Anda di halaman 1dari 15

PATOFISIOLOGI III

OSTEOSARCOMA

Dosen Pengampu :
Gama Bagus Kuntoadi, SKG. MARS

Disusun oleh:
Haliza Aasina La Rauf 221030690153

PROGRAM STUDI DIII REKAM MEDIS DAN INFORMASI


KESEHATAN STIkes WIDYA DHARMA HUSADA
TNGGERANG SELATAN
2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’aikum Wr.Wb.

Dengan menyebut nama Allah SWT. Yang Maha pengasih lagi Maha
penyayang. Puji serta syukur atas kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan
rahmat kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini untuk
memenuhi tugas patofisiologi III.

Terimakasih kami ucapkan kepada Dosen pengampu patofisiologi III yang


telah memberikan tugas patofisiologi III. Terimakasih juga kepada teman- teman
seperjuangan yang telah mendukung penulis dalam mebuatan makalah ini sehingga
bisa menyelesaikannya dengan tepat waktu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan sangat terbuka
penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar dapat memperbaiki
makalah ini. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Wassalamu’aikum Wr.Wb.

Tangerang Selatan, 16 April 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv

DAFTAR SIGKATAN ............................................................................................ v

BAB I DEFINISI PENYAKIT ................................................................................ 1

BAB II PENYEBAB ............................................................................................... 3

BAB III GEJALA ................................................................................................... 5

BAB IV PERJALANAN PENYAKIT .................................................................... 6

BAB V TINDAKAN ............................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. vi

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 osteosarcoma (kanker tulang)................................................................. 2


Gambar 2 Sel osteoblaspleomorfik dengan deposit osteoid warna merah muda.
Sumber: Khurana JS, Mc Carthy EF, 2010. ............................................................ 3
Gambar 3Jenis-jenis osteosarkoma. Sumber: Vigorita VJ, 2008. ........................... 6

iv
DAFTAR SIGKATAN

LSS : limb salvage surgery


WHO : World Health Organization
TB : Tuberkulosis

v
BAB I
DEFINISI PENYAKIT

Tulang tergolong sebagai jaringan ikat kaku yang fungsinya adalah


menopang tubuh manusia. Selain itu, tulang memiliki peran dalam perlindungan
struktur dan organ vital, sebagai tempat penyimpanan mineral (kalsium, fosfor, dan
magnesium), mendasari pergerakan, dan pembentukan sel darah (sumsum tulang
merah). Tulang dikategorikan sebagai tubular (tulang panjang), kuboidal (tulang
pendek), tak beraturan (tulang dengan bentuk yang beraneka ragam), sesamoid
(tulang yang terbentuk dalam tendon tertentu), dan tulang pipih (tulang yang
berguna sebagai pelindung).
Seperti pada umumnya, tumor tulang dapat berupa tumor jinak dan tumor
ganas. Dengan tatalaksana yang tepat dan memadai, tumor tulang dapat dicegah
dari menyebar ke bagian tubuh lainnya. Tumor tulang ganas disebut dengan kanker,
karena pada tumor tulang ganas terdapat sel-sel yang dapat merusak jaringan tulang
normal dan menyebar ke seluruh tubuh. Tumor tulang ganas dibedakan menjadi
tumor tulang primer dan tumor tulang sekunder. Tumor tulang primer dapat terjadi
pada semua kelompok umur, tetapi lebih umum pada dekade pertama dan kedua
kehidupan. Tumor tulang sekunder umumnya timbul dari kanker tiroid, kanker
paru-paru, kanker ginjal, kanker pencernaan, payudara, dan kanker prostat.
Osteosarkoma adalah tumor ganas tulang primer yang berasal dari sel
mesenkimal primitif yang memproduksi tulang dan matriks osteoid.Dan
Osteosarkoma sendiri merupakan keganasan sistem skeletal nonhematopoetik
yang sering ditemukan yaitu sekitar20% dari tumor ganas primer tulang.
Osteosarkoa didefinisikan sebagaisuatu neoplasma dimana jaringan osteoid
disintesis oleh sel-sel ganas. Tidak terdapat batasan minimal dari jumlah
matriks tulang yang diperlukan untuk menglasifikasikan suatu tumor
sebagai osteosarkoma.
Osteosarkoma sendiri telah dikenal sejak 200 tahun lalu. Insiden di
Amerika Serikat 4-5/1 juta penduduk dengan jumlah kasus baru 1000-1500 per
tahun, serta tidak berhubungan secara bermakna dengan kelompok etnik atau
ras. Distribusi usia tumor ini bimodal. Kebanyakan terjadi pada usia muda, sering

1
pada dekade ke dua dengan 60% pada usia <25 tahun, sedangkan puncak ke dua
13-30% pada usia >40 tahun. Kondisi predisposisi harus dipertimbangkan pada
kasus dengan usia lebih tua. Secara keseluruhan laki-laki lebih banyak dari
perempuan
Predileksi terseringterjadi osteosarkoma pada daerah lutut yaitu distal
femur, proksimal tibia, proksimal humerus, osteosarkoma muncul terutama pada
daerah metafisis tulang panjang dengan rasio pertumbuhan yang cepat meskipun
tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada semua tulang.

Gambar 1 osteosarcoma (kanker tulang)

2
BAB II
PENYEBAB

Penyebab osteosarkoma tidak diketahui, namun berbagai agen dan status


penyakit dihubungkan dengan perkembangan penyakit ini. Osteosarkoma
dipercaya berasal dari sel stem mesenkim atau sel osteoprogenitor yang
mengalami gangguan dalam jalur diferensiasi osteoblas. Beberapa studi
membuktikan bahwa osteosarkoma mempunyai cancer stem cells. Penyebab yang
paling diketahui berhubungandengan penyakit ini ialah radiasi. Osteosarkoma
setelah terapi radiasi merupakan komplikasi yang jarang dan biasanya terjadi
setelah 15 tahunkemudian (antar 3-55 tahun).2 Sekitar 70% penyakit ini
mempunyaiabnormalitas genetik seperti penyimpangan struktur kompleks dan
jumlah kromosom.

Gambar 2 Sel osteoblaspleomorfik dengan deposit osteoid


warna merah muda. Sumber: Khurana JS, Mc Carthy EF, 2010.

Menurut Fuchs dan Pritchad (2002) 3 osteosarkoma dapat disebabkan


oleh beberapa faktor, diantaranya:
1. Senyawa kimia, yaitu senyawa antrasiklin dan senyawa pengalkilasi,
beryllium dan methylcholanthrene yang dapat menyebabkan perubahan
genetik
2. Virus, diantaranya Rous sarcoma virus yang mengandung gen V-Src
yang merupakan proto-onkogen dan virus FBJ yang mengandung

3
protoonkogen c-Fos yang dapat menyebabkan kurang responsif terhadap
kemoterapi.
3. Radiasi, yang dihubungkan dengan sarkoma sekunder pada orang yang
pernah mendapatkan radiasi untuk terapi kanker.

Faktor risiko lainnya, seperti:


a. Penyakit lain seperti Paget’s disease, osteomielitis kronis,
osteochondroma, poliostotik displasia fibrosis, dan eksostosis herediter
multiple.
b. Genetik, pada Sindroma Li-Fraumeni, Retinoblastoma, Sindrom Werner,
Routhmund-Thomson, dan Bloom.
c. Lokasi implan logam

4
BAB III

GEJALA

Pada umumnya gejala akan terlihat setelah beberapa minggu atau


bulan setelah adanya penyakit. Nyeri adalah gejala awal yang biasa terjadi,
nyeri yang dirasakan bisa disertai dengan adanya massa bisa juga tidak teraba
adanya massa, nyeri yang dirasakan dalam dan hebat.
Pada pemeriksaan fisik terdapat adanya massa nyeri, terasa keras,
pergerakan terganggu, menurunnya fungsi normal pada bagian yang dirasa
nyeri, terdapat adanya edema, terasa panas pada daerah setempat, pada kulit
yang didapatkan tumor hiperemi, dan terdapat pelebaran vena.
Penyakit ini bisa terjadi pada tulang manapun, tetapi sering terjadi pada
tulang panjang. Osteosarkoma juga dapat bermetastasis pada daerah perut,
gejala utama yang terjadi adalah massa yang semakin membesar dengan
perlahan-lahan disertai nyeri, selain itu ulserasi massa juga dapat ditemukan pada
beberapa kasus. Tumor yang teraba rata-rata 9 cm.

5
BAB IV
PERJALANAN PENYAKIT

Osteosarkoma disebabkan oleh beberapa faktor predisposisi, yaitu dapat


disebabkan oleh mutasi genetik dan faktor lingkungan. Terjadi invaktivasi
pada jalur P53 dan RB yang berperan dalam pertumbuhan osteosarkoma.
Osteoblast memiliki fungsi membentuk struktur tulang. Pada
osteosarkoma terjadi mutasi gen yang mengatur osteoblast yaitu onkogen dan
tumor suppressor genes. Mutasi tersebut mengakibatkan terjadi proliferasi
osteoblast secara berlebih yang mengarah keganasan. Sehingga
menyebabkan pembentukan jaringan osteoid ganas pada tulang yang berakibat
terjadi penekanan pada sumsum tulang. Hal tersebut menyebabkan terjadinya
penurunan produksi sel darah merah yang dapat menurunkan sistem kekebalan
tubuh dan tubuh menjadi rentan terhadap infeksi.
Selain penekanan pada sumsum tulang, terjadi juga metastasis sel kanker
dan peningkatan tekanan pada tulang yang menyebabkan nyeri, bengkak, dan
fraktur pada tulang tersebut.

Gambar 3Jenis-jenis osteosarkoma. Sumber: Vigorita VJ, 2008.

6
BAB V
TINDAKAN

Osteosarkoma meliputi terapi pembedahan limb salvage surgery (LSS) atau


amputasi, kemoterapi dengan atau tanpa radioterapi yang diberikan konkuren
ataupun sekuensial sesuai indikasi. Terapi pada keganasan muskuloskeletal
mengalami perubahan drastis dalam beberapa dekade terakhir.
Sebelum tahun 1970, manajemen osteosarkoma, sebagai keganasan tulang
yang paling sering ditemukan, dilakukan secara rutin dengan amputasi dan
disartikulasi. Tindakan tersebut hanya memiliki kesintasan 5 tahun antara 10-20%.
Dengan pemberian kemoterapi neoadjuvant, adjuvant, atau kombinasi
keduanya kesintasan jangka panjang dapat mencapai 75-80%. Pemberian
kemoterapi berguna untuk mengontrol mikrometastasis, memungkinkan penilaian
histopatologi untuk melihat respons kemoterapi (Huvos), memungkinkan
perencanaan limb salvage surgery (LSS) serta memudahkan tindakan reseksi tumor
pada saat tindakan LSS.

Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi utama osteosarkoma melalui prinsip reseksi
secara en bloc dengan mempertahankan fungsi semaksimal mungkin. Protokol
penatalaksanaan osteosarkoma meliputi pemberian kemoterapi 3 siklus neoadjuvan
terlebih dahulu. Jika setelah neoadjuvan ukuran tumor mengecil tanpa disertai
keterlibatan struktur neuro-vaskular utama (sesuai indikasi LSS), yang ditunjang
oleh pemeriksaan radiologi (restaging), dilanjutkan dengan pembedahan LSS.
Sebaliknya, bila terjadi pertumbuhan tumor yang progresif disertai keterlibatan
struktur neuro-vaskuler utama atau ekstensi jaringan yang sangat luas, amputasi
menjadi pilihan utama pembedahan.
Pasca pembedahan, pasien dipersiapkan untuk peberian kemoterapi
adjuvant 3 siklus dengan regimen yang sama (bila hasil Huvos minimal 3); Bila
hasil Huvos kurang dari 2, regimen kemoterapinya harus diganti dengan obat anti
kanker lainnya (second line).

7
Kontraindikasi untuk tindakan LSS adalah bila :
a. Ada keterlibatan pembuluh darah ataupun struktur saraf,
b. Pathologial Fracture (kontra indikasi relatif)
c. Contaminated biopsy
d. Infeksi
e. Immature skeletal age. Leg-length discrepancy should not
b. more than 8 cm.
a. Ekstensi tumor yang sangat luas ke jaringan lunak.

Amputasi pada osteosarkoma dilakukan bila persyaratan LSS tidak


terpenuhi. Pada osteosarkoma derajat keganasan tinggi yang tidak memungkinkan
pemberian kemoterapi neoadjuvan ( misalnya : adanya ulkus, peradarahan, tumor
dengan ukuran yang sangat besar) maka langsung dilakukan pembedahan terlebih
dahulu, selanjutnya diikuti dengan pemberian kemoterapi adjuvant.

Kemoterapi
Osteosarkoma salah satu dari solid tumor dimana adjuvant kemoterapi
terbukti bermanfaat. Ketentuan umum;
1. Karena kemoterapi adalah sistemik terapi, akan mempengaruhi dan dipengaruhi
organ-organ lain. Oleh karena itu dilakukan oleh dokter penyakit dalam dan
spesialis onklologi medis. Atau paling sedikit oleh internis plus latihan singkat
onkologi medis, bersertifikat. (internis plus).
2. Pemeriksaan pendahuluan (work up) adalah, patologi anatomi: osteosarkoma,
grade, stadium.
3. Performance status 0,1 (WHO) , fungsi organ-organ (jantung, paru, liver, ginjal)
baik. Komorbid infeksi, TB,hepatitis B dan C., bila ada diobati.
4. Pasca kemoterapi; follow up: respon terapi yang terukur, diameter,
vaskularisasi, konsistensi, berkala, klinis dan radiologi (RECIST) darah perifer
lengkap, ureum–kreatinin dan fungsi organ lain yang terkait oleh internis.

8
5. Kemoterapi neoadjuvant diberikan 2-3 siklus, setelahnya dilakukan evaluasi
pre-operasi (penilaian respon histopatologi berdasarkan kriteria HUVOS). Bila
menurut HUVOS kurang respon, maka diberikan kemoterapi second line.
6. Bila adjuvant 6 siklus .
7. Pada kemoterapi palliative, tergantung respons penyakit.

Prinsipnya kualitas hidup diperbaiki dan survival dapat diperpanjang.


Dengan demikian efek samping yang merugikan secara dini bisa diketahui dan
pencegahan atau pengobatan dini bisa dilakukan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Loho, L. L. (2014). Osteosarkoma. Jurnal Biomedik: JBM, 6(3).


Refandy, T. D. (2022). Osteosarkoma dengan Metastasis pada Sistem
Digestif. Baphomet University: Thailand Gampang Maxwin 2024, 11(3),
1112-1116.
Redaksi. (2023, July 10). Pentingnya Deteksi Dini Kanker Tulang Diungkap Pakar
ortopedi. GOLANSIA. https://www.golansia.com/pentingnya-deteksi-dini-
kanker-tulang-diungkap-pakar-ortopedi/
Kemenkes. (2019). Panduan Penatalaksanaan Osteosarkoma Kementerian
Kesehatan Komite Penanggulangan Kanker Nasional.
http://202.70.136.213/guidelines/PPKOsteosarkoma.pdf
Ghanaputri, M. M. C., Wiratnaya, I. G. E., Suyasa, I. K., & Asmara, A. A. G. Y.
KARAKTERISTIK OSTEOSARKOMA DI RUMAH SAKIT UMUM
PUSAT PROF. DR. IGNG NGOERAH DENPASAR.
file:///C:/Users/user/Downloads/95814-205-387769-1-10-20231030.pdf
Kuntoadi, Gama Bagus. (2023). Buku Ajaran Terminology Medis Bagian 2. Kota
Tangerang Selatan. STIKes Widya Dharma Husada Tanggerang Selatan.

vi

Anda mungkin juga menyukai