Oleh:
Pembimbing:
i
2022
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Disetujui Oleh:
Pembimbing
ii
DAFTAR ISI
Daftar Isi............................................................................................... i
Pendahuluan ......................................................................................... 1
Laporan Kasus...................................................................................... 2
Pembahasan.......................................................................................... 8
Penutup ……………………………………………………………… 15
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
PENDAHULUAN
1
LAPORAN KASUS
Seorang wanita ibu rumah tangga berusia 48 tahun datang dengan rujukan
dari RS X ke Poliklinik Bedah Kepala Leher RSUD Dr. Soetomo dengan keluhan
bengkak pada pipi kiri. Keluhan dirasakan muncul pertama kali pada tahun 2018,
yaitu muncul benjolan di gusi rahang atas kiri awalnya seujung jari kelingking,
tidak dirasakan nyeri, tidak ada luka, tidak mudah berdarah. Dalam 1 tahun
terakhir, benjolan dirasakan semakin membesar sampai seukuran ibu jari, mulai
terasa nyeri, muncul luka seperti sariawan di atas permukaan benjolan tersebut
pasien tidak memeriksakan keluhan tersebut. Benjolan semakin lama bertambah
membesar sampai seukuran bola pingpong, mulai mengenai langit-langit, dan luka
semakin meluas. Dalam 6 bulan terakhir benjolan membesar dengan cepat sampai
seukuran genggaman tangan orang dewasa, hingga menyebabkan bola mata kiri
tampak menonjol, dan sering mengeluarkan air mata, pasien juga mengeluhkan
pandangan menjadi kabur. Pasien juga mulai mengeluhkan hidung sebelah kiri
terasa buntu. Pasien masih bisa makan minum, tidak ada keluhan nyeri kepala atau
kejang. Tidak ada benjolan di leher maupun bagian tubuh lain. Pasien
mengeluhkan penurunan berat badan sebanyak 23 kg dalam waktu 6 bulan.
Pasien belum pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya. Tidak ada
riwayat keluarga, belum pernah mengalami tumor ditempat yang sama atau
ditempat yang lain. Pada maret 2021, pasien akhirnya berobat ke RSUD
Bhayangkara Kediri kemudian dirujuk ke RSDS.
2
Pada status lokalis regio maxilla kiri, Inspeksi regio maxilla kiri tampak
asimetris, regio maxilla S-nasal S-infraorbita S massa visible, batas tidak tegas,
warna tidak hiperemis. Pada intraoral didapatkan visble mask pada gingiva
maxilla kiri, ulkus +, tidak ada aktif bleeding, tidak trimus
Pada palpasi regio maxilla kiri didapatkan massa 1 buah ukuran 6x5x10 cm
dengan konsistensi padat keras dengan permukaan irregular batas tidak tegas,
tumor dirasakan melekan pada dasar, ada nyeri tekan tumoral. Pada pemeriksaan
mata didapatkan VOD 5/5, VOS 5/6, tekanan intraoculi D/S normal, tidak
didapatkan palpebra edema, kornea tampak jernih, pupil normal, lensa jernih.
Pada pemeriksaan ductus lacomaximal tampak obstruksi
3
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan terhadap pasien ini berupa
pemeriksaan biopsi, laboratorium darah, foto toraks, CT Scan kepala dengan
kontras. Pemeriksaan foto toraks pada tanggal 25 agustus 2021 tidak ditemukan
metastase pada paru maupun tulang yang tervisualisasi dan tak tampak
cardiomegaly.
Pada tanggal 4 april 2021 pasien dilakukan CT scan kepala dengan kontras
di RSDS didapatkan hasil Tampak destruksi dinding lateral sinus maxillaris S
dengan tipe permeative, periosteal reaction tipe sunburst, zona transisional luas,
matrix kalsifikasi tipe chondroid, disertai soft tissue bulging di sekitarnya, meluas
hingga extracompartemen maxilla anterior, ke medial, mengisi cavum nasi kiri, ke
superior mendestruksi dinding inferior orbita kiri, ke inferior meluas hingga
processus alveolaris kiri. Tampak penebalan mukosa sinus maxillais kanan kiri.
Tampak pembesaran KGB di submandibular kanan uk 1,1 cm, submandibular kiri
0,5 cm, submentalis dengan ukuran 0,5 cm, posterior trigonum kanan dengan uk
0,5 cm dan trigonum osterior kiri uk 0,5 cm.. Tak tampak lesi hipo/hyperdense
pada brain parenchyme. Tampak penebalan mukosa sinus maxillaris kiri. Orbita,
mastoid dan sinus paranasalis kanan dan kiri di luar lesi tak tampak kelainan,
Calvaria normal. Dari hasil temuan CT scan kepala dan dengan kontras dapat
disimpukan; mengarah pada gambaran primary aggressive bone tumor. Sinusitis
maxillaris kanan kiri. Lymphadenopathy di submandibular kanan dan lymphnode
subcentimeter di submandibular kiri, submentalis, posterior trigonum kanan kiri.
4
(FNAB) dan didapatkan microskopis hapusan hiperseluler mendapatkan sebaran
sel-sel anaplastic dengan inti bulat oval, pleomorfik, beberapa binucleated,
hiperkromatik, sitoplasma cukup. Tampak matrix eosinofilik disimpulakan
adanya malignant bone tumor, kesan osteosarcoma.
Pasien didiagnosis dengan Primary Bone Cancer Regio Maxilla Sinistra
suspect Osteosarcoma T3N0Mx, Exophtalmos OS, Obstruksi Ductus
Nasolacrimalis OS. Pasien dilakukan tindakan total maxillectomy Sinistra
dengan mengangkat jaringan disekitarnya (radical) dan dilakuan eksentrasi oculi
sinistra yang selanjutnya akan dilakukan rekonstruksi orbital floor dengan
menggunakan titanium mesh dan pemasangan surgical obturator.
PEMBAHASAN
Osteosarcoma (OS) adalah tumor ganas tulang yang memiliki ciri khusus
berupa pembentukan osteoid oleh sel-sel neoplastic. Osteosarcoma adalah
keganasan primer paling umum pada tulang. Osteosarkoma lebih besar dari 2 cm
(diameter), sering muncul pada tulang belakang dan tulang panjang. Osteosarcoma
dapat muncul dan berkembang dari paget’s disease, giant cell tumors, atau fibrous
dysplasia. Penyebab osteosarkoma masih belum jelas, namun banyak faktor
5
predisposisi dari osteosarkoma, antara lain: jenis kelamin laki-laki, usia 20-an
tahun, usia 60-an tahun (paget’s disease)1. Selain itu tumor suppressor gene juga
berperan terhadap tumorigenesis pada osteosarkoma, yaitu protein p53 (kromosom
17) dan Rb (kromosom 13)4. Predileksi osteosarkoma sering di daerah metafisis
terutama pada distal femur, proksimal tibia, proksimal fibula, proksimal humerus,
dan pelvis. Osteosarcoma sangat jarang terjadi pada rahang, sekitar 4% dari jumlah
tumor dibandingkan dengan osteosarkoma tulang panjang. Osteosarkoma maksila
bahkan lebih jarang muncul dengan gambaran klinis umum nyeri dan
pembengkakan. Osteosarcoma kondroblastik adalah varian paling umum dari
osteosarcoma maxillofacial sedangkan osteosarcoma osteoblastic adalah jenis yang
paling umum pada tulang Panjang5.
Osteosarcoma diklasifikasikan menjadi dua jenis primer dan sekunder.
Osteosarkoma maxillofacial primer tidak diketahui penyebabnya. Osteosarcoma
maxillofacial sekunder biasaya terjadi pada pasien usia tua dan pada pasien
paget’s disease6
Gejala klinis pada osteosarcoma maxilla dapat berupa Nyeri pada rahang dan
membengkak. Paresthesia biasanya muncul pada lesi mandibular, seperti hilangnya
gigi. Jika tumor bertambah besar gejala klinis dapat memberat, secara progresif
akan timbul gejala obstruksi nasal, epistaxis, proptosis, atau diplopia dapat
muncul3.
Penegakan diagnosis pada osteosarcoma maxilla dapat dilakukan
pemeriksaan radiologi dan histopatologi. Pemeriksaan radiologi yang dapat
dilakukan adalah dengan foto Skull AP/Lateral, CT scan kepala dengan kontras.
Pada pemeriksaan foto polos dapat ditemukan gambaran khas berupa periapical
dense sclerotic change pada tulang, selain itu gambarang khas pada osteosarcoma
adalah tampak seperti lesi osteolitik disertai pelebaran ligament periodontal dan
tulang ekstrakortikal menghasilkan “sunburst” appearance7.
6
Gambar 4 Gambaran periapical dense sclerotic change pada maxilla
Gambar 6 Gambaran soft tissue mass dan sunray type of ossification pada
maxilla dan sinus maxillaris S
7
Table 1 staging osteosarcoma2
8
PENUTUP
Osteosarcoma (OS) adalah tumor ganas tulang yang memiliki ciri khusus
berupa pembentukan osteoid oleh sel-sel neoplastic. Osteosarcoma adalah keganasan primer
paling umum pada tulang. Osteosarkoma lebih besar dari 2 cm (diameter), sering muncul
pada tulang belakang dan tulang panjang.
Osteosarcoma diklasifikasikan menjadi dua jenis primer dan sekunder. Gejala
klinis pada osteosarcoma maxilla dapat berupa Nyeri pada rahang dan membengkak.
Paresthesia biasanya muncul pada lesi mandibular, seperti hilangnya gigi. Jika tumor
bertambah besar gejala klinis dapat memberat, secara progresif akan timbul gejala obstruksi
nasal, epistaxis, proptosis, atau diplopia dapat muncul. Penatalaksanaan definitive pada
pasien osteosarcoma adalah dilakukan radikal reseksi, dengan safety margin berjarak 3 cm
dari tumor. Hal tersebut merupakan indikator paling penting untuk menentukan tingkat
kekambuhan tumor pada pasien. Saat ini direkomendasi pada kasus osteosarcoma
maxillofacial dapat dilakukan preoperative dan postoperative chemotherapy sebagai adjuvant
pada tindakan reseksi radikal dan rekonstruksi free flap. Regimen kemoterapi yang
dianjurkan untuk osteosarcoma adalah high dose methotrexate dengan leucovorin rescue,
Adriamycin, cisplatin, ifosfamide, dan cyclophosphamide.
9
DAFTAR PUSTAKA
10