ENDOFTALMITIS
Oleh :
Dania Ekasanti M. Seran, S.Ked
2208020011
Pembimbing :
Referat ini dengan judul : Endoftalmitis atas Nama: Dania E. M. Seran, S.Ked
bagian Ilmu Penyakit Mata RSUD Prof. W. Z. Johannes Kupang pada Oktober
2022.
Mengetahui Pembimbing:
menyelesaikan tugas ini dengan maksimal. Saya menyadari bahwa referat ini
masih jauh dari sempurna, maka saya mengharapkan kritik dan saran yang
Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga referat ini dapat bermanfaat bagi
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................7
2.1 Anatomi Mata.........................................................................................................7
2.1.1 Lapisan Mata5...................................................................................................7
2.1.2 Vaskularisasi Mata............................................................................................8
2.2 Endoftalmitis.........................................................................................................10
2.2.1 Definisi............................................................................................................10
2.2.2 Epidemiologi...................................................................................................11
2.2.3 Etiologi dan Klasifikasi...................................................................................11
2.2.4 Patofisiologi....................................................................................................20
2.2.5 Manifestasi Klinis............................................................................................25
2.2.6 Diagnosis.........................................................................................................26
2.2.7 Terapi..............................................................................................................30
2.2.8 Diagnosis Banding..........................................................................................34
2.2.9 Prognosis.........................................................................................................37
BAB III PENUTUP........................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................40
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
Endoftalmitis adalah salah satu bentuk peradangan pada mata yang jarang
tetapi dapat parah karena infeksi rongga intraokular yang dapat menyebabkan
kehilangan penglihatan secara ireversibel jika tidak ditangani dengan benar dan
paling banyak menjadi etiologi endoftalmitis diikuti oleh bakteri gram positif dan
bakteri gram negatif. Penggunaan steroid topikal (76%) adalah faktor terkait
perforasi kornea (35%), mata kering (31%), kompromi kekebalan relatif (20%),
trauma bahan organik (18%) dan pemakaian lensa kontak (6%). Dalam suatu
endoftalmitis.2
Dalam studi kohort di AS, endoftalmitis onset akut terjadi pada 0,04%
operasi katarak dan 0,016% pada pasien yang menerima injeksi intravitreal.
5
Insiden endoftalmitis paska-trauma bervariasi dari 0,9% sampai 17%. Di Asia
endoftalmitis terdiri atas penglihatan yang menurun atau kabur, mata merah dan
nyeri, pembengkakan kelopak mata. Viritis progresif adalah salah satu temuan
dalam segala bentuk endoftalmitis dan hampir 75% pasien, hipopion juga dapat
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pada mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian
2. Jaringan uvea, yang merupakan jaringan vaskular, yang terdiri atas iris,
badan siliar dan koroid. Pada iris didapatkan pupil yang oleh 3 susunan
otot dapat mengatur jumlah sinar masuk ke dalam bola mata, yaitu otot
dapat mengatur jumlah sinar masuk ke dalam bola mata, yaitu otot dilatator,
sfingter iris dan otot siliar. Badan siliar yang terletak di belakang iris
trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas kornea dan sklera.
3. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan
7
Gambar. 1 Anatomi penampang sagittal bola mata6
Carotid Artery / ICA) dan arteri karotid eksterna (External Carotid Artery / ECA).
Cabang utama pembuluh darah orbita adalah arteri oftalmika. Arteri oftalmika
memiliki beberaba cabang yang memperdarahi bagian mata dan adneksa mata.
Arteri oftalmika masuk ke rongga orbita melewati lapisan dura dari saraf optik
dan kanalis optikus. Arteri oftalmika berjalan secara inferolateral dari nervus
optikus.3
pada orbita dipengaruhi dengan perbedaan tekanan. Vena pada orbita tidak
seperti bagian tubuh lainnya yaitu setiap arteri diikuti satu vena sedangkan pada
organ mata memiliki satu arteri diikuti dengan dua vena, yaitu vena oftalmika
superior dan vena oftalmika inferior. Vena orbita superior merupakan gabungan
dari vena supratroklear dan vena angular, masuk ke rongga orbita melalui
aliran darah lain vena oftalmika superior antara lain vena etmoidalis anterior dan
posterior, vena muskularis, vena lakrimalis, vena retinal sentral, dan vena vorteks
homeostatis pembuluh darah. Sawar darah terdapat pada bagian depan dan bagian
belakang bola mata. Sawar darah akuos berada di bagian depan, sedangkan sawar
9
darah retina berada dibagian belakang. Sawar darah retina bagian dalam dibentuk
oleh sel endotel retina, terletak pada lamina basal yang ditutupi oleh sel astrosit
dan sel muller, serta diperkuat oleh tight junction. Sawar darah retina bagian luar
dibentuk oleh tight junction antara sel-sel epitel pigmen retina yang berdekatan.
Sawar darah retina bagian luar terletak diantara koriokapilaris dan neurosensoris
retina. Sawar darah retina berfungsi untuk mengontrol zat-zat dan molekul yang
masuk dan keluar dari retina. Gangguan pada sawar darah dapat menyebabkan
masuknya zat-zat dari dalam darah ke dalam. Kebocoran sawar darah ini dapat
menyebabkan terbentuknya eksudat dan edema pada retina dan jaringan lainnya.
Tight junction pada epitelium siliaris yang tidak berpigmen, pembuluh darah iris,
dan dinding bagian dalam endotel pada kanal Schlemm membentuk sawar darah
akuos. Sawar darah retina mempunyai peranan sebagai kekebalan tubuh untuk
melawan infeksi dan menjauhkan retina dari reaksi imun sistemik. 2,5,6
2.2 Panoftalmitis
2.2.1 Definisi
Panoftalmitis didefinisikan sebagai peradangan supuratif akut pada lapisan
bagian dalam mata disertai nekrosis sklera (dan terkadang kornea) dengan
mata yang meliputi uvea, vitreus dan retina dengan aliran eksudat ke dalam
kamera okuli anterior dan kamera okuli posterior. Peradangan supuratif ini juga
dapat membentuk abses di dalam badan kaca. Hal ini berpotensi membutakan.3
10
2.2.2 Epidemiologi
endoftalmitis endogen terjadi pada 2-15% dari semua jenis kasus endoftalmitis. Beberapa
kasus yang telah terjadi, mata kanan 2 kali lebih berpotensi terinfeksi daripada mata kiri.
Hal ini terjadi karena lokasinya yang lebih proksimal untuk arah aliran darah arteri dari
arteri anonima dextra ke arteri carotis dextra. 3 Endoftalmitis eksogen jarang terjadi
sebagai komplikasi pasien yang menjalani operasi intraokular. Pada pasien yang
menjalani ekstraksi katarak di Bascom Palmer Eye Institute (BPEI) pada tahun 1995-
Dalam waktu yang sama di BPEI insiden endoftalmitis pada pasien yang menjalami
Secondary Intraocular Lens (IOL) Implantations memiliki insiden sebesar 0,2%, 0,03%
setelah menjalani pars plana vitrectomy, 0,08% setelah menjalani keratoplastik penetrasi,
dan 0,2% setelah menjalani operasi filtrasi glaukoma. 4 Di Negara Amerika Serikat
sendiri, endoftalmitis pasca operasi katarak merupakan kasus yang paling sering terjadi
dan memiliki prevalensi sebesar 0,1%-0,3% dari operasi lain yang dapat menimbulkan
komplikasi seperti ini. Selain itu, endoftalmitis juga dapat terjadi pada injeksi intravitreal
jamur adalah salah satu pathogen yang sering dilaporkan. Secara umum,
jamur adalah agen penyebab yang lebih sering di Amerika dan Eropa.1
11
Pada endoftalmitis endogen, organisme disebarkan melalui aliran darah.
nyeri mata, mata merah, photophobia, floaters dan edema palpebra. Tanda
injeksi kongjungtival, iritis, retinitis, edema korneal, cell pada BMD serta
b. Endoftalmitis Eksogen
12
berdekatan dari jaringan yang berdekatan. Endolftamitis eksogen
post trauma.
sering terjadi setelah operasi operasi berikut ini : katarak, implantasi IOL,
antara 0,03% sampai 0,2%. Kasus lain yang paling jarang adalah setelah
2,4% operasi.
13
Gambar. 4 Acute Post Operative Endophthalmitis (sutured corneal
wound dengan hipopion)2
Gejala klinis
konjungtiva, 74% dengan nyeri mata, dan 35% dengan edema palpebra.
Faktor resiko
Etiologi
14
aureus 9,9% dan spesies Streptococcus 9%. Jarang ada laporan infeksi
operasi. Kasus ini kurang umum daripada yang akut dengan laporan 1 :
3,5. Kesamaannya, kasus ini terhitung sekitar 7,2% dari semua kasus
Gejala klinis
hypopion kurang umum, nyeri mungkin ada atau mungkin tidak ada.
Karakteristik dengan plak putih dalam capsular bag yang paling sering
dilihat.
Etiologi
15
Propionibacterium acnes yang paling sering diisolasi sekitar 41%
sampai 63% kasus. Fungal infeksi juga penting sebagai penyebab dan
kasus akut < 4 minggu dan lebih sering lambat >4 mingggu. Laporan
dari operasi hingga diagnosis beragam tapi secara umum berkisar 1,5
tahun sampai 7 tahun dan bisa 44 tahun. Laporan insidensi kasus ini
hypopion)2
Gejala Klinis
Faktor resiko
16
Riwayat blebitis sebelumnya, onset lambat adanya kebocoran bleb, usia
kronik.
Etiologi
predominan.
Laporan kasus ini mencapai 0,02% sampai 0,32% per injeksi. Karena
terjadi setelah ini namun etiologinya belum dapat dijelaskan secara baik
17
Gambar. 7 Post Intravitreal Injection Endophthalmitis (chemosis dan hypopion)2
Gejala Klinis
Gejala muncul pada beberapa hari pertama setelah operasi. Gejala paling
Faktor resiko
Etiologi
aureus.
Kasus ini tidak umum namum penting sebagai komplikasi trauma mata
18
Gambar. 8 Post Traumatic Endophtalmitis (sutured corneal wound
dan hypopion)2
Gejala klinis
Diagnosis dapat dibuat setelah trauma awal. Tanda dan gejala berupa
termasuk edema pada kornea dan kelopak mata dan kehilangan red
reflect.
Faktor resiko
Banyak faktor resiko pada kasus ini berupa IOFB, ruptur les traumatik,
perbaikan primer 12-24 jam sebagai resiko penting. Prolaps iris, viterus,
Etiologi
19
bacteria seperti coagulase negative Stapylococcal organism,
Endoftalmitis Fakoanalitik
endoftalmitis fakoanafilaktik.5
2.2.4 Patofisiologi
1. Endoftalmitis Eksogen
pasca operasi berkaitan dengan virulensi, inokulum bakteri, waktu diagnosis, dan
status imun pasien.1,5 Proses infeksi diawali dengan fase inkubasi. Pada fase
20
inkubasi belum menampakkan gejala klinis dan terjadi 16-18 jam. Selama fase ini
barrier aqueous, hal ini diikuti dengan eksudasi fibrin dan infiltrasi seluler oleh
granulosit neutrofil. Fase inkubasi bervariasi tergantung dari jenis bakteri patogen
Propionibacterium sp. >5 jam) dan faktor lain seperti toksin yang diproduksi oleh
bakteri. Setelah terjadinya infeksi primer pada bagian posterior kemudian akan
diikuti inflamasi pada ruang anterior dan respon imun yaitu makrofag dan limfosit
akan menginfiltrasi ke dalam rongga vitreous dalam waktu sekitar 7 hari. Dalam
waktu 3 hari setelah infeksi intraokular, antibodi spesifik patogen dapat terdeteksi.
vitreoretinal.6
Operasi katarak adalah salah satu operasi mata yang paling umum
sehingga lebih rentan terhadap infeksi. Selama operasi katarak, kabut lensa
dihapus tetapi kapsul lensa posterior yang tersisa utuh. Putusnya kapsul ini
21
secara tidak sengaja akan meningkatkan risiko endoftalmitis 14 kali lipat.
melalui luka yang ditutup kurang benar. Bahan intraokular lensa yang
selain itu viskoelastik zat seperti natrium hialuronat atau hidroksipropil metil
bulan selama beberapa bulan, dan setiap suntikan membawa risiko kecil
Bleb adalah cacat skleral yang sengaja dibuat saat operasi, hanya
22
endoftalmitis dapat terjadi setiap saat. Bleb penyaring adalah penanganan
untuk glaukoma. Risiko endoftalmitis adalah 1,3% per pasien tiap tahun.7
terdapat luka-luka yang kotor, pecahnya kapsul lensa, usia yang lebih tua.
Bacillus sp. dan Streptococcus sp. merupakan spesies yang sering ditemukan
organik intraokular. Hal ini penting karena Bacillus sp. berhubungan dengan
terjadinya infeksi yang lebih agresif. Bakteri basil sering berada dimana-mana
seperti tanah, air, dan debu. Virulensi dapat disebabkan oleh racun bakteri
kornea, sklera yang terinfeksi, atau luka disekitarnya. Tergantung dari virulensi
patogen, endoftalmitis pasca trauma dapat terjadi dalam beberapa jam setelah
bahwa penurunan fungsi retina dan infiltrasi neutrofil pada vitreous dapat
2. Endoftalmitis Endogen
tubuh menuju ke mata, pada endoftalmitis endogen terjadi infeksi sekunder yang
23
menyebar secara hematogen dari sumber yang berjauhan didalam tubuh. Hal
melewati blood ocular barrier (sawar darah) dan menginfeksi jaringan okular.
Karena aliran darah yang lebih tinggi, koroid dan korpus siliari merupakan fokus
infeksi primer di mata dan secara sekunder melibatkan retina dan vitreous.
Sebagian besar organisme mencapai mata melalui jaringan vaskuler pada bagian
posterior mata. Mata kanan lebih sering terkena karena lokasinya yang lebih
proksimal untuk arah aliran darah arteri dari arteri anonima dextra ke arteri carotis
dextra. Penyebaran langsung dari fokus infeksi juga dapat terjadi pada kasus
infeksi sistem saraf pusat melalui nervus optikus.5,9 Tidak seperti endoftalmitis
akibat pasca operasi dan pasca trauma, dimana kerusakan jaringan secara primer
vaskuler pada bagian posterior mata dan bertindak sebagai sebuah nidus untuk
ocular barrier. Hal ini menyebabkan proliferasi mikroba dan reaksi inflamasi pada
jaringan yang terkena. Infeksi meluas dari retina dan koroid kedalam ruang vitreus
dan kemudian menuju ke ruang anterior dari mata. 9 Faktor resiko yang dapat
bekaitan dengan darah. Faktor resiko yang paling sering terjadi berkaitan dengan
penyakit imunosupresi seperti diabetes melitus, infeksi HIV, kanker, gagal ginjal
24
jangka panjang, steroid dan obat imunosupresi lainnya, operasi seperti operasi
intra abdominal, penyalahgunaan obat intravena. Asal infeksi yang paling sering
dilaporkan adalah abses pada hati, diikuti oleh pneumonia, endokarditis, infeksi
jaringan ikat, infeksi saluran urin, meningitis, septik artritis, dan selulitis orbital.5
objektif yang diperoleh dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan fisik
mendukung.3
- Nyeri kepala
Gejala objekif dapat diperoleh melalui pemeriksaan luar, slit lamp dan
- Injeksi Konjungtiva
25
- Vitritis (vitreous yang mengalami inflamasi)
2.2.6 Diagnosis9,10,11
Anamnesis
konfirmasi dengan laboratorium dari vitreus atau aqueos. Ini penting untuk
terapi yang tidak berespon pada inisial terapi. Vitreous spesimen lebih akurat dan
dan gejala overlap dengan inisial injuri sendiri. Kehadiran vitritis, hipopion,
26
serikali dengan tambahan cultur darah. Namun kultur darah negatif tidak
menyingkirkan diagnosis.
dengan keluhan yaitu nyeri hebat pada mata, mata merah, lakrimasi, fotofobia,
Pemeriksaan Fisik
• Injeksi Konjungtiva
27
• Hipopion (akumulasi sel darah putih/nanah di ruang anterior mata)
masa putih abu-abu, hipopion ringan, bentuk abses satelit di dalam badan kaca,
Pemeriksaan Penunjang8,9,10
endoftalmitis adalah gram stain dan kultur dari cairan akuos maupun vitreus.
Pada saat pengambilan cairan akuos maupun vitreus, biasanya diikuti oleh injeksi
suntik nomor 27 ataupun 30. Pertama kali dilakukan anestesi lokal dengan
pantokain topikal, kemudian margo palpebra dibersihkan dengan cotton bud yang
dengan povidone iodine yang telah diencerkan dengan pengenceran 10:90, 10%
povidon iodine dan 0,9% NaCl. Setelah dibersihkan, dilakukan anestesi lokal
dengan injeksi subkonjungtiva atau peribulbar dan mata difiksasi dengan forsep
ke dalam bilik mata depan melalui kornea perifer. Sebanyak 0,1 – 0,2 ml cairan
28
akuos diaspirasi dan diteteskan ke atas kaca obyek, agar darah, dan ke dalam dasar
perlahan ke dalam bilik mata depan dengan bevel jarum mengarah ke atas.
suntik nomor 23. Pertama kali dilakukan anestesi lokal dengan pantokain topikal,
kemudian margo palpebra dibersihkan dengan cotton bud yang mengandung 10%
povidon iodine. Setelah itu lapangan operasi dibersihkan dengan povidone iodine
yang telah diencerkan dengan pengenceran 10:90, 10% povidon iodine dan 0,9%
NaCl. Setelah dibersihkan, dilakukan insisi konjungtiva pada kuadran ínfero atau
superotemporal 2,5 mm dari limbus, kauter sklera pada tempat yang akan
atau 10,0 nylon. Fiksasi bola mata dengan forsep dan ditusukkan jarum nomor
Sebanyak 0,1 – 0,2 ml cairan vitreus diaspirasi dan diteteskan ke atas kaca
obyek, agar darah, dan ke dalam dasar tabung thioglycollate atau agar
depan dengan bevel jarum mengarah ke atas dan jahitan preplaced dikencangkan.
infeksi. Hal ini dapat dilihat dengan menggunakan oftalmoskop untuk melihat
apakah terdapat benda asing dalam bola mata dan mengetahui perkembangan
infeksi sudah mencapai retina atau belum. Untuk kasus endoftalmitis endogen,
29
Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR) untuk mengevaluasi penyebab rematik,
infeksi kronik atau keganasan. Biasanya ESR normal pada kasus endoftalmitis.
Lalu pemeriksaan kadar urea darah dan kreatinin untuk mengevaluasi pasien
Bermanfaat untuk melihat adanya penebalan retina, koroid dan benda asing di
okular. Lalu rontgen dada untuk mengevaluasi sumber infeksi dan USG jantung
2.2.7 Terapi
Endoftalmitis dapat diobati dengan antibiotika melalui periokular atau
Apabila pengobatan gagal maka dapat dilakukan tindakan operatif yaitu eviserasi
dan enukleasi.
30
dengan melepas dan memotong jaringan yang mengikatnya didalam rongga
orbita. Jaringan yang dipotong adalah seluruh otot penggerak mata, saraf optik
dan melepaskan konjungtiva dari bola mata. Enukleasi bulbi biasanya dilakukan
mata yang tidak berfungsi dan memberikan keluhan rasa sakit, endophthalmitis
supuratif dan pthisis. Biasanya pasien setelah enukleasi bulbi diberi mata palsu
atau protesis. Eviserasi bulbi merupakan tindakan mengeluarkan seluruh isi bola
mata seperti kornea, lensa, badan kaca, retina dan koroid. Setelah isi dikeluarkan
maka limbus kornea dieratkan dan dijahit. Eviserasi bulbi dilakukan pada mata
Pada kasus yang berat juga dapat dilakukan Vitrektomi Pars Plana (PPV).
Virektomi Pars Plana adalah prosedur vitreoretina yang umum digunakan dalam
31
Gambar. 11 Tindakan operatif Enucleasi
32
Profilaksis antibiotik2
tersedia dalam bentuk prepackaged dan harus direkonstitusi dari bubuk di ruangan
antibiotik .
33
2.2.8 Diagnosis Banding3
a. Keratitis
ringan sampai berat, silau, mata merah dan kotor, lesi di kornea disertai
penglihatan menurun.
b. Panoftalmitis
rongga mata hingga lapisan luar bola mata, kapsul tenon dan jaringan bola
ke dalam mata melalui luka pada kornea yang terjadi secara kebetulan atau
akibat operasi atau mengikuti perforasi suatu ulkus kornea. Sebagian kecil,
dengan hipopion dan refleks putih di dalam fundus dan okuli. Panoftalmitis
mengenai ketiga lapisan mata (retina, koroid, dan sklera) dan badan kaca.
Disamping itu dapat pula karena suatu uveitis septik yang lebih hebat dan
34
akibat tukak kornea perforasi. Karena ini suatu keadaan septis maka ada
banding endoftalmitis. TASS disebabkan karena zat non infeksi yang masuk
solusi intraokular. Selain itu, TASS biasanya dialami pasca operasi akibat
substansi zat beracun seperti instrumen, cairan, atau lensa intraokular. Hal-
hal yang membedakan antara TASS dan endoftalmitis adalah onset dari
TASS yang cepat (12-24 jam setelah operasi atau injeksi intravitreal),
kurangnya rasa sakit atau kemerahan, edema kornea difus dan kurangnya
d. Uveitis
corpus siliare (uveitis intermediet, siklitis, uveitis perifer, atau pars planitis),
atau koroid (koroiditis). Namun dalam praktiknya, istilah ini turut mencakup
retinal), dan nervus opticus intraocular (papilitis). Uveitis bisa juga terjadi
35
dibandingkan negara-negara maju karena lebih tinggi prevalensi infeksi
negara-negara berkembang.11
e. Ulkus Kornea
Acanthamoeba.
- Mata kering (karena kelopak mata tidak menutup secara sempurna dan
air mata, gangguan penglihatan, mata terasa gatal, kornea akan tampak
Trauma dapat menyebabkan ruptur pada bola mata dan pembuluh darah iris,
akar iris dan badan siliar sehingga mengakibatkan pendarahan dalam bilik
mata depan. Trauma pada mata dapat terjadi dalam bentuk-bentuk antara
lain : trauma tumpul, trauma tembus bola mata, trauma kimia, dan trauma
akan menembus kornea, camera oculi anterior, dan sampai retina dengan
g. Perdarahan Vitreous
36
Perdarahan vitreous adalah ekstravasasi darah ke salah satu dari beberapa
terjadi akibat dari retinitis proliferans, oklusi vena sentral, oklusi vena
cabang, ablasio retina, kolaps posterior vitreus akut tanpa harus ada
mata kabur atau berasap, ada helai rambut atau garis (floaters), fotopsia,
seperti ada bayangan dan jaring laba- laba. Gejala subyektif yang paling
sering ialah fotopsia, floaters. Fotopsia ialah keluhan berupa kilatan cahaya
cahaya tersebut jarang lebih dari satu detik, tetapi sering kembali dalam
waktu beberapa menit. Kilatan cahaya tersebut dilihat dalam suasana redup
sangat halus, dilihat penderita sebagai bayangan kecil yang berwarna gelap
2.2.9 Prognosis3
Secara umum, endoftalmitis memiliki prognosis yang buruk dan dapat
tidak didiagnosis lebih awal dan pasien tidak segera menerima perawatan yang
tepat sesuai. Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat sangat penting untuk
37
pasien endoftalmitis. Diagnosis dan pengobatan endoftalmitis yang lebih cepat
beda.
38
BAB III
PENUTUP
vitreous dan ruang anterior mata dan dapat melibatkan jaringan mata yang
berdekatan lainnya seperti koroid atau retina, sklera atau kornea. Penyebab
pasca operasi, endoftalmitis akut pasca operasi, endoftalmitis pasca trauma dan
endoftalmitis endogen. Patogen yang menginfeksi mata dapat masuk dari luar
tubuh, dan dapat pula menyebar secara hematogen dari sumber yang berjauhan di
dalam tubuh. Manifestasi klinis dari endoftalmitis dapat diketahui dari gejala
subjektif dan objektif yang didapatkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik, dan
tapi untuk mengatasi proses inflamasi yang terjadi, serta membatasi infeksi agar
tidak terjadi penyulit dan keadaan yang lebih berat. Teknik pengobatan pada
sudah terbukti efektif terhadap organisme spesifik yang diduga secara intravitreal
dengan dosis dan toksisitas yang diketahui. Secara umum endoftalmitis tidak
pengelihatan secara total, terutama jika diagnosis tidak dapat ditegakkan sejak
39
DAFTAR PUSTAKA
40