini belum ditemukan tata laksana
non pembedahan yang efektif untuk menangani pasien katarak.Indikasi utama
dilakukan pembedahan katarak adalah adanya penurunan penglihatan fungsional
yang menyebabkan gangguan aktifitas penderita dan diharapkan pembedahan
dapat memperbaiki penglihatan. Indikasi yang lain adalah : 8
1) Anisometropia yang signifikan dengan adanya katarak
2) Kekeruhan lensa mempersulit diagnosis atau manajemen kelainan segmen
posterior
3) Lensa menyebabkan inflamasi atau glaukoma sekunder.
4) Lensa menyebabkan penyempitan sudut bilik mata depan.
5) Indikasi sosial dan kosmetik.
IOL di COP.
SICS Lensa sangat Insisi lebih kecil Insisi lebih lebar
keras dibanding ECCE daripada
fakoemulsifikasi
Endotel kornea Lebih murah
kurang bagus. dibanding
Fakoemulsifikasi
Fakoemulsifikasi Sebagian besar Rehabilitasi Peralatan /
katarak kecuali visual cepat. instrumen mahal.
katarak Morgagni
dan trauma. Pelatihan lama.
18
Ultrasound dapat
mempengaruhi
endotel kornea.
2.7 Komplikasi
2.8 Pencegahan
Katarak dapat dicegah, di antaranya dengan menjaga kesehatan mata,
menjaga kadar gula darah dalam batas normal khususnya pada penderita diabetes
mellitus, mengonsumsi makanan yang dapat melindungi mata dari kelainan
degeneratif dan makanan yang mengandung antioksidan tinggi seperti buah-
buahan yang banyak mengandung vitamin C, minyak sayuran, sayuran hijau,
kacang-kacangan, kecambah, buncis, telur, hati dan susu yang merupakan
makanan dengan kandungan vitamin E, selenium, dan tembaga tinggi. Vitamin C
19
2.9 Prognosis
Prognosis katarak setelah menjalani operasi cukup baik. Hasil tata laksana
dari pasien katarak yang diharapkan pada pasien mencakup penurunan gejala
visual, peningkatan fungsi visual, pencapaian hasil refraktif yang diinginkan, serta
peningkatan fungsi fisik, kesehatan mental, serta kualitas hidup pasien. Penelitian
yang dilakukan oleh American Academy of Opthamology National Eyecares
Outcomes Network (NEON) menunjukkan terjadi perbaikan tajam penglihatan
pada 92% katarak. Sebanyak 89 % kasus terjadi perbaikan dalamperbaikan tajam
penglihatan hingga visus diatas 20/40. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
The Cataract Patient Outcomes Research Team (PORT) mengidentifikasi faktor –
faktor memprediksi hasil operasi yang baiak antara lain : usia muda (di bawah 65
tahun), faktor komorbid yang rendah, serta fungsi visual pre operasi yang baik.10
BAB III
LAPORAN KASUS
3.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Pandangan kabur pada kedua mata
20
21
Riwayat Pengobatan
Pasien merupakan rujukan dari RS Surya Husaha. Pasien saat ini belum
mendapatkan obat-obatan untuk mengatasi keluhan pandangan kabur. Saat ini
pasien rutin kontrol sejak 1 tahun yang lalu dan mengkonsumsi 4 macam obat
yang diberikan oleh dokter jantung namun pasien tidak mengetahui jenis obat
yang dikonsumsinya. Riwayat mengkonsumsi obat-obatan seperti steroid dalam
jangka panjang disangkal oleh pasien.
OD OS
Lapangan Pandang
+ + + + + +
+ + + + + +
+ + + + + +
OD OS
24
OS
OD
OCULI DEXTRA
OCULI DEXTRA
3.4 Diagnosis Banding
1. OD Katarak Senilis Imatur
2. OS Katarak Senilis Matur
3. OD Katarak Senilis Insipiens
4. OS Katarak Senilis Hipermatur
5. ODS Katarak Komplikata
25
3.5 Diagnosis
1. OD Katarak Senilis Imatur
2. OS Katarak Senilis Matur
3.6 Penatalaksanaan
1. OS Pro Ekstraksi Lensa (SICS) + IOL
2. OD Pro Ekstraksi Lensa (Phaco) + IOL
3.7 KIE
- Menjelaskan pengertian penyakit, kemungkinan penyebab dan rencana terapi
pada pasien dan keluarga pasien.
- Menjelaskan rencana terapi yang akan dilakukan dan menjelaskan prosedur
operasi.
- Menjelaskan agar menjaga mata atau menghindari mata dari pajanan sinar
matahari berlebihan.
- Menjelaskan pentingnya pemakaian kacamata untuk menghindari debu,
asap dan cahaya matahari.
- Menjelaskan agar menjaga kebersihan tubuh, termasuk tidak memegang dan
mengusap mata saat tangan kotor untuk mencegah infeksi.
- Menjaga pola hidup sehat agar mengatur tekanan darah serta kolestrol.
- Menjelaskan perlunya kontrol kembali untuk pemeriksaan.
3.8 Prognosis
Ad Vitam : Bonam
Ad Functionam : Bonam
Ad Sanationam : Dubia ad Bo
BAB IV
PEMBAHASAN
26
27
Lensa mulai berwarna putih, namun bagian korteks masih bersih sehingga iris
shadow positif. Tampilan klinis berupa kekeruhan pada lensa yang berwarna putih
pada sebagian atau keseluruhan lensa yang akan menyebabkan penurunan tajam
penglihatan yang semakin lama akan semakin memberat seiring meningkatnya
kekeruhan lensa.
Penatalaksanaan utama untuk penderita katarak adalah dengan melakukan
pembedahan. Terdapat beberapa indikasi untuk dilakukannya pembedahan
diantaranya indikasi optik, indikasi medis, dan indikasi kosmetik. Pada pasien ini,
jenis operasi pada kedua mata berbeda karena derajat dari kataraknya juga
berbeda. Pada mata kanan teknik operasi yang dipilih adalah fakoemulsifikasi
karena kecurigaan katarak yang masih imature sehingga teknik ini dapat
dilakukan, selain itu teknik ini dinilai lebih menguntungkan karena pada teknik ini
operasi dilakukan dengan insisi yang lebih sedikit dan tanpa jahitan sehingga
mempermudah penyembuhan luka paska operasi. Untuk mata kiri teknik operasi
yang dipilih adalah small incision cataract surgery karena kecurigaan katarak
yang sudah mature. Sehingga tidak memungkinkan dilakukan fakoemulsifikasi
karena ketebalan lensa kataraknya. Prognosis ad vitam, ad fungsionam, dan ad
sanationam pasien ini adalah baik apabila telah menjalani operasi.
28
BAB V
SIMPULAN
Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) atau denaturasi protein atau terjadi akibat kedua-
duanya. Kekeruhan dapat mengenai salah satu atau kedua mata dan berjalan
secara progresif ataupun stagnan dalam jangka waktu yang lama. Pasien dengan
katarak akan mengeluh penglihatan berasap dan penurunan visus secara progresif.
Katarak juga merupakan penyebab utama berkurangnya penglihatan di Indonesia.
Perkiraan insiden katarak sekitar 0,1% per tahun. Hasil survei Indera Penglihatan
dan Pendengaran menunjukkan penyebab utama kebutaan di Indonesia adalah
katarak sebesar 0,78% dari total angka kebutaan sebesar 1,5%.
28
29
karena kecurigaan katarak yang masih imature sehingga teknik ini dapat
dilakukan, selain itu teknik ini dinilai lebih menguntungkan karena pada teknik ini
operasi dilakukan dengan insisi yang lebih sedikit dan tanpa jahitan sehingga
mempermudah penyembuhan luka paska operasi. Untuk mata kiri teknik operasi
yang dipilih adalah small incision cataract surgery karena kecurigaan katarak
yang sudah mature. Sehingga tidak memungkinkan dilakukan fakoemulsifikasi
karena ketebalan lensa kataraknya. Prognosis ad vitam, ad fungsionam, dan ad
sanationam pasien ini adalah baik apabila telah menjalani operasi.
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S, dkk. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2010.
2. World Health Organization. 2018. Blindness and vision impairment prevention.
[Internet]. Tersedia di: http://www.who.int/news-room/fact-
sheets/detail/blindness-and-visual-impairment
3. Vaughan DG, Asbury T, Riordan Eva P. Oftalmologi Umum. 2012;17(1): 126-
225.
4. Ocampo, V.V. Senile Cataract. [Online] Tersedia di
www.emedicine.medscape.com. 2017.
5. Robertson, S. Cataract Epidemiology. [Online] Tersedia di www.news-
medical.net. 2015.
6. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Katarak sebabkan 50% kebutaan.
[Online] Tersedia di http://www.depkes.go.id/article/view/16011100003/katarak-
sebabkan-50-kebutaan.html. 2015.
7. Gupta, V. B, dkk. Etiopathogenesis of Cataract: An Appraisal. Indian Journal of
Ophthalmology, 2014. 62(2), 103-110.
8. Johns J.K. Lens and Cataract. Basic and Clinical Science Section 11. American
Academy of Ophthalmology. 2011.
9. Ilyas S, dkk. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2010.
10. Augsburger J. & Asbury T. Vaughan & Asbury’s General Ophtalmology. 18 ed.
McGraw-Hill Companies, Inc. New York: McGraw-Hill Companies, Inc. 2011.
11. Johns J.K. Lens and Cataract. Basic and Clinical Science Section 11. American
Academy of Ophthalmology. 2011.
12. Magalhães F.P., Costa E.F., Cariello A.J., Rodrigues E.B., Hofling-Lima A.L.
Comparative analysis of the nuclear lens opalescence by the Lens Opacities
Classification System III with nuclear density values provided by Oculus
Pentacam: a cross-section study using Pentacam Nucleus Staging software. Arq.
Bras. Oftalmol. [Internet]. 2011. Apr;74(2):110-113