Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TRAUMA MATA


Di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Dewasa

Dosen Pengampu: Mokh Sandi Haryanto, S.Kep., Ners., M.Kep

Di Susun Oleh:
KELOMPOK 1
1. Reza amalia_1121207 7. Rika Fadilah 1121127
2. Rifa Nurul Hilmi 1121092 8. Nurnabila Robbiyatul A 1121242
3. Wina Sofia Widi 1121170 9. Esa Rahmi S 1121138
4. Kokom Komalasari 1121150 10. Wita Amelya 1121122
5. Pitri Langsany Firmansah 1121109 11.Meiys Nur Mala 1121177
6. Lisa Fatmawati 1121208 12.Rendy Setiawan 1121238

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS


KEPERAWATAN INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
Asuhan Keperawatan ini dalam rangka memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah
Keperawatan Dewasa program studi Sarjana Keperawatan Institut Kesehatan
Rajawali Bandung dengan judul “Trauma mata ”.
Dalam penyusunan Asuhan keperawatan ini kami mendapat bantuan,
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu kami menyampaikan
ucapan terima kasih kepada Bapa Mokh Sandi Haryanto, S.Kep., Ners., M.Kep
sebagai dosen pengampu Mata Kuliah Keperawatan Dewasa. Kami menyadari
bahwa dalam menyusun Asuhan keperawatan ini masih banyak kekurangan. Oleh
karna itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna kemajuan
penulis selanjutnya.

Bandung, 20 November 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii


BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 4
1.2 Rumusa Masalah ................................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 6
2.1 Definisi Trauma Mata ................................................................................................ 6
2.2 Etiologi.................................................................................................................... 6
2.3 Manifestasi Klinis .................................................................................................. 8
2.4 Pathofisiologis ........................................................................................................ 9
2.5 Phatway................................................................................................................... 10
2.6 Komplokasi ............................................................................................................. 10
2.7 Diagnosa Pemeriksaan ........................................................................................... 10
2.8 Penatalaksanaan Terapi .......................................................................................... 11
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................ 13

BAB IV REVIEW JURNAL ................................................................................. 18

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 20


4.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 20
4.2 Saran ....................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 21
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mata merupakan salah satu indra dari pancaindra yang sangat penting untuk
kehidupan manusia. Terlebih-lebih dengan majunya teknologi, indra penglihatan yang
baik merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Mata merupakan bagian yang
sangat peka. Walaupun mata mempunyai sistem pelindung yang cukup baik seperti
rongga orbita, kelopak, dan jaringan lemak retrobulbar selain terdapatnya refleks
memejam atau mengedip, mata masih sering mendapat trauma dari dunia luar. Trauma
dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata dan kelopak, saraf mata dan rongga
orbita. Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau memberikan penyulit sehingga
mengganggu fungsi penglihatan. Trauma pada mata memerlukan perawatan yang tepat
untuk mencegah terjadinya penyulit yang lebih berat yang akan mengakibatkan kebutaan.
Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak sengaja yang menimbulkan
perlukaan mata. Kebanyakan trauma mata adalah ringan, namun karena luka memar yang
luas pada sekeliling struktur, maka dapat terlihat lebih parah dari sebenarnya. Secara garis
besar trauma ocular dibagi dalam 3 kategori : trauma mekanik, trauma fisika dan trauma
kimia.
Anamnesis dan pemeriksaan fisis oftamologi yang dilakukan secara teliti untuk
mengetahui penyebab, jenis trauma yang terjadi, serta kelainan yang disebabkan yang
akan menuntun kita ke arah diagnosis dan penentuan langkah selanjutnya. Selain itu dapat
pula dilakukan pemeriksaan penunjang, seperti: slit lamp, oftalmoskopi direk maun
indirek, tes fluoresensi, tonometri, USG, maupun CT-scan. Penatalaksanaan pada trauma
mata bergantung pada berat ringannya trauma ataupun jenis trauma itu sendiri.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang muncul pada laporan ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan Trauma mata?
2. Apa penyebab Trauma mata?
3. Berapa klasifikasi Trauma mata?
4. Apa saja manifestasi klinis Trauma mata?
5. Bagaimana patofisiologi dan pathway Trauma mata?
6. Bagaimana penatalaksanaan dan pemeriksaan penunjang Trauma mata?
7. Apa komplikasi Trauma mata?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Tujuan menambah pengetahuan dan wawasan tentang asuhan
keperawatan pada trauma mata
7. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui apa itu trauma mata
b. Untuk mengetahui jenis jenis trauma mata
c. Untuk mengetahui etiologi mata
d. Untuk mengetahui manifestasi klinis trauma mata
e. Untuk mengetahui patofisiologis trauma mata
f. Untuk mengetahui diagnose pemeriksaan trauma mata
g. untuk mengetahui penatalaksanaan trauma mata
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Salah satu indera yang penting dan vital bagi manusia adalah mata karena
lebih dari 80% informasi visual ditangkap melalui mata dan digunakan untuk
melaksanakan berbagai kegiatan sehari-hari (Kemenkes RI, 2018).
Mata mempunyai sistem pelindung yang baik, seperti rongga orbita, jaringan
lemak retrobulbar, palpebra serta reflek mengedip. Mata masih sering mendapat trauma
dari lingkungan luar. Trauma mata adalah perlukaan/cedera mata yang dapat terjadi dalam
bentuk trauma tumpul, trauma tajam, trauma kimia, trauma termis dan trauma radiasi.
Trauma mengakibatkan kerusakan pada jaringan mata anterior sampai posterior. Trauma
mata merupakan kasus kegawatdaruratan, jika tidak segera ditatalaksana dapat
menyebabkan penurunan visus (low vision) hingga kebutaan. Trauma mata merupakan
penyebab kebutaan tersering di dunia setelah katarak, glaukoma, degenerasi makula,
retinopati diabetik dan trakoma. Di Indonesia, trauma mata merupakan penyebab
kebutaan tersering setelah katarak, glaukoma, kelainan refraksi, gangguan retina
dan kelainan kornea.
Menurut Birmingham Eye Trauma Terminology (BETT) yang dimaksud trauma
tembus adalah trauma yang mengakibatkan adanya "pintu masuk" terjadinya luka (injury
with an entance wound) yang menembus ke intraokular. Mekanisme terjadinya trauma
tembus pada mata ini adalah trauma terbuka (open globe)8,9Trauma tembus
menyebabkan gangguan pada lapisan mata terluar tanpa menganggu kontinuitas anatomi
keseluruhan mata, tidak sampai terjadi prolapsus dari isi bola mata. Namun demikian
trauma ini menjadi hal yang sangat serius dan mengancam fungsi penglihatan yang
memakan waktu serta biaya yang mahal dan prognosis kebanyakan kasus adalah buruk

2.2 Etiologi
Trauma mata dibagi menjadi :
1. Trauma Mata Mekanik
a. Trauma mata tumpul (contusio oculi)
Trauma tumpul adalah trauma pada mata yang akibat benturan mata dengan benda yang
relatif besar, tumpul, keras maupun tidak keras. Trauma tumpul dapat menyebabkan
cedera perforasi dan non perforasi. Cedera perforasi dapat menyebabkan bahaya seperti
infeksi intra okuler, retensi serpihan benda asing didalam bola mata dan kerusakan
struktur mata yang lebih dalam dan lebih halus. Trauma tumpul pada mata dapat
mengenai organ eksterna atau interna mata.
b. Trauma mata tajam (perforasi trauma)
Cedera tajam atau tembus disebabkan oleh benda tajam atau benda asing yang masuk ke
mata seperti kaca, logam atau partikel kayu berkecepatan tinggi, percikan proses
pengelasan, dan peluru. Benda memasuki mata melalui kelopak mata, sclera atau
kornea. Prognosis visual akibat cedera ini bersifat jelek. (istiqomah, indriana N. 2003)

2. Trauma Mata Fisika


a. Trauma radiasi sinar inframerah
Sinar inframerah dapat mengakibatkan kerusakan pada lensa, iris dan kapsul disekitar
lensa. Hal ini terjadi karena sinar yang terkumpul dan ditangkap oleh mata selama satu
menit tanpa henti akan menagkibatkan pupil melebar dan terjadi kenaikan suhu lensa
sebanyak 9 derajat selsius, sehingga mengakibatkan katarak dan eksfoliasi pada kapsul
lensa.
b. Trauma radiasi sinar ultraviolet
Sinar ultra violet merupakan sinar gelombang pendek yang tidak terlihat, mempunyai
panjang gelombang antara 350 – 295 nM. Sinar ultra violet banyak dipakai pada saat
bekerja las dan menatap sinar matahari.
Sinar ultra violet akan segera merusak sel epitel kornea, kerusakan ini akan segera baik
kembali setelah beberapa waktu dan tidak memberikan gangguan tajam penglihatan
yang menetap.
c. Trauma radiasi sinar X dan sinar terionisasi
Sinar ionisasi dan sinar X dapat mengakibatkan kerusakan pada kornea yang dapat
bersifat permanen. Katarak akibat pemecahan sel epitel yang tidak normal dan rusaknya
retina dengan gambarandilatasi kapiler, perdarahan, mikroaneuris mata dan eksudat.
Atrofi sel goblet pada konjungtiva juga dapat terjadi dan mengganggu fungsi air mata.
3. Trauma Mata Kimia
a. Trauma asam
Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi pengendapan ataupun
penggumpalan bahan protein permukaan. Biasanya akan terjadi kerusakan pada bagian
superfisisal saja, tetapi bahan asam kuat dapat bereaksi yang mengakibatkan trauma
menjadi lebih dalam.
b. Trauma basa
Trauma basa pada mata akan memberikan reaksi yang gawat pada mata. Alkali dengan
mudah dan cepat dapat menembus jaringan kornea, bilik mata depan dan bagian retina.
Hal ini terjadi akibat terjadinya penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan kimia
basa bersifat koagulasi sel dan terjadi proses persabunan disertai dangan dehidrasi

2.3 Manifestasi Klinis


Berdasarkan uraian di atas, secara garis besar manifestasi klinis berdasarkan tingkat
gangguan pada susunan saraf pusat dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Manifestasi klinis berdasarkan tingkat gangguan di susunan saraf pusat15

Tingkat Respon Pupil Gerak bola mata Pernapasan


gangguan motorik

Kedua kortek Withdrawl Kecil, reaktif Spontan konyugasi Cheyne –


gerakan horizontal Stoke
Talamus Posisi Kecil, reaktif sama seperti di atas Cheyne –
dekortikasi Stokes

Midbrain Posisi Midposition, Ke arah lateral Cheyne –


dekortikasi tidak reaktif (kerusakan N III) Stokes
atau decerebrasi
Pons Posisi Pinpoint Ke arah medial Biot
deserebrasi
Medulla Tungkai lemah, Kecil, Horner (kerusakan N VI) Tidak ada Ataksik
Fleksi efek syndrome

Evaluasi diagnosis tingkat gangguan kesadaran perlu ditentukan dengan menilai respon
motorik, besar dan reaksi pupil, gerak bola mata dan pola pernapasan. Dengan
mengetahui tingkat gangguan kesadaran secara berkala dapat ditentukan
prognosis pasien.

2.4 Pathofisiologis
Kerusakan akibat trauma tumpul dapat mengenai kelopak mata dan struktur mata
bagian luar sehingga mengakibatkan hematoma kelopak. Jika trauma menembus
ke bagian konjugativa, maka kemungkinannya akan terjadi hematoma
subkonjugasi akibat pecahnya pembuluh darah sebagai akibat terkena hantaman
benda tumpul dan keras.
Kerusakan yang terjadi akibat trauma tajam/tembus akan lebih parah lagi
karena melibatkan kerusakan hingga bagian dalam struktur dan jaringan mata.
Kondisi ini biasanya sampai merusak fungsi mata dan kerusakannya permanen
(dapat disembuhkan hanya melalui operasi). Gangguan mata akibat trauma tajam
juga beragam, tergantung pada organ mata yang terkena dan seberapa besar
kerusakannya.
sedangkan pada trauma khemis/kimia, jika traumanya akibat asam
biasanya hanya akan menyebabkan kerusakan pada bagian permukaan/dangkal
saja karena terjadi pengendapan dan penggumpalan bahan protein permukaan.
Namun pada trauma akibatnya basa/alkali, kerusakan yang terjadi bisa gawat
karena alkali akan menembus kornea dengan cepat lalu keruang mata depan
sampai pada jaringan reti tidak. Bahan alkali dapat merusak kornea dan retina
karena bahan alkali bersifat mengkoagulasi sel sehingga akan menghancurkan
jaringan kolagen sehingga memperparah kerusakan kornea hingga ke retina.
Pada trauma fisis, kerusakan yang ditimbulkan hanya pada permukaan
karena bahan yang merusak hanya mengenai permukaan dan tidak sampai tembus
dan juga adanya mekanisme proteksi pada mata. Namun demikian hanya
mengenai bagian permukaan, trauma fisis akan tetap menyebabkan kerusakan
pada jaringan walaupun tidak bersifat permanen.

2.5 Pathway

2.6 Komplikasi
1. Glaukoma sekunder, disebabkan oleh adanya penyumbatan oleh darah pada sudutnya
kamera okuli anterior.
2. Imhibis Kornea, yaitu masuknya darah yang terurai dalam lamel-lamel kornea,
sehingga kornea menjadi berwarna kuning tengguli dan visus sangat menurun.

2.7 Diagnosa Pemeriksaan


1. Pemeriksaan Fisik: dimulai dengan pengukuran dan pencatatan ketajaman
penglihatanmenggunakankartu Snellen dan indikator pengukur ketajaman
penglihatan lain seperticahaya dan gerak anggota tubuh.
2. Slit lamp : untuk melihat kedalaman cedera di segmen anteriorbola mata.
3. Tes fluoresin : digunakan untuk mewarnai kornea, sehingga cedera terlihat jelas.
4. Tonometri : untuk mengetahui teka-teki bola mata.
5. Pemeriksaan fundus yang didilatasikan dengan oftalmoskop indirek :
untukmengetahui adanya benda asing intraokuler.
6. Tes Seidel : untuk mengetahui adanya cairan yang keluar dari mata. Tes ini
dilakukandengan cara memberi anestesi pada mata yaang akan diperiksa,
kemudian diuji padastrip fluorescein steril. Penguji menggunakan slit lamp
dengan filter kobalt biru,sehingga akan terlihat perubahan warna strip akibat
perubahan pH bila ada pengeluaran cairan mata.
7. Pemeriksaan CT-Scan dan USG B-scan : digunakan untuk mengetahui posisi
bendaasing.
8. Electroretinography (ERG): untuk mengetahui tidaknya degenerasi pada retina.
9. Pengukuran tekanan IOL dengan tonografi: mengkaji nilai tekanan bola
normalmata (normal 12-25 mmHg).
10. Pengkajian dengan menggunakan optalmoskop: mengkaji struktur internaldari
okuler, papiledema, retina hemoragik.
11. Pemeriksaan Radiologi : pemeriksaan radiologi pada trauma mata sangat
membantudalam menegakkan diagnosis, terutama bila ada benda asing.
12. Kertas Lakmus : pada pemeriksaan ini sangat membantu dalam menegakkan
diagnosatrauma asam atau basa

2.8 Penatalaksanaan Terapi


Pada kasus trauma mata penatalaksanaan terapi tidak ditentukan, tapi
dilaksanakan berdasarkan kondisi trauma yang dialami pasien dan juga berdasarkan
berat ringannya gejala yang dialami. Namun, berikut ini adalah beberapa penanganan
yang mungkin dapat digunakan sebagai pada kasus trauma mata akibat trauma
mekanik, antara lain :
1. Medis :
A. Mata tidak boleh dibebatdengan tekanandan diberikan perlindungan tanpa kontak.
B. Tidak boleh dilakukan manipulasi yang lebih besar dan penekanan bola mata.
C. Benda asing tidak boleh dikeluarkantanpa pemeriksaan lanjutan.
D.menyarankan pasien untuk berpuasa untuk melakukan tindakan operasi.
2. Keperawatan :
A. Pemberian antibiotik spektrum luas
B. Pemberian obat sedasi, antiemetik, dananalgetik sesuai indikasi.
C.Pemberian toksoid tetanus sesuai indikasi.
D.Pengangkatan benda asing di kornea,konjungtiva atau intraokuler.
e.Tindakan pembedahan / penjahitan sesuai dengan kausa dan jenis cedera.
F.Sisa-sisa lensa dan darah dikeluarkandengan aspirasi dan irimesin gasatauvitrektomi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Identitas Klien
Nama : Tn, P
Usia : 38 tahun
Jenis kelamin : laki laki
1. Status kesehatan Saat Ini : terlihat mata bengkak dan berair
2. Riwayat Kesehatan Saat Ini : gangguan penglihatan
3. Diagnosa medis : Trauma Okuli
4. Riwayat Kesehatan Terdahulu : -
1. Penyakit yg pernah dialami : -
a. Kecelakaan (jenis & waktu) : -
b. Operasi (jenis & waktu) : -
c. Penyakit : -
d. Kronis : -
e. Terakhir masuki RS : saat lahiran sc
5. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum :
2. TTV : 120/90
3. Suhu : 36,2
4. Nadi : 80
5. Respirasi : 20 x/menit
6. BB : 57 kg
7. TB : 165 cm
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS: Gangguan sensori Gangguan
Pasien mengeluhkan mata persepsi mobilitas fisik
sebelah kanannya seperti ada
benda yang masuk setelah
membajak sawah dan
pandangannya gelap dan
tidak bisa melakukan
aktivitasnya.

DO:
Setelah dilakukan
pengukuran visus (
ketajaman melihat )
didapatkan mata kanan 0
tidak dapat melihat angkat,
lambaian tangan dan cahaya.
Dan mata sebelah kiri
didapatkan visus 6/60 dalam
batas normal.
2. DS: Gangguan penglihatan Gangguan persepsi
Pasien mengeluhkan mata sensori
sebelah kanannya seperti ada
benda yang masuk setelah
membajak sawah dan
pandangannya gelap

DO:
Setelah dilakukan
pengukuran visus (
ketajaman melihat )
didapatkan mata kanan 0
tidak dapat melihat angkat,
lambaian tangan dan cahaya.
Dan mata sebelah kiri
didapatkan visus 6/60 dalam
batas normal.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO PRIORITAS KEPERAWATAN
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan sensori persepsi
2. Gangguan persepsi sensori behubungan dengan gangguan penglihatan
NO Standar Standar Luaran Standar Intervensi Rasional
Diagnosis Keperawatan Keperawatan
Keperawatan Indonesia ( Indonesia ( SIKI )
Indonesia ( SDKI SLKI )
)
1. Gangguan Gangguan Gangguan mobilitas -Untuk memberi
mobilitas fisik ( mobilitas fisik fisik : dukungan
D.0054 ) dapat menurun Intervensi luaran mobilisasi
berhubungan dalam waktu 2 Dukungan
dengan gangguan x 24 jam mobilisasi -Untuk
sensori persepsi dengan kriteria Intervensi memberikan
dibuktikan hasil : pendukung dukungan
dengan 1. ventilasi Dukungan perawatan diri-
pandangan yg spontan perawatan diri – pemberian obat
gelap sehingga 2. pemulihan pemberian obat intravena
tidak bisa pasca bedah intravena Manajemen
melakukan 3. status Manajemen medikasi-terapi
aktivitasnya. kenyamanan medikasi – terapi aktivitas
aktivitas Manajemen
DS: Manajemen sensasi sensasi perifer-
Pasien perifer – terapi terapi relaksasi
mengeluhkan relaksasi otot otot progresif
mata sebelah progresif
kanannya seperti
ada benda yang
masuk setelah
membajak sawah
dan
pandangannya
gelap dan tidak
bisa melakukan
aktivitasnya.

DO:
Setelah
dilakukan
pengukuran visus
( ketajaman
melihat )
didapatkan mata
kanan 0 tidak
dapat melihat
angkat, lambaian
tangan dan
cahaya. Dan
mata sebelah kiri
didapatkan visus
6/60 dalam batas
normal.

2. Gangguan Gangguan Gangguan persepsi -Untuk


persepsi sensori ( persepsi sensori sensori menimalisasi
D.0085 ) dapat menurun Intervensii utama rangsangan
berhubungan dalam 2 x 24 Minimalisasi
dengan gangguan jam dengan rangsangan -Untuk memberi
penglihatan kriteria hasil : Intervensi dukungan
dibuktikan 1. persepsi pendukung pengungkapan
dengan sensori Dukungan kebutuhan-
pembengkakan 2. fungsi pengungkapan pencegahan
dan penglihatan sensori kebutuhan – perilaku kekerasan
yg gelap. 3. status pencegahan manajemen mood-
orientasi perilaku kekerasan terapi aktivitas
DS: Manajemen mood – Manajemen stress-
Pasien terapi aktivitas terapi relaksasi
mengeluhkan Manajemen stress –
mata sebelah terapi relaksasi
kanannya seperti
ada benda yang
masuk setelah
membajak sawah
dan
pandangannya
gelap

DO:
Setelah
dilakukan
pengukuran visus
( ketajaman
melihat )
didapatkan mata
kanan 0 tidak
dapat melihat
angkat, lambaian
tangan dan
cahaya. Dan
mata sebelah kiri
didapatkan visus
6/60 dalam batas
normal.
BAB IV
LITERATUR REVIEW JURNAL

Judul Jurnal Karakteristik Pasien Trauma Mata di RSUD Provinsi NTB


Tahun 2019
Penulis Jurnal Putu Mega Asri Dhamasari, Isna Kusuma Nintyastuti, Ni
Nyoman Geriputri
Jurnal/Volume/Tahun Lombok Medical Journal/1(1)/2022
Tujuan Untuk Mengetahui Karakteristik Pasien Trauma Mata di
RSUD Provinsi NTB Tahun 2019
Teori Trauma mata merupakan salah satu penyebab
kebutaan setelah katarak, glaukoma, kelainan refraksi,
gangguan retina dan kelainan kornea. Trauma mata dapat
membuat timbulnya lesi yang dapat menimbulkan rasa tidak
nyaman dan rasa sakit pada mata.
Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskritif observasional
menggunakan Teknik total sampling Pengambilan data
dilakukan di instalasi rekam medik RSUD Provinsi
NTB periode Januari Desember 2019 yang memenuhi
kriteria inklusi.
Kriteria inklusi adalah semua data rekam medis pasien trauma
mata di RSUD Provinsi NTB mulai bulan Januari 2019
sampai bulan Desember 2019 dengan kode diagnosis S05
atau dengan kombinasi kata kunci: trauma mata,
Open,globe injury,dan Closed globe injury
Kriteria eksklusi adalah pasien dengan data rekam medis
tidak lengkap yaitu tidak ada data tiga atau lebih variable yang
akan diteliti dan data rekam medis dengan kesalahan
diagnosis dan kode yang tidak sesuai. Penelitian ini sudah
melakukan uji etik, Variabel yang diambil adalah jenis
kelamin, umur, tipe trauma, penyebab trauma, organ yang
terlibat, visus sebelum tatalaksana, visus sesudah tatalaksana,
dan lateralitas.

Hasil Penelitian Pada hasil penelitian didapatkan 56 pasien. Berdasarkan


jenis kelamin trauma mata lebih banyak terjadi pada laki-
laki sebanyak 83.9%, pada usia 26-45 tahun sebanyak
32.1%.Tipe trauma terbanyak adalah trauma terbuka
37,5%,Penyebab trauma paling sering diakibatkan oleh benda
tajam 39,3%,Organ yang terlibat paling banyak melibatkan
kornea sebanyak 26.5%. Visus sebelum tatalaksana paling
sering terjadi pada kelompok visus <3/60 NLP sebanyak
48.2%, Visus sesudah tatalaksana paling banyak di
dapatkan pada visus < 3/60 NLP sebanyak 33.9%, dan
Lateralitas mata paling sering terjadi pada salah satu mata
sebanyak 98.2%
Kesimpulan Pasien trauma mata paling banyak terjadi pada laki laki
dewasa muda, terjadi monokuler, dengan tipe trauma terbuka
yang disebabkan oleh benda tajam. Kornea menjadi organ
yang paling banyak terlibat. Visus sebelum dan sesudah
tatalaksana paling banyak didapatkan dengan visus kurang
dari 3/60 atau mengalami kebutaan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlunya
matadan merupakan kasus gawat darurat mata.Perlukaan yang ditimbulkan dapat
ringansampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata(Sidarta,
2005).Trauma mata adalah kondisi mata yang mengalami trauma (rudapaksa) baik oleh
zatkimia maupun oleh benda keras dan tajam (Anas, 2010).Trauma mata dapat
disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya :
1. Trauma tumpul disebabkan oleh benturan matadengan benda yang relatifbesar,tumpul,
keras maupun tidak keras misalnya terpukul, kena bola tenis, atau shuttlecock,membuka
tutup botol tidak dengan alat, ketapel.
2. Trauma tajam ( Penetrating Injuries) disebabkan oleh benda tajam atau benda asing
yangmasuk ke mata seperti kaca, logam, atau partikel kayu berkecepatan tinggi, percikan
proses pengelasan, dan peluru.
3. Trauma Khemis disebabkan oleh substansi yang bersifat asam dan alkali yangmasuk
ke mata.

4.2 Saran
Dalam pembuatan Asuhan keperawatan ini penulis sadar bahwa makalah ini masih
banyak kekurangn dan masih jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karna itu, kritik dan
saran dari pembaca sangatlah kami perlukan agar dalam pembuatan makalah selanjutnya
akan lebih baik dari sekarang dan kami juga berharap pengetahuan tentang Asuhan
Keperawatan Trauma mata dapat terus dikembangkan dan diterapkan dalam bidang
keperawatan dalam menangani pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Dhillon PK, Jeemon P, Arora NK, Mathur P, Maskey M, Sukirna RD, et al.
Status of epidemiology in the WHO South-East Asia Region: burden of
disease, determinants of health and epidemiological research, workforce and
training capacity. Int J of Epid. 2013 Feb 1;42(1):361.
Askep Trauma Mata | PDF - Scribd https://id.scribd.com/document/390565321/Askep-
Trauma-Mata

Aghadoost D, Fazel MR, Aghadoost H, Aghadoost N. 2013. Pattern Of Ocular Trauma


Among The Elderly In Kashan, Iran. Chinese J of Traumatology, 16(6): 347-350
Akbar, Muhammad, Neneng Halijanti, M. Ardi Munir, Asrawati Sofyan. 2019.
Conjunctival Laceration Of The Tarsalis Palpebra Inferior EtCausing By a Fishing Hook.
1(2).151-166.

Almira, Raisah. 2019. Hubungan Antara Jenis Trauma Bola Mata Terhadap Tajam
Penglihatan Pasien Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H.Abdul Moeloek Lampung
Periode Tahun 2016-2017. Lampung: Universitas Negeri Lampung.
https://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/971/847

Anda mungkin juga menyukai