Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KASUS

BELL’S PALSY
ELSYE YURIKE LALUPANDA (2008020045)
JESSICA ALLO (2008020059)

PROGRAM PROFESI DOKTER


STASE SMF/BAGIAN REHABILITASI MEDIK
Bell’s palsy (BP) :
•paralisis nervus fasialis perifer
BAB I PENDAHULUAN•bersifat akut
•idiopatik

• Ditemukan oleh Sir Charles Bell


• Kejadian sindrom ini terjadi sekitar 15-20
kasus per 100.000 orang setiap
tahunnya.
• Terkadang bell’s palsy dianggap stroke
sehingga perlu diketahui penerapan
klinis bell’s palsy tanpa melupakan DD
kemungkinan diperoleh dari klinis yang
sama

• Masalah kecacatan yang ditimbulkan oleh bell’s palsy cukup kompleks, meliputi
impairment, disability, dan handicap sehingga dibutuhkan upaya pengobatan yang
komprehensif, berupa promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Bell’s palsy merupakan kelemahan atau paralisis saraf fasialis


perifer unilateral yang bersifat akut dan penyebabnya
idiopatik.

• Bell’s palsy menyebabkan sekitar 60-75% kasus paralisis


wajah unilateral akut, dengan 63% kasus terjadi di sisi
wajah kanan.

• Di Indonesia, frekuensi terjadinya bell’s palsy sebesar


19,55% dari seluruh kasus neuropati yang sering dijumpai
pada usia 20-50 tahun.
Patofisiologi
Gambaran klinis
(sesuai lokasi kerusakan)

A. Lesi setinggi foramen stilomastoideus


kelumpuhan otot wajah satu sisi, mulut mencong, makanan berkumpul
diantara pipi dan gusi pada sebelah lesi, tidak dapat menutup mata dan
mengerutkan kening pada sisi lesi.

B. Lesi diantara korda timpani dengan nervus stapedius

Gejala seperti poin (a) ditambah dengan gangguan pengecapan 2/3

depan lidah dan gangguan salivasi.


C. Lesi diantara nervus stapedius dengan ganglion genikulatum

Gejala yang ditimbulkan seperti poin (b) ditambah dengan gangguan pendengaran.

D. Lesi setinggi ganglion genikulatum.

Gejala yang ditimbulkan seperti poin (c) ditambah dengan gangguan sekresi kelenjar
hidung dan gangguan kelenjar air mata (lakrimasi).

E. Lesi di porus akustikus internus.

Gangguan yang ditimbulkan seperti poin (d) ditambah dengan gangguan pada N.VIII.
DIAGNOSIS
Terapi

Medikamentosa Kortikosteroid :
•steroid sangat efektif dan harus digunakan
untuk meningkatkan kemungkinan pemulihan
kembali fungsi nervus fasialis.
•Prednison, dosis: 1 mg/kg atau 60 mg/hari
selama 6 hari, diikuti penurunan bertahap total
selama 10 hari.
•Antiviral: asiklovir diberikan dengan dosis 400
mg oral 5 kali sehari selama 10 hari. Jika virus
varicella zoster dicurigai, dosis tinggi 800 mg
oral 5 kali/hari.
Rehabilitasi 1. Fisioterapi
medik (pemanasan, stimulasi listrik, Latihan otot-otot wajah dan
massage wajah)

2. Terapi okupasi
(latihan berkumur, latihan minum dengan menggunakan sedotan,
latihan meniup )

3. social medik
(berhubungan dengan tempat kerja dan biaya)

4. Psikologik
(maka sangat diperlukan bantuan seorang psikolog)

5. Ortotik-prostetik
(Pemasangan “Y” plester )

6. Home program
(kompres hangat, Massage wajah )
Diagnosa Banding
Prognosis

Prognosis untuk pasien dengan Bell’s palsy umumnya


sangat baik. Beberapa orang mungkin dapat mengalami
efek samping sedang hingga berat.

Dengan atau tanpa pengobatan, kebanyakan orang mulai


membaik dalam waktu 2 minggu setelah timbulnya gejala
awal (60-80%) dan dalam kurun waktu waktu 6 bulan
pasien dengan Bell’s palsy dapat mengalami pemulihan
secara total atau sebagian fungsi wajah.

Dalam beberapa kasus, sisa kelemahan otot dapat


berlangsung lebih lama atau mungkin permanen
Identitas pasien
LAPORAN Nama
Umur
: Tn. S
: 59 tahun
KASUS Jenis Kelamin : laki-laki
Pekerjaan : Pensiunan pns
Keluhan utama : Agama : islam
Mulut mencong ke kanan Tanggal Pemeriksaan: 01 Februari 2021

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang dengan keluhan mulut mencong sebelah kanan sejak 1 hari
yang lalu. Pasien juga mengeluh dahinya yang kiri tidak ada kerutan. Mata kiri
pasien juga tidak dapat menutup dengan rapat sehingga terasa agak pedih. Saat
makan pagi, dirasakan makanan mengumpul di pipi sebelah kiri. Pasien masih bisa
merasakan rasa manis, asin, dan asam. Ketika berkumur keluar air dari sisi kiri
mulut, pasien juga tidak bisa bersiul. Pendengaran tidak terganggu.
Pasien ini didiagnosis parese N VII sinistra tipe perifer et causal Bell’s palsy.
Pada pasien diberi metilprednisolon, Mecobalamin, dan modalitas rehab medik
yang diberikan adalah IR (infrared).
Riwayat Penyakit Dahulu :
•Riwayat keluhan yang sama sebelumnya tidak ada.
•sakit telinga (-),
•riwayat hipertensi (-),
•riwayat diabetes melitus (-)
•riwayat trauma (-).

Riwayat Penyakit Keluarga :


Hanya penderita yang sakit seperti ini.

Riwayat Sosial :
pasien adalah pensiunan PNS. Biaya pengobatan
ditanggung oleh BPJS.
Anamnesis Sistem    
 

 
A. Kepala : nyeri kepala (-)
 
B. Sistem Indera    

 
  Mata : pandangan ganda (-), penglihatan kabur (-),
 
    kelemahan kelopak mata -/+, air mata keluar
 
    (-), mata perih (-).  

 
  Hidung : mimisan (-), pilek (-), tersumbat (-)
 

  Telinga : Pendengaran berkurang (-), berdenging (-), keluar


 
    cairan (-), nyeri telinga (-)
 
C. Mulut : senyum +/-, gusi berdarah (-), nyeri gigi (-)
 
D. Tenggorokan : sulit menelan (-), suara serak (-)
E. Sistem respirasi : sesak nafas (-),

F. Sistem kardiovaskuler : nyeri dada (-), berdebar-debar (-)


G. Sistem gastrointestinal : mual (-), muntah (-), sakit perut (-), gangguan
    buang air besar (-)  
H. Sistem muskulo skeletal : kesemutan ujung-ujung jari kaki (-), kram (-),
  demam (-)
I. Sistem genitourinaria : BAK lancer BAB Lancar
J. Ekstremitas atas : luka (-),
K. Ekstremitas bawah : luka (-), bengkak (-)
L. Sistem integumentum : rasa gatal (-), mudah berkeringat (-)
Pemeriksaan Fisik

Status Present
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4V5M6
Tanda vital : Tekanan darah : 120/70
Heart rate : 84 kali per menit
Respiration rate : 20 kali per menit
Suhu : 36,8 C
Pemeriksaan neurologis:

1.Kesadaran : E4 V5 M6

2.Fungsi luhur : Dalam batas normal

3.Fungsi sensorik: Tidak ada gangguan sensorik wajah

4.Fungsi motorik : Gangguan N VII

5.Meningeal sign : Tidak dilakukan

6.Nervi Craniales : parese nervus fasialis sinistra perifer

Motorik: paralisis otot wajah sinistra

Sensorik : dalam batas normal

Sekretomotor: hiposekresi lakrimalis OS


Skala Ugo Fisch
Persentase (%)
Posisi Nilai Skor
0, 30, 70, 100
Istirahat 20 30 6
Mengerutkan dahi 10 30 3
Menutup mata 30 30 9
Tersenyum 30 30 9
Bersiul 10 30 3
    Total 30
Diagnosis
Diagnosis
Klinis Paralisis otot wajah kiri,
lagoftalmus okuli sinistra,
hiposekresi lakrimalis
Topis N. VII perifer setinggi
foramen stilomastoideus
kiri
Etiologi Idiopatik
Diferensial Diagnosis
-Stroke
-Tumor
DAFTAR MASALAH

A.Problem Rehabilitasi Medik


Impairment sudut mulut tertarik ke kanan, kelemahan otot
motorik wajah

Disability Susah makan

Handicap pasien merasa malu dengan keadaannya


Terapi
Terapi : Metilprednisolon dan mecobalamin

Rehabilitasi Medik 1. Fisioterapi


2. Terapi Wicara
3. Okupasi Terapi
4. Sosio Medik
5. Ortesa-Protesa
6. Home program
BAB 4 PEMBAHASAN
TEORI KASUS

Bell’s palsy dapat terjadi pada semua Pada kasus ini pasien adalah laki-laki
usia, namun sindrom ini lebih sering berinisial S berusia 59 tahun.
dijumpai pada pada usia 20-50 tahun.
Gejala klinisnya sesuai dengan lokasi Pada kasus ini, Tn. S mengalami gejala
kerusakan pada jaras yang dilewati klinis yang sesuai dengan yang
oleh nervus vii. Salah satu lokasi ditimbulkan akibat kerusakan jaras
kerusakan yang paling sering ditemui setinggi foramen stilomastoideus.
adalah kerusakan setinggi foramen
stilomastoideus.
Medikamentosa pada Bell’s palsy Pada pasien ini diberikan
adalah antiviral dan kortikosteroid. metilprednisolon dan mekobalamin.
Kortikosteroid kemungkinan kuat Namun tidak diberikan antiviral karena
efektif dan meningkatkan perbaikan kombinasi aniviral dengan steroid pada
fungsi saraf kranial, jika diberikan pada awitan awal tidak meningkatkan
onset awal. Mecobalamin digunakan probabilitas pemulihan Kembali N.VII >
untuk mengobati neuropati perifer 7%.
untuk memperbaiki gangguan saraf
yang terjadi.
TEORI KASUS

Salah satu modalitas yang diberikan pada Pada pasien diberikan terapi infrared dan
pasien ini adalah pemberian terapi IR terapi okupasi.
(infrared). Terapi infrared memiliki efek
pemanasan superfisial pada daerah kulit
yang diterapi sehingga dapat
menimbulkan efek fisiologis yang
diperlukan untuk penyembuhan. Selain
itu terapi okupasi juga diberikan pada
pasien berupa latihan penguatan otot-
otot wajah, seperti latihan menutup
mata, mengerutkan dahi, meniup lilin,
tersenyum dan meringis.
TERIMAKASI
H

Anda mungkin juga menyukai