Anda di halaman 1dari 19

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Postinflammatory Hiperpigmentation (PIH)


2.1.1 Definisi
Postinflammatory Hiperpigmentation

(PIH) adalah

hiperpigmentasi

didapat yang terjadi setelah inflamasi kutaneus atau luka yang timbul di semua
jenis kulit. Pada umumnya pasien datang dengan keluhan utama berupa bercak
hitam, bintik hitam, perubahan warna kulit dan noda.3
Pasien dengan PIH mempunyai riwayat klinikal atau subklinikal atau
riwayat trauma kutaneus inflamasi. PIH ialah hasil dari respon patofisiologi dari
inflamasi kutaneus seperti akne, dermatitisatopik, liken planus, dan psoriasis.

2.1.2 Epidemiologi
Epidemiologi menunjukkan prevalensi di seluruh dunia dengan gangguan
pigmen, kecuali pada vitiligo, dalam berbagai etnis populasi. Angka-angka ini
biasa

mencakup

postinflammatory

hyperpigmentation

(PIH)

atau

postinflammatory hypopigmentation meskipun melasma dan solar lentiginosis


juga disertakan. Beberapa penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa PIH
cenderung terjadi lebih sering di antara warna kulit pasien pada umumnya
dibandingkan dengan pasiean Kaukasia. Pada tahun 1983, Halder et al
menerbitkan sebuah studi yang membandingkan dermatosis umum yang terlihat di
Afrika Amerika dan Pasien Kaukasia. Gangguan pigmen, kecuali vitiligo, yang
ketiga penyakit kulit yang paling umum di antara Pasien Afrika-Amerika (9%),

tetapi ketujuh yang paling umum di antara pasien Kaukasia (1,7%). Pada
penelitian terbaru di tahun 2007 dikonfirmasi temuan ini menunjukkan
dyschromias menjadi diagnosis yang paling umum kedua di antara pasien AfrikaAmerika, tapi dyschromias gagal untuk menjadi 10 diagnosa yang paling umum
untuk Pasien Kaukasia. Yang menarik, dalam penelitian yang dilakukan di
Singapura, 4 para penulis mencatat bahwa PIH cenderung juga menjadi lebih
umum di kalangan orang Asia dengan kulit yang lebih gelap, seperti Melayu dan
India, dibanding mereka yang memiliki kulit lebih ringan, seperti Cina,
menunjukkan bahwa tingkat pigmentasi daripada ras / etnis mungkin lebih
berperan untuk pengembangan PIH.3
Perkembangan PIH jerawat berikut mungkin adalah penyebab paling
umum dari PIH dilihat oleh dermatologists. Satu studi (239 orang kulit hitam,
Hispanik 55, 19 Asia) menunjukkan bahwa 65,3% dari kulit hitam, 52,7% dari
Hispanik, dan 47,4% dari Asia mengembangkan jerawat yang disebabkan PIH.1

Gambar 2.1 Prevalensi Dunia Gangguan Pigmen


(Davis EC and Callender VD. 2010. Postinflammatory Hyperpigmentation in: The
Journal of Clinical and Aesthetic. Department of Dermatology. Vol 3. Pp 20-31)

2.1.3 Etiologi
Banyak jenis dari kulit inflamasi atau kulit yang cedera atau terkena
trauma dapat menyebabkan perubahan pigmen, namun ada beberapa penyakit
yang menunjukkan kecenderungan untuk menjadi PIH daripada hipopigmentasi.
Berbagai etiologi untuk PIH termasuk infeksi seperti dermatofitosis atau virus
exanthems, reaksi alergi seperti dari gigitan serangga atau dermatitis kontak,
penyakit papuloskuamosa seperti psoriasis atau lichen planus, obat-obat yang
menginduksi PIH dari reaksi hipersensitivitas, atau cedera kulit dari iritasi, luka
bakar, atau prosedur kosmetik.

Gambar 2.2 Postinflammatory hyperpigmentation dengan dermatitis papulosa nigra


(Davis EC and Callender VD. 2010. Postinflammatory Hyperpigmentation in: The Journal of
Clinical and Aesthetic. Department of Dermatology. Vol 3. Pp 20-31)

Bagaimanapun, sangat umum penyebab dari PIH pada kulit yaitu termasuk
kondisi akne vulgaris, dermatitis atopik, dan impetigo. Bahkan, PIH merupakan
akibat yang sangat umum setelah akne pada pasien berkulit gelap.

Gambar 2.3 Acne induced Postinflammatory Hyperpigmentation


(Davis EC and Callender VD. 2010. Postinflammatory Hyperpigmentation in: The Journal of
Clinical and Aesthetic. Department of Dermatology. Vol 3. Pp 20-31)

Sebuah studi pada tahun 2002 mengevaluasi akne di temukan bahwa


65,3% Afrika-Amerika, 52,7% Hispanik dan 47,4% dari Asian dengan akne
menginduksi PIH. Pseudofollikulitis barbae (PFB) adalah dermatosis inflamasi
lain yang umum, khususnya di kalangan Afrika- Amerika, yang menjadi PIH dan
diperkirakan

memiliki

tingkat

prevalensi

antara

45

dan

83%. Dalam sebuah studi oleh Perry et al, dari 71 Afrika Pasien Amerika dan
Hispanik dengan PFB, 90,1% pasien melaporkan hiperpigmentasi, oleh karena itu,
penulis berpendapat bahwa PIH mungkin temuan klinis utama di PFB.

Gambar 2.3 Pseudofolliculitis induced Postinflammatory Hyperpigmentation


(Davis EC and Callender VD. 2010. Postinflammatory Hyperpigmentation in: The Journal of
Clinical and Aesthetic. Department of Dermatology. Vol 3. Pp 20-31)

2.1.4 Patofisiologi
Kondisi inflamasi iatrogenik atau sedikit yang masih natural dapat
menjadikan

hiperpigmentasi

maupun

hipopigmentasi.

Postinflammatory

dispigmentasi sering terjadi pada oran-orang dengan tipe kulit Fitspatrick IV, V
dan VI, terutama kulit tipe IV dan V. Antara laki-laki dan perempuan sama-sama
dapat mengenai. Hiperpigmentasi dapat terjadi oleh 2 mekanisme, yaitu (1)
meningkatnya pigmen epidermis melalui aktifitas dari meningkatnya melonosit,
atau (2) melanosis dermis dari rusaknya melanosit dan keluarnya melanin dari
epidermis ke dalam dermis.2
PIH dihasilkan dari produksi berlebih dari melanin atau tersebarnya
pigmen ireguler setelah inflamasi kutaneus. Saat PIH hanya sebatas pada
epidermis, ada peningkatan dalam produksi dan transfer melanin ke keratinosit

sekitarnya. Walaupun mekanisme yang tepat tidak diketahui, kenaikan melanosit


telah terbukti dirangsang oleh prostanoid, sitokin, kemokin, dan mediator
inflamasi lainnya serta jenis oksigen reaktif yang dilepaskan selama proses
inflamasi. Beberapa penelitian telah menunjukkan terangsangnya melanosit dari
sifat leukotrien (LT), seperti LT-C4 dan LT-D4, prostaglandin E2 dan D2,
tromboksan-2, interleukin (IL) -1, IL-6, tumor necrosis factor (TNF) -, faktor
pertumbuhan epidermis, dan jenis oksigen reaktif seperti nitrat oksida.
PIH dermis hasil dari induksi inflamasi menjadikan kerusakan keratinosit
basal, yang melepaskan sebagian besar melanin. Pigmen akan bebas kemudian
difagosit oleh makrofag, yang disebut dengan melanofag di atas dermis dan
menghasilkan penampilan biru-abu-abu pada kulit yang terkena trauma/ cedera.3,4
2.1.5 Manifestasi Klinis
Distribusi hiperpigmentasi ditentukan oleh penyebab dari gangguannya.
Biasanya, lesi tidak jelas dan warna dapat bervariasi dari coklat muda sampai
coklat gelap dan biru abu-abu, tergantung kelainan pigmen berada dalam lapisan
epidermis atau dermis. Hipermentasi epidermis tampak berwarna coklat, atau
coklat tua dan jika berbulan-bulan sampai bertahun-tahun tidak mendapatkan
pengobatan dapat menjadi parah. Sedangkan hiperpigmentasi dermis tampak
berwarna biru abu-abu dan mungkin akan bisa menjadi permanen jika dalam
waktu yang lama tidak diberikan pengobatan. Epidermal pigmen membutuhkan
waktu 6 sampai 12 bulan untuk menyelesaikan, dan dermal hiperpigmentasi dapat
bertahan selama bertahun-tahun sebelum pigmentasi yang diinginkan dipulihkan.
Selain itu, PIH bisa memburuk dengan radiaasi ultraviolet (UV) atau dengan
inflamsi yang rekuren atau persisten.1,3,4

Gambar 2.4 Manifestasi klinis


(Davis EC and Callender VD. 2010. Postinflammatory Hyperpigmentation in: The Journal of
Clinical and Aesthetic. Department of Dermatology. Vol 3. Pp 20-31)

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu menggunakan penyinaran lampu
Wood. Dengan lampu Wood dapat membedakan 2 macam pola postinflammatory
hiperpigmentation. Lesi pada hiperpigmentasi tampak berwarna coklat dan abuabu (dermal melanin). Lesi pada hipopigmentasi tampak mencolok kuat dengan
cahaya daripada kulit sekitarnya.

2.1.7 Pengobatan
Meskipun tidak semua bercak hiperpigmentasi tidak berespon terhadap
pengobatan, pengobatan harus mempertimbangkan penyakit sistemik yang
menjadi penyebab hiperpigmentasi atau penyakit yang menyertai keluhan
tersebut. Beberapa terapi yang dapat digunakan seperti:
a. Fotoproteksi (photoprotection)

Bagian dari pengobatan HPI yang tidak kalah penting adalah


menggunakan photoprotection untuk menghindari terjadinya makin parahnya HPI.
Pasien,terutama yang berkulit gelap, sebaiknya diedukasi untuk penggunaan
sunscreen yang memiliki kandungan SPF yang tinggi setiap harinya. Selain itu
pasien juga dapat menggunakan pakaian yang tertutup dan pelindung agar dapat
terhindar dari sengatan sinar matahari. Hal ini sangat dianjurkan bagi pasien yang
berkulit lebih gelap karena biasanya mereka cenderung tidak menyadari
perubahan warna yang terjadi pada kulitnya.3,5
b. Depigmenting Agent:

Hydroquinone
Hidrokuinon merupakan suatu krim pencerah kulit yang merupakan

gold

standard

dalam

pengobatan

HPI

dan

beberapa

gangguan

hiperpigmentasi lainnya. Hidrokuinon secara komersil tersedia dalam


bentuk krim dan larutan 2%, 3%, dan 4%. Hidrokuinon pada tes tabung
memblokir secara langsung aktivitas enzim tirosinase dan kemampuannya
untuk membentuk melanin. Tetapi, ketika digunakan pada kulit, hidrokuinon
juga dapat bekerja secara tidak langsung dan mengubah beberapa fungsi sel.
Mekanisme kerja dari obat ini terdiri atas dua mekanisme kerja, yaitu
melalui penghambatan enzim tirosinase yang reversibel (enzim yang
memiliki peranan penting dalam konversi enzim tirosin menjadi melanin).
Mekanisme kerja berikutnya adalah obat ini secara selektif menghancurkan
melanosom dan melanosit. Akan tetapi hidrokuinon tidak terlalu efektif
terhadap hiperpigmentasi dermal karena hidrokuinon tidak bisa menembus
jembatan dermal-epidermal. Pada tahun 1975, Kligman dan Willis

10

memperkenalkan formula baru yang dipercaya efektif dalam pengobatan


hiperpigmentasi yang terdiri atas hidrokuinon 5%, tretinoin 0,1%, dan
deksametason 0,1%. Efek samping dari hidrokuinon dapat berupa iritasi
kulit ringan, panas, merah, dan gatal. Hidrokuinon dapat dikombinasikan
dengan asam retinoat 0,05% ( tretinoin topikal ) dan kortikosteroid topikal
terfluorinasi. Asam retinoat bekerja sebagai pengelupas kulit agar
hidrokuinon mudah masuk ke kulit sedang kortikosteroid dapat memutihkan
kulit dan menghambat terjadinya iritasi baik oleh hidrokunon maupun oleh
asam retinoat. Efek samping asam retinoat adalah iritasi ringan sampai
berat. Sedangkan efek samping kortikosteroid terfluorinasi berupa atropi
kulit, telangiektasis, dan striae.3,5

N-Acetyl-4-S-cysteaninylphenol
N-Acetyl-4-S-cysteaninylphenol merupakan agen depigmentasi yang

paling potensial yang bekerja secara spesifik hanya pada melanosit yang
fungsional yang aktif mensintesis melanin. N-Acetyl-4-S-cysteaninylphenol
stabil ( bahkan jika dididihkan lebih dari 10 menit ), larut dalam air dan
memiliki tingkat toksisitas yang rendah pada hewan percobaan. Median
dosis letal dari 4-S-cysteaninylphenol dan N-Acetyl-4-S-cysteaninylphenol
adalah 400mg per kg berat badan dan 1400mg per kg berat badan. Obat ini
tidak menyebabkan depigmentasi permanen pada kulit bahkan setelah
penggunaan jangka panjang. Mekanisme kerja pasti obat ini belum jelas dan
N-Acetyl-4-S-cysteaninylphenol pada paparan tirosinase membentuk pigmen
coklat tua. Pigmen ini terbentuk melalui siklisasi oksidasi pada rantai
samping untuk memproduksi struktur benzothiazine-type. Pigmen ini bisa

11

saja berfungsi sebagai filter terhadap sinar UV dan visible light seperti kerja
pigmen melanin. Preparat baru ini lebih aman dibanding hidrokuinon dan
turunannya pada pengobatan hipomelanosis.3,5

Azelaic Acid (AA)


Azelaic Acid (AA) memiliki efek inhibisi pada tirosinase, yang

merupakan ezim utama pada melanogenesis. Azelaic Acid (AA) adalah


pengobatan yang efektif terhadap HPI. Beberapa mekanisme kerja Azelaic
Acid (AA) selain efek inhibisi pada tirosinase, juga memiliki efek sebagai
sitotoksik

selektif

dan antiproliferatif

dari

melanosit

yang

dapat

menghambat sintesis DNA dan enzim mitokondria. Formulasinya biasanya


terdiri atas 15% gel yang khas digunakan pada terapi Rosacea atau 20%
krim yang biasanya digunakan untuk Acne vulgaris, melasma, selain pada
HPI. Pasien yang telah diterapi dengan Azelaic Acid (AA) memperihatkan
terjadinya penurunan yang pesat dari intensitas pigmen setelah pengobatan
selama 24 minggu. Azelaic Acid (AA) digunakan dua kali sehari selama
beberapa bulan, dan memberikan hasil yang memuaskan pada pengobatan
melasma, HPI, dan hipermelanosis yang disebabkan oleh agen fisik dan
fotokimia. Efek samping dari Azelaic Acid (AA) biasanya ringan dan cepat.
Beberapa studi memperlihatkan keamanan dan keefektifan dari Azelaic Acid
(AA) terhadap melasma. Tetapi pada HPI, masih dibutuhkan penelitian lebih
lanjut. Mekanisme kerja Azelaic Acid (AA) belum jelas. Azelaic Acid (AA)
tidak memiliki efek selektif pada melanosit. Azelaic Acid (AA) dapat bekerja
dengan cara menghambat atau menginhibisi enzim-enzim oksidoreduktif
yang esensial secara reversibel.3,5

12

c. Vitamin D Suplemen
Pada sebuah studi klinis, level vitamin D serum pada seseorang yang
menggunakan sunscreen lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak
menggunakan sunscreen, tetapi masih dalam batas normal. Hal ini sangat penting
terutama bagi individu berkulit gelap yang telah memiliki resiko kekurangan
vitamin D dikarenakan oleh pada dasarnya individu berkulit gelap memiliki
konsentrasi melanin yang lebih tinggi. Maka dari itu, dapat diberikan diet dan
suplemen vitamin D yang terkandung dalam jenis-jenis makanan tertentu seperti
ikan salmon, minyak ikan, dll.3,5
d. Ascorbic Acid
Ascorbic Acid atau vitamin C merupakan antioksidan alami yang bisa
didapatkan dari buah-buahan dan sayur-sayuran. Ascorbic Acid dapat membuat
kulit menjadi lebih cerah dengan berinteraksi dengan ion tembaga pada sisi aktif
dari enzim tiroksinase dan dengan mengurangi oksidasi dopaquinone ( suatu
substrat yang berada dalam jalur sintesis melanin ). Selain bekerja sebagai agen
pencerah kulit, beberapa keuntungan dari Ascorbic Acid ternyata tidak hanya
memiliki efek anti oksidan tetapi menurut beberapa penelitian, Ascorbic Acid juga
menunjukkan efek antiinflamasi dan memiliki efek fotoprotektif. Ascorbic Acid
dapat diformulasikan dengan beberapa agen depigmentasi seperti hidrokuinon.3,5

e. Retinoid
Retinoid merupakan struktur dan fungsional analog vitamin A. Bila
retinoid dikonsumsi sendiri atau dikombinasikan dengan agen pengobatan HPI
lainnya, menghasilkan efek yang efektif pada beberapa pasien. Retinoid juga

13

efektif dalam pengobatan melasma, freckles, ptiriasis versikolor, liken planus, dan
keratosis aktinik. Retinoid digunakan dua kali sehari selama enam minggu untuk
pengobatan melasma, efelit, dan HPI. Retinoid menghasilkan berbagai efek-efek
biologis yang dapat mencerahkan kulit termasuk modulasi sel proliferasi,
diferensiasi, dan perlekatan ; menginduksi apoptosis dan ekspresi dari
antiinflamasi. Interval konsentarasinya dari 0,01 sampai 0,1% dan tretinoin dapat
diformulasikan dalam krim, gel, mikrosphere gel, yang dapat mengontrol dan
mengendalikan pelepasan tretinoin sehingga dapat mengurangi iritasi.3,5
f. Kojic Acid
Asam Kojik adalah fungal metabolic dari beberapa spesies tertentu dari
acetobacter, aspergillus, dan penicillium. Kemampuan depigmentasi obat ini
berasal dari inhibisi yang potensial terhadap tirosinase dengan ikatan tembaga
pada sisi aktif dari enzim tersebut. Asam Kojik tersedia dalam konsentrasi 1-4%
dan dapat diformulasikan dengan agen-agen pencerah lainnya termasuk asam
glikolik dan hidrokuinon untuk meningkatkan efisiensi.3,5
g. Arbutin
Arbutin diekstraksi dari daun bearberry,pear,cranberry, atau blueberry
yang dikeringkan dan merupakan turunan dari hidrokuinon. Arbutin tidak
memiliki efek melanotoksik. Arbutin dapat menyebabkan depigmentasi tidak
hanya dengan cara menghambat enzim tirosinase, tetapi juga maturasi
melanosom. Walaupun efisiensinya tergantung pada dosis yang diberikan, arbutin
dengan konsentrasi tinggi dapa menyebabkan hiperpigmentasi paradoks. Bentuk
sintetik dari arbutin adalah alpha-arbutine dan deoxiarbutine memiliki

14

kemampuan yang lebih besar untuk menghambat enzim tirosinase dibanding


komponen alaminya.3,5
h. Niacinamide
Niacinamide adalah derivat fisiologis aktif dari vitamin B3 (niacin.
Penelitian in vitro menunjukkan bahwa niacinamide dapat menurunkan transfer
melanosom secara signifikan ke keratinosit tanpa menghambat aktivitas enzim
tyrosinase atau proliferasi sel dan niacinamide juga dapat menghambat jalur signal
sel antara keratinosit dan melanosit untuk mengurangi melanogenesis. salah satu
keuntungan niacinamide adalah stabilitasnya yang tidak terpengaruh oleh cahaya,
kelembaban, asam, basa, pengoksidasi. Keamanan dan efisiensi dari niacinamide
untuk HPI pada individu kulit gelap belum diteliti. Akan tetapi , penggunaan
niacinamide topikal dengan kadar 2-5% telah menunjukkan keefisiensian ketika
digunakan baik secara tunggal maupun dengan dikombinasikan dengan N-Acetyl
Glucosamine untuk pengobatan melasma dan hiperpigmentasi yang di induksi
oleh sinar UV. Pada pasien dengan kulit normal dan orang Asia.3,5
i. N-acetyl glucosamine
N-Acetyl Glucosamine (NAG) adalah gula amino yang merupakan
prekurso dari

asam hyaluronic dan ditemukan di alam dan dijaringan tubuh

manusia. Kemampuan depigmentasinya berasal dari inhibisi glikosilasi tyrosinase,


yang merupakan sebuah sebuah langkah penting dari sebuah melanin. Glukosamin
itu sendiri telah dilaporkan dapat mengurangi melanogenesis. Akan tetapi, NAcetyl Glukosamin ini susah diformulasikan dalam bentuk topikal karena
ketidakstabilannya. Fokus terkini telah berpindah pada pengembangan kosmetik
yang mengandung NAG yang memiliki kestabilan yang lebih baik, penetrasi kulit

15

yang baik, dan memiliki toleransi yang lebih baik terhadap semuanya. NAG biasa
digunakan dalam konsentrasi 2% sebagai monoterapi atau dengan kombinasi
dengan niacinamida, yang mana memiliki efek klinis yang lebih baik karena
mempunyai dua mekanisme depigmentasi yang berbeda.3,5
j. Licorice
Ekstrak akar licorice merupakan bahan yang sering ditemukan pada obat obat pencerah kulit dan juga digunakan pada pengobatan dari banyak variasi
penyakit yang bahkan diluar cakupan dermatologi karena efek anti inflamasi, anti
virus, anti mikrobial dan anti karsinogeniknya. Beberapa bahan dari ekstrak akar
Licorice termasuk Glabridin, yang dapat menghambat enzim tyrosinase dapat
memiliki efek anti inflamasi, dan liquiritin yang tidak menghambat tyrosinase
tetapi menyebabkan depigmentasi dengan cara dispersi dan pengangkatan
melanin.3,5
k. Soy
Aktivasi dari sel reseptor dari protease-activated receptor 2 (PAR-2) yang
ditemukan pada keratinosit memediasi transfer melanosom dari melanosit dari
keratinosit ke sekelilingnya. Protein pada soy seperti soy been trypsin inhibitor
(STI) dan Bowman-Birk Inhibitor (BBI) menghambat aktivasi reseptor - reseptor
sel ini sehingga fagositosis melanosom ke dalam keratosit berkurang yang
menyebabkan depigmentasi yang reversibel. 3,5
l. Glycolic Acid
Ditemukan di Sugar Cane, merupakan asam alpha-hidroksi (AHA) alami
yang menginduksi epidermolisis, mendispersi lapisan basal melanin, dan
meningkatkan sintesis kolagen derma. Konsentrasi GA mulai dari 20-70% , dan

16

netralisasi dengan air atau sodium bikarbonat diperlukan untuk menghentikan


pengelupasan.3,5
m. Salicylic Acid
Merupakan turunan dari Willow Tree Bark yang merupakan asam hidroksi
yang menginduksi keratolisis dengan cara mengganggu hubungan lipid
intraselular yang berada diantara sel-sel epitel. Konsentrasi SA mulai dari 20-30%
dan tidak membutuhkan netralisasi. 3,5
n. Bleaching Agents (mengandung Hidrogen peroksida, ammonia, atau dicampur
dengan produk oksidasi yang lainnya seperti garam peroxy atau peroksida)
Agen pencerah kulit biasanya digunakan sebagai agen pencerah kulit dan
rambut;

dengan cara mengoksidasi pigmen-pigmen melanin. Apabila dalam

keadaan extrim, dapat mengarah kepada solubilasi total dan eliminasi. Berbagai
jenis produk pencerah tersedia dalam bentuk cairan, emulsi, krim, shampoo,
bubuk, pasta dan minyak. Semuanya itu mengandung hidrogen peroksida,
hidrogen peroksida itu sendiri dengan amoniak, atau dicampurkan dengan produk
oksidasi yang lainnya seperti garam peroksi atau peroksida.3,5
o. Liquid Nitrogen Cryotheraphy
Melanosit rentan terhadap pembekuan, oleh karena itu cryotherapy
sebaiknya dihindari oleh indvidu dengan warna kulit yang lebih gelap akibat
besarnya resiko depigmentasi permanen. Agen pembeku harus digunakan secara
perlahan untuk menghindari adanya blistering dan nekrosis kulit. Cryotherapy
dengan nitrogen cair biasanya berhasil digunakan untuk mengobati lesi
pigmentasi individual. Cryotherapy nitrogen cair juga telah digunakan untuk
mengobati naevus of Ota, delayed naevus spilus, dan blue naevus. Cryotreatment

17

dilakukan dengan menggunakan alat nitrogen cair dengan removable disc-shaped


copper tip yang disebut CRYOMINI. 3,5
p. Chemabrasion and Peeling
Kemabrasi atau pengelupasan menggunakan berbagai macam bahan kimia
adalah modalitas terapi lain untuk menghilangkan freckles, solar lentigenes, dan
localized patches lainnya dari hiperpigmentasi melanin. Pengelupasan dengan
menggunakan asam glycolic juga berguna untuk mengobati dispigmentasi dari
photodamaged skin, dari hiperpigmentasi post inflamasi pada pasien berkulit
gelap, dan lebih sedikit pada melasma yang diderita oleh wanita Asia. Produk
asam glycolic/asam Kojic dan asam glycolic/hidrokuinon topikal efektif dalam
mengurangi hiperpigmentasi melanin pada pasien melasma. Chemabrasion using
trichloroacetic acid (TCA) adalah modalitas terapi lainnya yang berguna untuk
menghilangkan freckles, solar lentigenes, dan localized patches lainnya. Akan
tetapi TCA harus digunakan dengan sangat hati-hati karena TCA terkonsentrasi
dapat menyebabkan nekrosis instan pada bagian epidermis dan HPI, biasanya
terlihat pada tipe kulit V dan VI. 3,5
q. Terapi Laser
Meskipun terapi pencerah kulit topikal menjadi terapi pilihan untuk
pengobatan HPI, terapi laser dapat efektif atau dapat menjadi terapi alternatif jika
terapi awal tidak berhasil. Akan tetapi, hanya sedikit literatur yang mengevaluasi
secara spesifik penggunaan alat laser ini sebagai pengobatan untuk HPI pada
semua jenis kulit. Laser hijau (510nm, 532 nm), Merah (694 nm), atau mendekati
inframerah (755 nm, 1064 nm) adalah pigmen spesifik dan menghasilkan cahaya
yang selektif terhadap melanosom intraseluler target. Meskipun demikian, karena

18

adanya spektrum absorbsi melanin yang luas (250 nm-1200 nm), energi laser
dimaksudkan untuk target yang lebih dalam bisa diabsorpsi diantara epidermis
yang berpigmentasi, dimana hal tersebut dalam mengakibatkan komplikasi seperti
dyschromias, blistering, dan scar. Sinar laser hijau tidak dapat menembus sedalam
sinar laser merah dan sinar near infrared laser karen apanjang gelombangnya
yang lebih panjang. Energi dari laser dengan panjang gelombang yang pendek
dapat diserap secara lebih efisien oleh melanin epidermal, sedangkan laser dengan
panjang gelombang yang lebih panjang dapat menembus lebih dalam dengan
absorpsi yang selektif dengan oleh target dermal yang membuat hal tersebut lebih
aman pada pasien dengan warna kulit lebih gelap. Penggunaan durasi pulsasi yang
lebih panjang dan pendinginan alat juga dapat menghasilkan batas keamanan yang
lebih besar sambil tetap memelihara efisiensi pada individu dengan warna kulit
yang lebih gelap.3,5

2.1.8 Pencegahan dan Prognosis


Usaha pencegahan harus dilakukan terhadap kemungkinan bertambahnya lesi atau
timbul kembalinya lesi yang sudah berhasil dikurangi. Usaha tersebut dapat
berupa :
1. Memberikan nasihat atau saran utnuk melakukan kegiatan harian yang
tidak memperberat penyakit, misalnya pekerjaan, hobi, atau rekreasi.
2. Memberikan saran pemakaian tabir surya yang sesuai.
3. Memberikan saran pemakaian kosmetika yang sesuai agar tidak
mengganggu pengobatan atau memperberat kelainan.
4. Memberikan saran unttuk menjaga kesehatan umumnya terhadap penyakit
yang langsung atau tidak langsug dapat menyebabkan hiperpigmentasi.

19

20

Anda mungkin juga menyukai