Anda di halaman 1dari 25

Skenario

Ingin dibuatkan gigi tiruan

Pria 65 tahun ingin dibuatkan gigi tiruan


Seorang pasien laki – laki berusia 65 tahun datang dengan keluhan ingin
dibuatkan geligi tiruan agar bisa makan dengan enak.
Pada pemeriksaan, keadaan umum pasien baik dan pasien tidak menderita
penyakit kompromis medis. Pada pemeriksaan klinis lokal terlihat gigi rahang
bawah hanya tersisa gigi 43, 42, 41, 31, 32, 33, dan 34. Sementara itu gigi di
rahang atas hanya tersisa gigi 23, 24, dan 25. Karena ketiga gigi atas mengalami
karies luas maka direncanakan untuk mencabut gigi – gigi tersebut. Tampak
tulang alveolar daerah edentulous rahang atas sudah resorbsi. Oleh karena
diperkirakan tulang alveolar di bukal gigi 23, 24, 25 akan menonjol setelah
pencabutan gigi dimana tulang yang menonjol ini nantinya dapat mengganggu
pemasangan dan pelepasan protesa, maka dokter gigi merencanakan untuk
melakukan bedah preprostetik yaitu tindakan alveoloplasti.

1
Identifikasi kata sulit

1. Alveoloplasti
Tindakan bedah untuk membentuk lingir agar permukaan tulang dapat
dibebani protesa dengan baik.
2. Bedah preprostetik
Bertujuan untuk membentuk jaringan keras dan jaringan lunak seoptimal
mungkin sebagai dasar dari suatu protesa.
3. Penyakit kompromis medis
Pasien yang memiliki suatu kondisi kesehatan umum tertentu yang
memiliki implikasi bagi ketetapan prosedur – prosedur dental sehingga
memerlukan beberapa modifikasi dalam perawatan.
4. Edentulous
Kondisi kehilangan gigi sebagian atau seluruh pada lengkung rahang.

2
Pertanyaan

1. Apa indikasi dan kontraindikasi dari bedah preprostetik?


2. Apa yang menjadi tujuan dari bedah preprostetik?
3. Apa saja macam – macam dari bedah preprostetik?
4. Apa indikasi dan kontraindikasi dari alveoloplasti?
5. Bagaimana prosedur dari alveoloplasti?
6. Apa prognosis untuk pasien yang ada pada kasus skenario ini?
7. Mengapa pencabutan gigi dapat mengakibatkan penonjolan tulang?

3
Jawaban

1. Indikasi bedah preprostetik adalah sebagai berikut


- Adanya eksostosis
- Adanya torus
- Adanya frenulum tinggi
- Tidak ada kondisi patologis pada keadaan intra oral dan ekstra oral
- Atrofi pada rahang karena proses fisiologis
- Ulser yang berulang pada sekitar gigi
Kontraindikasi bedah preprostetik adalah sebagai berikut
- Pasien pasien usia lanjut karena tulang mengalami resorbsi. Bila
dilakukan pembedahan harus hati – hati
- Kelainan psikologis: depresi bingung dan belum siap memakai gigi
tiruan
- Jika bentuk prosessus alveolaris tidak rata tetapi tidak mengganggu
adaptasi gigi tiruan baik dalam pemasangan maupun pelepasan protesa
- Pasien yanng sedang atau telah menjalani terapi radiasi
2. Tujuan dari bedah preprostetik adalah sebagai berikut
- Mengembalikan fungsi rahang (mastikasi, berbicara, menelan)
- Memperbaiki estetis wajah
- Memelihara struktur rahang
- Mengurangi rasa sakit yang timbul dari pemasangan protesa
- Memulihkan daerah yang mendukung protesa dimana terdapat
kehilangan alveolar yang banyak
- Mempersiapkanbentuk ridge sehingga dapat memberikan dukungan
terbaik bagi gigi tiruan dalam hal stabilitas maupun retensi
3. Macam – macam dari bedah preprostetik yaitu:
- Alveoloplasti
- Alveolektomi
- Gingivoplasti
- Torus removal (torektomi)
- Frenektomi

4
- Vestibuloplasti
- Implan
- Alveolar ridge augmentasi
- Flabby tissue removal
4. Indikasi alveoloplasti adalah sebagai berikut
- Pada rahang yang dijumpai neoplasma ganas
- Prosessus alveolaris yang dijumpai adanya undercut kortikal plate
yang tajam, puncak ridge tidak teratur dan terdapat tuberositas tulang
- Adanya torus palatinus atau mandibukaris yang besar untuk
memperbaiki overjet dan overbite yang besar
- Jika terdapat gigi impaksi atau sisa akar didalam tulang
- Pada prosessus alveolaris yang dijumpai adanya kista atau tumor
- Setelah pencabutan satu atau beberapa gigi
- Pada tulang interseptal yang terinfeksi
Kontraindikasi alveoloplasti adalah sebagai berikut
- Bentuk prosessus alveolaris tidak rata tetapi tidak mengganggu
adaptasi gigi tiruan
- Pada pasien muda karena sifat tulangnya masih elastis sehingga proses
resorbsi tulang lebih cepat
- Pada pasien yang jarang melepas gigi tiruan sehingga jarinngan
pendukung menjadi kurang sehat
5. Terdapat beberapa teknik prosedur alveoloplasti yaitu:
- Teknik alveolar kompresi
- Teknik simple alveoloplasti
- Teknik kortiko labial alveoloplasti
- Teknik dean alveoloplasti
- Teknik obwegeser alveoloplasti
6. Prognosis pasien baik, karena pasien tidak memiliki penyakit kompromis
medis
7. Karena prosedur ekstraksi dilakukan dengan kurang baik

5
Skema

Bedah preprostetik

Definisi Indikasi dan Penatalaksanaan


kontraindikasi

Tujuan Klasifikasi

6
Sasaran belajar

LO 1. Mampu memahami dan menjelaskan bedah preprostetik


1.1. Definisi
1.2. Tujuan
1.3. Indikasi dan kontraindikasi
1.4. Kriteria edentulous
1.5. Klasifikasi
1.5.1. Alveoloplasti

7
1.5.2. Alveolektomi
1.5.3. Gingivoplasti
1.5.4. Torus removal (torektomi)
1.5.5. Frenektomi
1.5.6. Vestibuloplasti
1.5.7. Implan
1.5.8. Alveolar ridge augmentasi
1.5.9. Flabby tissue removal
1.6. Penatalaksanaan

LO 1. Mampu memahami dan menjelaskan bedah preprostetik


1.1. Definisi
Bedah preprostetik adalah bagian dari bedah mulut dan maksilofasial
yang mengembalikan fungsi mulut dan bentuk wajah. Ini berkaitan
dengan modifikasi bedah dari proses alveolaris dan struktur di
sekitarnya untuk memungkinkan pembuatan protesis gigi yang tepat,
nyaman, dan estetik. Tujuan akhir dari operasi pra-prostetik adalah
mempersiapkan rongga mulut untuk menerima protesa gigi dengan
mendesain ulang dan menghaluskan tepi tulang.

8
Bedah preprostetik dilakukan untuk memberikan anatomi
yang lebih baik dan untuk menciptakan struktur pendukung yang tepat
untuk konstruksi gigi tiruan. Tujuan akhir adalah rehabilitasi pasien
dengan pemulihan fungsi pengunyahan terbaik, dikombinasikan dengan
pemulihan atau perbaikan estetika gigi dan wajah. Untuk mencapai
tujuan ini, pelestarian maksimum jaringan keras dan lunak dari basis
gigi tiruan adalah yang paling penting. Mengenakan gigi tiruan untuk
waktu yang lama menunjukkan perubahan yang merugikan di daerah
bantalan gigi tiruan karena perubahan ukuran tulang rahang yang
mengakibatkan gigi tiruan tidak tepat dan menyakitkan.
Diklasifikasikan menjadi 2 kelompok. Yaitu bedah preprostetik mayor
dan bedah preprostetik minor.
A. Bedah preprostetik mayor, diantaranya meliputi augmentasi
alveolaris relative (vestibuloplasti), augmentasi lingir alveolaris
(osteotomi), implan.
B. Bedah preprostetik minor diantaranya bedah pada jaringan keras
dan lunak.1
1.2. Tujuan
1. Untuk menyiapkan jaringan lunak dan jaringan keras dari rahang
untuk suatu protesa yang nyaman yang akan mengembalikan fungsi
oral, bentuk wajah dan estetis.
2. Mengembalikan fungsi rahang (seperti fungsi pengunyahan,
berbicara, menelan).
3. Memelihara atau memperbaiki struktur rahang.
4. Memperbaiki rasa kenyamanan pasien Memperbaiki estetis wajah.
5. Mengurangi rasa sakit dan rasa tidak menyenangkan yang timbul
dari pemasangan protesa yang menyakitkan dengan memodifikasi
bedah pada daerah yang mendukung prothesa Memulihkan daerah
yang mendukung prothesa pada pasien dimana terdapat kehilangan
tulang alveolar yang banyak.
6. Mengoreksi atau memperbaiki jaringan lunak dan jaringan keras
untuk memenuhi kebutuhan fungsi dan estetik .

9
7. Untuk koreksi struktur tulang tulang alveolar.
8. Koreksi jaringan lunak harus diawali intervensi bedah jaringan
pendukung atau struktur dibawahnya untuk memperoleh hasil yang
signifikan.2
1.3. Indikasi dan kontraindikasi
- Indikasi
1. Tidak ada kondisi patologis pada intra oral dan ekstra oral.
2. Hubungan atau relasi rahang yang tidak baik secara
anteroposterior, transversal dandimensi vertical.
3. Bentuk prosessus alveolar yang tidak baik.
4. Terdapat tonjolan tulang atau jaringan lunak atau undercut.
5. Mukosa yang tidak baik pada daerah dukungan gigi tiruan.
6. Kedalaman vestibular yang tidak cukup.
7. Bentuk alveolar dan jaringan lunak yang tidak cukup untuk
penempatan implan.
- Kontraindikasi
1. Penderita dengan kelainan sistemik yang tidak terkontrol.
2. Penyakit-penyakit atrofi pada tulang rahang.
3. Pasien usia lanjut karena tulang mengalami resorbsi. Bila
dilakukan pembedahan harus hati – hati.
4. Kelainan psikologis: depresi, bingung, dan belum siap
menggunakan gigi palsu.1

1.4. Kriteria edentulous


1. Mampu menyediakan support yang cukup untuk denture.
2. Tulang harus dilapisi oleh jaringan lunak yang cukup.
3. Tidak memiliki undercut atau bagian tepi yang tajam.
4. Tidak ada tulang atau jaringan lain yang sifatnya ‘tumbuh’.
5. Memiliki kedalaman bukal dan lingual yang cukup untuk
mensupport protesa.

10
6. Bentuk prosesus alveolar yang baik (bentuk yang ideal dari prosesus
alveolar adalah bentuk daerah U yang luas, dengan komponen
vertikal yang sejajar).3
1.5. Klasifikasi
1.5.1. Alveoloplasti
- Definisi
Alveoloplasti adalah suatu tindakan bedah untuk membentuk
prosesus alveolaris sehingga dapat memberikan dukungan
yang baik bagi gigi tiruan immediate maupun gigi tiruan yang
akan dipasang beberapa minggu setelah operasi dilakukan.
- Tujuan
1. Membentuk prosesus alveolaris setelah tindakan
pencabutan gigi.
2. Memperbaiki abnormalitas dan deformitas alveolar ridge
yang ber-pengaruh dalam adaptasi gigi tiruan.
3. Membuang bagian ridge prosesus alveolaris yang tajam
atau menonjol.
4. Membuang tulang interseptal yang terinfeksi pada saat
dilakukannya gingivektomi.
5. Mengurangi tuberositas agar mendapatkan basis gigi
tiruan yang baik atau untuk menghilangkan undercut.
6. Memperbaiki prognatisme maksila sehingga didapatkan
estetik yang baik pada pemakaian gigi tiruan.

- Indikasi
1. Pada rahang di mana dijumpai neoplasma yang ganas.
2. Pada prosesus alveolaris yang dijumpai adanya undercut
3. Cortical plate yang tajam.
4. Puncak ridge yang tidak teratur.
5. Tuberositas tulang dan elongasi sehingga mengganggu
dalam proses pembuatan dan adaptasi gigi tiruan.

11
6. Jika terdapat gigi yang impaksi atau sisa akar yang
terbenam dalam tulang.
7. Pada prosesus alveolaris yang dijumpai adanya kista atau
tumor.
- Kontraindikasi
1. Pada pasien yang masih muda karena sifat tulangnya
masih sangat elastis maka proses resorbsi tulang lebih
cepat dibandingkan dengan pasien tua
2. Pada pasien wanita atau pria yang jarang melepaskan
gigi tiruannya sehingga jaringan pendukung gigi tiruan
menjadi kurang sehat, karena selalu dalam keadaan
tertekan dan jarang dibersihkan. Hal ini mengakibatkan
proses resorbsi tulang dan proliferasi jaringan terhambat
3. Jika bentuk prosesus alveolaris tidak rata tetapi tidak
mengganggu adaptasi gigi tiruan baik dalam hal
pemasangan, retensi maupun stabilitas.
- Klasifikasi
Alveoloplasti berdasarkan hasil pengerjaannya dibagi
menjadi primer dan sekunder
1. Alveoloplasti primer
Yang dimaksud alveoloplasti primer disini adalah
dilakukannya proses rekounturing atau perbaikan bentuk
alveolar pada saat tindakan pencabutan gigi. Tindakan
meliputi rangkaian prosedur sebagai berikut :

a. Penekanan secara digital.


b. Intraseptal alveoloplasti.
c. Penguatan jaringan.
2. Alveoloplasti sekunder
Yang dimaksud dengan alveoloplasti sekunder adalah
proses perbaikan countur alveolar secara bedah yang

12
dilakukan beberapa bulan atau tahun setelah proses
pencabutan.
- Prosedur
1. Insisi berbentuk elips meliputi leher gingival sebelah
bukal dan lingual.
2. Eksisi kedua ujung insisi yang berbentuk segitiga, yang
terletak di sebelah distal dan mesial.
3. Buka flap antara mukosa bergerak dan cekat.
4. Angkat tepi mukoperiosteum sebelah lingual. Lakukan
sesedikit mungkin agar tepi tulang alveolar dapat
diperiksa.
5. Buang serpihan tulang, reduksi undercut dan tonjolan-
tonjolan tulang lainnya dengan menggunakan bone
rongeur, bone file, ataupun dengan bur tulang.
6. Irigasi dengan larutan saline.
7. Tutup flap mukoperiosteum dengan penjahitan (biasanya
dilekatkan dengan dua jahitan, yakni pada bagian mesial
dan distal).5,6
1.5.2. Alveolektomi
- Definisi
Alveolektomi adalah suatu tindakan bedah untuk membuang
prosesus alveolaris yang menonjol baik sebagian maupun
seluruhnya. Alveolektomi juga berarti pemotongan sebagian
atau seluruh prosesus alveolaris yang menonjol atau prosesus
alveolaris yang tajam pada maksila atau mandibula,
pengambilan torus palatinus maupun torus mandibularis yang
besar.
- Tujuan
1. Memperbaiki kelainan dan perubahan alveolar ridge
yang berpengaruh dalam adaptasi gigi tiruan.

13
2. Pengambilan eksostosis, torus palatinus maupun torus
mandibularis yang besar yang dapat mengganggu
pemakaian gigi tiruan.
3. Membuang alveolar ridge yang tajam atau menonjol.
4. Untuk menghilangkan undercut yang dapat mengganggu
pemasangan gigitiruan.
- Indikasi
Dalam melakukan Alveolektomi ada beberapa keadaan yang
harus dipertimbangkan oleh seorang dokter gigi. Keadaan-
keadaan tersebut antara lain:
1. Pada rahang di mana dijumpai neoplasma yang ganas,
dan untuk penanggulangannya akan dilakukan terapi
radiasi.
2. Pada prosesus alveolaris yang dijumpai adanya undercut,
cortical plate yang tajam, puncak ridge yang tidak
teratur, tuberositas tulang, dan elongasi, sehingga
mengganggu dalam proses pembuatan dan adaptasi gigi
tiruan.
3. Jika terdapat gigi yang impaksi, atau sisa akar yang
terbenam dalam tulang, maka Alveolektomi dapat
mempermudah pengeluarannya.
4. Pada prosesus alveolaris yang dijumpai adanya kista atau
tumor akan dilakukan tindakan apikoektomi.
5. Jika terdapat ridge prosesus alveolaris yang tajam atau
menonjol sehingga dapat menyebabkan facial neuralgia
maupun rasa sakit setempat.
6. Pada tulang interseptal yang terinfeksi, di mana tulang
ini dapat dibuang pada waktu dilakukan gingivektomi.
7. Pada kasus prognatisme maksila, dapat juga dilakukan
Alveolektomi yang bertujuan untuk memperbaiki
hubungan antero-posterior antara maksila dan
mandibular.

14
8. Setelah tindakan pencabutan satu atau beberapa gigi,
sehingga dapat segera dilakukan pencetakan yang baik
untuk pembuatan gigi tiruan.
9. Adanya torus palatinus (palatal osteoma) maupun torus
perbaiki overbite dan overjet.
- Kontraindikasi
1. Pada pasien yang memiliki bentuk prosesus alveolaris
yang tidak rata, tetapi tidak mengganggu adaptasi
gigitiruan baik dalam hal pemasangan, retensi maupun
stabilitas.
2. Pada pasien yang memiliki penyakit sistemik yang tidak
terkontrol yaitu penyakit kardiovaskuler, Diabetes
Mellitus (DM) dan aterosklerosis.
- Prosedur
1. Jika kasus salah satu dari gigi yang tersisa baru dicabut,
mukoperiosteum harus dicek untuk memastikan bahwa
telah terdapat kedalaman minimum sebesar 10mm dari
semua tepi gingival yang mengelilingi area yang akan
dihilangkan.
2. Pastikan bahwa insisi telah dibuka mulai dari midpoint
dari puncak alveolar pada titik di pertengahan antara
permukaan buccal dan lingual dari gigi terakhir pada satu
garis, yaitu gigi paling distal yang akan dicabut, menuju
ke lipatan mukobukal pada sudut 450 setidaknya 15mm
tarik insisi ke area dimana gigi tersebut sudah dicabut
sebelumnya.
3. Angkat flap dengan periosteal elevator dan tahan pada
posisi tersebut dengan jari telunjuk tangan kiri atau
dengan hemostat yang ditempelkan pada tepi flap atau
dengan tissue retactor.
4. Bebaskan tepi flap dari darah menggunakan suction
apparatus, dan jaga dari seluruh area operasi.

15
5. Letakkan bone shear atau single edge bone-cutting
rongeur dengan satu blade pada puncak alveolar dan
blade lainnya dibawah undercut yang akan dibuang,
dimulai pada regio insisivus sentral atas atau bawah dan
berlanjut ke bagian paling distal dari alveolar ridge pada
sisi yang terbuka.
6. Bebaskan mukoperiosteal membrane dari puncak
alveolar dan angkat menuju lingual, sehingga plate
bagian lingual dapat terlihat. Prosedur ini akan
memperlihatkan banyak tulang interseptal yang tajam.
7. Hilangkan penonjolan tulang interseptal yang tajam
tersebut dengan endcutting rongeurs.
8. Haluskan permukaan bukal dan labial dari alveolar ridge
dengan bone file. Tahan bone file pada posisi yang sama
sebagai straight operative chisel, pada posisi jari yang
sama, dan file area tersebut pada dengan gerakan
mendorong.
9. Susuri soket dengan small bowl currete dan buang tiap
spikula kecil tulang atau struktur gigi atau material
tumpatan yang masuk ke dalam soket. Ulangi prosedur
ini pada sisi kiri atas dan lanjutkan ke tahap berikutnya.
10. Kembalikan flap pada posisi semula, kurang lebih pada
tepi jaringan lunak, dan ratakan pada posisi tersebut
dengan jari telunjuk yang lembab.
11. Catat jumlah jaringan yang overlapping, yang notabene
bahwa tulang dibawahnya telah dikurangi, yang akhirnya
meninggalkan tulang yang lebih sedikit dilapisi oleh
jaringan lunak.
12. Dengan gunting, hilangkan sejumlah mukoperiosteum
yang sebelumnya terlihat overlap.
13. Ratakan jaringan lunak tersebut kembali ketempatnya
menggunakan jari telunjuk yang lembab, perkirakan tepi

16
dari mukoperiosteum, lalu catat apakah ada penonjolan
tajam yang tersisa pada alveolar ridge. Operator dapat
merasakannya dengan jari telunjuk.
14. Jika masih terdapat penonjolan dari tulang yang tersisa,
hilangkan dengan bone file.
15. Jahit mukoperiosteum kembali ketempatnya. Disarankan
menggunakan benang jahitan sutra hitam kontinyu
nomor 000. Walaupun demikian, jahitan interrupted juga
dapat digunakan jika diinginkan.7
1.5.3. Gingivoplasti
- Definisi
Gingivoplasti adalah suatu tindakan bedah yang bertujuan
mengembalikan kontur gingiva fisiologis yang dapat
membantu mencegah kambuhnya penyakit periodontal.
Selain itu, gingivoplasti merupakan cara untuk memperbaiki
estetik gingiva.
- Indikasi
1. Kontur gingiva yang tidak normal.
2. Jaringan kenyal dan fibrotik.
- Prosedur
Gingivoplasti biasanya dilakukan dengan alat pisau atau bur
intan
1. Apabila alat yang digunakan adalah pisau periodontal,
seperti pisau kirkland No. 15/16, jaringan dieksisi
untuk membentuk kontur dasar. Kemudian, pisau
tersebut digunakan seperti alat hoe, untuk mengerok
jaringan hingga mencapai bentuk gingiva akhir yang
diinginkan.
2. Bur intan kasar dapat juga dipakai. Bur intan terdiri
atas berbagai bentuk, bergantung pada kebutuhan dan
pilihan yang lebih disukai. Daerah operasi harus
selalu dibilas dengan semprotan air atau larutan saline

17
steril, agar jaringan tidak terbakar dan bur intan tidak
terhambat. Bila bur yang digunakan untuk
membentuk gingiva, jaringan lunak sering sedikit
terkoyak dan sobekan-sobekan ini harus dibuang.
Gunting atau nipper yang tajam dapat merapikan
potongan-potongan jaringan yang terkoyak.
Setelah gingiva dibentuk dengan kedua teknik di atas, dresing
periodontal dipasang untuk menutupi daerah operasi. Dresing
diganti setiap minggu sampai penyembuhan gingiva yang
sempurna tercapai, agar pasien dapat dengan mudah
membersihkan plak. Setiap kali dresing diganti, sebaiknya
operator membersihkan plak dan debris yang terbentuk
dengan hati-hati, menggunakan benang gigi atau pita
pembersih dan kuret. Gigi-gigi di daerah operasi kemudian
dipoles dengan bahan pemoles abrasif rendah, baik di bagian
fasial maupun lingual, tanpa melukai jaringan yang sedang
menyembuh. Pada saat dresing yang terakhir dilepas, seluruh
gigi dipoles kembali, dan pasien diberi instruksi ulang untuk
melakukan prosedur pengendalian plak yang baik.9
1.5.4. Torus removal (torektomi)
- Definisi
Torus merupakan suatu pembasaran, penonjolan yang
membulat pada rongga mulut. Jika terjadi di daerah palatum
disebut torus palatines, sedangkan jika terjadi di daerah lingual
maka disebut torus lingualis.
- Indikasi
1. Bagi orang yang memakai gigi tiruan dan alat orho lepasan.
2. Terdapat ulserasi yang berulang (kambuhan).
3. Kesulitan dalam makan dan berbicara.
4. Apabila mengganggu stabilitas gigi tiruan lepasan, apabila
ukurannya terlalu besar, dan apabila tidak dilakukan relief
pada landasan gigi tiruan.

18
- Kontraindikasi
Karena torus removal merupakan tindakan bedah minor,
sehingga kontraindikasinya sama dengan kontra indikasi bedah
minor yaitu:
1. Kelainan darah.
2. Purpura hemoragik.
3. Lekemia.
4. Penyakit ginjal.
5. Penyakit kelenjar endokrin.
6. Diabetes Melitus.
7. Kehamilan.
8. Penyakit kardiovaskuler.
9. Hipertensi.
10. Jaundice.
11. AIDS.
12. Sifilis.
13. Hipersensitivitas.5
1.5.5. Frenektomi
Frenektomi, suatu tindakan bedah untuk merubah ikatan frenulum
baik frenulum labialis atau frenulum lingualis. Frenulum
merupakan lipatan mukosa yang terletak pada vestibulum mukosa
bibir, pipi dan lidah.
Umumnya dilakukan dengan lokal anestesi.
Perlekatan frenulum labial, terdiri dari kumpulan jaringan fibrosa
tipis yang ditutupi mukosa, memanjang dari bibir dan pipi ke
periosteum alveolar. Level perlekatan frenulum bervariasi dari
tinggi vestibulum sampai puncak ridge alveolar dan bahkan ke
daerah insisal papila di maksila anterior. Pembuangan frenulum
lingual di bawah lidah disebut lingual frenektomi (angkilotomi)
yang dilakukan pada penderita tongue tie (angkiloglosia). Segera
setelah bedah minor dilakukan, lidah dapat dijulurkan keluar
mulut dimana sebelumnya tidak dapat dilakukan.5

19
1.5.6. Vestibuloplasti
- Definisi
Vestibuloplasti adalah suatu tindakan bedah muko-gingiva
yang di desain untuk menambah jumlah attached gingiva atau
gingiva cekat dan menambah ketinggian sulkus vestibular
dengan cara melakukan reposisi mukosa, ikatan otot dan otot
yang melekat pada tulang yang dapat dilakukan baik pada
maksila maupun pada mandibula untuk menghasilkan sulkus
vestibular yang dalam.
- Tujuan
1. Untuk menambah lebar attached gingiva.
2. Menghasilkan bentuk anatomi yang dapat mendukung
prosedur oral hygiene pasien.
3. Memperbaiki estetik, mengurangi inflamasi disekitar gigi
yang direstorasi.
4. Stabilisasi dan retensi gigi tiruan, dan mendukung
keberhasilan perawatan prostodonsia, ortodonsia dan
implan
- Indikasi
1. Untuk menghentikan resesi gingiva yang progresif.
2. Mendapatkan kembali gingiva cekat dan meningkatkan
kedalaman vestibulum.
3. Untuk membantu dalam kontrol plak dan meningkatkan
resistensi terhadap trauma mastikasi.
4. Untuk alasan estetik.
5. Untuk membuat permukaan untuk landasan gigi tiruan
pada pasien edentulous dalam rangka menambah retensi
dan stabilisasi.
6. Vestibuloplasti juga berguna pada kasus inflamasi dan
resesi jaringan sekitar implan yang disebabkan
ketegangan frenulum, hal ini umumnya kasus pada
jaringan sekitar implan.

20
- Kontraindikasi
1. Kehilangan tulang yang banyak setelah pencabutan gigi
yang traumatik.
2. Resorpsi tulang sekunder akibat periodontitis.
3. Atropi tulang alveolar setelah pencabutan.
4. Kondisi sistemik pasien tidak memungkinkan dilakukan
operasi.
5. Pasien yang sangat tua.
6. Tulang mandibula yang tipis dan menyebabkan fraktur.
7. Pasien dengan kelainan malignansi.
8. Pasien dengan kelainan imunologis
- Prosedur
Blok nervus dan infiltrasi untuk memperoleh anestesi dan
hemostatis yang lebih lama. Insisi dapat ditempatkan pada
penghubung antara mukosa yang bergerak dan tidak bergerak
dengan menggunakan blade no.15. Flap partial- thinckness
dilakukan dengan blade atau gunting dean untuk melindungi
periosteum. Beberapa otot yang melekat pada peiosteum
seharusnya dikeluarkan. Perforasi yang kecil pada periosteum
tidak akan menyebabkan masalah yang besar tetapi harus
dihindari. Tepi otot kemudian dijahit ke bagian bawah dari
area bedah.4
1.5.7. Implan
- Definisi
Implan gigi menjadi salah satu pilihan menarik yang
berkembang sangat pesat pada praktek kedokteran gigi. Pada
dekade terakhir ini implan merupakan terapi alternatif yang
cocok untuk menggantikan gigi tiruan konvensional. Bagian
implan yang tertanam dalam tulang rahang dan bagian implan
yang menonjol pada jaringan mukosa digunakan untuk
menghasilkan penjangkaran yang dapat meningkatkan retensi
dan stabilitas pada gigi tiruan diatasnya.

21
Implan dengan metoda oseointegrasinya dapat
digunakan untuk mengatasi pasien tidak bergigi pada semua
tingkatan resorbsi, bahkan pada keadaan resorpsi yang
ekstrim dan diskontinuitas rahang atas dan rahang bawah
dengan bantuan graftingpada tempat implan dipasang.
Sebaiknya bagi para pemula sebelum melangkah kepada
proses implanasi sebaiknya mengenanl bagian-bagian dari
implan, macam implanyang sering dipergunakan, indikasi
dan kontra indikasi serta proses osseointegrasi yang terjadi.
- Indikasi
1. Pemasangan implan harus dilakukan pada pasien yang
mempunyai motivasi, kooperatif dan oral hygieneyang
baik. Tidak ada batasan usia untuk pemasangan implan,
akan tetapi lebih baik diatas usia 16 tahun. Pemasangan
implan pada usia tua lebih baik dari pasien dengan usia
muda.
2. Kehilangan gigi
3. Agenesis suatu gigi
4. Sebagai penyangga distal pada kehilangan gigi berujung
bebas
5. Atrofi tulang alveolar, baik pada maksila maupun
mandibula.
- Kontraindikasi
1. Usia di bawah 16 tahun.
2. Gangguan hematopoiesis, pembekuan darah dan
sistem endokrin.
3. Terapi penyakit kardiovaskuler yang resisten.
4. Malignant tumor dengan prognosa yang buruk.
5. Gangguan permanen pada sistem imun (HIV).
6. Gangguan mental atau kepribadian yang
psychopathy.8
1.5.8. Alveolar ridge augmentasi

22
- Definisi
Alveolar ridge augmentasi adalah proses dimana tulang
rahang dibentuk ulang untuk memperbolehkan penempatan
dental implant. Tujuannya untuk menciptakan penampilan
natural dari bentuk jaringan lunak sehingga mengijinkan
penggantian gigi untuk estetik.
- Indikasi
Pada saat tulang rahang yang mengelilingi kavitas dental dari
gigi yang hilang mulai memburuk dan kehilangan bentuknya
- Kontraindikasi
Periodonsium yang tidak sehat, tipe gingiva yang tipis dan
berbentuk scallop tinggi, mahkota yang berhubungan dengan
gigi RB anterior.9
1.5.9. Flabby tissue removal
Flabby tissue yaitu lingir yang mengalami hiperplasi
jaringan fibrosanya yang merupakan respon dari resorbsi
tulang alveolar, dapat terjadi pada penderita yang lama tidak
memakai gigi tiruan atau dapat juga terjadi pada penderita yang
menggunakan gigi tiruan yang tidak pas.
Pemotongan jaringan flabby hanya dilakukan pada
daerah ridge yang bergerak saja. Setelah dilakukannya
pemotongan mukosa yang berbentuk baji, diperlukan
pemotongan submukosa crestal untuk memungkinkan
terjadinya aposisi bagian tepi luka. Pembedahan pada
jaringan flabby ini sangat terbatas.5,6

1.6. Penatalaksanaan
Prinsip-prinsip Rencana Perawatan dan Evaluasi pasien
1. Riwayat Penyakit

23
Riwayat pasien akan mengindikasikan harapan dan perhatian pasien
pada perawatan. Umur dan kesehatan pasien akan mempengaruhi
rencana perawatan, seperti pasien usia muda dengan resorbsi tulang
alveolar yang berat dapat sabar terhadap perawatan bedah yang
kompleks dibandingkan pasien usia tua dengan morfologi tulang
yang sama. Riwayat penyakit mencakup informasi penting seperti
status resiko pasien terhadap tindakan bedah, dengan perhatian
khusus kepada penyakit sistemik pasien yang dapat mempengaruhi
penyembuhan luka jaringan lunak dan jaringan keras.
2. Pemeriksaan Klinis
Hal ini mencakup penilaian intra oral dan ekstra oral secara umum
dari jaringan lunak dan jaringan keras dan analisa khusus dari
daerah yang akan ditempati gigi tiruan. Penilaian tinggi, lebar dan
bentuk tulang alveolar secara umum, dan memperhatikan apakah
terdapat undercut tulang dan posisi dari struktur anatomi jaringan
sekitar seperti mental neuro-vascular bundle. Juga dinilai kedalaman
dari sulkus bukal,posisi dan ukuran frenulum, perlekatan otot dan
kondisi dari tulang alveolar. Kebersihan rongga mulut pasien harus
baik sehingga dapat dilakukan tindakan bedah dan untuk
menghindari komplikasi atau hasil pembedahan yang buruk.
3. Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan radiografi berguna untuk menilai kondisi dari tulang
rahang. Panoramik foto berguna untuk mengetahui kualitas
keseluruhan dari tulang alveolar dan untuk melihat adanya sisa akar
gigi atau kelainan patologi yang lain (seperti kista rahang). Lateral
cephalostat atau cephalogram photo dapat digunakan untuk melihat
hubungan skeletal antero-posterior dan tinggi tulang alveolar bagian
anterior. Periapikal photo berguna bila akan dilakukan pengambilan
sisa akar sebelum pembuatan gigi tiruan. Studi model cetakan
berguna memudahkan rencana perawatan (terutama bila terdapat
ketidak sesuaian secara skeletal) dan membantu menjelaskan

24
rencana prosedur bedah kepada pasien. Model wax-up dari gigi
tiruan membantu untuk memperlihatkan hasil akhir secara estetis.
4. Penatalaksanaan sebelum operasi
a. Evaluasi yang seksama terhadap pasien adalah yang terpenting
dalam menentukan apakah seseorang diindikasikan untuk
pembedahan dan prosedur perawatan apa yang paling tepat.
b. Kemampuan fisik dan psikologi pasien untuk bertoleransi
terhadap protesa konvensional harus ditentukan sejak awal
dalam proses evaluasi. Beberapa pasien tidak dapat beradaptasi
dengan protesa konvensional bagaimanapun baiknya dan
cekatnya protesa tersebut.
c. Konsultasi dengan seorang prostodonsia sangat penting dalam
menentukan prosedur yang tepat menghadapi kebutuhan
perawatan protetik bagi setiap pasien.
d. Pertimbangan lainnya adalah usia pasien, fisik, status kesehatan
mental, keterbatasan keuangan, kondisi jaringan keras dan lunak
dari tulang alveolar.
5. Pasien dengan keadaan sistemik
a. Kondisi sistemik pasien harus terkontrol
b. Konsul pasien ke dokter spesialis yang berhubungan dengan
penyakit pasien.
c. Perhatikan penggunaan anastesi.
d. Medikasi yang sesuai seperti penggunaan antibiotik,
antikoagulan.
e. Asepsis alat sebelum digunakan saat pembedahan.
f. Kontrol pasca pembedahan
- Lihat progres.
- Lihat komplikasi yang timbul.10,11

25

Anda mungkin juga menyukai