Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN HASIL DISKUSI KELOMPOK KECIL

BLOK 15 MODUL 4
BEDAH PREPROSTETIK

Disusun oleh : Kelompok 3

ANANDA RIZKY ADELIA 1910026003


SATYA MEILISA RAUDHANTI 1910026004
DESTY TRI DAMAYANTI 1910026009
FANNY DINDA NUR AULIA 1910026012
AZKA NURIL AZIZAH 1910026017
TIARA HANIFAH SANTOSA 1910026020
PUTRI AZZAHRA 1910026023
KRISNA WAHYU WICAKSONO 1910026027
NUR AINI ILHAM 1910026031

Tutor :

Dr. drg. Lilies Anggarwati Astuti, Sp. Perio

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Bedah
Preprostetik” ini tepat pada waktunya. Laporan ini disusun dari berbagai sumber
ilmiah sebagai hasil dari Diskusi Kelompok Kecil (DKK) kami.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga terselesaikannya laporan ini, antara lain :
1. Dr. drg. Lilies Anggarwati Astuti, Sp. Perioselaku tutor kelompok 3 yang telah
membimbing kami dalam menyelesaikan Diskusi Kelompok Kecil (DKK).
2. Teman-teman kelompok 3 yang telah menyumbangkan pemikiran dan
tenaganya sehingga Diskusi Kelompok Kecil (DKK) 1 dan 2 dapat berjalan
dengan baik, serta dapat menyelesaikan laporan hasil Diskusi Kelompok Kecil
(DKK).
3. Teman-teman mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
angkatan 2019 dan pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per
satu.
Kami menyadari bahwa kemampuan kami dalam menyusun laporan ini sangat
terbatas. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi tercapainya kesempurnaan dari isi laporan hasil Diskusi
Kelompok Kecil (DKK) ini.

Samarinda, 10 Desember 2021

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................1

1.1 Latar Belakang .........................................................................................1


1.2 Tujuan ......................................................................................................1
1.3 Manfaat ....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................3


2.1 Skenario ...................................................................................................3
2.2 Identifikasi Istilah Sulit ............................................................................3
2.3 Identifikasi Masalah .................................................................................4
2.4 Analisa Masalah .......................................................................................4
2.5 Kerangka Teori ........................................................................................9
2.6 Learning Objectives .................................................................................9
2.7 Belajar Mandiri ........................................................................................9
2.8 Sintesis ...................................................................................................10

BAB III PENUTUP .....................................................................................24


3.1 Kesimpulan ............................................................................................24
3.2 Saran ......................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam perawatan gigi tiruan removable partial denture dan complete
denture diperlukan kondisi jaringan lunak dan keras yang sesuai agar dapat
mendukung kestabilan dan retensi dari gigi tiruan. Apabila terdapat kondisi
yang tidak sesuai, seperti ditemukan adanya tonjolan, undercut, kehilangan
tulang yang irregular, dan kondisi lainnya yang mempengaruhi penggunaan
gigi tiruan maka diperlukan perawatan. Perawatan tersebut adalah bedah
preprostetik.
Bedah preprostetik dilakukan untuk mereformasi/mendesain ulang
jaringan lunak/keras, dengan menghilangkan hambatan biologis yaitu
menghilangkan lesi atau kelainan tertentu pada jaringan keras dan lunak
rahang untuk mendapatkan prostesis yang nyaman dan stabil. Bedah
preprostetik sendiri diklasifikasi menjadi bedah jaringan keras dan bedah
jaringan lunak. Dalam bedah preprostetik sendiri terdapat pemeriksaan dan
prinsip yang harus diketahui oleh dokter dalam melakukan pembedahan agar
mendapat tujuan yang diinginkan.
Tujuan akhir dari bedah preprostetik adalah untuk mempersiapkan mulut
untuk menerima protesa gigi dengan mendesain ulang dan menghaluskan tepi
tulang yang sebaliknya akan menyebabkan hambatan dalam pemulihan
kesehatan dan fungsi yang optimal.

1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang definisi dan tujuan dari bedah
preprostetik
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang prinsip bedah preprostetik
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang klasifikasi dari bedah preprostetik
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pemeriksaan yang dilakukan
sebelum bedah preprostetik
5. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang faktor pertimbangan dalam
penetapan tindakan bedah preprostetik
6. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang indikasi dengan
mempertimbangkan keadaan umum dan lokal

1
1.3 Manfaat
Diharapkan laporan hasil diskusi ini dapat menambah pengetahuan
pembaca, pembaca dapat mengerti dan memahami mengenai prinsip bedah
preprostetik, klasifikasi dari bedah preprostetik, pemeriksaan yang dilakukan
sebelum bedah preprostetik, faktor pertimbangan dalam penetapan tindakan
bedah preprostetik, serta indikasi dengan mempertimbangkan keadaan umum
dan lokal.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Skenario

Nasib GTL ibu Wina…..

Ibu Wina ( 60 tahun) pagi ini mendatangi RSGM untuk memeriksakan Gigi
Tiruan Lengkap (GTL) pada rahang bawah yang telah dibuat 1 minggu yang
lalu di salah satu ahli gigi yang ada dikotanya. Pasien merasakan gigi
palsunya mudah lepas dan ada rasa nyeri di bagian labial anteriornya saat di
gunakan. Pada pemeriksaan fisik dokter yg bertugas menemukan adanya
lacerasi pada frenulum labialis dan serta Oral tori pada mandibula, serta
kondisi lokal lainnya yang dapat menjadi faktor penyebab pasien merasa
tidak nyaman, analisa terhadap kasus ini maka dokter menyimpulkan akan
melakukan beberapa tindakan bedah preprostetik sebelum dilakukan
pembuatan GTL yang baru.

2.2 Identifikasi istilah

• Bedah preprostetik: Bagian dari bedah mulut dan maksilofasial, yang


bertujuan untuk memfasilitasi pembuatan protesa dan menghilangkan
kelainan jaringan lunak dan keras.
• Oral tori: Lesi yang terbuat dari tulang kompak, yang bisa terdapat pada
palatum dan mandibula. Merupakan bentuk jamak dari torus, dapat bersifat
bilateral
• Gigi Tiruan Lengkap (GTL): Gigi tiruan lengkap lepasan atau full pothesa
adalah gigi tiruan untuk menggantikan semua gigi asli beserta bagian
jaringan gusi yang hilang, seseorang yang telah kehilangan semua gigi
geliginya, akan dapat menghambat fungsi pengunyahan, fungsi fonetik,
fungsi estetik dan mempengaruhi keadaan psikis.
• Laserasi: Luka laserasi adalah luka terbuka yang umumnya disebabkan
oleh benda tumpul. Luka laserasi merupakan luka yang cukup banyak
kejadiannya, luka terbuka sering terjadi baik karena trauma kecelakaan,
maupun trauma oleh benda-benda tajam karena kelalaian.

3
2.3 Identifikasi masalah

1. Apa saja faktor yang mempengaruhi GTL pasien diskenario mudah lepas
dan merasa nyeri pada labial anterior?
2. Kemungkinan apa yang menyebabkan temuan fisik yang dialami pasien di
skenario (laserasi pada frenulum, oral tori)?
3. Mengapa dilakukan tindakan bedah preprostetik dulu sebelum pemasangan
GTL?
4. Apa tujuan dari tindakan bedah preprostetik?
5. Apa saja klasifikasi dari bedah preprostetik?
6. Apa saja prinsip bedah preprostetik?
7. Apa saja indikasi dan kontraindikasi dilakukannya bedah preprostetik?
8. Apa saja pemeriksaan yang dilakukan sebelum bedah preprostetik?
9. Bagaimana tahapan dari bedah preprostetik?

2.4 Analisis masalah

1. Apa saja faktor yang mempengaruhi GTL pasien diskenario mudah lepas
dan merasa nyeri pada labial anterior?
• Pasien tidak membuat GTL di dokter gigi, namun di ahli gigi.
Sehingga diragukan bahwa ahli gigi melakukan kesalahan dalam
pembuatan GTL. Selain itu, pada ahli gigi juga kemungkinan tidak
dilakukan pemeriksaan yang detail.
• Pasien kurang mengetahui aturan penggunaan GTL.
• Adanya torus pada mandibula yang menyebabkan nyeri.
• Nyeri juga dapat disebabkan karena GTL yang tidak sesuai di
rongga mulut, sehingga menyebabkan nyeri, trauma dan laserasi
• GTL yang mudah lepas, dapat disebabkan karena belum
mempunyai jaringan pendukung yang memadai (resorpsi tulang
alveolar)
• Adanya beberapa anatomi seperti torus mandibula yang membuat
GTL mudah lepas
• Adanya kesalahan penetapan oklusi

2. Kemungkinan apa yang menyebabkan temuan fisik yang dialami pasien di


skenario (laserasi pada frenulum, oral tori)?

4
Karena GTL longgar dan mudah lepas, sehingga mengenai mukosa dan
menyebabkan laserasi

3. Mengapa dilakukan tindakan bedah preprostetik dulu sebelum pemasangan


GTL?
• Karena ditujukan untuk membuat sitting point agar protesa dapat
terpasang dengan baik
• Karena syarat ideal pemasangan GTL adalah tidak adanya kelainan
pada rongga mulut
• Berkaitan dengan tujuan dari bedah preprostetik, serta
meningkatkan prognosis
• Bedah preprostetik dapat memberi panjang, dan lebar yang sesuai
agar gigi tiruan dapat terpasang, dan pasien merasa nyaman

4. Apa tujuan dari tindakan bedah preprostetik?


• Dapat mengembalikan fungsi oral, dan estetika. Untuk
memudahkan pemasangan gigi tiruan
• Dapat mengembalikan fungsi rahang
• Memperbaiki estetika wajah
• Menghilangkan rasa sakit oleh karena GTL sebelumnya yang tidak
sesuai.
• Memulihkan area yang memiliki kelainan seperti area yang
mengalami kehilangan tulang yang banyak
• Memberikan kedalaman vestibulum yang memadai
• Melestarikan jaringan lunak dan kerasa rongga mulut yang sehat,
untuk pemasangan protesa agar nyaman pada penggunanya

5. Apa saja klasifikasi dari bedah preprostetik?


1. Jaringan keras
• Alveoar ridge recouturing
• Alveoplasti/alveolektomi: dilakukan untuk menghilangkan
kontur yang tidak diinginkan. Agar GTL mendapat
sandaran/landasan yang baik.
-Simple alveolektomi: dilakukan setelah multiple ekstraksi

5
-Radikal alveolektomi: pembentukan kontur tulang radiks.
Diindikasikan karena ada undercut yang sangat menonjol
• Penghilangan eksitosis (bukal dan palatal)
• Torus removal: menghilangkan tori/torus pada maksila
maupun mandibula
2. Jaringan lunak
• Frenektomi
• Gingivoplasti: membentuk kembali jaringan gingiva
• Vestibuloplasti: memperdalam sulkus vestibulum. Karena
jika vestibulum dangkal maka gigi tiruan tidak stabil

6. Apa saja prinsip bedah preprostetik?


• Anamnesis
Aspek penting dari anamnesis adalah untuk mendapatkan
gambaran yang jelas tentang keluhan utama pasien dan harapan
perawatan bedah dan prostetik.
• Riwayat penyakit pasien
Kemungkinan penyakit sistemik yang mungkin bertanggung jawab
atas tingkat resorpsi tulang yang parah.

• Usia dan kesehatan pasien, serta kondisi psikologis


Faktor psikologis dan kemampuan beradaptasi pasien merupakan
penentu penting.
• Pemeriksaan
Pemeriksaan intraoral dan ekstraoral pasien harus mencakup
penilaian kedalaman vestibular, lokasi perlekatan otot, hubungan
rahang, dan adanya jaringan lunak atau kondisi patologis tulang.

7. Apa saja indikasi dan kontraindikasi dilakukannya bedah preprostetik?

Indikasi

• Alveoplasti: Jika terdapat gigi impaksi, adanya torus palatinus yang


besar, kasus

6
prognatisme maksila, untuk memperbaiki overbite dan overjet,
terdapat area yang berlebih karena dapat mengganggu stabilisasi
gigi tiruan
• Adanya eksositosis dan torus
• Adanya keadaan frenulum yang tinggi
• Jika ada nyeri akibat gigi tiruan
• Adanya ulser yang berulang disekitar gigi tiruan
• Adanya atrofi rahang karena proses fisiologis
• Pada disfungsi yang tidak berkurang dengan perbaikan
konvensional (disfungsi fonasi, disfungsi tmj)

Kontraindikasi

• Alveoplasti: Pada pasien yang masih muda, pada pasien pria


maupun wanita yang jarang melepas GTL, jika bentuk prosesus
alveolaris tidak rata
• Pasien usia lanjut, karena tulang yang resopsi
• Pasien dengan penyakit sistemik yang tidak terkontrol
• Pasien dengan penyakit periostitis dan periodontitis

8. Apa saja pemeriksaan yang dilakukan sebelum bedah preprostetik?


• Anamnesa
Data diri lengkap, keluhan utama, riwayat penggunaan protesa
sebelumnya, status kesehatan medis, kondisi psikologis
• Tes lab
Untuk melihat masalah metabolisme yang mungkin terjadi yang
dapat mengganggu dalam penggunaan protesa
• Pencetakan model
Untuk merencanakan prosedur pembedahan
• Pemeriksaan ekstraoral dan intraoral (inspeksi, palpasi)
-Dapat dilakukan pada vestibulum, palatal, perlekatan frenulum,
hubungan rahang
-Evaluasi jaringan tulang, evaluasi jaringan pendukung, jaringan
lunak dan keras

7
-Penilaian tinggi dan lebar tulang alveolar, melihat undercut tulang,
menilai kedalaman sulkus pada bukal, perlekatan otot serta kondisi
tulang alveolar
• Pemeriksaan penunjang (radiografi)
-Untuk melihat kondisi tulang rahang, melihat sisa akar gigi,
-Radiografi panoramik
-periapikal, untuk melihat sisa akar
• Pemeriksaan dengan sefalometri

9. Bagaimana tahapan dari bedah preprostetik?

Alveolektomi

➢ Disinfeksi dengan providon iodine


➢ Anestesi daerah kerja
➢ Membuat flap (triangular atau trapesium) pada daerah pembedahan
➢ Pengurangan tulang dengan bur tulang, tang dan bone file
➢ Merapa mukosa, jika masih tajam maka bisa dikurangi ketajaman
➢ Irigasi dengan bersih menggunakan larutan saline atau NACL
➢ Ditutup dan dijahit
➢ Pemberian antiinflamasi, antibiotik dan analgesik
➢ Instruksi kepada pasien (kontrol, edukasi aturan post op)

• Bedah jaringan lunaK


-Papilary hiperplasia: kondisis
-Fibrous hiperplasia: terjadi karena adanya trauma pada gigi tiruan,
peradangan dan resopsi tulang secara patologis atau fisiologis
sehingga menyebabkan peradangan
-Ridge: adanya jaringan lunak berlebih
• Vestibuloplasti
-Submukosa
-Cangkok mukosa bukal
-Cangkok mukosa dari bukal atau palatal
• Frenektomi (labialis maupun lingualis)

8
2.5 Kerangka teori

Definisi dan
Tujuan

Prinsip

Pemeriksaan

Bedah
Preprostetik Klasifikasi

Pemeriksaan

Faktor
pertimbangan

Indikasi

2.6 Learning objective

1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang definisi dan tujuan dari bedah


preprostetik
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang prinsip bedah preprostetik
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang klasifikasi dari bedah preprostetik
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pemeriksaan yang dilakukan
sebelum bedah preprostetik
5. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang faktor pertimbangan dalam
penetapan tindakan bedah preprostetik
6. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang indikasi dengan
mempertimbangkan keadaan umum dan lokal

2.7 Belajar mandiri


Mahasiswa melakukan belajar mandiri mengenai learning objectives yang
telah disepakati bersama.

9
2.8 Sintesis
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang definisi dan tujuan dari
bedah preprostetik
Bedah preprostetik merupakan bagian integral dari Prostodonsia Gigi
Tiruan Lengkap. Bedah preprostetik dilakukan untuk
mereformasi/mendesain ulang jaringan lunak/keras, dengan
menghilangkan hambatan biologis yaitu menghilangkan lesi atau kelainan
tertentu pada jaringan keras dan lunak rahang untuk mendapatkan prostesis
yang nyaman dan stabil. Tujuan akhir dari bedah preprostetik adalah untuk
mempersiapkan mulut untuk menerima protesa gigi dengan mendesain
ulang dan menghaluskan tepi tulang yang sebaliknya akan menyebabkan
hambatan dalam pemulihan kesehatan dan fungsi yang optimal.3,4,9
Tujuan Bedah Preprostetik :

1. Memberikan dukungan jaringan tulang yang memadai untuk


penempatan RPD/CD, gigi tiruan sebagian lepasan atau gigi tiruan
lengkap.5
2. Memberikan dukungan jaringan lunak yang memadai. Kedalaman
vestibular yang optimal.5
3. Menghilangkan deformitas tulang yang sudah ada sebelumnya,
contohnya tori removal.5
4. Mengkoreksi hubungan ridge maksila dan mandibula.5
5. Menghilangkan deformitas jaringan lunak yang sudah ada sebelumnya,
mis jaringan hiperplastik.5
6. Penetapan kedalaman vestibular yang benar.5
7. Menghilangkan lesi atau kelainan tertentu pada jaringan keras dan
lunak rahang.4
Seperti yang sudah diketahui tujuan dari pembedahan preprostetik
adalah untuk menciptakan struktur pendukung yang tepat untuk
penempatan peralatan prostetik selanjutnya. Dukungan gigi tiruan terbaik
memiliki 11 karakteristik sebagai berikut:5

a. Tidak ada bukti kondisi patologis intraoral atau ekstraoral.


b. Hubungan interarch jaw yang tepat pada dimensi anteroposterior,
transversal, dan vertikal.

10
c. Prosesus alveolaris yang berukuran sebesar mungkin dan dengan
konfigurasi yang tepat, bentuk ideal dari prosesus alveolaris adalah
ridge berbentuk U yang lebar, dengan komponen vertikal yang sejajar
mungkin.
d. Tidak ada tonjolan tulang atau jaringan lunak atau undercut.
e. Bentuk kubah palatal yang memadai.
f. Bentukan tuberositas posterior yang tepat.
g. Mukosa berkeratin yang memadai di daerah bantalan gigi tiruan primer.
h. Kedalaman vestibular yang memadai untuk ekstensi prostesis.
i. Kekuatan tambahan di mana fraktur mandibula dapat terjadi.
j. Perlindungan neurovascular bundle.
k. Penopang tulang yang memadai dan penutup jaringan lunak yang
terpasang untuk memfasilitasi penempatan implan bila diperlukan.

2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang prinsip bedah preprostetik


1) Riwayat Penyakit
Riwayat pasien akan mengindikasikan harapan dan perhatian
pasien pada perawatan. Umur dan kesehatan pasien akan
mempengaruhi rencana perawatan, seperti pasien usia muda dengan
resorbsi tulang alveolar yang berat dapat sabar terhadap perawatan
bedah yang kompleks dibandingkan pasien usia tua dengan morfologi
tulang yang sama.8,10
Riwayat penyakit mencakup informasi penting seperti status resiko
pasien terhadap tindakan bedah, dengan perhatian khusus kepada
penyakit sistemik pasien yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka
jaringan lunak dan jaringan keras.8,10

2) Pemeriksaan Klinis
Hal ini mencakup penilaian intra oral dan ekstra oral secara umum
dari jaringan lunak dan jaringan keras dan analisa khusus dari daerah
yang akan ditempati gigi tiruan. Penilaian tinggi, lebar dan bentuk
tulang alveolar secara umum, dan memperhatikan apakah terdapat
undercut tulang dan posisi dari struktur anatomi jaringan sekitar seperti
mental neuro-vascular bundle. Juga dinilai kedalaman dari sulkus

11
bukal,posisi dan ukuran frenulum, perlekatan otot dan kondisi dari
tulang alveolar.8,10
Kebersihan rongga mulut pasien harus baik sehingga dapat
dilakukan tindakan bedah dan untuk menghindari komplikasi atau hasil
pembedahan yang buruk.8,10

3) Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan radiografi berguna untuk menilai kondisi dari tulang
rahang. Panoramik foto berguna untuk mengetahui kualitas
keseluruhan dari tulang alveolar dan untuk melihat adanya sisa akar
gigi atau kelainan patologi yang lain (seperti kista rahang). Lateral
cephalostat atau cephalogram photo dapat digunakan untuk melihat
hubungan skeletal antero-posterior dan tinggi tulang alveolar bagian
anterior. Periapikal photo berguna bila akan dilakukan pengambilan
sisa akar sebelum pembuatan gigi tiruan.8,10
Studi model cetakan berguna memudahkan rencana perawatan
(terutama bila terdapat ketidak sesuaian secara skeletal) dan membantu
menjelaskan rencana prosedur bedah kepada pasien.8,10
Model wax-up dari gigi tiruan membantu untuk memperlihatkan
hasil akhir secara estetis.8,10

3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang klasifikasi dari bedah


preprostetik
A. Bedah Jaringan Keras
1. Alveolar Ridge Augmentation
Pembesaran tulang dicapai dengan membangun tulang rahang yang
mengalami atrofi menggunakan tulang autogenous, tulang alogenik
atau bahan alloplastik. Kriteria untuk augmentasi ridge:2
- Atrofi rahang yang parah dengan risiko fraktur mandibula.
- Atrofi rahang dengan ujung pisau menyebabkan kesulitan
prostetik.
- Dimensi alveolar tidak cukup untuk penempatan implan.
Tujuan dari augmentasi ridge:2
- Pemulihan tinggi dan lebar ridge yang optimal, kedalaman
vestibular, bentuk ridge dan area bantalan gigi tiruan yang optimal.

12
- Untuk meningkatkan retensi dan stabilitas gigi tiruan.
- Untuk mencapai hubungan antar yang tepat.
- Untuk melindungi dan mencegah cedera pada struktur vital
anatomis seperti berkas neurovaskular, sinus maksilaris, saraf
mental

2. Alveolar Ridge Correction


a. Alveoloplasty
Alveolar ridge halus yang berkontur baik sangat penting untuk
konstruksi gigi tiruan yang tepat. Saat membentuk ridge, sangat
penting untuk diingat bahwa semakin besar eksisi tulang, semakin
besar resorpsi yang dihasilkan. Oleh karena itu, prosedur
contouring harus dibatasi pada eksisi ridge yang tidak beraturan
dan undercut yang tidak sesuai untuk konstruksi gigi tiruan.2

Gambar 3.1 Alveoloplasty yang dilakukan selama ekstraksi

Tujuan dari alveoloplasty:2


- Untuk memberikan kontur ridge yang optimal dengan cepat.
- Ridge alveolar harus dibiarkan selebar mungkin untuk
distribusi beban pengunyahan yang maksimal.
- Ridge tidak harus benar-benar halus tetapi ketidakrataan yang
tajam harus dihilangkan dan ujung-ujungnya harus dibulatkan.

13
- Mukosa yang menutupi ridge harus memiliki ketebalan,
kepadatan dan kompresibilitas yang seragam untuk transmisi
gaya pengunyahan yang merata ke tulang di bawahnya.
- Pada pasien yang lebih muda, jumlah tulang yang harus
dibuang lebih sedikit karena proses resorpsi berlangsung
selama beberapa tahun daripada pasien yang lebih tua.
Alveoloplasty terbagi menjadi primary alveoloplasty dan
secondary alveoloplasty.2
1) Primary alveoloplasty
Alveoloplasty primer adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan pemangkasan dan pengangkatan tulang
alveolar labiobukal bersama dengan beberapa tulang
interdental dan interradikular dan dilakukan pada saat
pencabutan gigi. Diindikasikan pada Pasien dengan tulang
alveolar yang menonjol dan padat yang menjalani ekstraksi
serta dilakukan sebagai prosedur sebelum pembuatan
immediate denture.
2) Secondary alveoloplasty
Alveoplasti sekunder biasanya dilakukan untuk memperbaiki
kecacatan yang terjadi pada lingir yang masih tetap tertinggal
setelah tindakan pencabutan atau yang disebabkan karena
resorbsi atau atropi yang tidak teratur. Edentulous ridge yang
tajam seperti ujum pisau menyebabkan iritasi gigi tiruan yang
hebat. Mereka biasanya ditemukan di bagian anterior
mandibula. Nyeri tekan yang terlokalisir pada ridge tersebut
pada palpasi atau penggunaan gigi tiruan adalah hal yang
umum.

b. Tori removal
Tori adalah anomali perkembangan kecil yang terjadi di
tempat yang konstan pada tulang rahang.2
1) Torus maksilaris / palatinus
Torus palatinus adalah eksostosis yang ditemukan di
sepanjang garis sutura palatum durum. Tidak semua tori
perlu dilepas karena semuanya tidak menyebabkan

14
kesulitan prostetik. Kadang-kadang eksostosis tulang dapat
terjadi pada tulang penyangga bukal.2

Gambar 3.2 Reduksi Torus Maksilaris


Indikasi untuk pengangkatan torus maksilaris, yaitu:2
- Torus rahang atas yang halus dapat diabaikan tetapi jika
sangat tidak teratur, besar dan melampaui batas antara
palatum keras dan lunak dan mengganggu segel postdam
gigi tiruan, maka torus tersebut harus dilepas.
- Kadang-kadang torus dapat mengalami trauma terus-
menerus selama pengunyahan.
- Ketika mengganggu bicara normal.
- Saat pasien takut akan keganasan.

2) Torus mandibularis

Gambar 3.3 Reduksi Torus Mandibularis


Merupakan eksostosis yang terletak pada aspek lingual
mandibula di daerah premolar di atas garis mylohyoid. Bisa
saja berupa unilateral atau bilateral. Indikasi untuk melakukan
reduksi torus mandibularis:2

15
- Dicabut jika gigi tiruan bawah akan dibuat.
- Harus diangkat jika terjadi iritasi kronis.
- Sangat jarang, ini diangkat ketika pasien takut akan
keganasan.

c. Mylohyoid ridge reduction


Area lingual shelf mandibula berisi mylohyoid ridge dan
menampung gigi molar ketiga. Area ini digunakan secara luas
oleh prostodontis untuk memperpanjang flensa lingual gigi
tiruan rahang bawah untuk mendapatkan stabilitas dan retensi.
Area ini bersama dengan penyisipan otot mylohyoid, menjadi
lebih menonjol dan dangkal pada waktunya karena atrofi
mandibula. Sebuah rak lingual yang tajam mengganggu
konstruksi dan insersi gigi tiruan dan perlekatan otot
mylohyoid di sini melepaskan gigi tiruan. Oleh karena itu,
perlu dikurangi dan perlekatan otot mylohyoid harus
dilepaskan.2

d. Genial tubercles reduction

Gambar 3.4 Reduksi Tuberkel Genial


Tuberkel genial adalah penonjolan tulang yang terletak pada
aspek lingual mandibula, dua di kedua sisi garis tengah yang
memberikan perlekatan pada otot-otot genial. Dua tuberkel genial
yang terletak di superior lebih menonjol daripada inferior karena
resorpsi kasar dari ridge mandibula. Hal ini dapat meninggikan
ridge secara lingual sehingga memberikan tampilan seperti rak
dan membuat segel lingual anterior menjadi tidak mungkin. Ini
juga merupakan tempat yang sering mengalami ulserasi ketika
gigi tiruan bawah digunakan.2

16
e. Maxillary Tuberosity Reduction

Gambar 3.5 Reduksi Tuberositas Maksila


Pembesaran tuberositas maksila dapat berupa fibrous atau tulang.
Tuberositas maksila hipertrofik unilateral menguntungkan untuk
konstruksi gigi tiruan jika terdapat ruang yang cukup antara
tuberositas dan ramus asendens mandibula agar flensa gigi tiruan
dapat masuk tanpa kesulitan selama membuka dan menutup
mulut. Namun, tuberositas hipertrofik bilateral perlu dikurangi.2

B. Bedah Jaringan Lunak


1. Frenektomi
Frenum adalah lipatan jaringan atau otot yang menghubungkan
bibir, pipi atau lidah ke tulang rahang. Frenektomi adalah
pengangkatan salah satu lipatan jaringan ini. Pasien yang menerima
gigi palsu mungkin memerlukan frenektomi jika posisi frenulum
mengganggu pemasangan gigi tiruan yang tepat sehingga sering
mengalami ulserasi dan mengurangi stabilitas gigi tiruan.
Frenektomi terbagi menjadi dua berdasarkan prosedurnya,
frenektomi labial dan frenektomi lingual. 2

17
Gambar 3.6 Labial frenektomi

2. Vestibuloplasty
Vestibuloplasti adalah prosedur pembedahan di mana ruang depan
mulut diperdalam dengan mengubah perlekatan jaringan lunak.
Vestibuloplasti dapat dilakukan pada sisi labial atau lingual. 2
Tujuan dari vestibuloplasty, yaitu:2
- Untuk meningkatkan ukuran area bantalan gigi tiruan
- Untuk meningkatkan ketinggian residual alveolar ridge

Gambar 3.7 Vestibuloplasti submukosa tertutup pada rahang atas.

3. Eksisi jaringan yang berlebihan


a. Alveolar flabby ridge (alveolar ridge yang lembek)
Akibat resorpsi tulang alveolar residual atau gigi palsu yang
tidak pas atau keduanya, jaringan hipermobil yang berlebihan
dapat terlihat pada residual alveolar ridge. Ini paling sering
terlihat di daerah anterior rahang atas paling sering sebagai
bagian dari sindrom kombinasi Kelly. 2

18
b. Denture granuloma
Granuloma gigi tiruan adalah sekuel dari pemakaian gigi tiruan
yang tidak pas. Gigi tiruan yang tidak pas dan flensanya
menekan jaringan lunak yang berdekatan menyebabkan
pembentukan ulkus dan jaringan granulasi. Jaringan granulasi
ini tersusun menjadi jaringan fibrosa dan lesi menjadi
permanen.2
c. Epulis fissuratum (inflamasi hiperplasia fibrosa, fibrosis gigi
tiruan)
Epulis fissuratum adalah pembesaran hiperplastik menyeluruh
dari mukosa dan jaringan fibrosa di daerah vestibular dan
alveolar yang sering terjadi akibat iritasi gigi tiruan kronis.
Kondisi tersebut biasanya meradang dan mempengaruhi
stabilitas dan kenyamanan gigi tiruan.2
d. Hiperplasia inflamasi reaktif pada palatum
Hiperplasia inflamasi reaktif pada palatum ditandai dengan
adanya nodul merah atau pertumbuhan papiler pada mukosa
palatal. Ini adalah sekuel dari penggunaan kronis gigi tiruan
lengkap atau sebagian rahang atas yang tidak pas. Terkadang
konstruksi gigi tiruan pada papilomatosis yang sudah ada
sebelumnya juga mengarah pada situasi tersebut.2

4. Transposisi saraf mental


Resorpsi kasar tulang alveolar dapat menyebabkan foramen
mentalis menjadi superfisial sampai mencapai puncak ridge. Ketika
ini terjadi, saraf mental dapat mengalami tekanan yang
menyebabkan sensasi terbakar yang tumpul atau rasa sakit yang
tajam dan tiba-tiba. Rasa sakit dapat ditimbulkan selama
pengunyahan atau dengan menerapkan tekanan digital. Dalam
beberapa kasus, rasa sakit dapat dihilangkan hanya dengan
melepaskan gigi tiruan di area tersebut asalkan gigi tiruan tersebut
memiliki dukungan yang cukup untuk area pemakaian gigi tiruan
yang tersisa. Radiografi pra operasi diambil untuk menilai tingkat
foramen mental.2

19
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pemeriksaan yang dilakukan
sebelum bedah preprostetik

Evaluasi pasien secara menyeluruh sangat penting sebelum memulai


pembedahan apa pun untuk menerima prostesis. Perawatan bedah
preprostetik harus dimulai dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien
secara menyeluruh. Anamnesis yang lengkap harus diambil dan
pemeriksaan fisik harus dilakukan2,6 :

• Keluhan utama pasien.2


• Anamnesis harus mencakup informasi penting seperti status risiko
pasien untuk pembedahan, dengan penekanan khusus pada
penyakit sistemik yang dapat mempengaruhi penyembuhan tulang
atau jaringan lunak.6
• Tujuan estetika dan fungsional pasien harus dinilai dan dokter
harus menentukan apakah kebutuhan ini dapat dipenuhi.2
• Kemampuan beradaptasi pasien secara psikologis membantu dalam
menentukan penggunaan gigi tiruan yang efisien.2
• Evaluasi pengalaman dengan prostesis sebelumnya lebih
membantu dalam menilai kemampuan pasien untuk beradaptasi
dengan perawatan prostetik.2
• Status kesehatan umum, obat yang sedang dikonsumsi, serta nilai
risiko nya harus dievaluasi.2
• Perhatian khusus juga harus diberikan pada kemungkinan penyakit
sistemik yang mungkin bertanggung jawab atas tingkat resorpsi
tulang yang parah.6
• Tes laboratorium seperti kadar serum kalsium, fosfat, hormon
paratiroid, dan alkaline phosphatase mungkin berguna dalam
menunjukkan potensi masalah metabolisme yang dapat
mempengaruhi resorpsi tulang.6
• Pemeriksaan intraoral dan ekstraoral pasien harus mencakup
penilaian hubungan oklusal yang ada (jika ada yang tersisa),
jumlah dan kontur tulang yang tersisa, kualitas jaringan lunak di
atasnya, lokasi perlekatan otot, hubungan rahang, dan adanya
kondisi patologis jaringan lunak atau tulang.6

20
A. Pemeriksaan jaringan lunak intraoral
- Kuantitas dan kualitas jaringan di atasnya harus ditentukan,
Mukosa idealnya harus keras dan berkeratin dan tidak lembek.2
- Vestibulum harus dinilai kedalamannya dan area vestibulum harus
bebas dari perubahan inflamasi seperti jaringan parut atau ulserasi
yang disebabkan oleh tekanan gigi tiruan atau jaringan hiperplastik
akibat gigi tiruan yang tidak pas.2,6
- Perlekatan otot dan perlekatan frenal dengan puncak alveolar harus
dinilai karena hal ini sering menyebabkan hilangnya peripheral
seal pada gigi tiruan selama pengunyahan dan berbicara.2
- Pada aspek lingual, perlekatan otot mylohyoid dan perlekatan otot
genioglossus harus diperiksa.7
- Patologi jaringan lunak dan tulang jika ada harus diperiksa.2
- Pemeriksaan menyeluruh pada palatal vault dan palatum molle
untuk mencari lesi, hyperplasia papiler, atau kelainan yang
mengganggu penempatan gigi tiruan.2

B. Pemeriksaan struktur tulang intraoral


- Seluruh area maksila dan mandibula harus diperiksa mencakup
inspeksi visual, palpasi, dan dilakukan pemeriksaan radiografi serta
penilaian model.2
- Ridge tulang maksila dan mandibula harus dievaluasi untuk adanya
ketidakteraturan seperti eksostosis, undercut, tonjolan, tori, ridge
mylohyoid yang tajam, dll.2
- Perlekatan frena dan otot-otot di puncak alveolar harus dievaluasi.2
- Ridge harus memiliki kontur, tinggi, lebar dan bentuk yang sesuai.2
- Evaluasi hubungan antar lengkung rahang atas dan rahang bawah
penting dan mencakup pemeriksaan hubungan anteroposterior dan
vertikal.6

C. Evaluasi Radiologi
Penilaian radiologi harus mencakup radiografi orthopantograph atau
panoramik dan sefalometri lateral. Dalam kasus yang sulit, teknik
pencitraan tingkat lanjut seperti dental CT scan dapat digunakan.
Dapat digunakan 3-D CT scan jika biaya memungkinkan. Radiografi

21
dapat mendeteksi adanya lesi patologis tulang, adanya gigi impaksi,
kista, tumor, potongan akar, kepadatan tulang rahang atas dan rahang
bawah untuk mengevaluasi risiko resorpsi, serta mengetahui tinggi dan
lebar alveolar ridge. Pola trabekula tulang, jarak neurovascular bundle
dari puncak alveolar, posisi foramen mentalis dalam kaitannya dengan
ridge crest untuk menilai risiko kompresi di bawah gigi tiruan, ukuran
dan pneumatisasi sinus maksilaris juga dapat diteliti dari X-ray.2,7
Radiografi yang tepat merupakan bagian penting dari diagnosis awal
dan rencana perawatan. Teknik radiografi panoramik memberikan
penilaian gambaran yang sangat baik tentang struktur tulang yang
mendasari dan kondisi patologis. Radiografi harus mengungkapkan
lesi patologis tulang, gigi impaksi, atau bagian dari akar yang tersisa,
pola tulang alveolar ridge, dan pneumatisasi sinus maksilaris.6
Radiografi sefalometri juga dapat membantu dalam mengevaluasi
konfigurasi potongan melintang dari area ridge mandibula anterior dan
hubungan ridge. Untuk mengevaluasi hubungan ridge dalam dimensi
vertikal dan anteroposterior, mungkin perlu untuk mendapatkan
radiografi sefalometri dalam dimensi vertikal yang sesuai. Studi
radiografi yang lebih canggih, seperti computed tomography scan,
dapat memberikan informasi lebih lanjut. Computed tomography scan
sangat membantu dalam mengevaluasi anatomi cross-sectional
maksila, termasuk bentuk ridge dan anatomi sinus. Anatomi cross-
sectional mandibula, termasuk konfigurasi tulang basal, ridge alveolar,
dan lokasi nervus alveolaris inferior dapat dievaluasi lebih tepat.6

D. Model Diagnostik
Harus dipasang pada artikulator dengan dimensi vertikal yang tepat
dan dilakukan penilaian.7

5. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang faktor pertimbangan dalam


penetapan tindakan bedah preprostetik
Faktor Pertimbangan dalam Penetapan Tindakan Prerpostetik:1
1. Kontraindikasi umum untuk operasi, seperti keadaan medis yang
dikompromikan.
2. Gangguan tulang umum seperti osteoporosis, hiperparatiroidisme.

22
3. Pasien dengan terapi bifosfonat, sehingga berisiko terkena
osteochemonekrosis (BRONJ).
4. Pasien dengan riwayat iradiasi kepala dan leher baru-baru ini.

6. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang indikasi dengan


mempertimbangkan keadaan umum dan lokal

Indikasi khusus untuk operasi preprostetik meliputi:2

1. Edentulous lengkap atau sebagian akibat kehilangan gigi (seperti pada


anodontia, displasia ektodermal)
2. Pengurangan yang terjadi secara alami dari residual ridge
- Atrofi rahang (Kelas II–VI)
- Atrofi mukosa
- Perubahan antar arkus (vertikal, anterior/posterior, transversal)
- Pengurangan area bantalan gigi tiruan
- Hipotonia otot Perubahan wajah
3. Nyeri (tidak dapat disembuhkan dengan tindakan prostetik
konvensional) karena:
- Mucositis (ketidaknyamanan terbakar pada membran mukosa)
- Neuropati (perubahan sensasi bibir yang bervariasi dari parestesia
objektif/subjektif hingga anestesi atau nyeri yang timbul dari
batang saraf yang mengalami trauma)
- Ulserasi lokal berulang dari jaringan lunak crestal yang tidak
didukung dan mukosa atrofi yang tipis
- Nyeri sendi TMJ
- Akar gigi atau gigi yang tidak erupsi
4. Disfungsi (tidak dapat diperbaiki dengan alat prostetik konvensional) :
- Pengunyahan
- Penelanan
5. Pertumbuhan rahang atau kerangka wajah yang tidak proporsional
menghasilkan kondisi yang tidak mungkin secara mekanis untuk
pengunyahan dan retensi gigi tiruan. Deformitas tulang ini mungkin:
- Kelas II atau retrusi mandibula relatif/protrusi rahang atas
- Kelas III atau penonjolan mandibula relatif/retrusi rahang atas
6. Deformitas kraniofasial yang dihasilkan dari pola pertumbuhan
abnormal dasar tengkorak dan kerangka wajah.
7. Oligodontia, anodontia: kegagalan perkembangan gigi yang terjadi
secara alami.
8. Peningkatan refleks muntah: pasien memiliki sensitivitas berlebihan
dari langit-langit lunak yang jika dihubungi menghasilkan 'muntah'.

23
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bedah preprostetik merupakan bagian integral dari Prostodonsia Gigi
Tiruan Lengkap. Bedah preprostetik dilakukan untuk
mereformasi/mendesain ulang jaringan lunak/keras, dengan menghilangkan
hambatan biologis yaitu menghilangkan lesi atau kelainan tertentu pada
jaringan keras dan lunak rahang untuk mendapatkan prostesis yang nyaman
dan stabil. Tujuan akhir dari bedah preprostetik adalah untuk
mempersiapkan mulut untuk menerima protesa gigi dengan mendesain
ulang dan menghaluskan tepi tulang yang sebaliknya akan menyebabkan
hambatan dalam pemulihan kesehatan dan fungsi yang optimal
Secara umum, prinsip-prinsip dasar bedah preprostetik meliputi riwayat
penyakit, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan khusus. Bedah preprostetik
juga diklasifikasikan menjadi bedah jaringan keras dan bedah jaringan
lunak. Bedah jaringan keras terdiri dari alveolar ridge augmentation dan
alveolar ridge correction seperti alveoloplasty, pengangkatan tori, reduksi
ridge mylohyoid, reduksi genial tubercle, dan reduksi maxillary tuberosity.
Bedah jaringan lunak terdiri dari frenektomi, vestibuloplasty, eksisi jaringan
yang berlebihan, dan transposisi saraf mental.
Sebelum bedah preprostetik perlu dilakukan pemeriksaan dan evulasi
secara menyeluruh serta faktor pertimbangan untuk penetapan tindakan
bedah preprostetik. Selain itu terdapat indikasi dengan mempertimbangkan
keadaan umum dan lokal dari pasien agar tujuan akhir bedah preprostetik
tercapai.

3.2 Saran
Setelah membaca laporan ini diharapkan pembaca dapat mengetahui dan
memahami tentang hal-hal yang terkait dengan perawatan periodontal non-
bedah yang dibahas dalam laporan ini. Berikut beberapa saran yang ingin
kami sampaikan:
a) Para pembaca dapat lebih memperdalam materi ini dan berusaha
memahami dan mengingatnya sebaik mungkin.

24
b) Para pembaca memperbanyak sumber referensi atau literasi yang lebih
lengkap dan valid lagi untuk dapat menguasai materi ini dengan baik.
Kami berpesan agar teruslah belajar dimanapun, kapanpun dan pada
siapapun.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Balaji, S.M. (2013). Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery. 2nd Ed.
Elsevier. India
2. Balaji, S. M. (2018). Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery 3th. New
Delhi: Elsevier.
3. Bhuskute M. V., Shet R. G. K. (2019). Preprosthetic surgery: An adjunct to
complete denture therapy. Journal of ICDROB Innovation in
Implantology, vol. 11, no. 1
4. Fragiskos D. Fragiskos. (2007). Oral Surgery. Springer-Verlag Berlin
Heidelberg. Germany
5. Hupp, James. Ellis, Edward. Myron, Tucker. (2008). Contemporary
Maxillofacial Surgery. 5th edition. St. Louis: Elsevier
6. Hupp, J. R., Ellis, E., & Tucker, M. R. (2019). Contemporary Oral and
Maxillofacial Surgery seventh edition. Philadhelpia: Elsevier.
7. Malik, N. A. (2008). Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery second
edition. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd.
8. Matthew. (2001). Oral and Maxillofacial Surgery. Edinberg: Churchill
Livingstone.
9. Neelima Anil Malik. (2008). Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery.
2nd Edition. Jaypee Brothers Medical Publishers
10. Tucker. (1998). Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. Philadelphia:
W.B. Saunders Co.

Anda mungkin juga menyukai