Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH DAN ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

“ PENYAKIT PERSYARAFAN “

KASUS : SOL ( SPACE OCCUPYING LESION )

Diajukan sebagai tugas mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan II

Dosen Pembimbing :
Ns. Weni Mailita ,S.Kep.,M,Kep.
Di susun Oleh : kelompok 5
Wella Vista Edward (2014201089)
Sari Meliana (2014201078)
Ratih Pebrianti (2014201073)
Febri Fadhilah Aduha (2014201060)
Zona Vauzi (2014201092)
Engrit Asisendri (2014201056)
M. Dendi Masbri (2010201471)
Rike Ridni Mardela (2014201075)
Happy Lusseana Rimanda (2014201061)
Oktaviani Putri (2014201070)
Lailatul Rahma (2014201064)

Prodi S1 Keperawatan
STIKes Alifah Padang
2020-2021

i
KATA PENGANTAR

SOL ( Space Occupying Lesion ) merupakan generalisasi masalah tentang


adanya lesi pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. Banyak penyebab
yang dapat menimbulkan lesi pada otak seperti kontusio serebri, hematoma, infark,
abses otak dan tumor intracranial.
Dari definisi diatas dapat kita ketahui akan bahaya yang ditimbulkan akibat
dari SOL. Untuk itu makalah ini dibuat diharapkan dapat membantu mahasiswa
keperawatan dalam membarikan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami
SOL.
Dalam maklah ini penulis telah melampirkan akan definisi, etiologi,
klasifikasi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, komplikasi, dan
asuhan keperawatan mengenai SOL ( Space Occupying Lesion ).
Penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat
membantu dan bermanfaat bagi kita semua khususnya mahasiswa/i keperawatan.

Padang, 26 Juni 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................1

B. Tujuan......................................................................................................1

C. Manfaat....................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORITIS...........................................................................3

A. Definisi....................................................................................................3

B. Etiologi....................................................................................................4

C. Klasifikasi................................................................................................4

D. Menifestasi Klinis....................................................................................5

E. Patofisiologi.............................................................................................5

F. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................6

G. Komplikasi...............................................................................................7

iii
H. Penatalaksanaan.......................................................................................7

I. Pengkajian...............................................................................................7

J. Diagnosa Keperawatan............................................................................9

K. Intervensi...............................................................................................10

BAB III PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN....................................16

BAB III PENUTUP..............................................................................................28

A. Simpulan................................................................................................28

B. Saran......................................................................................................28

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
SOL ( Space Occupying Lesion ) merupakan generalisasi masalah
tentang adanya lesi pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak.
Banyak penyebab yang dapat menimbulkan lesi pada otak seperti; kuntusio
serebri, hematoma, infark, abses otak dan tumor intra kranial.
(Long,2002,130).
Tapi penulis membatasi dengan hanya membahas tentang abses otak.
Abses otak (AO) adalah suatu reaksi piogenik yang terlokalisir pada jaringan
otak. AO pada anak jarang ditemukan dan di Indonesia juga belum banyak
dilaporkan. Morgagni pertama kali melaporkan AO yang disebabkan oleh
peradangan telinga. Pada beberapa penderita dihubungkan dengan kelainan
jantung bawaan sianotik. Mikroorganisme penyebab AO meliputi bakteri,
jamur dan parasite tertentu. Mikroorganisme tersebut mencapai substansia
otak melalui aliran darah, perluasan infeksi sekitar otak, luka tembus trauma
kepala dan kelainan kardiopulmoner. Pada beberapa kasus tidak diketahui
sumber infeksinya.
Gejala klinik AO berupa tanda-tanda infeksi yaitu demam, anoreksi
dan malaise, peninggian tekanan intrakranial serta gejala nerologik fokal
sesuai lokalisasi abses. Terapi AO terdiri dari pemberian antibiotik dan
pembedahan. Tanpa pengobatan, prognosis AO jelek.

B. TUJUAN
Tujuan dibuatnya makalah ini untuk memberikan informasi mengenai
asuhan keperawatan yang akan diberikan pada pasien dengan menderita SOL
serta memberikan informasi mengenai SOL dan cara mengatasinya dan
memenuhi tuntutan tugas kelompok. Oleh karena itu dengan adanya makalah
ini semoga dapat membantu dan bermanfaat untuk kita semuanya.

1
C. MANFAAT
Dengan pembuatan makalah ini diharapkan dapat memperdalam ilmu
keperawatan medikal bedah yang bersangkutan dengan SOL dan juga dapat
menjadikan acuan dalam menetapkan asuhan keperawatan.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. DEFENISI
SOL ( Space Occupying Lesion ) merupakan generalisasi masalah
tentang adanya lesi pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak.
Banyak penyebab yang dapat menimbulkan lesi pada otak seperti kontusio
serebri, hematoma, infark, abses otak dan tumor intracranial ( Long C , 2002 :
130).
Karena cranium merupakan tempat yang kaku dengan volume yang
terfiksasi maka lesi-lesi ini akan meningkatkan tekanan intracranial. Suatu lesi
yang meluas pertama kali diakomodasi dengan cara mengeluarkan cairan
serebrospinal dari rongga cranium. Akhirnya vena mengalami kompresi, dan
gangguan sirkulasi darah otak dan cairan serebrospinal mulai timbul dan
tekanan intracranial mulai naik. Kongesti venosa menimbulkan peningkatan
produksi dan penurunan absorpsi cairan serebrospinal dan meningkatkan
volume dan terjadi kembali hal-hal seperti diatas.
Posisi tumor dalam otak dapat mempunyai pengaruh yang dramatis
pada tanda-tanda dan gejala. Misalnya suatu tumor dapat menyumbat aliran
keluar dari cairan serebrospinal atau yang langsung menekan pada vena-vena
besar, meyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intracranial dengan cepat.
Tanda-tanda dan gejala memungkinkan dokter untuk melokalisirlesi akan
tergantung pada terjadinya gangguan dalam otak serta derajat kerusakan
jaringan saraf yang ditimbulkan oleh lesi. Nyeri kepala hebat, kemungkinan
akibat peregangan durameter dan muntah-muntah akibat tekanan pada batang
otak merupakan keluhan yang umum.Suatu pungsi lumbal tidak boleh
dilakukan pada pasien yang diduga tumor intracranial. Pengeluaran cairan
serebrospinal akan mengarah pada timbulnya pergeseran mendadak
hemispherium cerebri melalui takik tentorium kedalam fossa cranii posterior

3
atau herniasi medulla oblongata dan serebellum melalui foramen magnum.
Pada saat ini CT-scan dan MRI digunakan untuk menegakkan diagnose.
Tumor otak adalah sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang
menempati ruang di dalam tengkorak. Tumor otak adalah lesi oleh karena ada
desakan ruang baik jinak / ganas yang tumbuh di otak, meningen dan
tengkorak.

B. ETIOLOGI
1. Riwayat trauma kepala.
2. Faktor genetic
3. Paparan zat kimia yang bersifat karsinogenik
4. Virus tertentu
5. Defisiensi imunologi
6. Congenital
(ngatisyah, 2001)

C. KLASIFIKASI
Berdasarkan jenis tumor dapat dibagi menjadi :
a. Jinak
 Acoustic neuroma
 Meningioma
 Pituitary adenoma
 Astrocytoma ( grade I )
b. Malignant
 Astrocytoma ( grade 2,3,4 )
 Oligodendroglioma
 Apendymoma
Berdasarkan lokasi tumor dapat dibagi menjadi :

4
a. Tumor intradural
 Ekstramedular
 Cleurofibroma
 Meningioma intramedural
 Apendimoma
 Astrocytoma
 Oligodendroglioma
 Hemangioblastoma
b. Tumor ekstradural
Merupakan metastase dari lesi primer.

D. MANIFESTASI KLINIS
Peningkatan tekanan intracranial
a. Nyeri kepala
Nyeri bersifat dalam, terus-menerus, tumpul dan kadang-kadang bersifat
hebat sekali, biasanya paling hebat pada pagi hari dan diperberat saat
beraktivitas yang menyebabkan peningkatan TIK, yaitu batuk,
membungkuk dan mengejan.
b. Nausea dan muntah
Akibat rangsangan pada medual oblongata
c. Papil edema
Statis vena menimbulkan pembengkakan papila saraf optikus.

E. PATOFISIOLOGI
Peningkatan tekanan intrakranial (TIK) dan edema serebral
Aktivitas kejang dan tanda-tanda neurologis fokal
Hidrosefalus
Gangguan fungsi hipofisis

5
Pada fase awal, abses otak ditandai dengan edema local, hyperemia,
infiltrasi leukosit melunaknya parenkim trombosis sepsis dan edema, beberapa
hari atau minggu dari fase awal terjadi proses uque fraction atau dinding kista
berisi pus. Kemudian rupture maka infeksi akan meluas keseluruh otak dan
bisa timbul meningitis ( long, 1996 : 193 ).
Terjadi proliferasi atau pertumbuhan sel abnormal secara sangat cepat
pada daerah central nervus ( CNS ). Sel ini akan terus berkembang mendesak
jaringan otak yang sehat disekitarnya mengakibatkan terjadi gangguan
neurologis ( Gangguan Fokal Akibat Tumor Dan Peningkatan TIK ).
Tumor-tumor otak primer menunjukkan kira-kira 20 % dari penyebab
semua kematian kanker. Tumor-tumor otak jarang bermetastase ke otak,
biasanya dari paru-paru, payudara, cairan glastrointestinal bagian bawah,
pankreas, ginjal, dan kulit ( melanoma ).
Insiden tertinggi pada tumor otak dewasa terjadi pada dekade ke 5, 6,
7 dengan tingginya insiden pada pria usia dewasa tumor otak banyak dimulai
dari sel gelia ( sel untuk membuat struktur dan mendukung sistem otak dan
medula spinalis ) dan merupakan supratentorial ( Terletak Diatas Penutup
Cerebellum ) jelasnya neoplastik dalam palastik menyebabkan kematian yang
mengganggu fungsi vital, seperti pernafasan atau adanya peningkatan TIK.
(hasanudin 2001)

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
CT Scan : Memberi informasi spesifik mengenal jumlah, ukuran,
kepadatan, jejas tumor, dan meluasnya edema serebral sekunder serta member
informasi tentang sistem vaskuler
MRI :Membantu dalam mendeteksi jejas yang kecil dan tumor
didalam batang otak dan daerah hiposisis, dimana tulang menggangu dalam
gambaran yang menggunakan CT Scan

6
Biopsi stereotaktik : Dapat mendiagnosa kedudukan tumor yang dalam
dan untuk memberi dasar pengobatan seta informasi prognosis
Angiografi : Memberi gambaran pembuluh darah serebal dan letak
tumor
Elektroensefalografi ( EEG ) Mendeteksi gelombang otak abnormal.
(doengoes, 2000)

G. KOMPLIKASI
1. Gangguan fungsi neurologis
2. Gangguan kognitif
3. Gangguan tidur dan mood
4. Disfungsi seksual

H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan tergantung pada penyebab lesi :
untuk tumor primer, jika memungkinkan dilakukan eksisi sempurna, namun
umumnya sulit dilakukan sehingga pilihan pada radioteraphi dan kemoteraphi,
namun jika tumor metastase pengobatan paliatif yang dianjurkan.
Hematom membutuhkan efakuasi. Lesi infeksi membutuhkan efakuasi
dan terapi antibiotic. Pengobatan lain yang diperlukan meliputi :
 Dexamatason, yang dapat menurunkan edema serebral
 Manitiol, untuk menurunkan peningkatan TIK
 Antikoonfulsan, sesuai dengan gejala yang timbul.

I. PENGKAJIAN
Data dasar ; nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, alamat, golongan
darah, penghasilan

7
Riwayat kesehatan ; apakah klien pernah terpajan zat zat kimia tertentu,
riwayat tumor pada keluarga, penyakit yang mendahului seperti sklerosis TB
dan penyakit neurofibromatosis, kapan gejala mulai timbul

Aktivitas / istirahat, Gejala : kelemahan / keletihan, kaku, hilang


keseimbangan. Tanda : perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, quadriplegi,
ataksia, masalah dalam keseimbangan, perubaan pola istirahat, adanya faktor
faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, cemas, keterbatasan dalam hobi
dan dan latihan

Sirkulasi, gejala : nyeri kepala pada saat beraktivitas. Kebiasaan : perubahan


pada tekanan darah atau normal, perubahan frekuensi jantung.

Integritas Ego, Gejal : faktor stres, perubahan tingkah laku atau kepribadian,
Tanda : cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresi dan
impulsif.

Eliminasi : Inkontinensia kandung kemih/ usus mengalami gangguan fungsi.

makanan / cairan , Gejala : mual, muntah proyektil dan mengalami perubahan


selera. Tanda : muntah ( mungkin proyektil ), gangguan menelan (batuk, air
liur keluar, disfagia)

Neurosensori, Gejala : Amnesia, vertigo, synkop, tinitus, kehilangan


pendengaran, tingling dan baal pad aekstremitas, gangguan pengecapan dan
penghidu. Tanda : perubahan kesadaran sampai koma, perubahan status
mental, perubahan pupil, deviasi pada mata ketidakmampuan mengikuti,
kehilangan penginderaan, wajah tidak simetris, genggaman lemah tidak

8
seimbang, reflek tendon dalam lemah, apraxia, hemiparese, quadriplegi,
kejang, sensitiv terhadap gerakan

Nyeri / Kenyamanan, Gejala : nyeri kepala dengan intensitas yang berbeda


dan biasanya lama. Tanda : wajah menyeringai, respon menarik dri
rangsangan nyeri yang hebat, gelisah, tidak bisa istirahat / tidur.

Pernapasan, Tanda : perubahan pola napas, irama napas meningkat, dispnea,


potensial obstruksi.

Hormonal : Amenorhea, rambut rontok, dabetes insipidus.

Sistem Motorik : scaning speech, hiperekstensi sendi, kelemahan

keamanan , Gejala : pemajanan bahan kimia toksisk, karsinogen, pemajanan


sinar matahari

berlebihan. Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi seksualitas, gejala: masalah


pada seksual (dampak pada hubungan, perubahan tingkat kepuasan)

Interaksi sosial : ketidakadekuatan sitem pendukung, riwayat perkawinan


( kepuasan rumah tangga, dudkungan ), fungsi peran

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungn dengan obstruksi ventrikel
2. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK
3. Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan kurang nutrisi
4. Gangguan imobilitas fisik berhubungan dengan tekanan pada serebelum
(otak kecil)

9
5. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penglihatan

K. INTERVENSI
a. Gangguan perfusi jaringan berhubungn dengan obstruksi ventrikel
 Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam diharapkan perfusi
jaringan kembali normal dengan KH :
TTV normal,
Kesadaran pasien kembali seperti sebelum sakit,
Gelisah hilang,
Ingatannya kembali seperti sebelum sakit,

 Intervensi :
1. Pantau status neurologis dengan teratur dan bandingkan
dengan keadaan normalnya seperti GCS
2. Pantau frekuensi dan irama jantung
3. Pantau suhu juga atur suhu lingkungan sesuai kebutuhan.
Batasi penggunaan selimut dan lakukan kompres hangat jika
terjadi demam
4. Pantau masukan dan pengeluaran, catat karakteristik urin, tugor
kulit dan keadaan membrane mukosa
5. Gunakan selimut hipotermia
6. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi seperti steroid,
klorpomasin, asetaminofen
 Rasional :
1. Pengkajian kecenderungan adanya perubahan tingkat
kesadaran dan potensi TIK adalah sangat berguna dalam

10
menentukan lokasi, penyebaran, luas,dan perkembangan dari
kerusakan
2. Perubahan pada frekuensi dan disritmia dapat terjadi yang
mencerminkan trauma atau tekanan batang otak tentang ada
tidaknya penyakit
3. Demam biasanya berhubungan dengan proses inflamasi tetapi
mungkin merupakan komplikasi dari kerusakan pada
hipotalamus
4. Hipertermi meningkatkan kehilangan air dan meningkatkan
resiko dehidrasi, terutama jika tingkat kesadaran menurun
5. Membantu dalam mengontrol peningkatan suhu
6. Dapat menurunkan permebilitas kapiler untuk membatasi
pembentukan edema, mengatasi menggigil yang dapat
meningkatkan TIK, menurunkan metabolisme seluler/
menurunkan konsumsioksigen

b. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK


 Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam nyeri hilang dengan
KH :
Nyeri hilang,
Pasien tenang,
Tidak terjadi mual muntah,
Pasien dapat beristirahat dengan tenang
 Intervensi :
1. Berikan lingkungan yang tenang
2. Tingkatkan tirah baring, bantu perawatan diri pasien
3. Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin diatas mata

11
4. Dukung pasien untuk menemukan posisi yang nyaman
5. Berikan ROM aktif/pasif
6. Gunakan pelembab yang agak hangat pada nyeri
leher/punggung yang tidak ada demam
7. Kolaborasi pemberian obat analgetik seperti asetaminofen,
kodein sesuai indikasi
 Rasional :
1. Menurunkan reaksi terhadap stimulus dari luar dan
meningkatkan istirahat
2. Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri
3. Meningkatkan vasokontriksi, penumpukan resepsi sensori akan
menurunkan nyeri
4. Menurunkan iritasi meningeal, resultan ketidaknyamanan lebih
lanjut
5. Membantu merelaksasi ketegangan otot yang meningkatkan
reduksi nyeri
6. Meningkatkan relaksasi otot dan menurunkan rasa sakit
7. Untuk menghilangkan nyeri yang hebat

c. Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan kurang nutrisi


 Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
kebutuhan pasien menjadi adekuat dengan KH :
Mual muntah hilang,
Napsu makan meningkat,
BB kembali seperti sebelum sakit,
 Intervensi :
1. Kaji kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan

12
2. Beri makanan dalam jumlah kecil dan sering
3. Timbang berat badan
4. Kolaborasi dengan ahli gizi
 Rasional :
1. Menentukan pemilihan terhadapjenis makanan sehingga pasien
terlindungi dari aspirasi
2. Meningkatkan proses pencernaan dan kontraksi pasien
terhadap nutrisi yang diberikan dan dapat meningkatkan
kerjasama pasien saat makan
3. Mengevaluasi keefektifan/ kebutuhan mengubah pemberian
nutrisi
4. Merupakan sumber yang efektif untuk mengidentifikasi
kebutuhan kalori \nutrisi

d. Gangguan imobilitas fisik berhubungan dengan tekanan pada serebelum


(otak kecil)
 Tujuan : klien dapat menunjukkan cara mobilisasi secara optimal.
KH :
Klien dapat mempertahankan meningkatkan kekuatan dan fungsi
tubuh yang sakit,
mempertahankan integritas kulit dan kandung kemih dan fungsi
usus.
 Intervensi :
1. Periksa kembali kemampuan dan keadaan secara fungsional
pada kerusakan yang terjadi.
2. Kaji derajat imobilitas pasien dengan menggunakan skala
ketergantungan 0-4

13
3. Letakkan pasien pada posisi tertentu, ubah posisi pasien secara
teratur dan buat sedikit perubahan posisi antara waktu
 Rasional :
1. Mengidentifikasi kemungkinan kerusakan secara fungsional
dan mempengaruhi pilihan intervensi yang akan dilakukan.
2. Seseorang dalam semua kategori sama-sama mempunyai risiko
kecelakaan namun katagori 2-4 mempunyai resiko terbesar
untuk terjadinya bahaya tsb sehubungan dengan imobilisasi.
3. Perubahan posisi yang teratur menyebabkan penyebaran
terhadap berat badan dan meningkatkan sirkulasi seluruh
bagian tubuh.

e. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penglihatan


 Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
penglihatan pasien kembali normal dengan KH :
Pasien dapat melihat dengan jelas
 Intervensi :
1. Pastikan atau validasi persepsi pasien dan berikan umpan balik,
orientasikan kembali pasien secara teratur pada lingkungan,
dan tindakan yang akan dilakukan terutama jika
penglihatannya terganggu
2. Buat jadwal istirahat yang adekuat/periode tidur tanpa ada
gangguan
3. Berikan kesempatan yang lebih banyak untuk berkomunikasi
dam melakikan aktivitas
4. Rujuk pada ahli fisioterapi
 Rasional :

14
1. Membantu pasien untuk memisahkan pada realitas dari
perubahan persepsi, gangguan fungsi kognitif dan atau
penurunan penglihatan dapat menjadi potensi timbulnya
disorientasi dan ansietas
2. Mengurangikelelahan,mencegah kejenuhan, memberikan
kesempatan untuk tidur REM (ketidakadaan tidur REM ini
dapat meningkatkan gangguan persepsi sensori
3. Menurunkan fruktasi yang berhubungan dengan perubahan
kemampuan /pola respon yang memanjang
4. Pendekatan antardisiplin dapat menciptakan rencana
penatalaksanaan berintegrasi yang didasarkan atas kombinasi
kemampuan /ketidakmampuan secara individu yang unik
dengan berfokus pada peningkatan evaluasi, dan fungsi fisik,
kognitif, dan perseptual

15
BAB III
PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : FEBRI FADHILAH ADUHA


Tanggal Praktek : Minggu, 27 juni 2021
Tempatpraktek : RSUD.PADANG

I. Identitas DiriKlien
Nama : Ny.jesika
Tempat/tgl lahir : padang,30 desember 1998
Tanggal masuk Rs: : 26,juni 2021
sumber Informasi : pasien
Diagnosa Medis : Ganguan rasa nyaman
Jenis Kelamin : perempuan
Status Kawin : sudahkawin
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : rumah tanggaa
Alamat : jl.belimbing kuranji
II. Identitas Keluarga klien
Keluarga Terdekat yang dapat segera dihubungi ( Orang tua,Suami,Istri)
Nama (suami) : hadiat
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tani
Alamat : jl.belimbing kuranji
III. RiwayatKesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang:
klien mengatakan nyeri dibagian kepala dan mata klien nyeri pada
kepala dirasakan seperti ditusuk benda tajam nyeri berkurang bila

16
diistirahatkan. Klien tampak meringis saat nyeri terasa skala nyeri 3(10).
Mual dan Muntah
2. Riwayat kesehatan dahulu:
Klien mengatakan sekitar 8 bulan yang lalu sering mengalami buram pada
mata, dan mengalami kebutaan total semenjak 2 bulan terakhir.
muncul benjolan di kepala bagian depan sebelah kiri
3. Riwayat kesehatan Keluarga :
Keluarga menyatakan tidak ada penyakit seperti klien

Genogram :

IV. Pemeriksaan Fisik:


1. Tanda-tanda Vital :
TD : 130/90 mmHg
N : 56 x/me nit
S : 36,5 derajat celcius
RR : 22 x/menit
2. Pemeriksaan Kepala Inspeksi Kepala:
Bentuk : terdapat benjolan dikepala bagian depan sebelah
kiri
Karakteristik rambut : rambut hitam, penyebaran rambut merata, bersih

17
Kebersihan : keadaan kepala bersih
Palpasi kepala : terasa adanya benjolan
Adanya Massa /Benjolan/Lesi : benjolan
3. Pemeriksaan mata
Inspeksi: bentuk mata simetris
Sklera : berwarna putih
Conjungtiva : tidak anemis
Kornea : normal
Iris : normal
Reflek Pupil : membesar ketika ditempat gelap
Tanda-tanda radang: terasa nyeri nyari
Edema palpebrae : tidak ada gejala, wana matanya putih
Rasa sakit : ada nyeri tekan area mata dan klien tidak dapat melihat
4. Telinga Inspeksi :
Daun telinga : sejajar mata
LiangTelinga : bersih
Membran tympani :
Adanya cerumen : -
Pendarahan : -
Tes pendengaran : baik
Garpu tala : normal
Rinne : -
Swabach,Weber : -
Audiometri : -
5. Hidung
Simetris/Tidak : simetri
Membran mukosa : bersih
Penciuman/Ketajaman Membedakan Bau : -
Alergi terhadap sesuatu : tidak

18
Cara mengatasinya :-
6. Mulut &Tenggorokan
Inspeksi : tidak
Mulut : bersih
Mukosa mulut : kering
Lidah : bersih
Gigi : bersih
Tonsil : -
Tes rasa (Ketajaman mengecap rasa): aman
Kesulitan menelan : -
7. Leher
Inspeksi leher : terlihat normal
Kelenjarn tyroid : tidak terdapat pembengkakan kelenjar tiroid
JVP : normal
Palpasi : terdapat benjolan pada kelenjar getah benin
Arteri carotis : normal
Vena jugularis : normal
Kelenjer Tyroid : normal
Nodus limfa : normal
Pembesaran Kelenjar : pembesaran kelenjar getah bening
Adanya kaku kuduk/tidak : tidak

8. Thorak
Inspeksi :
Bentuk thorak : simetris
Warna kulit : sawo matang
Pola nafas : normal
Palpasi :

19
Vocal Fremitus : normal
Perkusi:
Batas paru : normal
Auskultasi :
Suara Nafas : tidak ada suara tambahan, irama jantung normal

9. Payudara
Inspeksi:
Kesimetrisan : simetris
Warna kulit : sawo matang
Bentuk & ukuran : simetris
Penyebaranvena : normal
Massa : normal
Areola : normal
Hiperpigmentasi : -
Palpasi :
Adanya massa : tidak ada
Nyeri tekan : tidak
Pembesaran : tidak ada
kelenjar limfe :-

10. Kardiovaskuler
Inspeksi:
Ictuscordis :
Palpasi:
Ictuscordis :
Heart rate :
Perkusi :

20
Batasjantung : normal
Auskultasi:
Bunyi jantung I&II : normal
Adanya suara tambahan : tidak ada

11. Abdomen
Inspeksi :
tidak ada abdomen :
Kuadran region :
Umbilikus : belum terkaji
Distensi : tidak ada distensi abdomen
Membuncit : tidak
Auskultasi : belum terkaji
Bising usus : tidak terdengar bising usus
Frekuensi : normal
Kualitas : normal
Palpasi :
Adanya massa : nyeri punggung kiri kanan
Pada hepar : normal
Lien : normal
ginjal : normal
Apendiks : normal
Perkusi Tympani T : normal
Neurologi:
Tingkat kesadaran : normal
Pemeriksaan reflek :

• Bicep : normal

21
• Tricep : normal
• Patella : normal
• Achiles : normal
• Babinski : normal
Pemeriksaan motorik :-

Pemeriksaanbsensorik :-

Pemeriksaan Syaraf kranial :-

Kekuatanotot : normal

Fungsi Nervus Cranialis :

➢ N. I (N.Olfactorius) : penciuman
➢ N. II (N.Opikus) : penglihatan
➢ N. III (N. Okumulatorius) : sebagai gerakan ejstraokuler,
mengangkat kelopak mata ke atas
➢ N. IV (N. Trokhearis) : gerakan mata kebawah dan kedalam
➢ N. V (N.Abdusen) : saraf motoric, gerakan mengunyah
➢ N. VI. (N.Trigemius) : deviasi mata ke lateral
➢ N. VII (N.Facialist) : untuk ekspresi wajah
➢ N. VIII (N. Akustikus) : untuk pendengaran dan
keseimbangan
➢ N. IX (N. Glosofarigeus) : untuk sensasi rasa
➢ N. X(N.Vagus) : reflex muntah dan menelan
➢ N. XI (N. Asseorius) : menggerakkan bahu
➢ ➢ N. XII(N. Hypolgosus) : menggerakkan lidah

12. Ekstremitas
Nyeri : tidak terasa nyeri

22
Kekakuan : normal
Tonus otot : normal

13. Genetalia
Vagina : normal
Adanya perdarahan pada vagina : -
Cek adanya hernia :-
Anus (adanya hemoroid). :-
ColokDubur : normal

14. Kulit
Warna kulit : sawo matang
Ada tidaknya jaringan parut/lesi : -
Turgor kulit : normal

V. Pola Nutrisi:
1. Berat badan:70 KG Tinggi badan :150 CM Sakit. NYERI AKUT
2. Frekuensi makan : Makan 2 x sehari
3. JenisMakanan : nasi ,lauk sayur
4. Makanan yang disukai : nasi goreng
5. Nafsu makan : sedang
6. PolaMakan : teratur

VI. PolaEliminasi
a. Buang AirBesar
Frekuensi : normal
Warna : kecoklatan
Konsistensi : normal, 1-2 kali sehari

23
Penggunaan pencahar :-
b. Buang airkecil
Frekuensi : normal
Warna : kuning pucat
Bau : normal

VII. Pola tidur danistirahat


• Waktu tidur : tidur jam 8 atau 9 malam
• Kebiasaan saat tidur : membaca
• Kesulitan dalam haltidur : bernafas

VIII. Pola aktivitas & latihan


• Kegiatan dalam pekerjaan : -
• Olahraga : tidak teratur
• Kegiatan di waktu luang : menjahit

IX. PolaBekerja
• Jenis pekerjaan : kegiatan sehari-hari pasien bersosialisasi
dengan masyarakat, mengantar jemput anak sekolah dan melakukan
pekerjaan sebagai buruh harian jika ada yang membutuhkan
jasanya.
• Lama bekerja : tidak teratur
• Jumlah jam kerja : tidak terarur

X. Aspekpsikososial
1. Pola pikir &persepsi
Alat bantu yangdigunakan : 1.Kacamata 2. Alat bantu pendengaran

24
Kesulitan yangdialami : Sering pusing,membaca/menulis
Persepsidiri
 Hal yang amat dipikirkan saat ini : sembuh
 Harapan setelah menjalani perawatan: adanya perubahan pada
kesehatan
 Perubahan yang dirasa setelah sakit: kegiatan menjadi terbatas
2. Hubungan/Komunikasi
 Bahasa utama :bahasa daerah, yaitu bahasa minang
 Bicara : Jelas
 Kehidupan keluarga:
✓ Adat istiadat yang dianut : adat minang
✓ Pembuat keputusan dalam Keluarga:kepala keluarga,
suaminya
✓ Pola komunikasi : lemah lembut
✓ Keuangan : normal
✓ Kesulitandalamkeluarga : tidak ada
✓Hubungan dengan orang tua, sanak : baik-baik saja, tidak ada
masalah
a. Kebiasaanseksual
Gangguan hubungan seksual disebabkan kondisi sebagai berikut:
Fertilitas : normal
Menstruasi: normal
Kehamilan : normal
3. Spiritual
 Keyakinan agama: islam
 Kegiatan agama/ kepercayaan yg dilakukan: sholat dan mengaji
 Kegiatanagama/kepercayaanyangdilakukanselamadiRumahsakit:sh
olat dan mengaji

25
XI. Informasi penunjang
Diagnosa medik : space occupying lesion ( supratentorial at left frontoparietal
due to susp conventory meningioma)
Therapy Pengobatan : meminum obat-obatan, dan melakukan diet
Pemeriksaan diagnostik:
 Laboratorium :

 Rontgen :-
 Ekg :-
 USG :-
 CT-scan :-

26
LAMPIRAN
FORMAT RENCANA KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

No Diagnos SDK SI SLKI Evaluasi TTD


tangg a I KI
al keperawat
an
1. Nyeri S:
26/06/2 berhubungan
021 dengan agen
cedera biologis O:
(desakkan massa
pada
intrakranial) A:
yang ditandai
dengan pasien
tampak meringis, P:
skala nyeri 3 (0-
10), TD130/90
mmHg, HR:
56x/mnit, RR:
22x/mnit, C:
36,5C

27
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah kami mengadakan pengkajian, maka kami menyimpulkan,
yaitu : Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak /
ganas yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak.
Penyebab tumor otak adalah Faktor Resiko, tumor otak dapat terjadi
pada setiap kelompok Ras, insiden meningkat seiring dengan pertambahan
usia terutama pada decade kelima, keenam dan ketujuh .faktor resiko akan
meningkat pada orang yang terpajan zat kimia tertentu ( Okrionitil, tinta,
pelarut, minyak pelumas ), namun hal tersebut belum bias
dipastikan.Pengaruh genetik berperan serta dalam tibulnya tumor, penyakit
sklerosis TB dan penyakit neurofibomatosis.Tanda dan gejala peningkatan
TIK : Sakit kepala, Muntah, Papiledema

B. SARAN
Agar dalam penyusunan makalah ini bisa memberikan manfaat yang
besar maka kami menyarankan: Belajar dalam memahami secara teoritis dan
praktek dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan spece
occupying lession.
Bagi mahasiswa perawat hendaknya lebih memahami tentang SOL
agar dapat memberikan asuhan keperawatn yang profesional dan benar
sehingga meningkatkan kemungkinan kesembuha pasien

28

Anda mungkin juga menyukai