Disusun Oleh:
Alvin Kiha Dadi, S.Ked (2008020049)
Jessica Allo, S.Ked (2008020059)
Pembimbing:
dr. Fransiska Tricia Da Lopez, Sp. THT-KL
1. Pendahuluan
Sejumlah besar literatur medis telah menulis tentang rinosinusitis kronis
(CRS) pediatrik, dengan banyak bagian yang dirangkum dalam ulasan terbaru
[1]. Namun, terlepas dari berbagai informasi yang ada, masih ada sejumlah
bidang yang kontroversial. Tujuan dari diskusi ini adalah untuk meringkas status
terkini pada bidang yang menjadi perhatian dan / atau perselisihan, dan
kemudian menguraikan rekomendasi untuk penelitian klinis.
Dalam memulai diskusi ini, disediakan daftar manuskrip tentang CRS
pediatrik yang berfungsi sebagai latar belakang masalah yang masih ada dalam
CRS [1-12]. Namun, dalam diskusi ini tidak dibahas CRS yang berhubungan
dengan fibrosis kistik, defisiensi imun, immotile ciliary syndrome, dan kelainan
anatomi. Selain itu, sinusitis jamur juga tidak termasuk berdasarkan tinjauan
terakhir di UpToDate [13]. Remaja dengan polip dan eksaserbasi penyakit
pernafasan akibat aspirin sangat jarang, dan tidak dibahas dalam diskusi, tetapi
sudah diulas sebelumnya [2,14].
Berfokus pada CRS konvensional, tanpa adanya komorbiditas mayor,
topik yang tetap menjadi kebutuhan yang belum terpenuhi meliputi:
1. Metodologi diagnosis radiologis;
2. Cara pengobatan antibiotik terbaik dan durasi waktu;
3. Mikrobiologi (masalah mikrobioma);
4. Penilaian resolusi dan tindak lanjut.
Setiap topik yang akan dibahas mencakup gambaran umum, perspektif
pragmatis saat ini, dan potensi peluang penelitian.
2. Metodologi Diagnosis Radiologis
2.1 Gambaran Umum
Ulasan dan pernyataan konsensus tentang modalitas diagnostik terbaru
diringkas oleh Heath et al. [4] dan Chandy et al. [12]. Pernyataan konsensus
berfokus pada otolaringologi diterbitkan pada tahun 2014 [15]. Sebuah
pernyataan dari American College of Radiology pada 2018 juga memberikan
perspektif serupa [16].
Naskah ini memberikan perspektif tentang modalitas diagnostik pada
CRS. Namun, masalah radiologi, keterbatasan, radiasi, dan biaya telah menjadi
tema konstan selama bertahun-tahun [4,12,15,16]. Ulasan tersebut tidak
mendukung penggunaan radiografi standar sinus paranasal pada anak-anak (foto
waters) karena masalah sensitivitas dan spesifisitas (dibandingkan dengan
computerized tomography (CT) [4,12,15], atau terkadang terjadi diagnosis yang
tumpang tindih dengan edema infeksi saluran pernapasan atas menggunakan foto
polos [12]. Radiografi polos (hanya foto waters) memiliki keterbatasan
sensitivitas dan spesifisitas jika dibandingkan dengan CT [16], dan rincian lebih
lanjut tentang riwayat penilaian radiologi sinus telah ditinjau [10].
Pernyataan otolaringologi menyebutkan keterbatasan radiografi
konvensional dan CT scan, dan mendukung untuk mengevaluasi CRS dengan
endoskopi hidung [15].
Berdasarkan American College of Radiology pada 2018 mengenai
radiografi di CRS, CT tanpa kontras biasanya lebih baik digunakan untuk
mendiagnosis penyakit ini dibandingkan magnetic resonance imaging (MRI)
dengan atau tanpa kontras dan CT dengan kontras [16]. MRI terbatas karena
sedasi dan detail anatomi yang kurang [16].
2.2 Perspektif Pragmatis
Berdasarkan pengalaman, anamnesis yang cermat dan pemeriksaan fisik
kemungkinan merupakan penegak diagnosis terbaik CRS infeksius sehingga
tatalaksana dan rencana tindak lanjut dapat segera dimulai [1, 10]. Keputusan
longitudinal tentang resolusi CRS akan dibahas selanjutnya.
2.3 Peluang Penelitian
Keterbatasan MRI, meliputi biaya, sedasi dan pengalaman, telah
diperlemah oleh laporan terbaru tentang MRI sinus pada anak-anak dengan
young cystic fibrosis (CF) (rata-rata usia 2,3 tahun) dan kontrol [17]. Sinus dan
kelainan anatomi dapat dengan mudah dideteksi. Pada kelompok kontrol, 17%
anak mengalami pembengkakan mukosa sinus, dibandingkan 83% anak CF
sehingga penulis menyimpulkan kegunaan MRI berpotensial pada anak-anak CF,
tetapi dengan protokol yang jelas dapat meningkatkan keberhasilan prosedur
untuk menilai manfaat intervensi sebelum dan sesudah pemberian antibiotik.
Eksplorasi keterbatasan MRI terhadap CRS pada anak-anak adalah peluang yang
baik, terutama jika terdapat efek sedasi minimal atau tidak ada. Selain itu,
pelacakan perubahan MRI secara longitudinal setelah “sero-spesifik” rhinovirus
akan menambah informasi mengenai perubahan mukosa yang serupa dengan
sumber data CT tunggal dari Gwaltney et al. [18].
3. Rezim Pengobatan Antibiotik Terbaik dan Durasi Waktu
3.1 Gambaran Umum
Sebagian besar regimen antibiotik yang direkomendasikan untuk infeksi
CRS terbatas, tetapi stabil selama 25 tahun, seperti yang dirangkum sebelumnya
[1]. Secara historis (pada abad sebelumnya), antibiotik yang terpilih adalah
antibiotik yang bekerja untuk mengenali atau mencurigai mikrobiologi yang
mengalami pertumbuhan berlebih [1,19]. Biofilming ditambahkan pada
kompleksitas [18] dan informasi mengenai mikrobioma sinus dengan dybiosis
dapat memberikan arahan terapeutik pada masa mendatang [19,20], tetapi hal ini,
belum menjadi bagian dari CRS pediatrik saat ini.
3.2 Perspektif Pragmatis
Pemilihan antibiotik utama sebelum abad ke-21 bergeser pada Augmentin
(amoksisilin / kalium klavulanat) [1]. Beberapa review terbaru menggunakan
metodologi ekstensif untuk menyimpulkan studi klinis CRS pada anak-anak, dan
ditemukan durasi terapi umumnya tiga minggu, meskipun terkadang lebih lama
[1,21]. Belum diketahui alternatif pengobatan lain untuk penyakit yang sulit
disembuhkan atau pada pasien yang alergi terhadap penisilin, walaupun
sefalosporin generasi kedua dan ketiga, seperti Klindamisin dan Trimethoprim-
Sulfamethoxazole sudah dapat digunakan sebagai alternatif.
3.3 Peluang Penelitian
Peran MRI yang terbatas dalam mendiagnosis CRS membutuhkan
penelitian lebih lanjut. Menggunakan agen terapeutik augmentatif empiris untuk
meningkatkan resolusi primer CRS juga dapat bermanfaat tanpa deskripsi yang
tepat dari mikrobioma CRS dan / atau metode radiologi yang meragukan.
Pemilhan agen potensial telah ditinjau sebelumnya [10]. Menggabungkan salah
satu terapi aditif pada pengobatan antimikroba dengan MRI (pre) pasca terapi
untuk resolusi dapat diteliti. Misalnya, menambahkan steroid oral selama 14 hari
dengan antibiotik selama 21 hari dengan pemeriksaan radiologi dapat menambah
informasi yang ada [22].
4. Status Mikrobiomik CRS Pediatrik
4.1 Gambaran Umum
Identifikasi mikrobioma telah terjadi di paru-paru cystic fibrosis pediatrik
[23], dalam asma [24] dan asma pediatrik fenotipik [25], ruang nasofaring pada
bayi dengan cystic fibrosis [26], rongga hidung pada anak-anak dan bayi normal
[27,28], pada orang dewasa dengan CRS [19,20,29,30], dan informasi terbatas
pada orang dewasa dan anak-anak dengan rinitis alergi [31]. Mikrobioma usus
memainkan peran aktif dalam homeostasis pernapasan [32], seperti halnya
keseimbangan mikrobioma hidung dan saluran udara bagian bawah pada anak-
anak penderita asma dengan eksaserbasi [33]. Analisis reperatif mikrobioma pada
infeksi CRS pediatrik belum dilakukan.
4.2 Perspektif Pragmatis
Terapi antibiotik yang diusulkan untuk CRS pediatrik pada abad
sebelumnya tetap ada, sebagian besar didasarkan pada teknik budidaya kultur
standar. Tidak pasti apakah data mikrobioma masa depan akan menyesuaikan
atau memodifikasi pedoman historis ini.
4.3 Peluang Penelitian
Kemampuan untuk memperoleh jaringan mukosa sinus untuk kultur
standar atau pengujian mikrobioma bergantung pada teknik bedah yang
digunakan, yang juga usia berpengaruh sebagai co-faktor. Ulasan terbaru
membahas alternatif bedah, dan dalam kasus adenoidektomi primer dengan atau
tanpa prosedur balloonseptoplasty, jaringan/cairan sinus yang sedikit akan
tersedia [8,9,15,34-36]. Dengan pendekatan endoskopi fungsional, atau cuci
rahang (dengan tusukan) jaringan dan cairan akan tersedia juga [8,9,15,34,35].
Spesialis Otolaringolgi Anak perlu berada di garda depan, ditambah
dengan teknologi pencitraan yang baru dan lebih mudah [28] untuk memberikan
data mikrobioma awal dalam CRS pediatrik. Rincian antibiotik yang digunakan
sebelum operasi dan durasi penghentian antibiotik sebelum operasi akan menjadi
data pendamping yang berharga. Mikrobioma yang diperoleh dari hidung sesaat
sebelum operasi dapat menjadi pembanding (ipsilateral, kontralateral atau
bilateral). Laporan baru-baru ini tentang beban penyakit sinusitis kronis
pediatrik tampaknya memberikan materi klinis yang cukup [37], baik untuk
penentuan mikrobioma hidung dasar, atau identifikasi mikrobioma spesimen
sinus bedah.
5. Penilaian Resolusi dan Tindak Lanjut
5.1 Gambaran Umum
Menentukan resolusi mungkin merupakan domain yang paling sedikit
dibahas dalam paradigma pengobatan CRS, namun, beberapa aspek potensial
telah ditinjau sebelumnya [1,10].
5.2 Perspektif Pragmatis
Kebanyakan, pilihan bedah untuk pasien rekuren tampaknya menjadi
pemikiran saat ini [8,15]. Jalur resolusi ke depan pada CRS pediatrik, selain
intervensi bedah, belum menjadi prioritas [8,15].
5.3 Peluang Penelitian
Sebuah laporan baru-baru ini memberikan perspektif kritis, sebagian
besar tidak dilaporkan, tentang beban klinis dan ekonomi dari akibat CRS
pediatrik [37]. berdasarkan penilaian data perawatan rawat jalan 2005-2012
penulis memperkirakan 2% dari semua kunjungan rawat jalan pediatrik adalah
untuk sinusitis kronis [37]. Sejumlah besar subjek potensial ini dapat
memberikan dasar bagi peneliti untuk mengambil sampel manfaat longitudinal
untuk terapi dan perubahan biomik hidung sebelum dan sesudah terapi. Ini
selanjutnya akan memungkinkan dukungan untuk penilaian radiologis, dan
penilaian pra-pasca bedah.
Beberapa penelitian menunjukkan cara bagi peneliti untuk menggunakan
populasi rawat jalan yang tersedia dari pasien CRS pediatrik untuk penelitian
klinis. Metodologi rapid nasopharyngeal testing telah ditetapkan [28], dan
publikasi dari 2019 melaporkan pada tiga puluh satu anak dengan sinusitis akut
[38]. Sebuah penelitian dengan populasi 237 anak-anak diikuti selama satu
tahun. diperoleh Sampel tanpa gejala untuk virus, dan diambil sampel ulang
pada hari ke-3 infeksi saluran pernapasan atas yang baru, dan sekali lagi ketika
sinusitis akut didiagnosis ketiga. Dengan menggunakan teknologi deteksi virus,
sekitar seperempat subjek beralih ke virus baru pada presentasi sinusitis akut,
dibandingkan dengan virus simtomatik awal yang pulih. Populasi pediatrik yang
diikuti secara longitudinal untuk CRS akan membutuhkan dasar yang lebih
besar karena dapat tumpang tindih dengan desain protokol sinusitis akut.
Naskah terbaru lainnya, diterbitkan dalam jurnal pediatrik [39],
memberikan penilaian ukuran hasil untuk mengikuti perjalanan sinusitis akut,
menggunakan instrumen yang diterbitkan pada tahun 2017 [40]. Kuesioner yang
dikembangkan untuk sinusitis akut memiliki 8 domain pertanyaan, dengan skala
dari tidak pernah sampai ekstrim (6 poin). Menariknya, radiografi sinus
menunjukkan hubungan yang kuat dengan aktivitas penyakit, pada kelompok
pertama (Versi 1) dari dua studi [41]. Tinjauan pertanyaan menunjukkan
tumpang tindih dengan korelasi klinis dengan sinusitis akut, tetapi juga
konektivitas klinis ke sinusitis kronis, seperti batuk (siang atau malam) atau
hidung tersumbat.1,4,5,7,42]. Batuk diperdebatkan dalam beberapa ulasan,
namun [42]. Tampaknya masuk akal untuk menyarankan sistem penilaian serupa
untuk CRS pediatrik dengan temuan mikrobioma hidung.
Penilaian radiologis CRS pediatrik telah ditinjau dalam naskah ini.
Meskipun hasil pengukuran telah dilaporkan [39,40] menunjukkan korelasi
yang baik dengan prosedur radiologi, kesesuaian American College of
Radiology untuk sinusitis akut pada anak-anak disebut "biasanya" tidak tepat
[16].
Setiap pemanfaatan prosedur radiologi di masa depan untuk menilai
resolusi CRS harus memperhatikan temuan unik Gwaltney et al. pada tahun
1994 [18]. Pentingnya temuan mereka sebelumnya dicatat [1,42]. Menggunakan
penilaian CT dari 31 sukarelawan dewasa sebelum dan setelah rinosinusitis virus
yang dikonfirmasi, sekitar 80% memiliki temuan rahang atas yang abnormal
pada 2-3 hari setelah timbulnya gejala, dan dari 14 yang dipelajari ulang pada
tindak lanjut radiologi selama 13-20 hari, hanya tiga dari 14 memiliki temuan
residual, meskipun tiga diantanya memiliki hasil yang meningkat dari CT
pertama.
Temuan ini akan menyarankan pendekatan kombinasi penilaian
mikrobioma ditambah dengan temuan MRI pra-pasca dan skor penilaian gejala
dapat dilakukan pada sejumlah kecil pasien anak dengan CRS. Waktu studi
pasca radiografi dapat ditunda, tetapi disesuaikan dengan resolusi pengukuran
gejala dan/atau pergeseran mikrobioma.
Akhirnya, lisat antigenik utuh dari 8 bakteri (Broncho-Vaxom), sebagai
kapsul oral, digunakan dalam studi internasional pada anak-anak sebagai terapi
profilaksis pasca antibiotik. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kekebalan
sistemik dan (lokal), dan dibandingkan dengan plasebo beberapa manfaat skor
hidung dan gejala selama satu tahun terlihat pada kelompok aktif [43].
6. Kesimpulan
Tinjauan area kontroversi sinusitis pediatrik ini telah menyediakan jalur
untuk penelitian berbasis klinis yang dapat menambah berbagai informasi yang
masih baru dalam CRS pediatrik.
DAFTAR PUSTAKA