Anda di halaman 1dari 24

BLOK 19 REHABILITASI DAN ESTETIK 3

SKENARIO 2

WRAP UP

KELOMPOK 16

Dosen tutorial : drg. Puteri Mentari Siregar

Ketua : Ifthitah Dona Mahavira 1112017030


Sekretaris : Hurin Sahar Zati Azka 1112017029
Anggota : Aulia Rahma Ning Tyas Mega N. 1112016009
Mutia Sa’adah 1112016031
Auryn Larisa Rachmaudina 1112017008
Bahrur Rizki 1112017010
Milawati 1112017037
Miska Adilah 1112017038
Riki Wira Laksana 1112017046
Rizki Nataprawira 1112017047

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS YARSI
2020
DAFTAR ISI

Kata pengantar....................................................................................................... 2
Skenario................................................................................................................. 3
Identifikasi kata sulit............................................................................................. 4
Pertanyaan dan jawaban........................................................................................ 5
Skema.................................................................................................................... 7
Learning objective................................................................................................. 8
LO I. Memahami dan menjelaskan bedah prostetik.............................................. 9
1.1 Definisi dan tujuan....................................................................................... 9
1.2 Indikasi dan kontraindikasi........................................................................... 9
1.3 Kriteria edentulous yang sehat..................................................................... 10
1.4 Macam-macam bedah prostetik.................................................................... 10
LO II. Memahami dan menjelaskan alveoloplasti................................................. 17
2.1 Definisi dan tujuan....................................................................................... 17
2.2 Indikasi dan kontraindikasi........................................................................... 17
2.3 Prosedur alveolopasti.................................................................................... 18
Daftar Pustaka....................................................................................................... 23

1
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah SWT. Atas izin-Nya lah
kami dapat menyelesaikan wrap up ini tepat waktu. Tak lupa pula kami kirimkan
shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW.

Penulisan wrap up ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok Tutorial Blok 19
Rehabilitasi dan estetik 3, Skenario 2.

Dalam wrap up ini kami menguraikan mengenai masalah Skenario 2.

Dalam penyelesaian wrap up ini, kami mendapatkan bantuan serta bimbingan dari
beberapa pihak. Oleh karna itu, sudah sepantasnya kami ucapkan terima kasih
kepada:
 Drg. Puteri Mentari Siregar selaku pembimbing tutorial.
 Orang tua kami yang banyak memberikan support dan dukungan baik moril
maupun materil.
 Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan namanya satu persatu yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini.

Akhirul kalam, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna karna
itu kami mengharapkan saran dan kritik demi perbaikan wrap up di masa mendatang.
Harapan kami semoga wrap up ini bermanfaat dan memenuhi harapan berbagai
pihak. Amin.

2
Skenario 2
INGIN DIBUATKAN GIGI TIRUAN

Pria 65 tahun ingin dibuatkan gigi tiruan. Seorang pasien laki-laki berusia 65 tahun
datang dengan keluhan ingin dibuatkan gigi tiruan agar bisa makan dengan enak.
Pada pemeriksaan, keadaan umum pasien baik dan pasien tidak menderita penyakit
kompromis medis. Pada pemeriksaan klinis lokal terlihat gigi rahang bawah hanya
tersisa gigi 43, 42, 41, 31, 32, 33, dan 34. Sementara itu gigi rahang atas hanya tersisa
gigi 23, 24, dan 25. Karena ketiga gigi atas mengalami karies luas maka direncanakan
untuk mencabut gigi-gigi tersebut. Tampak tulang alveolar daerah edentulous rahang
atas sudah resorbsi. Oleh karena diperkirakan tulang alveolar dibukal gigi 23, 24, 25
akan menonjol setelah pencabutan gigi dimana tulang yang menonjol ini nantinya
dapat megganggu pemasangan dan pelepasan protesa, maka dokter gigi
merencanakan untuk meakukan bedah preprostetik yaitu tindakan alveoloplasti.

3
IDENTIFIKASI KATA SULIT

1. Alveoloplasti: Tindakan bedah dalam perubahan bentuk dan kondisi


Processus alveolaris dalam persiapan kontruksi gigi tiruan.
2. Bedah prostetik: Bagian dari bedah mulut yang bertujuan untuk membentuk
jaringan keras dan jaringan lunak yang seoptimal mungkin sebagai dasar dari
protesa.
3. Protesa gigi: alat bantu fungsional pengganti gigi yang hilang akibat proses
pencabutan / trauma.
4. Penyakit kompromis medis: pasien yang memiliki kondisi kesehatan umum
tertentu (fisik, mental, emosional).

4
PERTANYAAN DAN JAWABAN

1. Apa indikasi dan kontraindikasi bedah alveolopasti?


Indikasi:
- Adanya neoplasma yang ganas pada rahang
- Adanya kista / tumor
- Tulang interseptal yang terinfeksi
- Adanya gigi yang impaksi / sisa akar yang tertinggal
- Adanya torus mandibula yang besar
- Memperbaiki overbite dan overjet
Kontraindikasi:
- Tulang alveolar masih elastis pada usia muda
- Penyakit periodontitis
- Memiliki penyakit sistemik
- Pasien OH buruk
2. Apa kriteria dan cara pengukuran bedah prostetik?
- Vestibulum: menggunakan kaca mulut
a. Dalam (jika kaca mulut terbenam sampai setengahnya)
b. Dangkal (jika kurang dari setengahnya)
- Torus palatinus dan torus mandibula: pemeriksaan digunakan dengan
burnisher, ditekan pada beberapa tempat untuk merasakan kenyal atau
keras
3. Apa saja macam-macam bedah prostetik?
- Vestibuloplasti
- Frenektomi
- Alveolar augmentasi
- Oral tori
- Eksostosis
- Alveoloplasti

5
4. Apa tujuan bedah prostetik?
Mendapatkan protesa dengan retensi, stabilisasi, estetik, dan fungsi yang lebih
baik.
5. Apa penyebab adanya tonjolan keras pada mulut pasien?
Penyebabnya adalah terjadinya resorbsi tulang.

6
SKEMA

Bedah preprostetik Alveoloplasti

Definisi dan Macam- Kriteria Definisi dan


Prosedur
tujuan macam edentulous tujuan
yang sehat
Indikasi dan Indikasi dan
kontraindikasi kontraindikasi

7
LEARNING OBJECTIVE

LO I. Memahami dan menjelaskan bedah prostetik


1.1 Definisi dan tujuan
1.2 Indikasi dan kontraindikasi
1.3 Kriteria edentulous yang sehat
1.4 Macam-macam
LO II. Memahami dan menjelaskan alveoloplasti
2.1 Definisi dan tujuan
2.2 Indikasi dan kontraindikasi
2.3 Prosedur

8
LO. I Memahami dan menjelaskan bedah prostetik
1.1 Definisi dan tujuan
Bedah preprostetik adalah bagian dari bedah mulut dan maksilofasial yang
bertujuan untuk membentuk jaringan keras dan jaringan lunak yang seoptimal
mungkin sebagai dasar dari suatu protesa. Meliputi teknik pencabutan sederhana
dan persiapan mulut untuk pembuatan protesa sampai dengan pencangkokan
tulang dan implan aloplastik.1
Tujuan:
 Mengembalikan fungsi rahang; fungsi pengunyahan, berbicara, menelan
 Memelihara atau memperbaiki struktur tulang
 Memperbaiki rasa kenyamanan pasien
 Memperbaiki estetis wajah
 Mengurangi rasa sakit dan rasa tidak menyenangkan yang timbul dari
pemasangan protesa yang menyakitkan dengan memodifikasi bedah pada
daerah yang mendukung protesa
 Memulihkan daerah yang mendukung protesa pada pasien dimana terdapat
kehilangan tulang alveolar yang banyak.1

1.2 Indikasi dan kontraindikasi


Indikasi:

1. Adanya eksostosis (penonjolan tulang)


2. Adanya torus
3. Adanya frenulum yang tinggi
4. Tidak ada kondisi patologis pada ekstra oral & intra oral
5. Keadaan alveolar ridge yang baik
6. Karena ulser yang berulang pada sekitar gigi tiruan
7. Atrofi rahang karena proses fisiologis
8. Disfungsi yang tidak berkurang dengan perbaikan konvensional
Misalnya disfungsi pengunyahan, bicara dan disfungsi TMJ.2

9
Kontraindikasi:
1. Pasien usia lanjut
Pada pasien usia lanjut tulang akan mengalami resopsi sehingga jika
dilakukan pembedahan harus hati-hati.
Pasien yang mempunyai riwayat osteoporosis lebih baik dilakukan dengan
cara lain atau dirujuk untuk memperbaiki
2. Kelainan psikologi
Depresi, bingung, belum siap menggunakan gigi tiruan.2

1.3 Kriteria edentulous yang sehat


Bedah preprostetik yang objektif adalah untuk membentuk jaringan pendukung
yang baik untuk penempatan gigi tiruan. Karakteristik jaringan pendukung yang
baik untuk gigi tiruan (Tucker, 1998):2
1. Tidak ada kondisi patologis pada intra oral dan ekstra oral.
2. Adanya hubungan/relasi rahang yang baik secara antero posterior, transversal
dan dimensi vertikal.
3. Bentuk prosesus alveolar yang baik (bentuk yang ideal dari prosesus alveolar
adalah bentuk daerah U yang luas, dengan komponen vertikal yang sejajar).
4. Tidak ada tonjolan tulang atau jaringan lunak atau undercut.
5. Mukosa yang baik pada daerah dukungan gigi tiruan.
6. Kedalaman vestibular yang cukup.

1.4 Macam-macam bedah prostetik


Berbagai macam teknik dapat digunakan, baik sendiri atau dikombinasi, untuk
mempertahankan dan memperbaiki daerah yang akan ditempati gigi tiruan. Secara
umum ada tiga golongan dari bedah preprostetik:3
 Bedah jaringan lunak yang mengalami hiperlpasia
 Vestibuloplasti
 Tahapan pembentukan tulang .

10
Bedah Jaringan Lunak :
Meliputi Papillary hyperplasia, fibrous hyperplasia, flabby ridge. Papillary
hyperplasia merupakan suatu kondisi yang terjadi pada daerah palatal yang
tertutup oleh protesa, dimana kelihatan adanya papilla yang multipel dan
mengalami peradangan. Fibrous hyperplasia dapat terjadi karena adanya trauma
dari gigi tiruan dan adanya resorpsi tulang secara patologis atau fisiologis
sehingga menyebabkan peradangan dan adanya jaringan fibrous diatas linggir
tulang alveolar. Flabby ridge yaitu adanya jaringan lunak yang berlebih dimana
terlihat jaringan lunak yang bergerak tanpa dukungan tulang yang memadai.3

Gambar 1. Bedah jaringan lunak

11
1. Vestibuloplasty
Vestibuloplasty, suatu tindakan bedah yang bertujuan untuk
meninggikan sulkus vestibular dengan cara melakukan reposisi mukosa ,
ikatan otot dan otot yang melekat pada tulang yang dapat dilakukan baik pada
maksila maupun pada mandibula dan akan menghasilkan sulkus vestibular
yang dalam untuk menambah stabilisasi dan retensi protesa. Vestibulum
dangkal dapat disebabkan resorbsi tulang alveolar, perlekatan otot terlalu
tinggi, adanya infeksi atau trauma.
Tidak semua keadaan sulkus vestibular dangkal dapat dilakukan
vestibuloplasty tetapi harus ada dukungan tulang alveolar yang cukup untuk
mereposisi N. Mentalis, M. Buccinatorius dan M. Mylohyiodeus. Banyak
faktor yang harus diperhatikan pada tindakan ini antara lain : Letak foramen
mentalis, Spina nasalis dan tulang malar pada maksila.

Gambar 2. Vestibuloplasty

2. Frenektomi
Frenektomi adalah suatu tindakan bedah untuk merubah ikatan frenulum baik
frenulum labialis atau frenulum lingualis. Frenulum merupakan lipatan
mukosa yang terletak pada vestibulum mukosa bibir, pipi dan lidah.
Macam-macam frenektomi:3
 Vertical incision

12
 Cross diamond incision
 Tehnik Z Plasty

Gambar 3. Frenektomi pada frenulum labialis inferior

Gambar 4. Frenektomi pada frenulum labialis superior

Pada pemeriksaan klinis akan terlihat: Gerakan lidah terbatas, Gangguan bicara,
gangguan penelanan dan pengunyahan. Frenektomi frenulum lingualis pada anak-

13
anak dianjurkan sedini mungkin karena akan membantu proses bicara, perkembangan
rahang dan menghilangkan gangguan fungsi yang mungkin terjadi. Sedangkan pada
orang dewasa dilakukan karena adanya oral hygiene yang buruk. Cara pembedahan
dilakukan dengan insisi vertikal dan tindakannya lebih dikenal sebagai ankilotomi.3

Gambar 5. Frenulum lingualis yang terlalu pendek

3. Alveolar augmentasi
Pada keadaan resorbsi tulang yang hebat, maka diperlukan tindakan bedah
yang lebih sulit dengan tujuan menambah besar dan lebar tulang rahang,
menambah kekuatan rahang, memperbaiki jaringan pendukung gigi tiruan.
4. Oral tori
Oral tori merupakan tonjolan tulang yang dapat terjadi pada mandibula atau
maksila. Oral tori merupakan lesi jinak, tumbuhnya lambat, tidak
menimbulkan rasa sakit, pada palpasi terasa keras, terlokalisir dan berbatas
jelas, etiologi belum diketahui dengan pasti tetapi beberapa ahli menduga
terjadi karena adanya proses inflamasi pada tulang.
Pembedahan terhadap oral tori jarang dilakukan, kecuali pada keadaan
terdapatnya gangguan pembuatan protesa yang tidak dapat diatasi sehingga
harus dilakukan pembedahan.

14
Terdapat 2 macam oral tori yaitu:4
a. Torus mandibularis
Biasanya terdapat pada lingual rahang bawah didaerah kaninus atau
premolar kiri dan kanan, bisa single atau mulriple. Bila diperlukan dapat
dilakukan eksisi.

Gambar 6. Oral tori

5. Torus palatinus
Torus palatinus terdapat pada palatum sepanjang sutura palatinus media dan
dapat meluas ke lateral kiri dan kanan. Ukurannya bervariasi pada torus
palatinus berukuran besar dapat mengganggu fungsi bicara dan pengunyahan.
Pembedahan dilakukan apabila terdapat gangguan fungsi bicara dan
pengunyahan.

Gambar 7. Torus
palatinus

15
6. Eksostosis
Eksostosis merupakan penonjolan tulang yang dapat terjadi pada rahang baik
pada mandibula maupun mada maksila. Eksostosis bukan merupakan tumor
tapi lesi dysplastic exophytic. Eksostosis terdapat dua macam yaitu torus
palatina dan torus mandibular.
7. Ortodontik
Gigi yang sudah lama dicabut biasanya meninggalkan ruang kosong yang
semakin lama akan sempit karena terjadinya migrasi gigi tetangga. Hal seperti
ini menyebabkan gigi menjadi malposisi, sehingga kurang baik bila akan
dipakai sebagai dukungan gigi tiruan. Parawatan ortodontik akan menunjang
keberhasilan perawatan prostodontik, di samping meningkatkan kesehatan
jaringan periodontal gigi geligi di sekitar gigi tiruan.4

16
LO II. Memahami dan menjelaskan alveoloplasti
2.1 Definisi dan tujuan alveoloplasti
Alveoplasti adalah suatu tindakan bedah untuk membentuk prosesus
alveolaris sehingga dapat memberikan dukungan yang baik bagi gigi tiruan
immediate maupun gigi tiruan yang akan dipasang beberapa minggu setelah operasi
dilakukan. Alveoplasti merupakan prosedur bedah untuk menghaluskan atau
mengkontur kembali tulang alveolar, yang bertujuan untuk memfasilitasi
penyembuhan dan meningkatkan keberhasilan penempatan protesa.
Alveoplasti merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan prosedur
pemotongan atau pengangkatan tulang alveolar bagian labiobuccal serta tulang bagian
interdental dan interradikular.6
Tujuan alveoplasty:5
1. Untuk menghilangkan kontur ridge dengan cepat.
2. Alveolar ridge harus disisakan selebar mungkin untuk menahan
distribusi beban kunyah yang diberikan.
3. Ridge yang dikontur tidak harus sehalus mungkin namun bagian yang
tajam harus dihilangkan dan tepi harus membulat.
4. Jaringan mukosa yang yang menutupi harus memiliki ketebalan,
densitas dan kemampuan tekan yang baik untuk menahan transmisi
gaya mastikasi yang diberikan pada tulang.
5. Pada pasien muda, jumlah tulang yang dihilangkan harus sedikit
mungkin karena proses resorbsi yang lebih lama dibanding orang
yang lebih tua.

2.2 Indikasi dan kontraindikasi alveoloplasti


Indikasi:6
- Pasien dengan tonjolan dan densitas tulang alveolar setelah pencabutan
gigi.
- Telah melakukan prosedur utama untuk pembuatan immediate denture.
- Tonjolan tulang yang disertai dengan rasa nyeri.

17
Kontraindikasi:7
- Pada pasien yang masih muda, karena sifat tulangnya masih sangat elastis
maka proses resorbsi tulang lebih cepat dibandingkan dengan pasien tua.
Hal ini harus diingat karena jangka waktu pemakaian gigi tiruan pada
pasien muda lebih lama dibandingkan pasien tua.
- Pada pasien wanita atau pria yang jarang melepaskan gigi tiruannya
karena rasa malu, sehingga jaringan pendukung gigi tiruan menjadi kurang
sehat, karena selalu dalam keadaan tertekan dan jarang dibersihkan. Hal
ini mengakibatkan proses resorbsi tulang dan proliferasi jaringan
terhambat.
- Jika bentuk prosesus alveolaris tidak rata tetapi tidak mengganggu
adaptasi gigi tiruan baik dalam hal pemasangan, retensi maupun stabilitas.

2.3 Prosedur alveoloplasti


a. Teknik alveolar kompresi
Merupakan teknik alveoloplasti yang paling mudah dan paling cepat. Pada teknik
ini dilakukan penekanan corticalplate bagian luar dan dalam di antara jari-jari.
Teknik ini paling efektif diterapkan pada pasien muda, dan harus dilakukan
setelah semua tindakan ekstraksi, terutama pada gigi yang bukoversi. Tujuan
dilakukannya tindakan ini adalah untuk mengurangi lebar soket dan
menghilangkan tulang-tulang yang dapat menjadi undercut.8

b. Teknik Simpel Alveoloplasty


Teknik ini dapat digunakan jika dibutuhkan pengurangan cortical margin labial
atau bukal, dan kadang-kadang juga alveolar margin lingual atau palatal.
Biasanya digunakan flep tipe envelope, tetapi kadangkala digunakan juga flep
trapesoid dengan satu atau beberapa insisi. Pada teknik ini pembukaan flep hanya
sebatas proyeksi tulang, karena pembukaan yang berlebihan pada bagian apikal
dapat menyebabkan komplikasi yang tidak diinginkan.8

18
Gambar 8. Simpel alveoloplasty

c. Teknik Kortiko-Labial Alveoloplasty


Teknik ini merupakan teknik alveoloplasti yang paling tua dan paling populer, di
mana dilakukan pengurangan cortical plate bagian labial. Teknik ini telah
dipraktekkan secara radikal selama bertahun-tahun, dengan hanya meninggalkan
sedikit alveolar ridge yang sempit. Dalam tindakan bedah preprostodontik teknik
inilah yang paling sering digunakan, karena pada teknik ini pembuangan tulang
yang dilakukan hanya sedikit, serta prosedur bedahnya yang sangat sederhana. 8

d. Teknik Dean Alveoloplasti


O.T. Dean menyumbangkan suatu teknik alveoloplasti yang sangat baik dalam
mempersiapkan alveolar ridge sehingga dapat mengadaptasi gigi tiruan dengan
baik. Thoma menggambarkan pembuangan tulang interrradicular (di antara akar)

19
tidak dengan istilah intraseptal (di dalam septum), tetapi dengan istilah
intercortical (di antara cortical plate). Sedangkan ahli-ahli lain menggunakan
istilah teknik “crush” (Starshak, 1971). Teknik Dean ini didasari oleh prinsip-
prinsip biologis sebagai berikut : (i) mengurangi alveolar margin labial dan bukal
yang prominen, (ii) tidak mengganggu perlekatan otot, (iii) tidak merusak
periosteum, (iv) melindungi cortical plate sehingga dapat digunakan sebagai
onlaybone graft yang hidup dengan suplai darah yang baik, (v) mempertahankan
tulang kortikal sehingga dapat memperkecil resorbsi tulang setelah operasi.
McKay memodifikasi teknik Dean ini dengan memecahkan cortical plate ke arah
labial sebelum menekannya kembali ke palatal. Modifikasi ini menjamin onlay
tulang dapat bergerak bebas dan terlepas dari tekanan.
Tekniknya adalah sebagai berikut:9
• Gigi harus diekstraksi tanpa trauma yang besar (ekstraksi atraumatik) untuk
korteks labial.
• Dengan bur fissure lurus dan handpiece bedah atau rongeur, tulang septal
interdental dipotong dari regio kaninus sampai kaninus
• Dengan bur yang sama, potong vertikal dilakukan hanya di korteks labial bagian
distal pada soket kaninus bilateral yang diekstraksi, tanpa celah di mukosa labial
pada teknik Dean.
• Dengan elevator periosteal ditempatkan pada dasar soket kaninus secara
bilateral, korteks labial fraktur (fraktur greenstick pada mukosa labial).
• Tekanan digital digunakan untuk menekan fraktur korteks labial ke arah palatal.
• Bidang labial dan palatal diarahkan ke approksimal masing-masing.
• Setiap margin yang tajam menyebabkan alveolar crest, dilakukan pengikisan
dengan bone file.
•Penjahitan dengan interrupte dan terus menerus.

20
Gambar 9. Teknik Dean Alveoloplasti

e. Teknik Obwegeser Alveoloplasti


Pada kasus protrusi premaksilaris yang ekstrim, teknik Dean tidak akan
menghasilkan ridge anterior berbentuk U seperti yang diinginkan, tetapi
menghasilkan ridge berbentuk V. Untuk menghindari bentuk ridge seperti ini,
Obwegeser membuat fraktur pada corticalplate labial dan palatal. Keuntungan
teknik ini adalah dapat membentuk kedua permukaan palatal dan labial prosesus
alveolaris anterior, dan sangat tepat untuk kasus protrusi premaksilaris yang
ekstrim. Operasi dengan teknik ini harus didahului dengan proses pembuatan
model gips, kemudian splint atau gigi tiruan disusun pada model kerja gips
tersebut. Dengan dilakukannya proses ini, maka prosedur operasi yang dilakukan
di kamar praktek dokter gigi atau di ruang operasi dapat dilakukan dengan lebih
akurat.
Reposisi kedua kortikal labial dan palatal digunakan ketika overjet maksila
meningkat dan tekanan yang dalam hanya pada korteks labial tidak cukup untuk
menurunkan overjet.9

Prosedur perawatan:8
i. Lakukan anestesi pada nervus alveolaris inferior dengan citoject yang bersudut
+
lidokain
ii. Gunakan retractor untuk memudahkan melihat area operasi
iii. Untuk separasi gigi gunakan excavator untuk melonggarkan gigi dari gusi
iv. Mengekstraksi gigi dengan tang P1 rahang bawah

21
v. Setelah dilakukan pencabutan gigi, dibuat insisi berbentuk elips yang irisannya
meliputi leher gingival sebelah bukal dan lingual. Kedua ujungnya yang
berbentuk segitiga, terletak sebelah distal dan mesial dieksisi.
vi. Serpihan tulang atau tulang yang terpisah dari periosteum yang terjadi karena
pencabutan dibuang dulu, baru kemudian diikuti dengan undercut dan tonjolan
tulang lainnya dengan tang ronguer atau dengan bur yang disertai dengan irigasi
larutan saline steril.
vii. Permukaan tulang dihaluskan dengan bone file. Bagian yang dioperasi
diirigasi saline steril dan diamati. Apabila belum sempurna, lakukan molding dan
kompresi dengan jari.
viii. Setelah pembedahan, mukoperiosteum disatukan, jaringan yang berlebihan
dikurangi. Mukoperiosteum dilekaktkan dengan dua jahitan pada mesial dan
distal.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Hupp J, Tucker M, et al. (2018). Contemporary Oral and Maxillofacial


Surgery 7th Ed. Mosby Chari H, Shaik KV. (2016). Preprosthetic Surgery:
Review of Literature. IJSS Case Reports & Reviews : 3(4); pp.9-16.
2. Tucker. Basic Preprosthetic Surgery in Peterson et al., 1998, Contempprary
Oral and Maxillofacial Surgery. Philadelphia W. B Saunders Co.
3. Matthew et al., Surgical aids to Prosthodontics,Including Osseintegrated
Implant in Pedlar J., et al 2001, Oral and Maxillofacial Surgery. Edinberg.
Churchill Livingstone.
4. Panchal et al. Minor Preprosthetic Surgery in Dym, Harry et al. 2001.
Atlas of Minor Surgery, Philadelphia : W.B. Saunders Co.
5. Hupp, JR. 2008. Contemporary Oral and & Maxillofacial Surgery. Missouri:
Mosby Elsevier.
6. Balaji SM. Oral & maxillofacial surgery. India: Elseiver, 2009: 260-63.
7. Starshak, T. J. Preprosthetic Oral Surgery. St. Louis: Mosby, 1971: 59-72.
8. Aditya G, 1999, Alveoloplasti sebagai Tindakan Bedah Preprostodontik,
JurnalKedokteran Trisakti Vol.18 No.1.
9. Pedersen G.W., 1996, Buku Ajar Praktis Bedah Mulut, EGC, Jakarta.

23

Anda mungkin juga menyukai