“AKIBAT KEBUT-KEBUTAN”
BLOK VI.IV(BLOK 21)
SKENARIO 1
Pembimbing:
drg. Firdaus M,Si
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah..................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................1
1.3 Tujuan Pembelajaran.......................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Klasifikasi istilah...............................................................3
2.2 Penetapan Masalah...........................................................3
2.3 Curah Pendapat................................................................3
2.4 Menganalisis Masalah......................................................6
2.5 Tujuan Pembelajaran.......................................................7
2.6 Belajar Mandiri.................................................................7
2.7 Melaporan Hasil Belajar Mandiri...................................7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................16
DAFTAR PUSTAKA....................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Traumatik injuri pada rongga mulut dan sekitarnya merupakan kasus yang
banyak terjadi di kalangan anak dan remaja, sehingga mernbutuhkan perhatian
baik dan teliti mengenai perawatan dari dokter gigi. Cedera traumatik pada
anak dikatakan hampir 30 persen anak pernah mengalami trauma pada gigi dan
wajah pada saat bermain, berolah raga atau aktivitas lainnya. Trauma yang
melibatkan gigi depan tetap atas sering terjadi pada usia 8 sampai 12 tahun.
Penyebab trauma pada gigi permanen antara lain jatuh dari sepeda, berkelahi,
kecelakaan lalu lintas dan olahraga.
Gigi yang mengalami trauma harus diperiksa apakah gigi tersebut
mengalami fraktur, kegoyangan, perubahan posisi, cedera pada ligamen
periodontal dan tulang alveolar, serta trauma pada jaringan pulpa. Periksa pula
adanya kemungkinan keterlibatan gigi yang berada di rahang
lawannya.Keparahan trauma pada gigi geligi tersebut dapat diklasifikasikan
menjadi beberapa bagian, yang salah satu diantaranya adalah lepasnya seluruh
bagian gigi dari soket atau yang biasa kita sebut dengan avulsi. Untuk
menanganinya, dokter gigi perlu melakukan suatu tindakan untuk
mengembalikan gigi ke dalam soketnya semula, tindakan ini disebut replantasi
gigi. Golden periode untuk melakukan replantasi gigi adalah 2 jam setelah gigi
tersebut terlepas. Apabila gigi direplantasi lebih dari 2 jam, kemungkinan gigi
akan menjadi non vital sehingga gigi tersebut perlu dilakukan perawatan
endodontik setelah difiksasi. Bila gigi avulsi tidak segera dirawat, secara
signifikan dapat menimbulkan dampak negatif bagi anak, yaitu gangguan
fungsi, estetis, dan psikologi.
Keberhasi1an perawatan dari gigi yang avulsi tergantung dari berapa lama
terjadinya, tempat kejadian, tindakan apa yang dilakukan pertama kali ketika
terjadinya gigi avulsi dan bagaimana cara penanganan gigi avulsi tersebut.
Prognosis dari trauma yang meliputi gigi dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu
tingkat kerusakan atau luas dari kerusakan yang dialami, apakah kerusakan
yang dialami meliputi jaringan lain di sekitar gigi, seperti jaringan lunak
maupun jaringan keras seperti tulang rahang, kualitas dan kesegeraan dari
perawatan yang dilakukan setelah terjadi trauma serta evaluasi dari
penatalaksanaan selama masa penyembuhan.
2
"Akibat kebut-kebutan"
Seorang pasien laki laki berusia 21 tahun dibawa ke UGD akibat kecelakaan
kendaraan bermotor, setelah diperiksa terlihat beberapa luka lecet dan keluhan gigi
depan atas patah, setelah dilakukan perawatan di UGD, kemudian pasien tersebut
dirujuk kepoli gigi. Hasil pemeriksaan intra oral terlihat gigi 11 avulsi, gigi 21
fraktur mengenai pulpa. Dokter gigi menjelaskan bahwa giginya tidak perlu di
cabut, tapi harus dilakukan perawatan.
Gigi 11 dan 21 masih bisa dirawat. Pasien segera pergi ke dokter gigi,
soket belum nekrotik, gigi yang fraktur masih dalam keadaan baik,
sehingga dokter gigi tetap dapat melakukan perawatan. Untuk pencabut
harus melihat indikasi serta kontra indikasi dair pencabutan.
Akibat kebut-
kebutan
Pemeriksaan Diagnosis
Klasifikasi
Penatalaksanaan Prognosis
KIE
7
b. Pemeriksaan ekstraoral
Pemeriksaan ekstraoral merupakan pemeriksaan yang dilakukan di
daerah sekitar mulut bagian luar. Meliputi :
pemeriksaan bentuk wajah pasien : persegi,lonjong atau lancip
8
d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang merupakan komponen yang penting dalam
diagnosis fraktur gigi. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah foto
x-ray mandibula anteroposterior (AP) atau radiografi panoramik
ortopantomogram (OPG). Apabila terdapat fragmen gigi yang tidak
dapat ditemukan, lakukan pemeriksaan x-ray toraks, leher lateral, atau
abdomen untuk mencari ada atau tidaknya fragmen gigi pada jalan
napas atau tertelan.
GAMBARAN KLINIS
Pada gigi dengan fraktur mencapai pulpa, gambaran klinis yang
terlihat adalah :
Tes sensibilitas pulpa biasanya positif
Sensitif terhadap perkusi.
Fragmen koronal, atau mesial atau distal, biasanya ada dan
bergerak
Luasnya fraktur (sub-alveolar atau supra-alveolar) harus dievaluasi
Perpanjangan apikal fraktur biasanya tidak terlihat
Pada pasien yang mengalami avulsi nyeri hebat tiba tiba pada sendi
rahang dan fraktur, pembengkakan serta perubahan suhu pada rongga
mulut.
10
Untuk Kasus Avulsi dilakukan replantasi gigi, pastikan soket gigi masih
dalam keadaan normal, lalu lakukan anastesi untuk meniadakan rasa sakit saat
13
Lalu bersihkan gigi pada larutan saline, replantasi gigi tersebut, lanjutkan
dengan perawatan splinting untuk memfiksasi gigi agar tidak bergerak selama
pengunyahan. Evaluasi gigi selama 1 minggu, 6 minggu, 12 minggu, 24
minggu.
KIE
Pasien diinstruksikan untuk tidak mengunyah dan menggigit menggunakan
gigi-gigi depan atas atau pada gigi yang mengalami avulsi tadi, sementara
mengonsumsi makanan lunak dan menghindari kegiatan olahraga atau
kegiatan yang melibatkan aktivitas fisik yang berat agar tidak terjadi kejadian
avulsi lagi. Pasien juga diinstruksikan untuk kontrol berkala pada 1 minggu
setelah itu mungkin pada minggu ke 2,dan dilanjutkan dengan kontrol klinis
setelah 4 minggu, 3 bulan, 6 bulan, 1 tahun dan kemudian tiap tahun
setelahnya.
Untuk pasien avulsi yang melakukan transplantasi KIE pada pasien yaitu
pasien diinstruksikan untuk tidak mengigit pada gigi yang dilakukan replantasi
tersebut, Pasien di instrusikan untuk berkumur menggunakan klorheksidin
0,1% sehari 2 kali selama 1 minggu, Melakukan diet lunak selama 2 Minggu
dan cairan sebaiknya disedot melalui sedotan. Setelah replantasi, pasien
dianjurkan kontrol rutin ke drg untuk tindakan selanjutnya dan evaluasi,
Pasien harus menghindari olahraga dengan kontak fisik, Sikat gigi dengan
menggunakan sikat yang lembut setiap sehabis makan.
BAB III
KESIMPULAN
Avulsi gigi adalah terlepasnya gigi secara keseluruhan dari soket karena suatu
trauma mekanis. Avulsi pada gigi permanen umumnya karena jatuh, perkelahian,
cedera olahraga, kecelakaan mobil, dan kekerasan pada anak. Pada kasus ini gigi
11 avulsi kelas 5 klasifikasi ellis. Pada gigi 21 fraktur kelas 3 klasifikasi ellis.
Fraktur mahkota yang luas dengan melibatkan dentin dan pulpa yang cukup besar.
Fraktur gigi bisa disebabkan oleh berbagai hal berikut:
• Tekanan akibat kebiasaan menggeretakan gigi.
• Tambalan gigi yang berlebihan, sehingga berbenturan dengan gigi lain di
atas atau di bawahnya saat menggigit.
• Mengunyah atau menggigit makanan keras, seperti permen, es batu, dan
kacang.
• Kecelakaan yang mengenai mulut, misalnya jatuh, tertabrak, atau cedera
saat berolahraga.
Perubahan temperatur yang ekstrem di rongga mulut, seperti langusung
mengonsumsi makanan yang panas setelah mengonsumsi minuman yang sangat
dingin.
16
DAFTAR PUSTAKA
Distribusi frekuensi fraktur gigi permanen dirumah sakit gigi dan mulut
universitas Muhammadiyah Yogyakarta, insisiva dental journal, vol.7 no 1 bulan
mei tahun 2018, wustha farani
17