Anda di halaman 1dari 21

KISTA RADIKULAR PADA MANDIBULA

( Laporan Kasus )

drg. L. Cinthia Hutomo, Sp. Ort

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
KATA PENGANTAR

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, kami panjatkan puja dan puji syukur atas
hadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah kepada kami, sehingga kami
bisa menyelesaikan laporan kasus mengenai “ Kista Radikular Pada Mandibula ” dengan
lancar dan tepat waktu. Adapun tujuan pembuatan makalah ini agar kita dapat
mengetahui dan memahami mengenai diagnosis dan penatalaksanaan kista radikular.
Dalam kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya
kepada rekan-rekan dosen yang membantu memberikan masukan dalam pembuatan
makalah ini. Saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat kedepannya, serta saya
selalu mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah yang saya susun.
Terima kasih

Denpasar, 14 Juni 2017


Penyusun

drg. L. Cinthia H, Sp. Ort


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………………iii

ABSTRAK ........................................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

BAB II LAPORAN KASUS………………………………………………………………2

BAB III PEMBAHASAN………………………………………………………………….5

BAB IV KESIMPULAN…………………………………………………………………..15

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………...16

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Gambaran ekstraoral sebelum perawatan……………………………………............2

Gambar 2. Pre-operative OPG …………………………………………………………………2

Gambar 3. Spesimen dari kista yang terenuklesi………………………………………………..3

Gambar 4. Gambaran intraoral setelah 1 bulan paska perawatan.......................................4

Gambar 5. Gambaran klinis kista radikuler …………………………………………………….6

Gambar 6. Gambaran radiografi OPG kista radikuler ............................................................... ..7

Gambar 7. Apicoectomy ............................................................................................................ ..7

Gambar 8. Enukleasi .................................................................................................................. ..8

Gambar 9. Marsupiliasi ............................................................................................................... ..8

Gambar 10. Gambaran radiografi periapikal granuloma ............................................................. ..9

Gambar 11. Gambaran radiografi periapical scar ......................................................................... .10

Gambar 12. Gambaran radiografi surgical defect ......................................................................... .11

Gambar 13. Gambaran radiografi keratocystic odontogenic tumor.............................................. .11

Gambar 14. Gambaran radiografi kista radikuler dengan radiografi periapikal ........................... .12

Gambar 15. Gambaran radiografi kista radikuler dengan radiografi OPG ................................... .13

iii
ABSTRAK

Kista radikuler merupakan kista yang sering ditemukan pada anterior maksila dan sulit
dideteksi ketika awal perkembangan. Kista ini terletak pada bagian apikal gigi (kista
peripapikal), permukaan lateral akar (kista radikular lateral), dan sisa-sisa pada rahang yang tidak
terambil pada saat dilakukan pencabutan gigi (kista residual). Kelainan ini termasuk dalam kista
inflamasi karena disebabkan oleh pulpa nekrosis akibat karies, disertai dengan inflamasi pada
periapikal. Penyakit ini bersifat asimptomatik dengan laju perkembangan penyakit yang lambat.
Jika terkena infeksi maka akan terjadi pembengkakan yang besar. Sulit untuk membedakan kista
radikuler dari lesi periodontitis periapikal kronis sehingga perlu dilakukan pemeriksaan
radiografi terlebih dahulu. Laporan kasus ini menyajikan kasus kista radikuler bilateral pada
molar pertama rahang bawah pada pasien umur 19 tahun. Pada pemeriksaan Orthopantomograph
( OPG ) menunjukkan adanya radiolusen unilocular yang besar dengan batas yang jelas pada
daerah periapikal gigi molar pertama di sisi kiri yang membentang dari akar premolar kedua ke
akar mesial molar kedua. Sedangkan pada sisi kanan rahang bawah terlihat radiolusen unilocular
dengan batas yang jelas. Beberapa kemungkinan perawatan yang dapat dilakukan untuk
penatalaksanaan kista radikuler, antara lain bedah endodontik, ekstraksi gigi, enukleasi dengan
penutupan primer serta marsupialisasi yang disertai dengan enukleasi. Penatalaksanaan pasien
pada kasus ini adalah enukleasi kantung kista dan dilanjutkan dengan rehabilitasi pada daerah
tersebut.

Kata kunci : Kista radikular, mandibula

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Kista odontogenik dan non-odontogenik pada rahang dapat menunjukan adanya gejala
biologis yang terjadi secara cepat dan terkadang susah untuk didiagnosa. Kista radikular
merupakan kumpulan inflamasi kista yang berkembang dari deposit jaringan epitel pada
ruang periodontal berlanjut dengan nekrosis pulpa. Lesi yang berukuran kecil sulit dideteksi
secara klinis namun biasanya ditemukan secara tidak sengaja pada radiografi. Meskipun
kista radikular termasuk penyakit yang paling sering ditemukan dalam rongga mulut tetapi
kasus kista radikular mandibular bilateral merupakan kasus yang jarang ditemukan Tingkat
kejadiannya merupakan yang tertinggi selama 3 dekade dan didominasi oleh laki-laki. Secara
anatomis, kista periapikal yang terjadi pada seluruh gigi berhubungan dengan posisi rahang,
namun lebih sering terjadi pada maksila dibandingkan mandibula[2,3,6].
Laporan kasus ini bertujuan untuk melaporkan secara komprehensif sebuah kasus
yang paling sering ditemui oleh dokter gigi yaitu kista radikular, menekankan gambaran
klinis, diagnosa banding, penatalaksanaan, dan pentingnya kerjasama antar dokter gigi
spesialis.

1
BAB II
LAPORAN KASUS

Seorang pasien laki-laki 19 tahun datang ke Poli Bedah Mulut RSUP Sanglah dengan
keluhan utama pembengkakan ringan pada daerah mandibula sebelah kiri selama 6 bulan
terakhir. Pasien telah berkonsultasi pada dokter gigi swasta dengan keluhan yang sama 3
bulan terakhir dan telah diberi antibiotik selama 5 hari tetapi pembengkakan tidak mengecil.
Setelah itu, pasien di panggil kembali oleh dokter gigi untuk dilakukan ekstraksi pada gigi
yang mengalami kelaina namun pasien menolak. Pasien tidak memiliki keluhan lain terkait
dengan Kulit pada daerah pembengkakan tampak normal. Pada palpasi, terasa keras, dengan
pelebaran buccal cortical plate and egg shell crackling. Pemeriksaan intra oral tampak
pembengkakan pada buccal vestibulum dengan ukuran 2 cm × 2 cm akibat adanya sisa akar
molar pertama kiri mandibula (Gambar 1).

Gambar 1. Gambaran ekstraoral sebelum perawatan

Gambar 2. Pre-operatif OPG


2
Pemeriksaan radiografi periapikal menunjukan radiolusen yang jelas pada sisa akar
molar pertama kiri mandibula. Pada OPG tampak adanya satu bulatan radiolusen besar
dengan batas yang jelas pada daerah periapikal molar pertama sisi kiri membentang dari
akar premolar kedua sampai ke akar mesial molar kedua (Gambar 2). Hal serupa, juga
ditemukan di sisi kanan mandibula akibat sisa akar molar pertama yang berukuran 1 cm x 1
cm. Cairan berwarna yang ditemukkan dikirim untuk pemeriksaan sitologi. Atas dasar klinis,
temuan radiografis dan laporan fine-needle aspiration cytology (FNAC), diagnosis sementara
yang diperoleh yaitu telah terbentuk kista radikuler bilateral pada mandibula. Direncanakan
akan dilakukan enukleasi kista bilateral dan sekaligus ekstraksi pada sisa akar dengan
anastesi umum. Perawatan endodontik dilakukan pada gigi – gigi molar kedua, premolar
kedua mandibula sebelah kiri serta premolar kedua sebelah kanan.
Insisi sulkus diawali dari aspek distal premolar pertama sampai pada distal gigi molar
kedua dengan melakukan insisi pada kedua sisi dan membesarkan trapezoidal mucoperiosteal
flap diikuti dengan ekstraksi sisa akar dan kemudian mengenukleasi kista secara bilateral.
Apicoectomy disertai perawatan endodontik gigi (kedua premolar dua dan akar mesial molar
kedua sebelah kiri) dilakukan sebelum penutupan flap. Spesimen jaringan dikirim untuk
pemeriksaan histopatologi, pembedahan eksisi pada lesi dilakukan dari sisi kiri sekitar
sekitar 2 cm × 2 cm dan sisi kanan adalah 1 cm x 1 cm (Gambar 3). Pemeriksaan
histopatologi dari spesimen bedah menunjukkan non-keratin berlapis dengan lapisan epitel
skuamosa dengan infiltrasi dari sel inflamasi, dilaporkan sebagai kista radikular. Pasien
datang kembali untuk kontrol setelah 2 minggu dan 1 bulan kemudian ( Gambar 4 ).

Gambar 3. Spesimen dari kista yang terenuklesi

3
Gambar 4. Gambaran intraoral setelah 1 bulan pasca perawatan

4
BAB III

PEMBAHASAN

Kista radikuler adalah suatu kavitas tertutup atau kantung patologis pada ujung akar
gigi (periapikal), berisi massa setengah padat atau cairan yang dilapisi oleh jaringan epitel [1].
Kista ini diklasifikan ke dalam inflammatory odontogenic cyst, yaitu kista yang timbul
sebagai akibat dari proses peradangan atau inflamasi pulpa gigi yang tidak dirawat sampai
menyebabkan inflamasi hingga pulpa mengalami kematian atau menjadi nekrosis[2,4]. Selain
karies, penyebab lainnya adalah trauma benturan, pukulan keras, terjatuh, sehingga
menyebabkan gigi menjadi nekrosis, atau dapat juga disebabkan karena gigi pernah
mendapatkan perawatan restorasi yang tidak tepat [3].
Kasus penyakit ini lebih sering diemukan pada gigi permanen dan dapat terjadi pada
usia berapa pun, dan lebih sering pada laki-laki antara umur 30 sampai 50 tahun. Berdasarkan
perhitungan pasien dengan kista rahang dari semua kelompok usia, kista radikuler merupakan
kista odontogenik yang paling umum terjadi pada rahang, dengan persentase kejadian sekitar
52%-68% dari semua kista rahang yang ada. Kasus kista ini juga dapat terjadi pada gigi
sulung namun dengan presentase kejadian yang sangat kecil, yaitu < 1% dari seluruh kejadian
kista radikuler yang ada[2,3]. Kista ini dapat terjadi di daerah periapikal dari gigi regio
manapun, namun dilaporkan lebih sering terjadi pada gigi anterior maksila, sementara pada
mandibula lebih sering terjadi pada regio premolar [2].
Patogenesis penyakit ini mencakup tiga fase, yaitu fase inisiasi, fase pembentukan kista,
dan fase pembesaran. Dimulai dari produk dari pulpa nekrosis yang keluar ke jaringan
periapikal, menginduksi terjadinya respon inflamasi. Pertahanan tubuh pertama dari nekrosis
pulpa ini adalah pembentukan granuloma sebagai respon inflamasi tersebut.. Kemudian sisa-
sisa epitel malassez yang terjerat dalam granuloma distimulasi untuk berproliferasi secara
ekstensif. Epitel malassez merupakan bagian dari selubung hertwig akar yang tidak aktif yang
berada dekat dengan ligamen periodontal. Massa sel-sel epitel ini berkembang terus menerus
membentuk dinding kista sehingga bagian tengah semakin jauh atau terhalang untuk
mendapatkan suplai darah dan nutrisi. Hal ini menyebabkan defisiensi nutrisi yang
mengakibatkan bagian tersebut mati dan terjadilah akumulasi cairan. Kemudian terjadi
pembesaran kista. Berdasarkan studi, terbukti bahwa tekanan osmosis memiliki peranan
dalam peningkatan ukuran kista. Adanya jaringan nekrotik, eksudat plasma protein, dan asam
hialuronat dalam rongga atau bagian tengah kista mengakibatkan tekanan osmosis cairan

5
kista lebih tinggi dibandingkan cairan jaringan sekitarnya, sehingga akan menarik cairan
disekitarnya masuk ke dalam ronga kista dan menyebabkan ukuran kista membesar [2,3,4].
Pelebaran tulang korteks tulang membutuhkan proses yang lama dan juga tidak
menimbulkan rasa sakit, oleh karena itu lesi ini dapat ditentukan secara tidak terduga dalam
radiografi periapikal seperti dalam kasus ini. Ciri khas dari kista radikuler adalah adanya gigi
dengan keadaan pulpa yang non vital, dan terkadang disertai sinus yang muncul dari ruang
kista. Kista ini dapat terjadi pada bagian periapikal dari setiap gigi, tetapi jarang terlihat pada
periode gigi desidui. Beberapa penelitian populasi di Inggris dan Afrika Selatan menunjukkan
bahwa kista radikuler biasanya terjadi pada dekade ketiga dan kelima masa hidup, lebih
sering terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan dan lebih sering terjadi pada bagian
anterior rahang atas. Pada kasus ini terjadi pada rahang bawah dan bilateral[2,4]..
Kista radikuler hampir semuanya dilapisi oleh epitel pipih berlapis tidak berkeratin.
Lapisannya mungkin berselang 1 hingga 50 lapisan sel. Namun, jumlah lapisan yang lebih
sering ditemukan antara 6 hingga 20 lapisan sel. Lapisan epitelnya berkembang dengan pesat
disertai dengan inflamasi yang parah atau berkembang lambat dengan tanda tertentu. Sel
inflamasi yang sebagian besar terdiri dari leukosit polimorfonuklear berpenetrasi ke dalam
lapisan epitel yang berkembang pesat, sedangkan kapsul fibrosa dipenetrasi oleh sel yang
terinflamasi. Kista radikuler sangat jarang ditemukan pada keadaan simetris bilateral, seperti
dalam kasus ini. Beberapa penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk menangani kista
radikuler, seperti bedah endodontik, ekstraksi gigi penyebab, enukleasi serta marsupialisasi
yang dibayangi enukleasi. Pada kasus ini digunakan perawatan enukleasi bedah untuk
menangani kedua kista radikuler. Insisi dilakukan dari aspek distal premolar pertama hingga
aspek distal molar kedua dengan insisi berbentuk trapezoid, dilanjutkan dengan ekstraksi sisa
akar, dan kemudian kista dienukleasi secara bilateral. Apikoektomi dilakukan pada gigi yang
dirawat endodontik (gigi premolar kedua kanan dan kiri serta akar mesial molar kedua kiri)
sebelum flap-nya ditutup[4,5]..
Sebagian besar, lesi kista radikuler tidak terdeteksi secara klinis karena lesi kista
umumnya kecil, tumbuh lambat, tanpa gejala (asimptomatis), tidak terasa nyeri, dan tidak
menimbulkan pembesaran tulang rahang yang bermakna, sehinga keberadaannya tidak
disadari oleh pasien dan umumnya lesi lebih sering ditemukan secara tidak sengaja pada
survei radiografi dibandingkan secara klinis dalam rongga mulut ( Gambar 5). Namun apabila
lesi kista ini berkembang cukup besar, biasanya akan terlihat secara nyata dalam rongga
mulut berupa benjolan pada gingiva dengan permukaan yang licin, warna sama dengan

6
permukaan disekitarnya atau kebiruan, dan apabila dipalpasi benjolan tersebut akan ikut
bergerak atau dikenal dengan fenomena pingpong[3].

Gambar 5. Gambaran klinis kista radikuler.

Gambar radiografi dari kista radikuler adalah radiolusen berbentuk bulat atau oval
pada area periapikal gigi dengan batas yang jelas berwarna putih opak dan dalam ukuran
yang bervariasi. Lesi lainnya, seperti granuloma dan neoplasma juga menampilkan gambaran
radiografi periapikal serupa. Oleh karena itu, radiolusen periapikal yang berbatas jelas tidak
dapat secara otomatis dianggap sebagai kista. Beberapa studi menyebutkan bahwa granuloma
dan kista dapat dibedakan berdasarkan ukuran dalam radiografi, granuloma umumnya
berdiameter < 0,5 cm sementara kista umumnya berdiameter > 0,5 cm. Namun studi lain
telah menunjukkan bahwa tidak mungkin mengandalkan ukuran radiografi dari radiolusen
periapikal untuk menetapkan diagnosis baik antara granuloma atau kista, kecuali diameter
lesi lebih besar dari 2 cm, maka dapat dipastikan bahwa itu adalah kista [1,3,6].(Gambar 6 )

Gambar 6. Gambaran radiografi OPG kista radikuler.

7
Penatalaksanaan kista radikuler dibedakan berdasarkan dari ukuran kista, yaitu:

a. Pada kista radikuler yang berukuran kecil perawatan yang bisa dilakukan adalah
perawatan saluran akar dengan apicoectomy atau pemotongan 1/3 apikal gigi pada
gigi yang mengalami kista (Gambar 7) [3,4,5]..

Gambar 7. Apicoectomy

b. Kista radikuler yang berukuran sedang dapat dilakukan perawatan enukleasi atau
pengangkatan seluruh jaringan kista tanpa adanya rupture pada kista. Thin-bladed
kuret digunakan pada perawatan ini untuk cleaving connective tissue layer pada
dinding kista dari rongga tulang sehingga kista dapat terangkat dan dikeluarkan
dari tulang[3,4,5]..

Gambar 8. Enukleasi
c. Pada kista radikuler yang berukuran besar dapat dilakukan perawatan marsupiliasi.
Perawatan marsupiliasi adalah membuat suatu surgical window pada dinding kista,

8
membuang isi kista, dan mempertahankan kontinuitas antara kista dan rongga
mulut, sinus maksilaris, dan rongga nasal. Jika kerusakan tulang sudah luas dan
tipis karena kista, insisi bisa diperluas ke tulang melalui rongga kista. Kemudian
osseus window dihilangkan secara hati-hati dengan bur dan rongeurs. Selanjutnya
kista dikeluarkan dan dilakukan pemeriksaan visual pada lapisan residual dari
kista. Setelah memastikan lapisan residual pada kista maka lakukan irigasi pada
kista untuk menghilangkan residual fragmen atau debris [3,4,5].

Gambar 9. Marsupiliasi

Terdapat beberapa kondisi yang merupakan diagnosa banding dari kista radikular,
antara lain :
a. Periapical granuloma
Periapical granuloma adalah massa yang mengalami radang kronis pada
jaringan ikat imatur yang berkembang pada bagian apeks gigi non vital yang
bereaksi terhadap racun yang berasal dari saluran pulpa[5]..
Tampilan radiografi :
Perubahan periapikal awal pada ligamen periodontal menunjukan adanya
penebalan ligamen di bagian apeks akar. Proliferasi jaringan granulasi dan
resorpsi tulang berlanjut, periapical granuloma terlihat sebagai area radiolusen
ukuran variabel yang tampaknya melekat pada apeks akar. Pada beberapa kasus,
gambaran radiolusen ini berbatas jelas dengan tulang sekitarnya dan garis
radiopak tipis yang menunjukan zona tulang sklerotik biasanya terlihat
membentuk outline dari lesi. Hal ini mengindikasikan bahwa lesi periapikal
adalah lesi berprogresif lambat [6]..

9
Pada kasus lain, tampilan radiografi dari tepi granuloma mengalami difus
daerah radiolusen dengan tulang disekitarnya. Perbedaan ini disebabkan karena
adanya perbedaan dalam aktivitas selular disekitar tepi lesi[6].

Gambar 10. Gambaran radiografi periapikal granuloma

b. Periapical scar
Periapical scar adalah gabungan dari jaringan fibrosa padat yang terletak
pada periapex gigi yang sudah tidak berisi jaringan pulpa dan biasanya sudah
dilakukan pengisian saluran akar yang ditunjukan oleh adanya granuloma, kista,
atau abses yang telah diobati, penghentian formasi jaringan parut yang memadat
lebih tinggi dibandingkan dengan kerusakan pada tulang[5].
Gambaran radiologi dari penyakit ini adalah radiolusen tidak beraturan
berbatas jelas yang menyerupai periapical granuloma dan kista. Hal ini sering
lebih kecil dari dua entitas. Gigi dan gambaran radiolusen asimptomatik jika
diamati selama periode waktu, gigi tetap konstan dalam ukuran atau mungkin
ukurannya sedikit berkurang. Jika setelah perawatan saluran akar radiolusen tidak
mengecil, maka gambaran radiolusen dapat diasumsikan sebagai periapical scar [7].

Gambar 11. Gambaran radiografi periapical scar

10
c. Surgical defect
Surgical bone defect merupakan daerah yang gagal saat pengisian struktur
tulang setelah operasi. Hal ini sering terlihat pada bagian periapikal setelah
prosedur reseksi akar terutama ketika kedua plate labial / bukal dan lingual /
palatal telah dihilangkan atau dihancurkan[5,6]..
Gambaran radiolusen periapikal yang dihasilkan oleh surgical bone defect
berbentuk bulat. berkontur halus dan memiliki perbatasan tepi yang baik.
Bayangan radiolusen dapat diproyeksikan langsung di atas apeks atau beberapa
milimeter di luar apeks akar yang direseksi dari gigi endodontik. Biasanya, hal ini
akan dapat diselesaikan dengan ukuran tertentu dan kemudian tetap konstan. Gigi
dan daerah periapikal akan benar-benar tanpa gejala. Sebuah pemeriksaan klinis
dengan hati-hati dapat menentukan mucosal scar dari operasi sebelumnya. Jika
kerusakan cukup besar, surgical defect bone dapat dideteksi dengan palpasi[7].

Gambar 12. Gambaran radiografi surgical defect

d. Keratocystic Odontogenic Tumor ( KOT )


KOT merupakan tumor jinak yang tidak menunjukan gejala, namun jika
timbul dengan radang maka akan menyebabkan rasa sakit dan bengkak. KOT
biasanya lebih sering terjadi pada rahang bawah dibandingkan dengan rahang
atas. KOT mudah mengalami kekambuhan setelah perawatan, dan biasanya juga
dapat mendorong gigi dan tulang kortikal di sekitarnya [5,6]..
Terlihat gambaran radiolusen menyerupai kista dengan dinding yang
bersepta, berbentuk bulat, atau melengkung mengikuti bentuk rahang dengan
ekspansi kearah mediolateral. Pada beberapa kasus KOT biasanya meresorpsi
tulang kortikal, dan gigi disekitarnya[7]..

11
Gambar 13. Gambaran radiografi Keratocystic Odontogenic Tumor

Terdapat beberapa pemeriksaan radiografi yang biasa digunakan untuk mendeteksi


adanya kista radicular, antara lain :

a. Periapikal

Radiografi periapikal mencatat hasil gambar dari garis, posisi, dan tingkat
mesiodistal dari gigi dan jaringan sekitarnya. Dalam radiografi periapikal, penting
untuk mendapatkan panjang penuh gigi dan setidaknya 2 mm dari tulang periapikal.
Ukuran film yang paling umum digunakan adalah film no. 2 radiografi periapikal
dapat digunakan untuk pasien anak atau orang dewasa[8].

Keuntungan dari pengambilan gambar radiografi periapikal antara lain:


1. Memperlihatkan gambaran mahkota gigi hingga apikal,
2. Memiliki detail gambar yang sangat jelas mengenai jaringan tulang,
jaringan ikat periodontal, jaringan keras gigi (enamel, dentin,
sementum), jika ada karies gigi, kelainan pada daerah apikal gigi dan
benih gigi[9].
Kerugian dari pengambilan radiografi secara periapikal:
1. Kerugiannya yaitu jika kurang menguasai teknik pengambilannya
maka akan menimbulkan distorsi pada gambar
2. Tidak dapat melihat kista yang sudah meluas karena ukuran film
periapikal yang kecil, 2x3 cm dan 3x4 cm[9].

12
Gambar 14. Gambaran radiografi periapikal kista radikuler

b. Orthopantomograph / Panoramik

Radiografi panoramik adalah prosedur radiografi yang menghasilkan gambar


tomografi tunggal dari struktur wajah termasuk kedua lengkung rahang atas dan
rahang bawah serta struktur pendukungnya.
Keuntungan dari pengambilan gambar radiografi panoramik antara lain:
1. Radiografi panoramik biasanya digunakan pada kasus yang luas
2. Waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan gambar radiografi
lebih singkat dibandingkan dengan radiografi intraoral seperti
periapikal.
3. Dosis radiasi yang rendah
4. Ideal bagi pasien yang tidak bisa membuka mulut (trismus) dan
[10,11,12]
bagi pasien yang memiliki reflek muntah tinggi .
Kerugian dari pengambilan radiografi secara periapikal:
1. Detail gambar yang kurang pada daerah periapikal dan periodontal
2. Gambar yang overlap/tumpang tindih, sering terjadi superimposisi
dari tulang belakang yang terlihat pada bagian anterior dari
panoramik[10,11,12].

13
Gambar 15. Gambaran radiografi kista radikuler dengan radiografi OPG

14
BAB IV
KESIMPULAN

Kista radikuler adalah penyakit yang sering ditemukan dalam rongga mulut, bersifat
asimptomatik saat masih kecil dan sering kali terdiagnosis secara tidak sengaja pada saat
pemeriksaan radiografi. Pada kasus ini membahas adanya kista radikuler simetris bilateral
yang jarang terjadi dan menunjukan pentingnya melakukan pemeriksaan radiografi sebelum
melakukan proses pencabutan gigi.
Pada laporan kasus ini, lebih baik menggunakan radiografi panoramik karena lesi kista
radikuler berukuran cukup besar pada gigi regio molar mandibula kiri dan terjadi secara
bilateral, sehingga melalui gambaran radiografi, akan terlihat gambaran dan posisi kista
radikuler secara keseluruhan. Penatalaksanaan yang dipilih adalah enukleasi karena ukuran
kista sedang dan dilanjutkan dengan perawatan apikoektomi dan endodontik pada gigi di
sebelahnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Bakar A. Kedokteran Gigi Klinis. 2nd ed. Yogyakarta: Quantum Sinergis Media;
2015. 38.
2. Kolokythas A, Miloro M. Pediatric Oral and Maxillofacial Pathology. Vol 28.
Philadelphia: Elsevier; 2016. 23.
3. Rajendran, Sivapathasundharam. Shafer’s Textbook of Oral Pathology. 7thed. New
Delhi: Elsevier; 2012. 237.
4. Slootweg PJ. Dental Pathology: A Practical Introduction. 2nded. New York:
Springer; 2013. 100.
5. Rajendran R., B.Sivapathasundharam. Shafer’s Textbook of Oral Pathology. 7th
ed.Belanda : Elsevier. 2012. 492 p.

6. Chandra satish, Girish Chandra. Oral Medicine. New delhi : Jaypee Brothers
Publishers. 2008. 42 p.

7. Pillai Kamala G. Oral & Maxillary Radioglogy : Basic Principles and Interpretation.
United Stated : JP Medical Ltd. 2015. 285 p.

8. Langland Olaf E., Langlais Robert P., Preece John W., Principles of Dental Imaging.
United Stated : Lippincott Williams & Wilkins. 2002. 86 p.

9. White SC & Pharoah. Oral Radiology 5th ed. Mosby. St Louis. 2000

10. Karjodkar Freny R. Textbook of Dental and Maxillofacial Radiology.New Delhi :


Jaypee Brother Medical Publisher. 2006. 206 p.

11. Frommer HH, Savage JJS. Radiology for Dental Proffesional. United States: Elsevier.
2011. 234-250 p.

12. Ghom AG. Textbook of Oral Radiology. India: Elsevier. 2008. 283-285 p.

16

Anda mungkin juga menyukai