Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN KASUS

VERTIGO
Helena Vaustina Anu
2008020041

SMF/BAGIAN SARAF RSUD dr. T. C. HILLERS MAUMERE FAKULTAS


KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
48.3% prevalensi vertigo

Penyebab vertigo adalah BPPV (20%) Dizziness penyebab


utama seseorang
19.7 % pasien BPPV mencari pertolongan
medis
female > male

Usia > 40 tahun


BAB 1
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
LATAR BELAKANG

Salah satu penyebab masalah psikitarik (gangguan cemas)

63. 3% pasien kehilangan pekerjaan

4.6% pekerjaanya berubah

5.7% berhenti dari pekerjaan


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
• Vertigo adalah perasaan abnormal dan menganggu,
saat seseorang seakan– akan bergerak terhadap
lingkungannya (subjektif) atau lingkungannya
seakan– akan bergerak ketika sebenarnya hanya
diam (objektif).
ETIOLOGI
 Gangguan vestibularis perifer, meliputi:
• Gangguan telinga dalam dan nervus N.VII : labirhinitis, oklusi arteri labirin, tumor nervus VIII,
neuronitis vestibularis, Benign Paroxismal Positional Vertigo (BPPV), Penyakit Meniere,
neuroma akustik.
• Obat-obat ototoksik : antibiotik golongan aminoglikosida, polymixin B.
 Gangguan vestibularis sentral, meliputi:6,7
• Gangguan sirkulasi : insufisiensi vertebrobasilar
• Kelainan neurologis : epilepsi psikomotor, migran vertebrobasilar.
 Gangguan non-vestibular yang menyebabkan gangguan pusat keseimbangan, meliputi:6,7
• Keadaan lingkungan : mabuk darat, mabuk laut
• Kelainan neurologis : polineuropati, mielopati, tension headache
• Gangguan sistemik : anemia, hipotensi ortostatik, hipoglikemia
• Gangguan psikogenik : hiperventilasi (ansietas)
Bila adagangguan

PERSEPSI KORTEKS
VERTIGO

FUNGSI KESEIMBANGAN
Melalui:
1. Refleks vestibulospinal.
2. Refleks vestibulookuler.
NUKLEUS
INTEGRASI SEREBELUM OLIVA
VESTIBULARIS
INFERIOR

NUKLEUS
OKULOMOTORIS

RESEPSI RESEPTOR VESTIBULUM RETINA


PROPRIOSEPTIF (Sistem vestibuler) (Sistem visual)
(Sistem somatosensori)
PATOFISIOLOGI
• Vertigo timbul jika terdapat gangguan alat keseimbangan tubuh yang
mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh (informasi aferen)
yang sebenarnya dengan apa yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat
(pusat kesadaran).
• Jika lesi di organ vestibular baik sentral maupun perifer pada satu sisi
menimbulkan perbedaan level aktivitas nuklei vestibular pada kedua
sisi yang diinterpretasikan oleh aparatus vestibularis sentral sebagai
penda gerakan ke sisi yang aktivitasnya lebih tinggi (yaitu sisi normal).
Akibatnya hal ini menimbulkan refleks vestibulo-okular (VOR), yaitu
nistagmus dengan komponen lambat kearah sisi lesi.
Teori kejadian ketidakseimbangan tubuh
• Teori rangsang berlebihan
• Teori konflik sensorik
• Teori neural mismatch
• Teori otonomik
• Teori neurohormonal
• Teori sinaps
Klasifikasi
Berdasarkan persepsi gerakannya
Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya
 Fisiologis : Mabuk perjalanan (Motion sickness), mabuk ruang angkasa
(space sickness), vertigo ketinggian.
 Patologis : Berdasarkan letaknya dibagi menjadi dua yaitu :
1. vertigo sentral yang dapat disebabkan, neoplasma, migrain vertebrobasiler,
insufisiensi vertebrobasiler dan epilepsi psikomotor yang ditandai dengan
defisit neurologis (diplopia, parestesia, fungsi motorik dan paresis),
2. vertigo perifer adalah BPPV, penyakit meniere, neuritis vestibularis, dan
neuroma akustik
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)
• Gangguan vestibular yang sering ditemui, dengan gejala
rasa pusing berputar diikuti mual muntah dan keringat
dingin, yang dipicu oleh perubahan posisi kepala
terhadap gaya gravitasi tanpa adanya keterlibatan lesi di
susuanan saraf pusat.
• Menghilang dalam waktu 10-60 detik
• Kedudukan kepala tertentu akan menyebabkan
pergeseran otolit di dalam utrikulus
DIAGNOSIS
ANAMNESIS

Bentuk serangan vertigo :


• Pusing berputar
• Rasa goyang atau melayang.
Sifat serangan vertigo:
• Periodik
• Kontinu
• Ringan atau berat
Faktor pencetus atau situasi pencetus dapat berupa:
• Perubahan gerakan kepala atau posisi
• Situasi, misalnya keramaian, emosional, keletihan
• Gejala otonom yang menyertai keluhan vertigo:
• Mual, muntah, keringat dingin
• Gejala otonom yang menyertai vertigo
ANAMNESIS
 Ada atau tidaknya gejala gangguan pendegaran seperti : tinitus atau tuli

 Obat-obatan yang menimbulkan gejala vertigo seperti: streptomisin, gentamisin, polimixyn B, salisilat, anti malaria,

kemoterapi.

 Tindakan tertentu: temporal bone surgery, transtympanal treatment

 Penyakit yang diderita pasien: DM, hipertensi, kelainan jantung, trauma akustik.

 Defisit neurologis: hemihipestesi, baal wajah satu sisi, perioral numbness, disfagia, hemiparesis, penglihatan ganda, ataksia

serebelaris.

 Riwayat keluarga

 Riwayat pengobatan

 Riwayat penyakit dahullu


Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan fisik umum (head to toe)
• TTV
• Pemeriksaan neurologis (kesadaran, nervus III, IV, VI,
VII, VIII, motorik, sensorik)
Pemeriksaan Keseimbangan

• Tes romberg
• Tes heel-to-toe walking
• Tes jari hidung
• Tes pronasi supinasi
• Tes tumit
• Tes telunjuk-telunjuk.
Tes fungsi vestibular

Dix Hallpike manuver


Treatment

Brand daroff
Pasien duduk dengan kepala menghadap lurus ke
depan dan direbahkan dengan cepat ke arah sisi
lesi, posisi ini dipertahankan selama satu menit
setelah nistagmus apogeotropik berakhir. Dalam
posisi rebah, kepala pasien diputar 450 ke depan
(hidung ke atas), posisi ini dipertahankan selam
dua menit. Pasien kembali ke posisi semula. Terapi
ini diharapkan mampu mengkonversi nistagmus
apogeotropik menjadi nistagmus geotropik
Log Roll Manuver
Log Roll maneuver 3,17 Pasien
berputar 2700 dalam posisi tidur
miring ke sisi telinga yang sakit,
berputar 900 tiap satu menit
menuju ke telinga yang sehat
dengan total putaran 2700
Treatment

Berbecue Manuver
Pasien diminta untuk berputar 3600
dalam posisi tidur, dimulai dengan telinga
yang sakit diposisi bawah, berputar
900sampai satu
putaran lengkap (3600). Setiap posisi
dipertahankan selama 30 detik. Manuver
ini akan menggerakkan otokonia keluar
dari kanal menuju utrikulus kembali.Jurnal
Treatment

Antihistamin Fenotiazin
• Betahistin mesylate 12 mg • Promethazine 12.5-25 mg
2-3x/hari 4x sehari
• Dimenhidrinat 25-50 mg • khlor[promazine 25 -50 mg
• Difenhidramin 25-50 mg 4x 3-4 kali sehari
sehari
Treatment

Obat penenang minor antikolinegrik


• Lorazepam 0.5- 1 mg • Skopolamin 0.3-0.6 mg, 3-4
kali sehari
IDENTITAS
Nama : MY
Umur : 39 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Bangsa : Indonesia
Agama : Khatolik
Alamat : Jalan Mawar RT 003 RW 005

Pekerjaan : Wiraswasta
Tanggal Pemeriksaan : 24 Maret 2021
ANAMNESIS
• KU: Pusing berputar
• RPS : Seorang pasien perempuan berusia 39 tahun datang berobat ke poli saraf dengan keluhan pusing
berputar yang dirasakan satu hari yang lalu pada malam hari saat pasien hendak berbaring untuk tidur
dengan lama serangan kurang dari satu menit. Pasien mengeluhkan pusing berputar yang dirasakan
seolah dinding kamarnya berputar mengelilinginya dan hal tersebut menimbulkan rasa takut pada
pasien. Pasien mengeluhkan pusing berputar dirasakan tiap kali terjadi perubahan posisi kepala
yaitu pada saat mau tidur atau bangun tidur atau saat hendak berbalik di tempat tidur serta saat
tunduk. Keluhan disertai dengan mual, keringat dingin, kaki tangan gemetar, lemas dan disertai
rasa takut yang muncul selama serangan. Gejala berkurang saat pasien mencoba untuk menutup mata
dan menghilang setelah pasien duduk tenang atau tidur dengan posisi kepala miring ke kanan dan di
tinggikan. Tidak terdapat riwayat penuruanan pendengaran, telinga berdenging dan riwayat trauma.
Pasien mengatakan ini merupakan serangan yang ke-3 kalinya yaitu serangan pertama dua tahun lalu
(2018) disusul satu bulan lalu (februari 2021) dan yang terakhir adalah tadi malam (23 Maret 2021)
yang muncul dengan pola yang sama.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
• Pasien mengatakan pusing berputar dirasakan pertama kali ±2
tahun yang lalu yang muncul dengan gejala yang sama seperti
sekarang dan tidak pernah berobat. Kemudian satu bulan lalu
pusing berputar kembali dirasakan oleh pasien saat pasien
hendak bangun dari tempat tidur, gejala yang menyertainya
dikatakan sama seperti saat serangan tadi malam. Pasien
memiliki riwayat dispepsia yang muncul sebelum serangan pusing
berputar yang pertama kali dan menetap sampai sekarang
dengan pola makan yang tidak teratur. Riwayat alergi (-).
ANAMNESIS
• RPO : Bulan Februari 2021 pasien sempat berobat ke Poli saraf RSUD dr.
T.C Hillers Maumere dengan keluhan pusing berputar, mual dan nyeri
kepala dan didagnosis Vertigo non vestibular. Pasien mengonsumsi obat
Betahistin 3 x 6 mg dan paracetamol 3 x 500 mg dan vitamin B1B6B12 2
X 1. Selain itu pasien pernah didiagnosis Dispepsia bulan yang lalu dan
mengonsumsi antasida sirup 3 x 1 sendok teh sebelum makan.
• RPK: Mama kandung dari pasien memiliki gejala serupa yang sama
dengan pasien.
• RSE : Merokok (-), alkohol (-).
PEMERIKSAAN FISIK
• O : GCS : E4M6V5
Tekanan darah : 110/80 mmHg
• TTV :
Nadi : 77x/menit reguler

Pernapasan : 20x/menit

Suhu : 36.60C

SpO2 : 99%
STATUS GENERALISATA
• Kepala : Normocephal simetris, tidak tampak adanya deformitas, rambut warna hitam dan distribusi normal
• Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) edema palpebra (-/-)
• Hidung: Normonasi, deviasi septum (-), sekret (-/-), pernapasan cuping hidung (-/-), darah (-/-), nyeri tekan (-/-)
• Mulut : Mukosa bibi kering (-/-), sianosis (-), atrofi lidah (-), faring hiperemis (-)
• Telinga : Normotia, sekret (-/-), serumen (-/-), pendengaran berdengung (-/-)
• Leher :Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran kelenjar tiroid (-/-)
• Thorax
• Paru
• Inspeksi : Simetris
• Palpasi : Teraba focal fremitus di seluruh lapang paru
• Perkusi: Sonor
• Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
• Jantung
• Inspeksi : Simetris
• Palpasi : Ictus Cordis tidak teraba
• Perkusi: Redup
• Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
• Abdomen
• Inspeksi : Perut cembung (-)
• Perkusi: Timpani di 4 kuadran abdomen
• Palpasi : Nyeri tekan (-), organomegali (-)
• Auskultasi : Bunyi usus (+) normal
• Ekstermitas
• Atas : Akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-)
• Bawah : Akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-)
•  
Pemeriksaan Neurologis
• Kesadaran : Compos mentis
• GCS : E4V5M6
• Rangsangan Meningeal
• Kaku kuduk : -
• Kernig’s sign : -
• Brudzinski I : -
• Brudzinski II : -
• Brudzinski III: -
• Brudzinski IV : -
• Nervus Olfaktorius : Tidak dievaluasi
•  
• Nervus Optikus
• Tajam pengelihatan : Normal / normal
• Lapang pandang : Normal/ normal
Nervus Okulomotorius (III) , Nervus Trokhlearis (IV), Nervus Abdusen (VI)

Kedudukan bola mata : Posisi bola mata setangkup yaitu di


tengah
Pergerakan bola mata : Kesegala arah
Nistagmusa : Negatif (-)
Celah mata : Simetris antara mata kiri dan kanan
Ptosis : Negatif (-)
Pupil    
Bentuk : Bulat/bulat
Ukuran : 3 mm/3 mm
Refleks pupil    
Refleks cahaya langsung : +/+
Refleks cahaya tidak langsung : +/+
Reaksi pupil akomodasi/konvergen : +/+
Pemeriksaan neurologis
• Pemeriksaan N V: TDE
• Pemeriksaan N. VII
Otot wajah dalam keadaan istirahat : Simetris
Mengerutkan dahi : Simetris
Menutup mata : Dapat menutup mata dengan baik
Meringis : Sulcus nasolabial simetris kiri dan kanan
Bersiul/mencucu : Simetris
Gerakan involunter    
Tic : Negatif (-)
Spasmus : Negatif (-)
Indera pengecap    
Manis : Tidak dievaluasi
Asin : Tidak dievaluasi
Asam : Tidak dievaluasi
PEMERIKSAAN N.VIII

Mendengar suara bisik/gerakan jari tangan : Normal / Normal


Tes garpu tala    
Rinne : Tidak dievaluasi
Swabach : Tidak dievaluasi
Weber : Tidak dievaluasi
Bing : Tidak dievaluasi
Tinitus : Negatif
Nervus Glossofaringeus (IX) dan Nervus Vagus (X)

Arkus faring   Gerakan simetris

Daya kecap lidah 1/3 : Tidak dievaluasi


belakang

Tersedak : Negatif

Menelan : Normal
Refleks Muntah : Tidak dievaluasi
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Nervus Hipoglossus (XII)
Nervus Assesorius (XI
Sikap lidah dalam keadaan : Tidak ada deviasi
istirahat
Memalingkan : Normal / Normal
Sikap lidah saat dijulurkan : Tidak ada deviasi
Kepala keluar
Kekuatan Lidah : Tidak dievaluasi
Mengangkat : Normal / Normal Artikulasi : Normal
Fasikulasi : Negatif
bahu Tremor : Negatif
Atrofi : Negatif
Sikap bahu : Normal / Normal
MOTORIK EKS.ATAS MOTORIK EKS. BAWAH

  Dextra Sinistra   Dextra Sinistra


Bentuk Tidak ada Tidak ada Bentuk Tidak ada Tidak ada
deformitas deformitas deformitas deformitas

Kontur otot Eutrofi Eutrofi Kontur otot Eutrofi Eutrofi


Kekuatan 5/5/5/5/ 5/5/5/5/ Kekuatan 5/5/5/5/5/ 5/5/5/5/5/
5/5 5/5 5 5

Tonus Normotonus Normotonus Tonus Normotonus Normotonus


PEMERKSAAN NEUROLOGIS

REF. FISIOLOGIS REF. PATOLOGIS


  Dextra Sinistra

  Dextra Sinistra

Hoffman Tromner - -

Babinsky - -
Biceps ++ ++ Gordon - -
Triceps ++ ++ Schaeffer - -

Radius ++ ++ Chaddock - -

KPR (Knee pees reflex) ++ ++ Gonda - -

Stansky - -

Bing - -
APR (Achilles pees reflex) ++ ++
Mendel-bechterew - -

Rossolimo - -
PEMERIKSAAN SENSORIK PEMERIKSAAN KOORDINASI
Perasa raba : +/+
Romberg : Normal
Perasa nyeri : +/+
Heel – to toe walking : Normal
Pronasi - supinasi : Normal
Perasa suhu : Tidak dievaluasi
Knee to Toe : Normal
Perasa proprioseptik : Tidak dievaluasi
Rebound phenomenon : Normal
Arm bounce : Tidak dievaluasi
Perasa vibrasi : Tidak dievaluasi Tes telunjuk – telunjuk : Normal
Diskriminasi 2 titik : Tidak dievaluasi
Tes telunjuk – hidung : Normal
Tes hidung- telunjuk - : Normal
hidung
Grafestesia : Tidak dievaluasi
Jalan di tempat : Normal
Topognosis : Tidak dievaluasi

Parestesia : Negatif
Anjuran Pemeriksaan Penunjang
• Dix – Hallpike Position test
• Caloric test
RESUME

• Seorang pasien perempuan berusia 39 tahun datang berobat ke poli saraf dengan keluhan pusing berputar
yang dirasakan satu hari yang lalu pada malam hari saat pasien hendak berbaring untuk tidur dengan lama
serangan kurang dari satu menit. Pasien mengeluhkan pusing berputar yang dirasakan seolah dinding
kamarnya berputar mengelilinginya dan hal tersebut menimbulkan rasa takut pada pasien. Keluhan disertai
dengan mual, keringat dingin, kaki tangan gemetar, lemas dan disertai rasa takut yang muncul selama
serangan. Pasien mengeluhkan pusing berputar dirasakan tiap kali terjadi perubahan posisi kepala yaitu
pada saat mau tidur atau bangun tidur atau saat berbalik di tempat tidur serta saat tunduk. Gejala
berkurang saat pasien mencoba untuk menutup mata dan menghilang setelah pasien duduk tenang atau
tidur dengan posisi kepala miring ke kanan dan di tinggikan. Pasien mengatakan ini merupakan serangan
yang ke-3 kalinya yaitu serangan pertama dua tahun lalu (2018) disusul satu bulan lalu (februari 2021) dan
yang terakhir adalah tadi malam (23 Maret 2021) yang muncul dengan pola yang sama. Riwayat didianosis
vertigo non vestibular satu bulan lalu dengan mengonsumsi obat betahistin mesylate 3 x 6 mg, paracetamol
3 x 500 mg, vitamin B1B6B12 2 x 1 tablet dan antasida sirup 3 x 1 sendok teh setelah makan. Riwayat
keluarga (+) yaitu mama kandung dari pasien. Sekaranng pasien dalam tahap pengobatan rawat jalan.
DIAGNOSIS
• Diagnosis klinis : Pusing berputar
• Diagnosis topis :Gangguan sistem vestibular perifer
• Diagnosis etiologi : Benign paroxysmal positional
vertigo (BPPV)
PLANNING
 Non morfologi
• Istirahat
• Memperbaiki pola dan asupan diet
• Olahraga yang menggerkan kepala (gerakan rotasi, fleksi, ekstensi, gerak miring)
• Latihan vestibular dengan metode metode Brandt Daroff yaitu Pasien duduk tegak
di pinggir tempat tidur dengan kedua tungkai tergantung, dengan kedua mata
tertutup baringkan tubuh dengan cepat ke salah satu sisi, pertahankan selama 30
detik. Setelah itu duduk kembali. Setelah 30 detik, baringkan dengan cepat ke sisi
lain. Pertahankan selama 30 detik, lalu duduk kembali. Lakukan latihan ini 3 kali
pada pagi, siang dan malam hari masing-masing diulang 5 kali serta dilakukan
selama 2 minggu atau 3 minggu dengan latihan pagi dan sore hari.
PLANNING
 Farmakologi
• Betahistin mesylate 3 x 6 mg
• Dimenhidrinat 3 x 50 mg
 Konseling dan edukasi
• Keluarga turut mendukung dengan memotivasi pasien dalam
mencari penyebab vertigo dan mengobatinya sesuai
penyebab.Mendorong pasien untuk teratur melakukan
latihan vestibular.
Prognosis
• Quo ad vitam : Bonam
• Quo ad functionam : Bonam
• Quo ad sanationam : Bonam
PEMBAHASAN
• Kasus ini terjadi pada perempuan usia 39 tahun datang dengan
keluhan pusing berputar. Berdasarkan studi berbasis populasi
mengenai epidemiologi BPPV menunjukan kejadian vertigo sering
terjadi pada perempuan dan paling banyak terjadi pada usia diatas 40,
sementara pada kasus terajadi pada usia 39 tahun.2,10 Pada studi
berbasis populasi menunjukan angka kejadian 0.7% pada usia 18-39
tahun.4 Awitan yang terlalu dini pada pasien dapat dipercepat oleh
faktor keturunan dimana mama kandung dari pasien mengidap
penyakit yang sama dengan pasien hal ini d dapat dikaitkan dengan 50-
70% penyebab BPPV adalah idiopatik.10
PEMBAHASAN
• Pasien mengeluhkan pusing berputar yang dirasakan
seolah dinding kamarnya berputar mengelilinginya.
Gejala tersebut mengarah pada vertigo vestibular
yaitu persaan berputar di mana seseorang
merasakan lingkungannya seakan-akan bergerak
ketika sebenarnya hanya diam (Vertigo objektif).1,6
PEMBHASAN
• Pasien mengeluhkan pusing berputar dirasakan tiap kali terjadi
perubahan posisi kepala yaitu pada saat mau tidur atau bangun
tidur atau sewaktu hendak berbalik di tempat tidur yang
berlangsung kurang dari 1 menit. Hal ini menunjukan vertigo
posisional yang muncul dengan singkat (10-60 detik) timbul
tidak lama setelah pergerakan kepala dengan cepat
(perubahan posisi kepala mendongak keatas atau menengok ke
salah satu sisi seperti ketika pasien berubah posisi di tempat
tidur.1,6
PEMBAHASAN
• Keluhan disertai dengan mual, keringat dingin, kaki tangan gemetar,
lemas dan serangannya berkurang dengan istirahat dengan posisi kepala
miring ke kanan dan ditinggikan. Hal ini menunjukan gejala otonom yang
dominan terjadi pada vertigo perifer dan membaik dengan habituasi.1,6
• Pasien mengatakan ini merupakan serangan yang ke-3 kalinya yaitu
serangan pertama dua tahun lalu (2018) disusul satu bulan lalu (februari
2021) dan yang terakhir adalah tadi malam (23 Maret 2021) yang muncul
dengan pola yang sama. Durasi serangan episode BPPV idiopatik lebih
lama dibandingkan dengan BPPV sekunder yaitu satu minggu sampai
bulan rata-rata 2 minggu.4
PEMBAHASAN
• Pada pasien ini pasien diberikan betahistin mesylate 3 x 6
mg dan dimenhidrinat 3 x 50 mg. Betahistin merupakan
pilihan obat yang paling efektif sebagai antivertigo tanpa
efek samping sedatif. Betahistin meningkatkan oksigenasi
otak dan telinga bagian dalam dengan meningkatkan
aliran darah dan meningkatkan permeabilitas sehingga
menyebabkan vasodilatasi lokal hal ini dapat mengurangi
tekanan endolimfatik dari telinga bagian dalam.3
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai