Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

OSTEOSARCOMA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah


Keperawatan Medikal Bedah 3

oleh :

DIAN, Amd.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam
administrasi pendidikan dalam profesi keperawatan.
penyusun semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga penyusun dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini penyusun akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu penyusun harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah
ini.

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer
yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang. Tempat yang
paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama
lutut.( Price, 2015 ).
Osteosarkoma (sarcoma osteogenik) adalah tumor ganas, yang
biasanya berhubungan dengan periode kecepatan pertumbuhan dan masa remaja.
Osteosarcomamerupakan tumor ganas yang paling sering di temukan pada anak
anak. Kankertulang (osteosarcoma) lebih sering menyerang kelompok usia 15-25
tahun (pada usia pertumbuhan). Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15
tahun. Angka kejadian pada anak laki laki dan anak perempuan adalah sama, tetapi
pada akhir masaremaja penyakit ini lebih banyak di temukan pada anak laki-laki.
Osteosarcoma cenderung tumbuh pada bagian ujung tulang pajang.
Terutamalutut, seperti pada tulang paha (ujung bawah), tulang lengan atas (ujung
atas) dantulang kering (ujung atas).Ujung tulang-tulang tersebut merupakan daerah
dimana terjadi perubahan dankecepatan pertumbuhan tersebar meskipun demikian,
osteosarcoma juga bisa tumbuhdibagian tulang lainnya. Sampai sekarang penyebab
masih belum diketahui.Untuk tindakan keperawatan pada pasien dengan
osteosarcoma biasanyadilakukan dari pengkajian sampai implementasi serta
tindakan sesuai dengan keluhan pasien.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi osteosarcoma?
2. Apa etiologi osteosarcoma?
3. Apa diagnose keperawatan yang muncul pada pasien osteosarcoma?
4. Bagaimana tindakan keperawatan intervensi pada pasien osteosarcoma?

C. TUJUAN
1. Menejelaskan definisi osteosarcoma
2. Menjelaskan etiologi osteosarcoma
3. Menjelaskan diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien osteosarcoma
4. Mendeskripsikan tindakan keperawatan (intervensi) pada pasien osteosarcoma
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Sarkoma adalah tumor yang berasal dari jaringan penyambung (Danielle
2009). Kanker adalah neoplasma yang tidak terkontrol dari sel anaplastik yang
menginvasi jaringan dan cenderung bermetastase sampai ke sisi yang jauh dalam
tubuh (Wong 2009). Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) adalah tumor yang
muncul dari mesenkim pembentuk tulang. (Wong. 2013)
Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer
yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling
sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. (Price
2009).
Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) merupakan tulang primer maligna yang
paling sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke paru.
Tumor ini menyebabkan mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah menyebar
ke paru ketika pasien pertama kali berobat (Smeltzer. 2010)

B. ETIOLOGI
Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir ini,
penelitianmenunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu C-Fos
dapatmeningkatkan kejadian tumor tulang. Radiasi sinar radio aktif dosis
tinggi,Keturunan, Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit
paget(akibat pajanan radiasi ), (Smeltzer. 2001). Adapun faktor predisposisi yang
dapatmenyebabkan osteosarcoma antara lain:
1. Trauma Osteosarcoma dapat terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun
setelahterjadinya injuri. Walaupun demikian trauma ini tidak dapat dianggap
sebagai penyebab utama karena tulang yang fraktur akibat trauma ringan maupu
n parah jarang menyebabkan osteosarcoma.
2. Ekstrinsik karsinogenikPenggunaan substansi radioaktif dalam jangka waktu
lama dan melebihi dosis juga diduga merupakan penyebab terjadinya
osteosarcoma ini. Salah satu contoh adalah radium. Radiasi yang diberikan
untuk penyakit tulang seperti kista tilang aneurismal, fibrous displasia, setelah
3-40 tahun dapat mengakibatkan osteosarcoma.
3. Karsinogenik kimia Ada dugaan bahwa penggunaan thorium untuk
penderitatuberculosis mengakibatkan 14 dari 53 pasien berkembang menjadi
osteosarcoma.
4. Virus Penelitian tentang virus yang dapat menyebabkan osteosarcoma
barudilakukan pada hewan, sedangkan sejumlah usaha untuk menemukan
oncogenik virus pada osteosarcoma manusia tidak berhasil. Walaupun beberapa
laporan menyatakan adanya partikel seperti virus pada sel osteosarcoma dalam
kultur jaringan. Bahan kimia, virus, radiasi, dan faktor trauma. Pertumbuhan
yang cepatdan besarnya ukuran tubuh dapat juga menyebabkan terjadinya
osteosarcomaselama masa pubertas. Hal ini menunjukkan bahwa hormon sex
penting walaupun belum jelas bagaimana hormon dapat mempengaruhi
perkembangan osteosarcoma
5. Keturunan ( genetik )

C. ANATOMI DAN FISIOLOGI


Tulang adalah organ vital yang berfungsi untuk gerak pasif, proteksi alat-
alat di dalam tubuh, pemben Ruang ditengah tulang-tulang tertentu berisi jaringan
hematopoietik yang membentuk berbagai sel darah dan tempat primer untuk
menyimpan dan mengatur kalsium dan posfat. Ruang ditengah tulang-tulang
tertentu berisi jaringan hematopoietik yang membentuk berbagai sel darah dan
tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium dan posfat.
Sebagaimana jaringan pengikat lainnya, tulang terdiri dari komponen
matriks dan sel. Matriks tulang terdiri dari serat-serat kolagen dan protein non-
kolagen. Sedangkan sel tulang terdiri dari osteoblas, oisteosit, dan osteoklas.
Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan
proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteosid melalui suatu proses
yang disebut osifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas
mensekresikan sejumlah besar fosfatase alkali, yang memegang peranan penting
dalam mengendapkan kalsium dan fosfat ke dalam matriks tulang.
Sebagian dari fosfatase alkali akan memasuki aliran darah, dengan demikian
maka kadar fosfatase alkali di dalam darah dapat menjadi indikator yang baik
tentang tingkat pembentukan tulang setelah mengalami patah tulang atau pada kasus
metastasis kanker ke tulang.
Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan
untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat. Osteoklas adalah sel-sel
berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat diabsorbsi.
Tidak seperti osteoblas dan osteosit, osteoklas mengikis tulang. Sel-sel ini
menghasilkan enzim proteolitik yang memecahkan matriks dan beberapa asam yang
melarutkan mineral tulan90g sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke dalam aliran
darah. (Setyohadi, 2007; Wilson. 2005; Guyton. 1997)

D. PATOFISIOLOGI
Keganasan sel pada mulanya berawal pada sumsum tulang (myeloma) dari
jaringan sel tulang (sarcoma) sel-sel tulang akan berada pada nodul-nodul limfe,
hati dan ginjal sehingga dapat mengakibatkan adanya pengaruh aktifitas
hematopeotik sum-sum tulang yang cepat pada tulang sehingga sel-sel plasma yang
belum matang/tidak matang akan terus membelah terjadi penambahan jumlah sel
yang tidak terkontrol lagi.
Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer
yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling
sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut.
Penyebab osteosarkoma belum jelas diketahui, adanya hubungan
kekeluargaan menjadi suatu predisposisi. Begitu pula adanya hereditery. Dikatakan
beberapa virus onkogenik dapat menimbulkan osteosarkoma pada hewan
percobaan. Radiasi ion dikatakan menjadi 3% penyebab langsung osteosarkoma.
Akhir-akhir ini dikatakan ada 2 tumor suppressor gene yang berperan secara
signifikan terhadap tumorigenesis pada osteosarkoma yaitu protein P53 ( kromosom
17) dan Rb (kromosom 13).
Lokasi tumor dan usia penderita pada pertumbuhan pesat dari tulang
memunculkan perkiraan adanya pengaruh dalam patogenesis osteosarkoma. Mulai
tumbuh bisa didalam tulang atau pada permukaan tulang dan berlanjut sampai pada
jaringan lunak sekitar tulang epifisis dan tulang rawan sendi bertindak sebagai
barier pertumbuhan tumor kedalam sendi. Osteosarkoma mengadakan metastase
secara hematogen paling sering keparu atau pada tulang lainnya dan didapatkan
sekitar 15%-20% telah mengalami metastase pada saat diagnosis
ditegakkan. (Salter, robert : 2006).
Adanya tumor di tulang menyebabkan reaksi tulang normal dengan respons
osteolitik (destruksi tulang) atau respons osteoblastik (pembentukan tulang).
Beberapa tumor tulang sering terjadi dan lainnya jarang terjadi, beberapa tidak
menimbulkan masalah, sementara lainnya ada yang sangat berbahaya dan
mengancam jiwa.
Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang panjang dan biasa ditemukan
pada ujung bawah femur, ujung atas humerus dan ujung atas tibia. Secara histolgik,
tumor terdiri dari massa sel-sel kumparan atau bulat yang berdifferensiasi jelek dan
sring dengan elemen jaringan lunak seperti jaringan fibrosa atau miksomatosa atau
kartilaginosa yang berselang seling dengan ruangan darah sinusoid. Sementara
tumor ini memecah melalui dinding periosteum dan menyebar ke jaringan lunak
sekitarnya; garis epifisis membentuk terhadap gambarannya di dalam tulang.
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel
tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses
destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses
pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal.. Pada proses osteoblastik,
karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan periosteum tulang yang baru
dekat lempat lesi terjadi sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.
Pathway
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis dari osteosarkoma adalah :
1. Nyeri dan/ atau pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi
semakin parah pada malam hari dan meningkat sesuai dengan progresivitas
penyakit)
2. Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang
terbatas
3. Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya
pelebaran vena
4. Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat
badan menurun dan malaise.
5. Pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi semakin parah pada
malam hari dan meningkat sesuai dengan progresivitas penyakit). (Smeltzer.
2010).

F. KLASIFIKASI
Tumor pada muskuloskletal adalah :
1. Tumor jinak ( benigna )
a. Osteoma
Osteoma merupakan lesi tulang yang bersifat jinak dan ditandai oleh
pertumbuhan tulang yang abnormal. Oateoma berwujud sebagai suatu
benjolan yang tumbuh dengan lambat dan tidak nyeri. Pada pemeriksaan
radiografi osteoma perifer tampak sebagai lesi yang meluas pada permukaan
tulang. Sedangkan osteoma sentral tampak sebagai suatu masa berbatas jelas
dengan tulang.
b. Kondroblastoma
Konroblastoma adalah tumor jinak yang sering ditemukan pada tulang
humerus. Gejala yang sering timbul adalah nyeri yang timbul pada tulang
rawan.
c. Enkondroma
Enkondroma adalah tumor jinak sel –sel rawan displastik yang timbul pada
metafisis tulang tubular, terutama pada tangan dan kaki.
1) Tumor – tumor ganas ( maligna )
a) Multipel mieloma
Tumor ganas pada tulang akibat proliferasi ganas dari sel sel plasma.
b) Sarkoma osteogenik
Sarkoma osteogenik merupakan neoplasma tulang primer yang
sangat ganas
c) Kondrosarkoma
Kondrosarkoma merupakan tumor tulang ganas yang terdiri dari
kondrosit anaplastik yang dapat tumbuh sebagai tumor tulang perifer
atau sentral.
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat
didiagnosis. Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan tumor,
pencegahan amputasi jika memungkinkan dan pemeliharaan fungsi secara maksimal
dari anggota tubuh atau ekstremitas yang sakit. Penatalaksanaan meliputi
pembedahan, kemoterapi, radioterapi, atau terapi kombinasi.
Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan / atau radiasi dan
kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi adriamycin
(doksorubisin) cytoksan dosis tinggi (siklofosfamid) atau metrotexate dosis tinggi
(MTX) dengan leukovorin. Agen ini mungkin digunakan secara tersendiri atau
dalam kombinasi. Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan
pemberian cairan normal intravena, diurelika, mobilisasi dan obat-obatan seperti
fosfat, mitramisin, kalsitonin atau kortikosteroid. (Gale. 2009).

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis didasarkan pada riwayat, pemeriksaan fisik, dan penunjang
diagnosis seperti CT, biopsi, dan pemeriksaan biokimia darah dan urine.
Pemeriksaan foto toraks dilakukan sebagai prosedur rutin serta untuk follow-up
adanya stasis pada paru-paru.
Hiperkalsemia terjadi pada kanker tulang metastasis dari payudara, paru, dan
ginjal. Gejala hiperkalsemia meliputi kelemahan otot, keletihan, anoreksia, mual,
yu9o-;’muntah, poliuria, kejang dan koma. Hiperkalsemia harus diidentifikasi dan
ditangani segera. Biopsi bedah dilakukan untuk identifikasi histologik. Biopsi harus
dilakukan untuk mencegah terjadinya penyebaran dan kekambuhan yang terjadi
setelah eksesi tumor.
BAB III
ASUHAN KEPERAWARTAN OSTEOSARKOMA

A. Pengkajian
1. Data biografi
Data biografi biasanya mencakup nama, umur, alamat, pekerjaan, No. MR,
agama dan lain-lain yang dianggap perlu.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan nyeri pada ekstremitas, sering berkeringat pada malam hari,
nafsu makan berkurang dan sakit kepala.
3. Riwayat kesehatan dahulu
a.  Kemungkinan pernah terpapar sering dengan radiasi sinar radio aktif dosis
tinggi
b. Kemungkinan pernah mengalami fraktur
c. Kemungkinan sering mengkonsumsi kalsium dengan batas narmal
d. Kemungkinan sering mengkonsumsi zat-zat toksik seperti : makanan dengan
zat pengawet, merokok dan lain-lain
4. Riwayat kesehatan keluarga
Kemungkinan ada salah seorang keluarga yang pernah menderita kanker.
5. Pemeriksaan fisik
Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya
pelebaran vena, Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta
pergerakan yang terbatas. Adanya tanda-tanda inflamasi, Pemeriklsaan TTV
klien
6. Pemeriksaan Diagnostik
Lakukan pemeriksaan radiografi, pemindaian tulang, dan biopsi tulang.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologik atau inflamasi
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya tumor.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan dan
kerusakan muskuloskeletal.
4. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian dan perubahan status
kesehatan.
5. Resiko cedera berhubungan dengan tumor
6. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis dan kerusakan jaringan
7. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan
dengan hipermetabolik
8. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi

C. INTERVENSI

No Diagnosa NOC NIC


1. Nyeri akut NOC: NIC:
berhubungan dengan 1. Pain level Pain Manajement
obstruksi jaringan saraf 2. Pain control 1. Lakukan pengkajian nyeri
3. Comfort level secara komprehensif termasuk
atau inflamasi.
Kriteria Hasil : lokasi, karakteristik, durasi,
Definisi :
frekuensi, kualitas dan faktor
Sensori yang tidak 1. Mampu mengontrol nyeri presipitasi.
(tahu penyebab 2. Observasi reaksi non verbal
menyenangkan dan
nyeri,mampu menggunakan dan ketidaknyamanan, seperti
pengalaman emosional teknik non farmakologi pasien tampak meringis, dan
yang muncul dari untuk mengurangi nyeri) memegangi bagian tubuh yang
2. Melaporkan bahwa nyeri sakit.
kerusakan jaringan baik
berkurang dengan 3. Gunakan tehnik komunikasi
secara aktual atau menggunakan manajemen terapeutik untuk mengetahui
potensial, atau nyeri pengalaman nyeri pasien.
3. Mampu mengenali nyeri 4. Kontrol lingkungan yang dapat
merupakan kerusakan (
(skala,intensitas,frekuensi, menpengaruhi nyeri seperti
Asosiasi Studi Nyeri dan tanda nyeri) suhu ruangan, pencahayaan
Internasional) yang 4. Menyatakan rasa nyaman dan kebisingan.
terjadi secara tiba–tiba setelah nyeri berkurang 5. Kurangi faktor presipitasi
atau dengan waktu nyeri.
6. Pilih dan lakukan penanganan
yang lama dengan
nyeri (farmakologi (analgetik),
intensitas ringan
sampai berat dan dapat dan non – farmakologi
diantisipasi atau (relaksasi nafas dalam)
7. Kaji tipe dan sumber nyeri
diprediksikan dan
untuk menentukan intervensi.
lamanya kiurang dari 6 8. Ajarkan tentang tehnik non –
bulan. farmakologi.
9. Berikan analgetik untuk
 Batasan
mengurangi nyeri.
Karakteristik:
1. Laporan secara
verbal atau
nonverbal
2. Tingkah laku
distraksi,
contoh: jalan-
jalan, menemui
orang lain dan
atau aktivitas
berulang ulang
3. Respon
Autonom
( berkeringat,pe
rubahan
Tekanan
darah,perubaha
n nafas, nadi
dan dilatasi
pupil)
4. Perubahan
otonom dalam
tonus otot
( myngkin
dalam rentang
dari lemah ke
kaku
2. Gangguan citra tubuh NOC: NIC:
berhubungan dengan 1. Body Image Body Image Enhancement
adanya tumor 2. Self esteem 1. Diskusikan dengan klien
Definisi tentang perubahan dirinya
Kriteria Hasil: 2. Bantu klien dalam
Gangguan citra
1. Body image positif memutuskan tingkat actual
tubuh adalah perubahan dalam tubuh atau
2. Mampu mengidentifikasi
kondisi ketika kekuatan personal level fungsi tubuh
3. Mendiskripsikan secara 3. Monitor frekuensi pernyataan
individu
faktual perubahan fungsi klien
mengalami atau 4. Berikan dukungan dan suport
tubuh
beresiko 4. Mempertahankan interaksi mental serta spiritual.
sosial 5. Libatkan keluarga untuk
mengalami
memberikan dukungan sacara
gangguan dalam mental dan spiritual
cara
mempersepsika
n citra
tubuhnya.
Batasan Karakteristik
 Tidak melihat
bagian tubuh
 Tidak menyentu
5
bagian tubuh
 Perubahan
dalam
keterlibatan
sosial
 Depresonalisasi
bagian tubuh.
3. Hambatan mobilitas NOC : NIC :
fisik berhubungan 1. Joint Movement : Active. Exercise therapy : ambulation
dengan penurunan 2. Mobility Level 1. Monitoring vital sign
3. Self care : ADLs sebelm/sesudah latihan dan
kekuatan dan kerusakan
4. Transfer performance lihat respon pasien saat latihan
muskuloskeletal
Kriteria hasil: 2. Konsultasikan dengan terapi
Defini fisik tentang rencana ambulasi
1. Klien meningkat dalam sesuai dengan kebutuhan
Keterbatasan pada
aktivitas fisik 3. Bantu klien untuk
pergerakan fisik tubuh 2. Mengerti tujuan dari menggunakan tongkat saat
atau satu atau lebih peningkatan mobilitas berjalan dan cegah terhadap
ekstremitas secara cedera
4. Ajarkan pasien atau tenaga
mandiri dan terarah
kesehatan lain tentang teknik
Batasan Karakteristik ambulasi
 Penurunan 5. Kaji kemampuan pasien dalam
waktu reaksi mobilisasi
 Kesulitan 6. Latih pasien dalam pemenuhan
membolak balik kebutuhan ADLs secara
posisi mandiri sesuai kemampuan
 Perubahan cara 7. Dampingi dan Bantu pasien
berjalan saat mobilisasi dan bantu
 Gerakan penuhi kebutuhan
bergetar ADLs
keterbatasan
kemampuan 1. Berikan alat Bantu jika klien
melakukan memerlukan.
keterampilan 2. Ajarkan pasien bagaimana
motorik halus merubah posisi dan berikan
dan kasar. bantuan jika diperlukan
 Keterbatasan
rentang
pergerakan
sendi
6
 Ketidak stabilan
postur
 Pergerakan
lambat
 Pergerakan
tidak
terkoordinasi

4. Ansietas berhubungan NOC: NIC:


dengan ancaman 1. Anxiety self control Penurunan Kecemasan
kematian dan 2. Anxiety level 1. Gunakan pendekan yang
3. Coping menyenangkan
perubahan status
Kriteria hasil : 2. Nyatakan dengan jelas harapan
kesehatan
terhadap pelaku pasien
Definisi 1. Klien mampu 3. Jelaskan semua prosedur dan
mengidentifikasi dan apa yang dirasakan selama
Perasaan tidak nyaman
mengungkapkan gejala prosedur
atau kekhawatiran cemas. 4. Temani pasien untuk
yang samar disertai 2. Mengidentifikasi, memberikan keamanan dan
mengungkapkan dan mengurangi takut
respon
menunjukkan teknik untuk 5. Dengarkan dengan penuh
otonomi.Perasaan takut mengontrol cemas. perhatian
yang disebabkan oleh 3. Vital sign dalam batas 6. Identifikasi tingkat kecemasan
normal 7. Bantu pasien mengenal situasi
antisipasi terhadap
4. Postur tubuh, 8. Dorong pasien untuk
bahaya,perasaan ini ekspresiwajah, bahasa mengungkapkan perasaan,
merupakan isyarat tubuh, dantingkat ketakutan, persepsi
kewaspadaan yang aktivitasmenunjukkan berku 9. Intruksikan pasien
rangnyakecemasan. menggunakan teknik
memperingatkan
relaksasi
bahaya yang akan
terjadi dan
memampukan individu
melakukan tindakan
untuk menghadapi
ancaman.
Batasan Karakteristik
 Mengekspresika
n kekhawatiran
akibat
perubahan
dalam peristiwa
hidup
 Gelisah
 Merasa takut

5. Resiko cedera NOC: NIC :


berhubungan dengan 1. Risk Kontrol Enviroment Management
tumor Kriteria Hasil: (Manajemen Lingkungan)
Definisi 1. Klien terbebas dari cidera 1. Indentifikasi kebutuhan
berisiko mengalami 2. Klien mampu menjelaskan keamanan pasien berdasarkan
cara/metode untuk level fisik dan fungsi koognitif
cedera sebagai akibat
mencegah injury/cidera serta riwayat kebiasaan
kondisi lingkungan sebelumnya.
3. Klien mampu menjelaskan
yang berinteraksi faktor resiko dari 2. Indentifikasi benda-benda
lingkungan/perilaku beresiko di lingkungan.
dengan sumber adaptif
personal 3. Pindahkan benda-benda
dan sumber defensif berbahaya dari lingkungan
4. Mampu menggunakan
individu fasilitas kesehatan yang ada pasien.
4. Modifikasi lingkungan
Batasan karakteristik
meminimalisir bahaya dan
 Biologis (mis., resiko.
tingkat imunisasi 5. Siapkan pasien dengan telfon
komunitas, emergency.
mikroorganisme) 6. Beritahu pasien terhadap
resiko individual dan
 Zat kimia (mis., kelompok mengenai bahaya
racun, polutan, dan resiko.
obat, agens 7. Kolaborasikan dengan petugas
farmasi, alkohol, lain untuk meningkatakan
nikotin, keamanan lingkungan.
pengawet,
kosmetik,
pewarna)

 Manusia (mis.,
agens
nosokomial, pola
ketenagaan, atau
faktor kognitif,
afektif, dan
psikomotor)

 Cara
pemindahan/trans
por

 Nutrisi (mis.,
vitamin, jenis
makanan)
8
 Fisik (mis.,
desain, struktur,
dan pengaturan
komunitas,
bangunan, dan
atau peralatan)

6. Resiko infeksi NOC : NIC :


berhubungan dengan 1. Immune Status Infection Control
penyakit kronis dan 2. Knowledge : Infection 1. Pertahankan teknik aseptif
control
kerusakan jaringan 3. Risk control 2. Batasi pengunjung bila perlu
Definisi 3. Cuci tangan setiap sebelum
Kriteria Hasil : dan sesudah tindakan
 Mengalami 1. Klien bebas dari tanda dan keperawatan
peningkatan resiko
gejala infeksi 4. Gunakan baju, sarung tangan
terserang organisme
patogenik 2. Menunjukkan kemampuan sebagai alat pelindung
untuk mencegah timbulnya 5. Ganti letak IV perifer dan
Batasan Karakteristik infeksi dressing sesuai dengan
  penyakit kronis 3. Jumlah leukosit dalam petunjuk umum
 DM batas normal 6. Gunakan kateter intermiten
 Obesitas 4. Menunjukkan perilaku untuk menurunkan infeksi
 pengetahuan hidup sehat kandung kencing
yang tidak
cukup untuk 7. Tingkatkan intake nutrisi
menghindari
Infection Protection
pemajanan
patogen 1. Monitor tanda dan gejala
 pertahanan infeksi sistemik dan lokal
tubuh primer 2. Pertahankan teknik isolasi k/p
yang tidak 3. Inspeksi kulit dan membran
adekuat
mukosa terhadap kemerahan,
  gangguan
peristalsis panas, drainase
  kerusakan 4. Monitor adanya luka
integritas 5. Dorong masukan cairan
kulit 6. Dorong istirahat
(pemasanga 7. Ajarkan pasien dan keluarga
n IV, tanda dan gejala infeksi
prosedur 8. Kaji suhu badan pada pasien
invasif)
neutropenia setiap 4 jam
 perubahan
sekresi PH
 penurunan
kerja siliaris
 pecah
ketuban dini
dan lama 9
 merokok
 stasis cairan
tubuh
  trauma
jaringan
(mis, trauma
destruksi
jaringan)

7. Resiko NOC : NIC :


ketidakseimbangan 1. Nutritional Status Nutrision Management
nutrisi kurang dari 2. Nutritional Status : food 1. Kaji adanya alergi makanan
and fluid intake 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
kebutuhan yang
3. Nutritional Status : nutrient untuk menentukan jumlah
berhubungan dengan intake kalori dan nutrisi yang
hipermetabolik 4. Weight control dibutuhkan pasien
Definisi 3. Anjurkan pasien untuk
Kriteria Hasil : meningkatkan intake Fe
Intake nutrisi tidak
1. Adanya peningkatan berat 4. Anjurkan pasien untuk
cukup untuk keperluan meningkatkan protein dan
badan sesuai dengan tujuan
metabolisme tubuh. 2. Berat badan ideal sesuai vitamin C
dengan tinggi badan 5. Monitor jumlah nutrisi dan
Batasan Karakteristik
3. Mampu mengidentifikasi kandungan kalori
 Berat badan 20 6. Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
% atau lebih di kebutuhan nutrisi
4. Tidak ada tanda-tanda
bawah ideal 7. Kaji kemempuan pasien untuk
malnutrisi
 Dilaporkan mendapatkan nutrisi yang
5. Menunjukkkan
adanya intake dibutuhkan
peningkatan fungsi
makanan yang
pengecapan dari menelan Nutrition Monitoring
kurang dari
Tidak terjadi penurunan
RDA 1. BB pasien dalam batas normal
berat badan yang berarti
(Recomended 2. Monitor adanya penurunan
Daily berat badan
Allowance) 3. Monitor tipe dan jumlah
  Keengganan aktivitas yang bisa dilakukan
untuk makan 4. Monitor lingkungan selama
 Kram pada makan
abdomen 5. Jadwalkan pengobatan dan
 Tonus otot jelek tindakan tidak selama jam
makan
6. Monitor mual muntah
7. Monitor kadar albumin, 10
total
protein, Hb, dan kadar Ht
Monitor kalori dan intake
nutrisi

8. Resiko kerusakan NOC : NIC :


integritas kulit
1. Tissue Integrity : Skin and Pressure Management
berhubungan dengan Mucous Membranes 1. Anjurkan pasien untuk
2. Hemodyalis Akses menggunakan pakaian yang
efek radiasi
Kriteria Hasil : longgar
Definisi
2. Hindari kerutan padaa tempat
Perubahan / gangguan 1. Integritas kulit yang baik tidur
bisa dipertahankan 3. Jaga kebersihan kulit agar
epidermis dan / atau
2. Melaporkan adanya tetap bersih dan kering
dermis gangguan sensasi atau nyeri 4. Mobilisasi pasien (ubah posisi
Batasan Karakteristik pada daerah kulit yang pasien) setiap dua jam sekali
mengalami gangguan 5. Monitor kulit akan adanya
 Kerusakan lapisan
3. Menunjukkan pemahaman kemerahan
kulit (dermis)
 Gangguan dalam proses perbaikan 6. Oleskan lotion atau
permukaan kulit kulit dan mencegah minyak/baby oil pada derah
(epidermis) terjadinya sedera berulang yang tertekan
 Invasi struktur 4. Mampu melindungi kulit 7. Monitor aktivitas dan
tubuh dan mempertahankan mobilisasi pasien
kelembaban kulit dan 8. Monitor status nutrisi pasien
perawatan alami 9. Memandikan pasien dengan
sabun dan air hangat
10. Inspeksi kulit terutama pada
tulang-tulang yang menonjol
dan titik-titik tekanan ketika
merubah posisi pasien.
11. Jaga kebersihan alat tenun.

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer
yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling
sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. (Price
2009).
Kanker tulang (osteosarkoma) lebih sering menyerang kelompok usia 15 –
25 tahun (pada usia pertumbuhan) Smeltzer. 2010. Rata-rata penyakit ini
terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki sama dengan
anak perempuan. Tetapi pada akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak di
temukan pada anak laki-laki. Sampai sekarang penyebab pasti belum diketahui.
Tanda dan gejala dari Osteosarkoma adalah Nyeri dan atau pembengkakan
ekstremitas yang terkena, pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian
serta pergerakan yang terbatas, teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di
atas massa serta adanya pelebaran vena dan gejala-gejala penyakit metastatik
meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan menurun dan malaise.

B. SARAN
Makalah sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sebagai
kelompok mengharapkan kritikan dan saran dari dosen pembimbing dan teman –
teman sesama mahasiswa. Selain itu penyakit osteosarkoma ini sangat berbahaya
dan kita sebagai host harus bisa menerapkan pola hidup sehat agar kesehatan kita
tetap terjaga.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda juall. 2001. Dokumentasi Asuhan Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC.
Doenges, E, Marilyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan
keperawatan pasien. Edisi 3 . Jakarta : EGC.

Price, Sylvia & Loiraine M. Wilson. 1998. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit.
Edisi 4. Jakarta : EGC.

Nanda, 2012. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Buku


Kedokteran : EGC.

Smeltzer & Brenda G. bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol III. Edisi 8.
Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai