Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


VERTIGO DI RUANG IGD RSUD AL-IHSAN BANDUNG PROVINSI
JAWA BARAT

Tugas Ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase Keperawatan Dasar Profesi

Oleh :
SALMA ALIYATUL H
KHGD 22087

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2022
1. Pengertian
Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau
seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai
dengan mual dan kehilangan keseimbangan. Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa
saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa
lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita
tidak bergerak sama sekali (Israr, 2008).
Vertigo adalah sensasi atau perasaan yang mempengaruhi orientasi ruang dan
mungkin dapat didefinisikan sebagai suatu ilusi gerakan. Keluhan ini merupakan
gejala yang sifatnya subyektif dan karenanya sulit dinilai. Walupun pengobatan
sebaiknya langsung pada penyebab yang mendasari penyebab atau kelainannya, asal
atau penyebab vertigo sering tidak diketahui ataupun tidak mungkin diobati (CDK,
2009)

2. Etiologi
Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ
keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang
berhubungan dengan area tertentu di otak. Vetigo bisa disebabkan oleh kelainan di
dalam telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam
otaknya sendiri. Vertigo juga bisa berhubungan dengan kelainan penglihatan atau
perubahan tekanan darah yang terjadi secara tibatiba. Penyebab umum dari vertigo:
(Israr, 2008)

1. Keadaan lingkungan
 Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)
2. Obat-obatan
 Alkohol
 Gentamisin
3. Kelainan sirkulasi
 Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena
berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri vertebral dan
arteri basiler
4. Kelainan di telinga
 Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga
bagian dalam (menyebabkan benign paroxysmal positional vertigo)
 Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri
 Herpes zostes
 Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga)
 Peradangan saraf vestibuler
 Penyakit Meniere
5. Kelainan neurologis
 Sklerosis multipel
 Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin, persarafannya atau
keduanya
 Tumor otak
 Tumor yang menekan saraf vestibularis.

3. Patofisiologi dan Pathway


Dalam kondisi fisiologi / normal, informasi yang tiba dipusat integrasi alat
keseimbangan tubuh yang berasal dari resptor vestibular, visual dan propioseptik
kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya sinkron dan wajar akan diproses
lebih lanjut secara wajar untuk direspon. Respon yang muncul beberapa penyesuaian
dari otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu
orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitarnya. Tidak
ada tanda dan gejala kegawatan (alarm reaction) dalam bentuk vertigo dan gejala dari
jaringan otonomik.
Namun jika kondisi tidak normal/ tidak fisiologis dari fungsi alat keseimbangan
tubuh dibagian tepi atau sentral maupun rangsangan gerakan yang aneh atau
berlebihan, maka proses pengolahan informasi yang wajar tidak berlangsung dan
muncul tanda-tanda kegawatan dalam bentuk vertigo dan gejala dari jaringan
otonomik. Di samping itu respon penyesuaian otot-otot menjadi tidak adekuat
sehingga muncul gerakan abnormal dari mata disebut nistagnus.
PATHWAY

Trauma Ukuran lensa mata Aliran darah Infeksi


pada cerebellum tidak sama ke otak telinga
dalam
(vestibuler)

VERTIGO

Penurunan Tekanan Stress meningkat Tekanan pada


fungsi kognitif intra kranial otot leher
meningkat

Cemas Nyeri Koping individu tidak Perubahan


efektif pola aktivitas

4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada klien dengan vertigo yaitu Perasaan berputar yang
kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu mual,
muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih
lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus,
mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput
tipis.
Pasien Vertigo akan mengeluh jika posisi kepala berubah pada suatu keadaan
tertentu. Pasien akan merasa berputar atau merasa sekelilingnya berputar jika akan ke
tempat tidur, berguling dari satu sisi ke sisi lainnya, bangkit dari tempat tidur di pagi
hari, mencapai sesuatu yang tinggi atau jika kepala digerakkan ke belakang. Biasanya
vertigo hanya berlangsung 5-10 detik. Kadang-kadang disertai rasa mual dan
seringkali pasien merasa cemas.Penderita biasanya dapat mengenali keadaan ini dan
berusaha menghindarinya dengan tidak melakukan gerakan yang dapat menimbulkan
vertigo. Vertigo tidak akan terjadi jika kepala tegak lurus atau berputar secara aksial
tanpa ekstensi, pada hampir sebagian besar pasien, vertigo akan berkurang dan
akhirnya berhenti secara spontan dalam beberapa hari atau beberapa bulan, tetapi
kadang-kadang dapat juga sampai beberapa tahun.
Pada anamnesis, pasien mengeluhkan kepala terasa pusing berputar pada
perubahan posisi kepala dengan posisi tertentu. Secara klinis vertigo terjadi pada
perubahan posisi kepala dan akan berkurang serta akhirnya berhenti secara spontan
setelah beberapa waktu. Pada pemeriksaan THT secara umum tidak didapatkan
kelainan berarti, dan pada uji kalori tidak ada paresis kanal.
Uji posisi dapat membantu mendiagnosa vertigo, yang paling baik adalah dengan
melakukan manuver Hallpike : penderita duduk tegak, kepalanya dipegang pada
kedua sisi oleh pemeriksa, lalu kepala dijatuhkan mendadak sambil menengok ke
satu sisi. Pada tes ini akan didapatkan nistagmus posisi dengan gejala :
a. Penderita vertigo akan merasakan sensasi gerakan seperti berputar, baik
dirinya sendiri atau lingkungan
b. Merasakan mual yang luar biasa
c. Sering muntah sebagai akibat dari rasa mual
d. Gerakan mata yang abnormal
e. Tiba - tiba muncul keringat dingin
f. Telinga sering terasa berdenging
g. Mengalami kesulitan bicara
h. Mengalami kesulitan berjalan karena merasakan sensasi gerakan berputar
i. Pada keadaan tertentu, penderita juga bisa mengalami ganguuan penglihatan
5. Komplikasi
1. Cidera fisik
Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat
terganggunya saraf VIII (Vestibularis), sehingga pasien tidak mampu
mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan berjalan.
2. Kelemahan otot
Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas. Mereka
lebih sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring yang terlalu lama
dan gerak yang terbatas dapat menyebabkan kelemahan otot.

6. Pemeriksaan penunjang 
1. Pemeriksaan Radiologi

Foto mastoid, foto vertebra servikal, CT scan, MRI dsb (atas indikasi).
2. Pemeriksaan Laboratorium dan EKG
3. Tes Romberg yang dipertajam

Sikap kaki seperti tandem, lengan dilipat pada dada dan mata kemudian ditutup.
Orang yang normal mampu berdiri dengan sikap yang romberg yang dipertajam
selama 30 detik atau lebih
4. Tes Melangkah ditempat (Stepping Test)
Penderita disuruh berjalan ditempat dengan mata tertutup sebanyak 50 langkah.
Kedudukan akhir dianggap abnormal jika penderita beranjak lebih dari satu meter
atau badan berputar lebih dari 30 derajat
5. Salah Tunjuk(post-pointing)

Penderita merentangkan lengannya, angkat lengan tinggi-tinggi (sampai fertikal)


kemudian kembali kesemula
6. Manuver Nylen Barang atau manuver Hallpike

Penderita duduk ditempat tidur periksa lalu direbahkan sampai kepala bergantung
dipinggir tempat tidur dengan sudut 300  kepala ditoleh kekiri lalu posisi kepala
lurus kemudian menoleh lagi kekanan pada keadaan abnormal akan terjadi
nistagmus
7. Tes Kalori dengan menyemprotkan air bersuhu 300 ketelinga penderita
8. Elektronistagmografi Yaitu alat untuk mencatat lama dan cepatnya nistagmus
yang timbul
9. Posturografi Yaitu tes yang dilakukan untuk mengevaluasi system visual,
vestibular dan somatosensorik.

7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah terapi dengan obat-obatan seperti :
 Anti kolinergik
Sulfas Atropin : 0,4 mg/im
Scopolamin : 0,6 mg IV bisa diulang tiap 3 jam
 Simpatomimetika
Epidame 1,5 mg IV bisa diulang tiap 30 menit
 Menghambat aktivitas nukleus
vestibuler Golongan antihistamin
Golongan ini, yang menghambat aktivitas nukleus vestibularis
adalah: Diphenhidramin: 1,5 mg/im/oral bisa diulang tiap 2 jam
Dimenhidrinat: 50-100 mg/ 6 jam.
Jika terapi di atas tidak dapat mengatasi kelainan yang diderita dianjurkan
untuk terapi bedah. Terapi menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48)
Terdiri dari :
 Terapi kausal
Sebagian besar kausa vertigo tidak diketahui penyebabnya, sehingga terapi
biasanya bersifat simtomatik. Terapi kausal disesuaikan dengan faktor
penyebabnya.
 Terapi simtomatik
Ditujukan kepada 2 gejala utama yaitu rasa berputar dan gejala otonomnya.
Pemilihan obat-obat anti vertigo tergantung pada efek obat bersangkutan,
berat ringan vertigo dan fasenya. Misalnya pada fase akut dapat
diberikan obat penenang untuk menghilangkan rasa cemas, disamping anti
vertigo lainnya.
 Terapi Rehabilitasi
Bertujuan untuk membangkitkan dan meningkatkan kompensasi sentral dan
habituasi pada pasien dengan gangguan vestibuler. Beberapa bentuk latihan
yang dapat dilakukan adalah latihan vestibuler, latihan visual vestibuler atau
latihan berjalan.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
 Karena gerakan kepala memperhebat vertigo, pasien harus dibiarkan
berbaring diam dalam kamar gelap selama 1-2 hari pertama.
 Fiksasi visual cenderung menghambat nistagmus dan mengurangi perasaan
subyektif vertigo pada pasien dengan gangguan vestibular perifer, misalnya
neuronitis vestibularis. Pasien dapat merasakan bahwa dengan memfiksir
pandangan mata pada suatu obyek yang dekat, misalnya sebuah gambar atau
jari yang direntangkan ke depan, temyata lebih enak daripada berbaring
dengan kedua mata ditutup.
 Karena aktivitas intelektual atau konsentrasi mental dapat memudahkan
terjadinya vertigo, maka rasa tidak enak dapat diperkecil dengan relaksasi
mental disertai fiksasi visual yang kuat.
 Bila mual dan muntah berat, cairan intravena harus diberikan untuk mencegah
dehidrasi.

 Bila vertigo tidak hilang. Banyak pasien dengan gangguan vestibular perifer
akut yang belum dapat memperoleh perbaikan dramatis pada hari pertama
atau kedua. Pasien merasa sakit berat dan sangat takut mendapat serangan
berikutnya. Sisi penting dari terapi pada kondisi ini adalah pernyataan yang
meyakinkan pasien bahwa neuronitis vestibularis dan sebagian besar
gangguan vestibular akut lainnya adalah jinak dan dapat sembuh. Dokter
harus menjelaskan bahwa kemampuan otak untuk beradaptasi akan membuat
vertigo menghilang setelah beberapa hari.
 Latihan vestibular dapat dimulai beberapa hari setelah gejala akut mereda.
Latihan ini untuk rnemperkuat mekanisme kompensasi sistem saraf pusat
untuk gangguan vestibular akut

8. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan pasien pada saat dilakukan pengkajian.

b. Riwayat kesehatan sekarang


Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit. Pada pasien
vertigo tanyakan adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap terhadap
munculnya vertigo, posisi mana yang dapat memicu vertigo.

c. Riwayat kesehatan yang lalu


Adakah riwayat trauma kepala, penyakit infeksi dan inflamasi dan penyakit
tumor otak. Riwayat penggunaan obat vestibulotoksik missal antibiotik,
aminoglikosid, antikonvulsan dan salisilat.

d. Riwayat kesehatan keluarga


Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga lain atau
riwayat penyakit lain baik
e. Aktivitas / Istirahat
 Letih, lemah, malaise
 Keterbatasan gerak
 Ketegangan mata, kesulitan membaca
 Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala.
 Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja)
atau karena perubahan cuaca.
f. Sirkulasi
 Riwayat hypertensi
 Denyutan vaskuler, misal daerah temporal.
 Pucat, wajah tampak kemerahan.
g. Integritas Ego
 Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu
 Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi
 Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala
 Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik).
h. Makanan dan cairan
 Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang,keju,
alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus,hotdog, MSG
(pada migrain).
 Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri)
 Penurunan berat badan5.
i. Neurosensoris
 Pening, disorientasi (selama sakit kepala)
 Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke.
 Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus.
 Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis.
 Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore
 Perubahan pada pola bicara/pola pikir
 Mudah terangsang, peka terhadap stimulus.
 Penurunan refleks tendon dalam
 Papiledema.

j. Nyeri/ kenyamanan
 Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala,
misal migrain,ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis.
 Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah.
 Fokus menyempit
 Fokus pada diri sendiri
 Respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah.
 Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.
k. Keamanan
 Riwayat alergi atau reaksi alergi
 Demam (sakit kepala)
 Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis
 Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).8.
l. Interaksi sosial
 Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang
berhubungan dengan penyakit.
m. Penyuluhan / pembelajaran
 Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga
 Penggunaan alcohol/obat lain termasuk kafein.
Kontrasepsioral/hormone, menopause.
n. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Pemeriksaan
Persistem
1) Sistem persepsi sensori
Adakah rasa tidak stabil, disrientasi, osilopsia yaitu suatu ilusi bahwa
benda yang diam tampak bergerak maju mundur.
2) Sistem Persarafan
Adakah nistagmus berdasarkan beberapa pemeriksaan baik manual
maupun dengan alat.
3) Sistem Pernafasan
Adakah gangguan pernafasan
4) Sistem Kardiovaskuler
Adakah terjadi gangguan jantung
5) Sistem Gastrointestinal
Adakah Nausea dan muntah
6) Sistem integumen
7) Sistem Reproduksi
8) Sistem Perkemihan
9) Pola Fungsi Kesehatan
a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Adakah kecemasan yang dia lihatkan oleh kurangnya pemahaman
pasien dan keluarga mengenai penyakit, pengobatan dan prognosa.
b) Pola aktivitas dan latihan
Adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap terhadap munculnya
vertigo, posisi yang dapat memicu vertigo.
c) Pola nutrisi metabolisme
Adakah nausea dan muntah
d) Pola eliminasi
e) Pola tidur dan istirahat
f) Pola Kognitif dan perseptua
g) Adakah disorientasi dan asilopsia
h) Persepsi diri atau konsep diri
i) Pola toleransi dan koping stress
j) Pola sexual reproduksiPola hubungan dan peran
k) Pola nilai dan kenyakinan
9. Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 2 3 4
DS : - Klien mengeluh Manifestasi dari vertigo akibat Perubahan pola
pusing dan lemas. kurang darah aktivitas
- Klien mengeluh 
seperti berputar-putar Menurunnya aliran darah ke
ketika berjalan. cerebrum dan cerebellum

DO : - Klien tampak Penurunan suplai O2 dan nutrisi
dibantu keluarga saat ke neuron di otak
melakukan aktivitas 
- Klien tampak hati- Merangsang pusat reseptor
hati saat melakukan keseimbangan dan koordinasi
aktivitas gerak di cerebellum
- Kekuatan otot 
+5 +5 Sensasi pusing berkunang-
-4 +5
kunang
- TD : 120/100 
Ketidakseimbangan dalam
pergerakan

Ketidakmampuan beraktifitas
secara mandiri

2 DS : - Klien mengeluh Manifestasi dari vertigo akibat Gangguan rasa


pusing dan nyeri kurang darah nyaman : Nyeri
kepala  kepala
DO : - Klien tampak lemah Penurunan suplai O2 dan nutrisi
- Nyeri yang dirasakan ke otak
klien seperti 
berputar dengan Proses metabolisme di otak
skala 3 (nyeri terganggu
sedang) 
- TD : 100/80 mmHg Merangsang reseptor nyeri
disusunan saraf pusat

Nyeri dipersepsikan

Gangguan rasa nyaman nyeri

10. Diagnosa Keperawatan

a. Perubahan pola aktivitas sehubungan dengan ketidakseimbangan pergerakan


akibat vertigo

b. Gangguan rasa nyaman : Nyeri sehubungan dengan penurunan suplai darah ke


otak
11. Rencana Asuhan Keperawatan
N DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL PARAF
O KEPERAWATAN
1 2 3 4 5 6
1 Gangguan rasa nyaman : Rasa nyaman terpenuhi  Kaji tingkat  Mengetahui
Nyeri sehubungan dengan dengan kriteria : nyeri klien sejauh mana
penurunan suplai darah ke  Jangka Pendek nyeri
otak ditandai dengan : 2x24 jam nyeri mengganggu
DS : - Klien mengeluh berkurang dari aktivitas klien.
pusing dan nyeri skala 3 ke 2.  Anjurkan untuk  Memberi
kepala  Jangka Panjang istirahat perasaan
DO : - Klien tampak lemah 5x24 jam Nyeri adequat. nyaman pada
- Nyeri yang dirasakan hilang, klien klien
klien seperti segar, klien  Ajarkan teknik  Menenangkan
berputar dengan tampak relaksasi : nafas pasien, salah
skala 3 (nyeri bersemangat dalam. satu teknik
sedang) mengurangi
- TD : 100/80 mmHg rasa nyeri.
 Kolaborasi  Obat analgetik
pemberian obat, dapat
penurunan mengurangi
pusing dan nyeri yang
analgetik. diharapkan
mempercepat
penyembuhan
klien.
1 2 3 4 5 6
2 Perubahan pola aktivitas Pola aktifitas klien  Kaji kebutuhan  Mengidentifik
sehubungan dengan kembali ke semula dan aktivitas asi sejauh
ketidakseimbangan dengan kriteria: klien mana klien
pergerakan akibat vertigo  Jangka Pendek bisa
ditandai dengan : 2x24 jam pusing melakukan
DS : - Klien mengeluh berkurang, klien aktivitas
pusing dan nyeri tidak lemas. secara
kepala  Anjurkan mandiri.
DO : - Klien tampak lemah  Jangka Panjang keluarga  Mengurangi
- Nyeri yang dirasakan 1 minggu membantu resiko cidera
klien seperti pusing hilang aktivitas klien
berputar dengan  Anjurkan klien  Mengurangi
skala 3 (nyeri untuk tidak rasa pusing
sedang) langsung turun yang
- TD : 100/80 mmHg dari tempat mengakibatka
- tidur melainkan n
secara perlahan ketidakseimba
yaitu duduk ngan dalam
dulu baru pergerakan
berdiri
12. Implementasi dan Evaluasi
DX WAKTU TINDAKAN EVALUASI PARAF
1 2 3 4 5
1 Jam 05.15  mengukur tanda-tanda S : - Klien mengatakan lebih
vital segar dan nyaman
 Melakukan dan O : - Kulit kepala klien bersih
membantu klien - Klien tampak lebih segar
memenuhi kebutuhan T : 100/80 mmHg
personal hygiene N : 78x/menit
keramas. R : 20x/menit
 Menganjurkan untuk S : 36.80C
istirahat yang adekuat A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
2 Jam 10.00  Mengkaji tingkat nyeri S : - Klien mengatakan nyeri
klien sudah berkurang
 Mengajarkan teknik O : - Klien melakukan teknik
napas dalam nafas dalam
 Menganjurkan - Posisi tidur klien sesuai
keluarga membantu dengan yang diajarkan.
aktivitas klien - Klien tampak lebih
 Mengajarkan posisi tenang
yang sesuai untuk - Nyeri berkurang dari
menurunkan rasa skala 3 ke skala 2
nyeri/pusing. A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
3 Jam 12.00  Menyajikan makan S : - Klien mengatakan porsi
dalam keadaan hangat makannya dudah bertambah
dan tertutup. O : - Porsi makan klien
 Menganjurkan kepada bertambah dari ½ porsi
klien agar makan habis menjadi ¾ porsi habis.
dalam porsi sedikit A : Masalah teratasi sebagian
tapi sering, menyelingi P : Intervensi dilanjutkan
makan dengan minum.

4 Jam 12.30  Memberikan obat


kepada klien per oral :
Aspirin 3x1 sehari
Piracetam 3x1 sehari
Befasere 1x1 sehari
ISDN 2x1 sehari
Captopril 2x1 sehari
Vergilon 2x1 sehari
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M.E. (2000). Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC.
Kang L S,. Pengobatan Vertigo dengan Akupunktur, Cermin Dunia Kedokteran No. 144,
Jakarta, 2004.
Price, S.A., & Wilson, L.M. (2006). Patifisiologi: Konsep klinis proses-proses
penyakit.Vol.2. Jakarta: EGC.
Sherwood, L. (2001). Fisiologi manusia: dari sel ke sistem, Ed: 2. Jakarta: EGC
Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2002). Buku ajar keperawatan medical-bedah Brunner &
Suddarth, vol:3. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai