Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, atas rahmat beliau sehingga saya dapat
menyusun laporan kasus teoritis ini sampai selesai dengan tema SARCOMA EWING. Dan
kami mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan laporan kasus ini dan berbagai sumber yang telah kami pakai sebagai data dan
fakta pada laporan kasus ini.Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk memberikan
gambaran mengenai SARCOMA EWING serta penjelasannya.

Kami sebagai penulis dan penyusun menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh
dari kata sempurna dan perlu pendalaman lebih lanjut.oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan karya tulis ilmiah
ini. kami berharap semoga gagasan pada laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi dunia
kesehatan dan pendidikan pada khasusnya dan pada pembaca pada umumnya.

Padang, 10 September

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar ................................................................................................. i

Daftar isi........................................................................................................... ii

Bab I Pendahuluan

1. Latar belakang ...................................................................................... 1


2. Rumusan masalah ................................................................................ 1
3. Tujuan .................................................................................................. 1

Bab II Pembahasan

1. Defenisi ................................................................................................ 2
2. Etiologi ................................................................................................. 2
3. Anatomi fisiologi ................................................................................. 3
4. Patofisiologi ......................................................................................... 8
5. Klasifikasi ............................................................................................ 9
6. Manifestasi klinis ................................................................................. 10
7. Pemeriksaan penunjang ....................................................................... 10
8. Penatalaksanaan ................................................................................... 11
9. Komplikasi ........................................................................................... 14

Bab III Konsep asuhan keperawatan

1. Pengkajian ............................................................................................ 15
2. Diagnosa .............................................................................................. 16
3. Intervensi.............................................................................................. 17

Bab IV penutup

1. Kesimpulan .......................................................................................... 19
2. Saran..................................................................................................... 19

Daftar pustaka .................................................................................................. 20

Woc (terlampir)

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Ewing sarcoma, oleh beberapa yang disebut Ewing’s sarcoma, adalah tumor
ganas yang paling sering ditemukan pada tulang panjang – dan itu dapat terbentuk di
tulang tulang belakang. Kanker ini adalah kanker tulang primer paling umum ketiga,
dan kanker tulang paling umum kedua di antara anak-anak, remaja, dan dewasa muda.
Remaja dan orang dewasa muda berada pada risiko terbesar mengembangkan
sarkoma Ewing. Karena berkaitan dengan tulang belakang, sarkoma Ewing adalah
sejenis tumor tulang belakang primer . Primer berarti bahwa tumor berada di tempat
di mana ia berasal, sebagai lawan dari tumor yang berkembang di tempat lain di tubuh
Anda kemudian bermetastasis, atau menyebar, ke lokasi yang berbeda. Sarkoma
Ewing adalah anggota paling umum dari keluarga sarkoma Ewing tumor , yang juga
termasuk tumor Ewing yang berlebihan (mempengaruhi jaringan lunak di sekitar
tulang, tetapi berperilaku seperti Ewing sarkoma dalam tulang) dan tumor
neuroektodermal primitif perifer (kanker anak-anak yang langka sering dimulai di
dada dinding.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana konsep penyakit myasthenia gravis?
2. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan myasthenia gravis?

C. Tujuan
1. Mengetahui konsep dasar penyakit myasthenia gravis
2. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada myasthenia gravis

1
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Defenisi
Pada tahun 1921, james ewing menggambarkan suatu tumor tulang hemoragis
– vaskuler yang tersusun dari sel bulat, kecil tanpa di sertai pembentukan osteoid yang
biasanya terjadi di bagian tengah tulang panjang atau tulang pipih. Tumor ini
mulanya diperkirakan timbul dari sel endothelial, namun bukti yang di peroleh baru-
baru ini menunjukkan bahwa kemungkinan tumor ini berasal dari jaringan saraf
primitive. Sarcoma ewing merupakan tumor maligna yang tersusun atas sel bulat,
kecil yang paling banyak terjadi pada tiga decade pertama kehidupan. Sarcoma ewing
merupakan tumor ganas primer yang paling sering mengenai tulang panjang,
kebanyakan pada diafisis. Tulanh yang paling sering terkena adalah pelvis dan tulang
iga.
Tumor tulang merupakan kelainan pada sistim musculoskeletal yang bersifat
neoplastic. Tumor dalam arti yang sempit berarti benjolan, sedangkan setiap
pertumbuhan yang baru dan abnormal disebut neoplasma. Sarcoma ewing adalah
neoplasma ganas yang tumbuh cepat dan berasal dari sel-sel primitive sum-sum
tulang pada dewasa muda. Sarcoma ewing, neuroepitelioma perifer atau juga dikenal
sebagai tumor neuroektodermal yang merupakan neuplasma sel bulat kecil tidak
berdifeferensiasi yang sangat ganas yang paling sering timbul pada tulang tetapi dapat
juga timbil pada jaringan lunak.
Ewing atau tumor ganas adalah jenis tumor yang sangat ganas, sering
mengenai sum-sum tulang panjang dan merupakan neuplasma tulang primer ketiga
yang paling sering di jumpai. Tumor ini paling sering terjadi pada anak-anak belasan
tahun dan pada korpus tulang panjang (pelvis, femur, humerus) ewing dapat
bermetastase ke sum-sum tulang, paru-paru, ginjal, hati, kelenjar adrenal, dan jaringan
lunak lain nya.
B. Etiologi
ada beberapa faktor resiko yang mempengaruhi insidensi ewing, yaitu:
1. faktor usia
insidensi sarkoma ewing meningkat dengan cepat dari mendekati 0 pada umur 5
tahun yang mencapai puncaknya pada 10-18 tahun. sesudah umur 20 isidensinya
menurun kembali dan mendekati 0 pada umur 30 tahun

2
2. faktor jenis kelamin
resiko pria sedikit lebih tinggi dibandingkan wanita, tetapi setelah umur 13 tahun
isidensinya antara pria wanita hampir sama
3. faktor ras
penyakit ini jarang didapatkan pad aorang kulit hitam.
4. faktor genetik
faktor genetik yang dikenal meliputi :
1) riwayat hidup keluarga. Faktor resiko pada garis keturunan pertama tidak
meningkat. tidak ada sindroma familia yang berhubungan dengan sarkoma
ewin
2) anomali genetik, terdapat anomali pada kromosom 22, translokasi atau
hilangnya kromosom ini terdeteksi pada 8,50% penderita sarkoma ewing.
3) riwayat penyakit tulang, anomali kongetinal tertentu dari skeletal, yaitu
aneurisma kista tulang dan encdroma meningkatkan resiko sarkoma ewing,
juga anomali genito urinari seperti hipospadia dan duplikasinya juga
berhubungan dengan sarkoma ewing.

C. Anatomi Fisiologi
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengusruskan
pergerakan. Komponen utama sistem muskoluskeletal adalah jaringan ikat. Sistem ini
terdiri dari tulang, sendi, dan otot.
1. Sistem Tulang
Tulang adalah jaringan yang terstruktur dengan baik dan mempunyai fungsi
utama, yaitu:
a) Membentuk rangka badan
b) Sebagai pengumpil dan tempat melekat otot
c) Sebagai bagian dari tubuh untuk melindungi dan mempertahankan alat-alat
dalam, seperti otak, sum sum tulang belakang, jantung, dan paru-paru
d) Sebagai tempat mengatur dan deposit kalsium, posfat, magnesium dan gara
e) Ruang di tengah tulang tertentu yang mempunyai fungsi tambahan lain, yaitu
sebagai jaringan hemopoietik untuk memproduksi sel darah merah, sel darah
putih, dan trombosit.

Fungsi Umum dari Tulang,yaitu :

3
a) Formasi kerangka
Tulang-tulang membentuk rangka tubuh untuk menentukan ukuran tulang dan
menyokong struktur tubuh yang lain.
b) Formasi sendi-sendi
Tulang-tulng membentuk persendian yang bergerak dan tidak bergerak
tergantung dari kebutuhan fungsional.
c) Perlekatan otot
Tulang-tulang menyediakan pembukaan untuk tempat melekatnya otot, tendo,
dan ligamentum.
d) Sebagai pengungkit
Untuk bermacam-macam aktivitas selama pergerakan.
e) Penyokong berat badan
Memelihara sikap tegak tubuh manusia dan menahan gaya tarikan dan gaya
tekanan yang terjadi pada tulang sehingga dapat menjadi kaku dan lentur.
f) Proteksi
Tulang membentuk rongga yang mengandung dan melindungi struktur-
struktur yang halus seperti otak, medulla spenalis, jantung, paru-paru, alat-alat
dalam tubuh, dan panggul.
g) Haemopoiesis
Sum-sum tulang merupakan tempat pembentulkan sel-sel darah,tetapi
terjadinya pembentukan sel-seldarah sebagian besar terjadi di sum-sum tulang
merah.
h) Fungsi immunologi
Limposit B dan makropak-makropak dibentuk dalam sistem retikuloendotelial
sum-sum tulang.
i) Penyimpanan kalsium
Tulang mengandung 97% kalsium tubuh baik dalm bentuk anorganikmaupun
dalam bentuk garam, terutama kalsium fosfat.
Pada fase awal perkembangan tulang embrio(pada minggu k-3 dan ke-4)
terbentuk tiga lapisan germinal yaitu ectoderm, mesoderm, dan endoderm.
Lapisan ini merupakan jaringan yang bersifat multi potensial serta akan
membentuk mesenkim yang kemudian berdiferensisasi membentuk jaringan
tulang rawan. Pada minggu ke-5 perkembangan embrio terbentuk tonjolan
anggota gerak (Limb bud) yang didalamnya terdapat sel mesoderm yang

4
kemudian akan berubah menjadi mesenkim yang merupakan bakal
terbentuknya tulang dan tulang rawan.
Perkembangan tulang terjadi melalui dua tahap, yaitu
a) Pada minggu ke-5 perkembangan embrio, tulang rawan terbentuk dari
prakartilago. Ada 3 jenis tulang rawan yaitu : tulang rawan hialin, tulang
rawan fibrin, dan tulang rawan elastic.
b) Setelah minggu ke-7 perkembangan embrio, tulang akan terbentuk melalui
dua cara yaitu :
1) Secara langsung : pada proses ini tulang akan terbentuk secara
langsung dari membrane tulang dalam bentuk lembaran,misalnya
pada tulang muka,pelvis, scapula, dan tulang tengkorak. Proses
penulangan ini ditandai terbentuknya osteoblas yang merupakan
rangka dari trabekula tulang yang penyebarannya secar radial.
2) Secara tidak langsung : proses ini tulang terbentuk dari tulang
rawan. Proses penulangan tulang rawan terjadi melalui dua
cara,yaitu :
a) Osifikasi Sentral : terjadi melalui osifikasi endokondral.
b) Osifikasi Perifer : terjadi di bawah perikondrium atau osifikasi
periosteum. Pertumbuhan intertisial terjadi melalui proses
osifikasi endokondral pada tulang rawan. Ada dua lokasi
pertumbuhan tulang rawan dan tulang panjang, yaitu :
 Tulang rawan artikuler : pertumbuhan tulang panjang terjadi pada
daerah tulang rawan artikuler dan merupakan tempat satu-satunya
bagi tulang untuk bertumbuh pada daerah epifisis.
 Tulang rawan lempeng epifisis : pertumbuhan ini terjadi
keseimbangan antara dua proses, yaitu:1). Proses pertumbuhan :
adanya pertumbuhan intertisial tulang rawan dari lempeng epifisis
memungkinkan terjadinya penebalan tulang. 2). Proses kalsifikasi :
kematian dan penggatian tulang rawan pada daerah permukaan
metafisis terjadi melalui proses osifikasi endokodral.
Perkembangan tulang berasal dari jenis pertumbuhan membranosa dan kartilago.
Proses peletakan jaringan tulang (histogenesis) disebut osifikasi (penulangan). Jika hal ini
terjadi dalam suatu model selaput dinamakan penulangan intramembranosa dan tulang yang

5
dibentuk dinamakan tulang membrane atau tulang derma karena tulang ini berasal dari suatu
membrane. Tulang-tulang endokondral(tulang kartilago) merupakan tulang yang berkembang
dari penulangan suatu model tulang rawan. Penulangan ini dinamakan tenulangan
intrakartilaginosa (penulangan tidak langsung).
Ujung Pertumbuhan Tulang
Epifise bersatu dengan diafise. Pusat-pusat epifise akan menyatu dengan diafise sehingga
terjadi pada tulang-tulang yang lain. Korpus dari semua tulang-tulang panjang dan besar
memperlihatkan akhir dari suatu alur yang berfungsi sebagai suatu lubang pada tulang yang
di sebut suramen nutrisia yang digunakan pada arteri nutrisia untuk memasuki korpus.
1. Anatomi Sistem Tulang
Secara garis besar, tulang dibagi menjadi enam, yaitu :
a) Tulang panjang (long bone), misalnya femur, tibia, fibula, ulna, dan humerus.
Daerah batas disebut diafisis dan daerah yang berdekatan dengan garis epifisis
diebut metafisis. Di daerah ini sangat sering ditemukan adanya kelainan atau
penyakit karena daerah ini merupakan daerah metabolic yang aktif dan banyak
mengandung pembuluh darah. Kerusakan atau kelainan perkembangan pada
daerah lempeng epifisis akan menyebabkan kelainan pertumbuhan tulang.
b) Tulang pendek (short bone), misalnya tulang-tulang karpal.
c) Tulang pipih (flat bone), misalnya tulang parietal, iga, scapula, dan pelvis.
d) Tulang takberaturan (irregular bone), misalnya tulang vertebrata.
e) Tulang sesamoid, misalnya tulang patella.
f) Tulang sutura (sutural bone),ada di atap tengkorak.
Tulang terdiri atas daerah yang kompak pada bagian luar yang disebut korteks dan
bagian dalam (endosteum) yang bersifat spongiosa berbentuk trabekula dan diluarnya dilapisi
oleh periosteum. Periosteum pada anak lebih tebal daripada orang dewasa, yang
memungkinkan penyembuhan tulang pada anak lebih cepat dibandingkan orang dewasa.

2. Fisiologi Sel Tulang


Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel : osteoblas,
osteosit, dan osteoklas.
a. Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan
proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteoid melalui suatu proses
yang disebut osifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid,
osteoblas menyekresikan sejumlah besar fosfatase alkali yang memegang

6
peranan penting dalam mengendapkan kalsium dan fosfat ked ala matriks
tulang.
b. Osteosit adalah sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk
pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.
c. Osteoklas adalah sel besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan
matriks tulang dapat diabsorpsi. Tidak seperti osteoblas dan osteosit, osteoklas
mengikis tulang. Sel ini menghasilkan enzim proteolitik yang memecahkan
matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang sehingga kalsium
dan fosfat terlepas ke dalam aliran darah. Bentuk tulang dapat disesuaikan
untuk menanggung kekuatan mekanis yang semakin meningkat. Perubahan
tersebut juga membantu mempertahankan kekuatan tulang pada proses
panuaan. Matriks organic yang sudah tua berdegenerasi sehingga membuat
tulang relative menjadi lemah dan rapuh. Pembentukan tulang yang baru
memerlukan matriks organic baru sehingga member tambahan kakuatan pada
tulang.

3. Klasifikasi Tulang
Terdapat berbagi bentuk dan saiz tulang. Ini membolehkan tulang-tulang memenuhi
keperluan khusus bagi tulang tersebut. Tulang-tulang memenuhi keperluan khusus
bagi tulang tersebut. Tulang-tulang diklasifikasikan berdasarkan kepada empat
bentuknya.
1) Tulang Panjang
Tulang –tulang dalam kumpulan ini secara umumnya lebih panjang, lebar dan
berfungsi sebagai tuas. Kebanyakan dari pada tulang-tulang panjang adalah tulang
- tulang mampat. Contoh tulang pada tangan (humerus, radius, ulna, metacarpal,
dan falanges) dan kaki (femur, tibia, fibula, metatarsal, falangus) kecuali
pergelangan tangan dan pergelangan kaki.
2) Tulang Pendek
Secara umumnya tulang-tulang pendek berbentuk kiub dan didapati di ruang-
ruang yang tertutup. Tulang – tulang ini berongga. Contoh tulang – tulang
pergelangan tangan ( karpal ) dan pergelangan kaki (tarsal).
3) Tulang Pipih

7
Tulang – tulang ini berbentuk pipih, tipis, dan melengkung. Tulang-tulang ini
berfungsi sebagai tempat pelekatan otot-otot dan melindungi organ-organ di
bawahnya. Contohnya tulang – tulang cranium, rusuk, dan sternum.
4) Tulang tak sama bentuk
Tulang – tulang tak sama bentuk berfungsi sebagai tempat pelekatan otot atau
artikulasi. Contoh tulang – tulang vertebra ( servikel, torasik, lumbar, sekrum, dan
koliks ) dan tulang telinga tengah ( stapes, inkus, maleus).

D. Patofisiologi
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel
tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses
destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan
tulang. Terjadi destruksi tulang lokal. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel
tumor maka terjadi penimbunan periosteum tulang yang baru dekat tempat lesi terjadi,
sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.
Kelainan congenital, genetic, gender/jenis kelamin, usia, rangsangan fisik
berulang, hormon, infeksi, gaya hidup, karsinogenik (bahan kimia, virus, radiasi)
dapat menimbulkan tumbuh atau berkembangnya sel tumor. Sel tumor dapat bersifat
benign (jinak) atau bersifat malignant (ganas).
Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada
umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara
serempak sehingga terbentuk sampai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan
tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak
mudah diketahui dengan cara operasi.
Sel tumor pada tumor ganas (kanker) tumbuh cepat, sehingga tumor ganas
pada umumnya cepat menjadi besar. Sel tumor ganas tumbuh menyusup ke jaringan
sehat sekitarnya, sehingga dapat digambarkan seperti kepiting dengan kaki-kakinya
mencengkram alat tubuh yang terkena. Disamping itu sel kanker dapat membuat anak
sebar (metastasis) ke bagian alat tubuh lain yang jauh dari tempat asalnya melalui
pembuluh darah dan pembuluh getah bening dan tumbuh kanker baru di tempat lain.
Penyusupan sel kanker ke jaringan sehat pada alat tubuh lainnya dapat merusak alat
tubuh tersebut sehingga fungsi alat tersebut menjadi terganggu.
Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang
tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya,
baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau
dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur
ini menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol
pembagian sel, dan fungsi lainnya (Tjakra, Ahmad. 1991).
Adapun siklus tumbuh sel kanker adalah membelah diri, membentuk RNA,
berdiferensiasi/proliferasi, membentuk DNA baru, duplikasi kromosom sel, duplikasi

8
DNA dari sel normal, menjadi fase mitosis, fase istirahat (pada saat ini sel tidak
melakukan pembelahan).

E. Klasifikasi
Ewing tumor terbagi dua kelompok yaitu :
1. Ewing tumor pada tulang
Biasanya di temukan pada tulang lengan, kaki, dada, tubuh, punggung atau kepala.
Tumor pada tulang ini terbagi lagi menjadi 3 jenis, yaitu : klasik ewing sarcoma
(ewing sarcoma), primitive neuroektodernal tumor (PNET), dan askin tumor
(PNET pada dinding dada)
2. Ekstraosseus ewing sarcoma
Adalah tumor yang tumbuh pada jaringan lunak. Tumor jenis ini ditemukan pada
tubuh, lengan, kaki, kepala, dan leher.
Stadium ewing sarcoma yang digunakan untuk menemukan perawatan dan
memberikan indikasi mengenai kemungkinan prognosa baik atau buruk di bagi
atas 5 tahap, yaitu :
1) Stadium 1A : tumor tingkat rendah (ringan ) ditemukan hanya pada lapisan
keras tulang
2) Stadium 1B : tumor tingkat rendah (ringan) ditemukan memperluas diri di
sekitar jaringan lunak
3) Stadium 2A : tumor tingkat tinggi (berat) ditemukan hanya pada lapisan keras
tulang
4) Stadium 2B : tumor tingkat tinggi ( berat) ditemukan memperluas diri
disekitar jaringan lunak
5) Stadium 3 : tumor tingkat rendah ( ringan ) atau tinngi ( berat ) yang telah
bermetastasis

Menurut lokasinya, ewing sarcoma di bagi atas 4 stadium yaitu :

1) Stadium I : sel kanker di temukan di mata, kepala, leher/dekat dengan organ


kelamin dan kandung kemih
2) Stadium II : sel kanker terletak di suatu tempat ( selain stadium 1), lebih kecil
dari 2 inchi dan belum menyebar ke kelenjer limfa
3) Stadium III : Sel kanker terletak di satu tempat ( selain stadium 1 ), lebih
besar dari 2 inchi dan telah menyebar ke kelenjar limfa

9
4) Stadium IV : sel kanker telh menyebar dan ditemukan lebih dari satu tempat
ketika pertama kaki penyakit ini di diagnosa
5) Recurrent : sel kanker timbul kembali. Setelah penyakit di sembuhkan dapat
timbul pertama kali ditempat tersebut atau di tempat lain.

Lokasi ewing sarcoma: pelvis 21%, femur 21%, fibula 12%, tibia 11%, humerus
11%, costa 7%, fertebra 5%, scapula 4%, tulang kepala 3%, tempat lain <2%.

F. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis sarcoma ewing dapat berupa manifestasi local maupun sistemik.
a) manifestasi local meliputi : nyeri dan bengkak pada daerah femur atau
pelvis,meskipun tulang lain dapat juga terlibat.masa tulang dan jaringan lunak
didaerah sekitar tumor sering dan bias meraba fluktuasi dan terlihat eritema yang
berdasar dari perdarahan dalam tumor.kulit dan terlihat lesi tamapak kemerahan
dan hangat.
b) Manifestasi sistemik biasanya meliputi :malaise,berat badan menurun,dan demam
kadang terjadi disertai peningkatan LED (laju endap darah)serta dapat ditemukan
adanya masa paru yang merupakan metastase.

Surasi dari munculnya Negara bias diukur dalam minggu atau bulan dan seringkali
memanjang pada pasien yang mempunyai lesi primer pada aksis tulang.tanda dan
gejala yang khas adalah nyeri,benjolan nyeri tekan,demam (38-40C)dan leukositosis
(20.000 sampai 40.000 leukosit/mm3).

Manifestasi lain yang bias muncul :

a) Membengkakan dan nyeri pada daerah yang terkena


b) Nyeri yang sangat membuat pasien anak-anak menjadi regresi
:ngompol,menghisap jari,rewel.
c) Demam ringan (34-40C)
d) Gejala seperti flu malaise dan kelelahan
e) Anemia lekositosis (20.000 – 40.000 leukosit/mm)

G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah
a) Pemeriksaan darah rutin

10
b) Transminase hati
c) Laktat dehidrogenase,kenaikan kadar enzim ini berhubungan dengan adanya
atau berkembangnya metastase.
2. Pemeriksaan radiologis
a) Foto rontgen
b) CT scan:pada daerah yang dicurigai neoplasma
(misal:pelvis,ekstermitas,kepala)dan penting untuk mencatat besar dan lokasi
massa dan hubungannya dengan struktur sekitarnya dan adanya mestastase
pulmoner:bila ada gejala neorologis,CT scan kepala juga sebaiknya dilakukan.
3. Pemeriksaan invasif
a) Biopsi dan aspirasi sumsum tulang.
aspirasi dan biopsi sample sumsum tulang pada jarak tertentu dari tumor
dilakukan untuk menyingkirkan adanya metastase.
b) Biopsi.
Biopsi insisi atau dengan jarum pada massa tumor sangat penting untuk
mendiagnosa sarkoma ewing.jika terdapat komponen jaringan lunak,biopsi
pada daerah ini biasanya lebih dimungkinkan.

c) Gambaran radiologi

Tampak lesi destruktif yang bersifat infiltrasi yang berawal dari medula,pada
foto rontgen terlihat sebagai daerah yang radiolusen .tumoe cepat merusak
konteks dan tampak reaksi periosteal.kadang-kadang reaksi periosteal tampak
sebagai garis-garis berlapis menyerupai kulit bawang yang dikenal dengan
onion peel appearence. Tumor membesar dengan cepat,biasaya dalam
beberapa minggu tampak destruksi tulang yang luas dan pembengkakan
jaringan lunak yang besar karena infiltrasi tumor kejaringan disekitar tulang
kadang-kadang tumor ini juga dapat ditemukan dimetafisis tulang panjang
sehingga sukar dibedakan dengan osteosarkoma,tumor ini kadang-kadang
memberikan gambaran radiologis yang sukar dibedakan dengan osteomielitis.

H. Penatalaksanaan
Semua pasien dengan sarkoma ewing,meskipun sudah mengalami metatase harus
diobati dengan sebaik baiknya.untuk keberhasilan pengobatan diperlukan kerja sama
yang erat diantara ahli bedah ,kemoterapis dan radioterapis untuk memastikan

11
pendekatan yang efetif guna mengendalikan lesi primer dan penyebaran tumor.
Protokol pengobatan sarcoms ewing sekarang sering kali dimulai dengan 3 hingga 5
siklus kemoterapi sebelum radiasi. Pemberian radioterapi awal di pertimbangkan pada
pasien dengan kompresi vertebra dan obstruksik jalan napas uang disebabkan oleh
tumor. Pemakaian dexorubicine (adriamycyne) dan dacminocyne yang umumnya di
pakai sebagai agen kemoterapi pada sarcoma ewing ,berinteraksi dengan radiasi, dan
potensial menimbulkan toksisitas lokal dan memerlukan penghentian terapi dengan
konsekuensi negatif untuk kontrol lokal. Problem ini dapat dikurangi dengan
melambatkan radiasi untuk beberapa hari sesudah pemberian obat yang sudah
direncanakana pengobatan radiasi secara hati hati.
1. Pembedahan
Pembedahan dilakukan atas dasar :
a) Indikasi
Kemajuan terapi radiasi guna mengontrol sarcoma ewing menurunkan peran
terapi pembedahan dalam pengobatan sarcoma ewing. Misalnya fibula,costae
dan tulang tarsal.
b) Pendekatan
Pendekatan bedah sangat bervariasi pada besar, lokasi dan penyebaran tumor.
c) Prosedur
a. Biopsi
Teknik untuk menjalankan biopsi pada tumor tulang adalah identik
osteosarcoma.
b. Reseksi radikal
Jika terapi bedah diindikasikan,pengangkatan tumor dengan menyertai tepi
jaringan normal harus dilakukan,kecuali jika terdapat defisit fungsional
berlebihan

d) Kemoterapi
Sekarang ini kemoterapi diberikan 3-5 siklus sebelum pengobatan radiasi dan
pembedahan pada tumor primer .ini memberikan respon penilaian yang akurat
pada kemoterapi.
1) Kemoterapi adjuvant

12
Kemoterapi adjuvant adalah suatu kewajiban yang digunakan untuk
pengobatan sarcoma ewing .secara dua dekade berturut turut ,kemoterapi
adalah terapi yang lebih efektif .kemoterapi adjuvant terdiri dari :
2) Kemoterapi preopratif
Kemoterapi inisial (3-5 siklus) sekarang merupakan standart pada pasien
dengan indikasi pembedahan.
3) Kemoterapi postopratif
Kemotrapi tambahan dapat dikombinasikan dengan terapi radiasi jika
reseksi komplit tida dilakukan.
Penyebaran local dan mentastase sarcoma ewing. Dengan agen tunggal,
sejumlah agen kemoterapi berikut ini efektif untuk sakoma ewing dan
menghasilkan tingkat respon yang menyeluruh: cyclophosamide (50%),
doxurubicine dan ifosfamide.
Dipikirkan juga kemungkinan adnya immunoterapi pada sarcoma ewing.
Pemikiran ini didasarkan adanya laporan matatase sarcoma ewing yang
menghilang pada pasien yang kebetulan mengalami infeksi pada daerah
matastase tadi. Diduga hal ini terjadi karena aktifitas anti tumor pada
pasien sehubung dengan infeksi bacterial.
e) terapi radiasi
terapi radiasi ajuvant terdiri dari:
1) Radioterapi properatif
Karena tingginya tingkat control local dengan radiasi (sendiri dan dengan
kemoterapi), terapi ini tidak diggunakan secara luas.
2) Terapi radiasi post operatif
Setelah reaksi bedah yang sesuai untutuk ewing’s sarcoma, penanganan
dapat dilanjutkan dengan terapi radiasi, hanya jika tetap ada sisa
mikroskopik yang besar dn bermakna.
Terapi radiasi biasanya menggunakan energy untuk menghancurkan atau
membunuh sel-sel kangker dari kecendrungan untuk tumbuh dan
bermetastasis. Ini termasuk pembedahan kecil.
Terapi ini hanya bisa digunakan untuk area yang spesifik.Radiasi tidak bisa
digunakan untuk daerah yang terlokalosasi atau sel sel kanker yang sudah
menyebar pada bagian bagian tubuh .Radioterapi bisa dilakukan dengan 2
cara yaitu eksternal dan internal. Secara eksternal dengan cara

13
mengirimkan energi radiasi tingkat tinggi yang berasal dari mesin secara
langsung pada tumor.Secara internap dengan menanamkan impaantasi atau
sejenis materil radioakti yang lebih kecil,dekat dengan kanker. Sarkoma
ewing relatif sensitif terhadap radiasi. Bila terlokalisasi ,terapi radiasi
adalah terapi utama tapi akan lebih efektif jika digabungkan dengan
kemoterapi.
Efek samping bisa timbul dengan berjalannya waktu.Dosis besar dapat
menyebabkan kerusakan di area kulit di area yang langsung yang
menerima radioterapi.Pada pasien sarkoma ewing bisa menyebabkan
kerusakan pembuluh darah vena dan saraf.sedangkan pemberian pada efek
efek lebih lanjut biasanya muncul pada anak anak ,bisa menyebabkan
atrofi,fibrosis gangguan pertumbuhan tulang,gangguan pergerakan, edem
dan kerusakan saraf perifer.

I. Komplikasi
Terapi atau pengobatan yang bisa dilakukan untuk menangani kanker sarkoma ewing
merupakan kombinasi dari:
a) pembedahan pengangkatan kanker
b) kemoterapi
c) radioterapi

Tahapan prosedur yang dilakukan biasanya dimulai dari kemoterapi untuk


memperkecil ukuran kanker. Setelah itu baru dilakukan pembedahan. Kemudian,
kemoterapi kembali dilanjutkan untuk membunuh sel kanker yang tersisa.
Sedangkan, radioterapi dilakukan sebelum dan sesudah pembedahan. Meski
demikian, metode ini juga bisa digunakan ketika pembedahan tidak dapat
dilakukan.

14
BAB III

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. identitas klien : biasanya klien terkena tumor tulang sering menyerang pria
dibanding wanita dan jarang pada anak kulit hitam
2. identitas orang tua : biasanya terdiri dari nama, umur, pendidikan,
pekerjaan/sumber penghasilan, agama.
3. Keluhan utama : biasanya terdapat benjolan dan nyeri
4. Reaksi atau alergi : biasanya anak tidak ada alergi dengan makanan ataupun
minuman
5. Riwayat kesehatan :
1. Riwayat kesehatan sekarang : biasanya ditandai dengan nyeri, pembengkakkan
ekstremitas, pembengkkan pada/diatas tulang/persendian serta pergerakkan yang
terbatas, peningkatan kadar kalsium dalam darah
2. Riwayat kesehatan keluarga : biasanya penyakit ini dilihat dari apakah klien saat
ini ada hubungannya dengan penyakit genetic dan biasanya ada keluarga yang
menderita sarcoma.
3. Riwayat kesehatan dahulu : biasanya klien terpapar dengan radiasi sinar radio
aktif dosis tinggi dan juga sering mengkonsumsi kalsium dengan batas tidak
normal serta mengkonsumsi zat-zat toksik seperti : makanan dengan zat pengawet,
merokok dll.
6. Riwayat imunisasi : biasanya imunisasinya diberikan lengkap
7. Riwayat tumbuh kembang anak : biasanya pada anak tumor tulang ini dia akan
mengalami perapuhan pada tulangnya dan berat badannya yang menurun
8. Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum : biasanya klien merasakan nyeri tekan dan adanya
pembengkakkan
 TTV : biasanya tekanan darahnya meningkat, suhu meningkat, nadi meningkat
dan pernafasannya meningkat
 Pernafasan : biasanya adanya peningkatan pada pernafasannya
 Sirkulasi : biasanya pada area yang pembangkakkan adanya sianosis
 Neurologi : biasanya klien kondisi normal

15
 Gastrointestinal : biasanya mulut kering karena adanya peningkatan suhu
tubuhnya.
 Eliminasi : biasanya intake BAK menurun dan adanya konstipasi
 Integument : biasanya kulit nya kering karena asupan cairannya kurang.
 Genitalia : biasanya tidak ada kelainan
 Resiko cidera : biasanya adanya resiko cedera pada anak disebabkan tingginya
resiko jatuh pada anak.
9. Kebutuhan dasar
 Cairan nutrisi : biasanya klien dengan tumor tulang kurangnya nafsu makan
 Tidur : biasanya pola tidurnya terganggu karena adanya rasa nyeri pada klien
 Personal hygiene : biasanya klien dengan personal hygienenya kurang karena
efek dari penyakit nya menyebabkan pergerakkannya terganggu.
 Aktivitas bermain : biasanya anak dengan sarcoma ewing akan kesulitan untuk
melakukan aktivitas bermain, karena rasa nyeri yang dirasainya, dan adanya
pembengkakkan pada tulangnya.
10. Statsus fungsional : biasanya pada pasien sarcoma ewing ini terhambat aktivitas
mandirinya
11. Skrining nyeri : biasanya pada klien tumor tulang akan meraskan nyeri tekan
12. Skrining nutrisi :biasanya pada klien tumor tulang nutrisi nya kurang dan adanya
penurunan berat badan.
13. Skrining resiko jatuh : biasanya pada klien tumor tulang ini memiliki resiko jatuh
yang besar
14. Hasil pemeriksaan penunjang :
Biasanya peemeriksaan penunjang ini disertai dengan laboratorium, radiologi.
Laboratorium : biasanya ST scan tulang, sinar X, MRI dan radiologi

B. diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b/d obstruksi jaringan saraf dan inflamasi
2. gangguan mobilitas fisik b/d penurunan kekuatan, kerusakan muskuloskletal,
nyeri atau amputasi
3. resiko infeksi b/d tindakan pembedahan atau kerusakn jaringan lunak.

16
C. Intervensi Keperawatan
N Diagnosa Noc Nic
O
1 Nyeri akut 1. kontrol nyeri 1. pemberian analgesik
b/d obstruksi indicator : aktivitas-aktivitas :
jaringan  secara  tentukan lokasi,
saraf dan konsisten karakteristik,
inflamasi menunjukkan kualitas dan
mengenai keparahan nyeri
kapan nyeri sebelum
terjadi mengobati pasien
 secara  cek riwayat
konsisten adanya alergi
menunjukkan obat
menggambarka  pilih analgesic
n factor yang sesuai ketika
penyebab lebih dari satu
 secara diberikan
konsisten  berikan
menunjukkan kebutuhan
menggunakan kenyamanan dan
tindakan aktivitas lain yang
pencegahan dapat membantu
 secara relaksasi untuk
konsisten memfasilitasi
menunjukkan penurunan nyeri
menggunakan  berikan analgesic
analgesic yang sesuai waktu
diberikan paruhnya
 secara terutama pada
konsisten nyeri yang akut
menunjukkan
melaporkan
nyeri yang
terkontrol
2. tingkat nyeri
 tidak ada
mengerinyit
 tidak ada
ketegangan otot
 tidak ada
panjangnya
episode nyeri
 tidak ada agitasi
 tidak ada
iritabilitas
2 gangguan 1. ambulasi 1. peningkatan mekanika
mobilitas  tidak terganggu tubuh
fisik b/d menopang berat  instruksikan

17
penurunan badan untuk
kekuatan,  tidak terganggu menghindari tidur
kerusakan berjalan dengan dengan posisi
muskulosklet langkah yang efektif telungkup
al, nyeri atau  tidak terganggu  bantu untuk
amputasi berjalan dengan didemonstrasikan
pelan posisi tidur yang
 tidak terganggu tepat
berjalan menanjak  instruksikan
 tidak terganggu ;pasien unruk
berjalan menurun menggerakkan
2. Ambulasi kursi roda kaki terlebih
 tidak terganggu dahulu
menjalankan kursi  gunakan prinsip
roda dalam jarak mekanika tubuh
jauh ketika menangani
 tidak terganggu pasien dan
menjalankan kursi memindahkan
roda dalam jarak peralatan
dekat  bantu pasien
 tidak terganggu untuk
menjalankan kursi mengidentifikasik
roda dalam jarak an latihan postur
sedang tubuh yang sesuai
 tidak terganggu
menjalankan kursi
roda dengan aman
 tidak terganggu
perpindahan dari
kursi roda

18
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sarkoma Ewing adalah salah satu jenis kanker tulang pada anak. Kanker ini dapat
muncul dan berkembang di tulang tubuh mana pun, terutama tulang paha, tulang
kering, tulang lengan atas, dan tulang panggul. Terkadang tumor juga dapat
muncul di jaringan sekitar tulang, seperti otot, jarangan ikat, atau jaringan lemak.
Jika cepat ditangani, peluang kesembuhan sarkoma Ewing makin besar.
Sarkoma Ewing biasanya terjadi pada tulang di seluruh tubuh, termasuk panggul
dan tulang belakang. Kurang umum, penyakit ini dapat berasal dari jaringan dan
organ lain. Ketika sarkoma Ewing berkembang di tulang tulang belakang Anda,
Anda kemungkinan akan mengalami nyeri punggung yang signifikan, selain
gejala terkait tulang belakang lainnya yang dapat Anda pelajari lebih lanjut di
bawah.

B. Saran
Makalah ini masih banyak kekurangan, karena kurangnya referensi yang lengkap.

19
DAFTAR PUSTAKA

Lukman, Ningsih (2009). Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system
muskuloskletal. Jakarta : Salemba Medika.

Price, Sylvia A. & Wilson. (2006). Patofisiologi : konsep klinis prose-proses penyakit.
Jakarta : EGC.

20

Anda mungkin juga menyukai