Anda di halaman 1dari 13

Stress & Adaptasinya dalam Keperawatan

Kehidupan di dunia ini selalu dipenuhi oleh berbagai macam kebutuhan. Sehingga
mendorong seseorang untuk segera memenuhinya . Namun tidak jarang pula kebutuhan yang
akan kita penuhi menimbulkn masalah, menyebabkan kebingungan yang bertahan lama
dalam fikiran dan tidak mampu menyelesaikannya sehingga dapat menimbulkan apa yang
dinamakan stress. Stress yang terjadi berbeda beda dari masing-masing orang tergantung
dari masalah yang di hadapi dan kemampuan personal dalam menghadapi masalah tersebut.
Jika seseorang dapat menyelesaikannya dengan baik, maka stress akan berkurang.
Sedangkan jika seseorang tersebut tidak dapat menyelesaikan masalah, maka akan bertambah
pula stress yang dihadapi. Diperlukan mekanisme penyelesaian atau koping yang tepat agar
tidak lagi menimbulkan stress yang berlarut-larut.
Adaptasi sendiri merupakan proses dimana dimensi fisiologis dan psikologis sosial
berubah dalam merespon adanya stress. Ada beberapa macam bentuk adaptasi diantaranya
adaptasi fisiologis, adaptasi psikologis, dan adaptasi perkembangan. Proses adaptasi itu akan
terjadi pada saat stimulus dari lingkungan internal dan eksternal yang dapat menimbulkan
penyimpangan keseimbangan pada seseorang. Sehingga adaptasi dapat dikatakan sebagai
upaya untuk mempertahankan fungsi agar lebih optimal. Adaptasi akan melibatkan refleksi
pribadi, mekanisme otomatis untuk perlindungan, mekanisme koping dan penguasaan akan
situasi yang dihadapi.
Stress dan adaptasi memiliki hubungan. Apabila seseorang mengalami hambatan atau
kesulitan dalam beradaptasi, baik berupa tekanan, perubahan, maupun ketegangan emosi
dapat menimbulkan stress. Stress tre terjadi apabila tuntutan atau keinginan diri tidak
terpenuhi.

A. Stress
1. Definisi Stress

Stres adalah segala situasi di mana tuntunan non-spesifik mengharuskan seorang individu
untuk merespon atau melakukan tindakan ( Selye, 1976 ).
Respon

atau

tindakan

ini

termasuk

respon

fisiologis

dan

psikologis.

Stresor adalah stimulus yang mengawali atau mencetuskan perubahan.


1. Stresor internal berasal dari dalam diri seseorang (demam, kondisi seperti kehamilan,
menopause atau suatu keadaan emosi seperti rasa bersalah )
2. Stresor eksternal berasal dari luar diri seseorang (perubahan bermakna dalam suhu
lingkungan, perubahan peran dalam keluarga atau tress, atau tekanan dari pasangan ).

Beberapa pengertian stress sebagai berikut:


1. Menurut Hans Style, stress adalah respons manusia yang bersifat nonspesifik terhadap
setiap tuntutan kebutuhan yang ada dalam dirinya. (Pusdiknakes, Dep.Kes.RI, 1989)
2. Stres adalah reaksi atau respons tubuh terhadap reseptor tubuh terhadap strestor psiko-sosial
(tekanan mental atau beban kehidupan). (Dadang Hawari, 2001).
3. Stres adalah suatu kekuatan yang mendesak atau mencekam, yang menimbulkan suatu
ketegangan dalam diri seseorang. (Soeharto Heerdjan, 1987).
Stress juga harus dibedakan dengan stressor. Stressor adalah sesuatu yang menyebabkan
stress. Stress itu sendiri adalah akibat dari interaksi (timbal-balik) antara rangsangan
lingkungan dan respon individu.

2. Gejala Akibat Stres


Gejala atau akibat tress yang dibicarakan di sini adalah gejala/akibat yang tresse karena
seringkali mengganggu kehidupan manusia. Tingkat tress yang tinggi dan berlangsung dalam
waktu yang lama tanpa ada jalan keluar tre mengakibatkan berbagai macam penyakit seperti :
gangguan pencernaan, serangan jantung, tekanan darah tinggi, asma, radang sendi
rheumatoid, alergi, gangguan kulit, pusing/sakit kepala, sulit menelan, panas ulu hati, mual,
berbagai macam keluhan perut, keringat dingin, sakit leher, sering buang air seni, kejang otot,
mudah lupa, terserang tres, sembelit, diare, insomnia, dan lain-lain.
Cary Cooper dan Alison Straw mengemukakan gejala tress dapat berupa tanda-tanda
berikut ini:

1. Fisik, yaitu nafas memburu, mulut dan kerongkongan kering, tangan lembab, rnerasa panas,
otot-otot tegang, pencemaan terganggu, sembelit, letih yang tidak beralasan, sakit kepala,
salah urat dan gelisah.
2. Perilaku, yaitu perasaan bingung, cemas dan sedih, jengkel, saiah paham, tidak berdaya,
tidak mampu berbuat apa-apa, gelisah, gagal, tidak menarik, kehilangan semangat, sulit
konsentrasi, sulit berfikir jemih, sulit membuat kcputusan, hilangnya kreatifitas, hilangnya
gairah dalam penampilan dan hilangnya minat terhadap orang lain.
3. Watak dan kepribadian, yaitu sikap hati-hati menjadi cermat yang berlebihan, cemas menjadi
lekas tres, kurang percaya diri menjadi rawan, penjengkel menjadi meledak-ledak.

3. Penggolongan Stress
Apabila ditinjau dari penyebab stress, menuruti Sri Kusmiati dan Desminiarti (1990),
dapat digolongkan sebagai berikut.
a. Stress fisik, disebabkan oleh suatu tressehe yang terlalu tinggi atau rendah, suara bising, sinar
yang terlalu terang, atau tersengat arus listrik.
b. Stres kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat beracun, tress, atau gas.
c.

Stress mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri, atau tresse yang menimbulkan
penyakit.

d. Stres proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh gangguan pertumbuhan dan
perkembangan pada masa bayi hingga tua.
e. Stres psikis atau emosional, disebabkan oleh gangguan hubungan interpersonal, tress,
budaya, atau keagamaan.

4. Penyebab Stress
Adapun menurut Brench Grand (2000), tress ditinjau dari penyebabnya dibedakan
menjadi dua macam:
a. Penyebab makro, yaitu menyankut peristiwa besar dalam kehidupan, seperti kematian,
perceraian, tress, luka batin, dan kebangkrutan.
b. Penyebab mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari-hari, seperti pertengkaran rumah
tangga, beban pekerjaan, masalah apa yang akan dimakan, antri.

5. Kemampuan Manusia Menahan Stres


Setiap individu mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam menahan yang tress.
Hal tersebut tergantung pada:
a. Sifat dan hakikat tress, yaitu intensitas, lamanya, tres, dan umum(general)
b. Sifat individu yang terkait dengan proses adaptasi.
Menurut Rosenmen dan Chensey (1980), sebagaimana dikemukakan oleh Prof. dadang
Hawari (2001) bahwa tress apabila ditinjau dari tipe kepribadian individu dibedakan menjadi
2 macam, yaitu:

Tipe yang rentan (vulnerable)


Terdapat pada tipe A yang disebut A Type Personality dengan pola perilaku Type A
Behavior Pattern.Individu dengan tipe ini memiliki risiko tinggi mengalami tress dengan ciricirikepribadian sebagai berikut.

a. Cita-citanya tinggi (ambisius)


b. Suka menyerang (agresif)
c.

Suka bersaing (kompetitif) yang kurang sehat.

d. Banyak jabatan rangkap.


e. Emosional, yang ditandai dengan mudah marah, mudah tersinggung, mudah mengalami
ketegangan, dan kurang sabar.
f.

Terlalu percaya diri (over confident)

g. Self control kuat.


h. Terlalu waspada.
i.

Tindakan dan cara bicaranya cepat dan tidak dapat diam (hiperaktif).

j.

Cakap dalam berorganisasi (Organisatoris).

k.

Cakap dalam memimpin (leader).

l.

Tipe kepemimpinan otoriter.

m. Bekerja tidak mengenal waktu (workaholic).


n. Bila menghadapi tantangan sengan bekerja sendiri
o. Disiplin waktu yang tepat.
p. Kurang rileks dan serba terburu-buru.

q. Tidak ramah.
r.

Tidak mudah bergaul.

s.

Mudah empati, tetapi mudah bersikap bermusuhan.

t.

Sulit dipengaruhi.

u. Sifatnya kaku (tidak fleksibel)


v. Pikiran tercurah ke pekerjaan walaupun sedang libur.
w. Berusaha keras agar segala sesuatunya terkendali.

Tipe yang Kebal (tress)


Terdapat pada tipe B yang disebut B Type Personality dengan pola perilaku Type B
Behavior Pattern.Individu dengan tipe ini kebal terhadap tress, yang ciri-ciri kepribadiannya
sebagai berikut.

a. Cita-cita atau ambisinya wajar.


b. Berkompetisi secara sehat.
c.

Tidak agresif.

d. Tidak memaksakan diri.


e. Emosi terkendali, yang ditandai dengan tidak mudah marah, tidak mudah tersinggung,
penyabar, penyabar, dan tenang
f.

Kewaspadaan wajar

g. Self control wajar.


h. Self confident wajar.
i.

Cara bicara tenang.

j.

Cara bertindak tenang dan dilakukan pada saat yang tepat.

k.

Ada keseimbangan waktu bekerja dan istirahat.

l.

Sikap dalam memimpin maupun berorganisasi akomodatif dan manusiawi.

m. Mudah bekerja sama (kooperatif).


n. Tidak memaksakan diri dalam menghadapi rintangan.
o. Bersikap ramah.
p. Mudah bergaul.
q. Dapat menimbulkan empati untuk mencapai kebersamaan (mutual benefit)

r.

Bersikap fleksible, akomodatif, dan tidak merasa dirinya paling benar.

s.

Dapat melepaskan masalah pekerjaan atau kehidupan di saat libur.

t.

Mampu menahan dan mengendalikan diri.

6. Manifestasi Stress
Stres sifatnya universiality, yaitu umum semua orang sama dapat merasakannya, tetapi
cara pengungkapannya yang berbeda atau diversity. Sesuai dengan karakteristik individu,
maka responnya berbeda- beda untuk setiap orang. Seseorang yang mengalami tress dapat
mengalami perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya, antara lain :
1. Perubahan warna rambut kusam, ubanan, kerontokan
2. Wajah tegang, dahi berkerut, tres tress serius, tidak santai, bicara berat, sulit
tersenyum/tertawa dan kulit muka kedutan (ticfacialis)
3. Nafas terasa berat dan sesak, timbul asma
4. Jantung berdebar-debar, pembuluh darah melebar atau menyempit (constriksi) sehingga
mukanya tress merah atau pucat. Pembuluh darah tepi (perifer) terutama ujung-ujung jari
juga menyempit sehingga terasa dingin dan kesemutan.
5. Lambung mual, kembung, pedih, mules, sembelit atau diare
6. Sering berkemih.
7. Otot sakit seperti ditusuk-tusuk, pegal dan tegang pada tulang terasa linu atau kaku bila
digerakkan.
8. Kadar gula meningkat, pada wanita mens tidak teratur dan sakit (tressehea)
9. Libido menurun atau tre juga meningkat.
10. Gangguan makan tre nafsu makan meningkat atau tidak ada nafsu makan
11. Tidak tre tidur
12. Sakit mental-histeris

7. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Stress


Kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan stress disebut stressors. Meskipun stress
dapat diakibatkan oleh hanya satu stressors, biasanya karyawan mengalami stress karena

kombinasi stressors. Menurut Robbins (2001:565-567) ada tiga sumber utama yang dapat
menyebabkan timbulnya stress yaitu :
1. Faktor Lingkungan
Keadaan lingkungan yang tidak menentu akan dapat menyebabkan pengaruh
pembentukan struktur organisasi yang tidak sehat terhadap karyawan.
Dalam tress lingkungan terdapat tiga hal yang dapat menimbulkan stress bagi karyawan
yaitu ekonomi, politik dan teknologi. Perubahan yang sangat cepat karena adanya
penyesuaian terhadap ketiga hal tersebut membuat seseorang mengalami ancaman terkena
stress. Hal ini dapat terjadi, misalnya perubahan teknologi yang begitu cepat. Perubahan yang
baru terhadap teknologi akan membuat keahlian seseorang dan pengalamannya tidak terpakai
karena tress semua pekerjaan dapat terselesaikan dengan cepat dan dalam waktu yang singkat
dengan adanya teknologi yang digunakannya.
2. Faktor Organisasi
Didalam organisasi terdapat beberapa tress yang dapat menimbulkan stress yaitu role
demands, interpersonal demands, organizational structure dan organizational leadership.
Empat tress organisasi di atas juga akan menjadi batasan dalam mengukur tingginya
tingkat stress. Pengertian dari tingkat stress itu sendiri adalah muncul dari adanya kondisikondisi suatu pekerjaan atau masalah yang timbul yang tidak diinginkan oleh individu dalam
mencapai suatu kesempatan, batasan-batasan, atau permintaan-permintaan dimana semuanya
itu berhubungan dengan keinginannya dan dimana hasilnya diterima sebagai sesuatu yang
tidak pasti tapi penting (Robbins,2001:563)
3. Faktor Individu
Pada dasarnya, tress yang terkait dalam hal ini muncul dari dalam keluarga, masalah
ekonomi pribadi dan karakteristik pribadi dari keturunan. Hubungan pribadi antara keluarga
yang kurang baik akan menimbulkan akibat pada pekerjaan yang akan dilakukan karena
akibat tersebut dapat terbawa dalam pekerjaan seseorang. Sedangkan masalah ekonomi
tergantung dari bagaimana seseorang tersebut dapat menghasilkan penghasilan yang cukup
bagi kebutuhan keluarga serta dapat menjalankan keuangan tersebut dengan seperlunya.
Karakteristik pribadi dari keturunan bagi tiap individu yang dapat menimbulkan stress
terletak pada watak dasar alami yang dimiliki oleh seseorang tersebut. Sehingga untuk itu,

gejala stress yang timbul pada tiap-tiap pekerjaan harus diatur dengan benar dalam
kepribadian seseorang.

8. Tahapan Stress
Menurut Dr. Robert J. Van Amberg (1979), sebagaimana dikemukakan oleh Prof. dadang
Hawari (2001) bahwa tahapan tress sebagai berikut:
a. Stres tahap pertama (paling ringan), yaitu tress yang disertai perasaan nafsu bekerja yang
besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan tenanga yang
dimiliki, dan penglihatan menjai tajam.
b. Stres tahap kedua, yaitu tress yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak segar atau
letih, lekas capek pada saat menjelang sore, lekas lelah sesudah makan, tidak dapat rileks,
lambung atau perut tidak nyaman (bowel discomfort), jantung berdebar, otot tengkuk, dan
punggung tegang. Hal tersebut karena cadangan tenaga tidak memadai.
c.

Stres tahap ketiga, yaitu tahapan tress dengan keluhan, seperti defekasi tidak teratur (kadangkadang diare), otot semakin tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga dan sulit tidur
kembali (middle insomnia), bangun terlalu pagi dan sulit tidur kembali (late insomnia),
koordinasi tubuh terganggu, dan mau jatuh pingsan.

d. Stres tahap keempat, yaitu tahapan tress dengan keluhan, seperti tidak mampu bekerja
sepanjang hari (loyo), aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, respons tidak
adekuat, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi
dan daya ingat menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan.
e. Stres tahap kelima, yaitu tahapan tress yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental
(physical and psychological exhaustion), ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang
sederhana dan ringan, gangguan pencernaan berat, meningkatnya rasa takut dan cemas,
bingung dan tres.
f.

Stres tahap keenam (paling berat), yaitu tahapan tress dengan tanda-tanda, seperti jantung
berdebar keras, sesak napas, badan gemetar, dingin, dan banyak keluar keringat, loyo, serta
pingsan atau collaps.

9. Sumber Stres Psikologi

Menurut Maramis (1990), ada empat sumber atau penyebab tress psikologis, yaitu:

Frustasi
Timbul akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena ada aral melintang, misalnya
apabila ada perawat Pukesmas lulusan SPK bercita-cita mengikuti D3 Akper program khusus
Pukesmas, tetapi tidak diizinkan istri/suami, tidak punya biaya, dan sebgainya.
Frustasi

yang

ada

bersifat instrinsik (cacat

badan

dan

kegagalan

usaha)

dan ekstrensik (kecelakaan, bencana alam, kematian orang yang dicintai, kegoncangan
ekonomi, pengangguran, perselingkuhan, dan lain-lain).

Konflik
Timbul karena tidak tre memilih antara dua atau lebih macam keinginan, kebutuhan, atau
tujuan.Bentuk approach-approach conflict, approach-avoidance conflict, atau avoidanceavoidance conflict.

Tekanan
Timbul sebagai akibat tekanan hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasala dari dalam diri
individu, misalnya cita-cita atau norma yang terlalu tinggi. Tekanan yang berasal dari luar
individu, misalnya orang tua menuntut anaknya agar di sekolah selalu rangking satu.

Krisis
Krisis yaitu keadaan yang mendadak, yang menimbulkan tress pada individu, misalnya
kematian orang yang disayangi, kecelakaan, dan penyakit yang harus segara operasi. Keadaan
tress dapat terjadi bebrapa sebab sekaligus, misalnya frustasi, konflik, dan tekanan.

10. Pengelolaan Stres Dalam Keperawatan


Manusia adalah makhluk kompleks yang berada dalam kehidupan yang kompleks pula.
Kompleksitas kehidupan berpotensi menimbulkan tress, dan menuntut seseorang untuk
mengatasinya. Cara seseorang mengatasi tress dapat dikelompokkan menjadi dua kategori.
Pertama, cara ini merupakan cara yang spontan dan tidak disadari, dimana pengelolaan
tress berpusat pada emosi yang dirasakan. Dalam istilah psikologi diklasifikasikan
sebagai defense mechanism. Beberapa perilaku yang tergolong kedalam kelompok ini adalah:

1. Acting out, yaitu menampilkan tindakan yang justru tidak mengatasi masalah. Perilaku ini
lebih sering terjadi pada orang yang kurang mampu mengendalikan/menguasai diri, misalnya
merusak barang-barang di sekitarnya.
2. Denial, yaitu menolak mengakui keadaan yang sebenarnya. Hal ini tre bermakna positif, tre
pula bermakna tresse. Sebagai contoh, seseorang guru menyadari bahwa dirinya memiliki
kelemahan dalam berbahasa Inggris, namun ia terus berupaya untuk mempelajarinya; tre
bermakna positif bila dengan usahanya tersebut terjadi peningkatan kemampuan; bermakna
tresse bila kemampuannya tidak meningkat karena memang potensinya sangat terbatas,
namun ia tetap berusaha sampai mengabaikan pengembangan potensi lain yang ada dalam
dirinya.
3. Displacement, yaitu memindahkan/melampiaskan perasaan/emosi tertentu pada pihak/objek
lain yang benar-benar tidak ada hubungannya namun dianggap lebih aman. Contohnya:
Seorang guru merasa malu karena ditegur oleh Kepala Sekolah di depan guru-guru lain, maka
ia melampiaskan perasaan kesalnya dengan cara memarahi murid-murid di kelas.
4. Rasionalisasi, yaitu membuat tress-alasan logis atas perilaku buruk. Contohnya: Seorang
Kepala Sekolah yang tidak menegur guru yang membolos selama 3 hari mengatakan bahwa
ia tidak menegur guru tersebut karena pada saat itu ia sedang mengikuti pelatihan untuk
kepala sekolah di ibukota provinsi.

Kedua, cara yang disadari, yang disebut sebagai direct coping, yaitu seseorang secara sadar
melakukan upaya untuk mengatasi tress. Jadi pengelolaan tress dipusatkan pada masalah yang
menimbulkan tress. Ada dua strategi yang tre dilakukan untuk mengatasi tress, yaitu:
Meningkatkan toleransi terhadap tress, dengan cara meningkatkan keterampilan/kemampuan
diri sendiri, baik secara fisik maupun psikis, misalnya, Secara psikis: menyadarkan diri sendiri
bahwa tress memang selalu ada dalam setiap aspek kehidupan dan dialami oleh setiap orang,
walaupun dalam bentuk dan intensitas yang berbeda. Secara fisik: mengkonsumsi
1. makanan dan minuman yang cukup gizi, menonton acara-acara hiburan di tresse, berolahraga
secara teratur, melakukan tai chi, yoga, relaksasi otot, dan sebagainya.
2. Mengenal dan mengubah sumber tress, yang dapat dilakukan dengan tiga macam pendekatan,
yaitu:

(a) bersikap asertif, yaitu berusaha mengetahui, menganalisis, dan mengubah sumber tress.
Misalnya: bila ditegur pimpinan, maka respon yang ditampilkan bukan marah, melainkan
menganalisis mengapa sampai ditegur
(b) menarik diri/menghindar dari sumber tress. Tindakan ini biasanya dilakukan bila sumber tress
tidak dapat diatasi dengan baik. Namun cara ini sebaiknya tidak dipilih karena akan menghambat
pengembangan diri. Kalaupun dipilih, lebih bersifat sementara, sebagai masa penangguhan
sebelum mengambil keputusan pemecahan masalah; dan
kompromi, yang tre dilakukan dengan konformitas (mengikuti tuntutan sumber tress, pasrah)
atau negosiasi (sampai batas tertentu menurunkan intensitas sumber tress dan meningkatkan
toleransi terhadap stress).

B. Adaptasi
1. Definisi Adaptasi
Adaptasi adalah penyesuaian diri terhadap suatu penilaian. Dalam hal ini respon individu
terhadap suatu perubahan yang ada dilingkungan yang dapat mempengaruhi keutuhan tubuh
baik secara fisiologis maupun psikologis dalam perilaku adaptip. Hasil dari perilaku ini dapat
berupa usaha untuk mempertahankan keseimbangan dari suatu keadaan agar dapat kembali
pada keadaan normal, namun setiap orang akan berbeda dalam perilaku adaptip ada yang
dapat berjalan dengan cepat namun ada pula yang memerlukan waktu lama tergantung dari
kematangan mental orang itu tersebut.

2. Tujuan Adaptasi
Berikut ini merupakan tujuan dari adaptasi :
a. Menghadapi tuntunan keadaan secara sadar.
b. Menghadapi tuntunan keadaan secara realistik.
c.

Menghadapi tuntunan keadaan secara objektif.

d. Menghadapi tuntunan keadaan secara rasional.


Cara yang ditempuh dapat bersifat terbuka maupun tertutup, antara lain:
a. Menghadapi tuntutan secara frontal (terang-terangan).
b. Regresi (menarik diri) atau tidak mau tahu sama sekali.

c.

Kompromi (kesepakatan).

3. Adaptasi Terhadap Stress


a. Adaptasi fisiologi
Adaptasi fisiologis adalah proses penyesuaian diri secara alamiah atau secara fisiologis
untuk mempertahankan keseimbangan dalam berbagai faktor yang menimbulkan keadaan
menjadi tidak seimbang contoh: masuknya kuman pennyakit ketubuh manusia.
b. Adaptasi psikologi
Emosi kadang dikaji secara langsung atau tidak langsung dengan mengamati perilaku
klien. Stress mempengaruhi kesejahteraan emosional dalam berbagai cara. Karena
kepribadian individual mencakup hubungan yang kompleks di antara banyak faktor, maka
reaksi terhadap stress yang berkepanjangan ditetapkan dengan memeriksa gaya hidup dan
stresor klien yang terakhir, pengalaman terdahulu dengan stressor, mekanisme koping yang
berhasil di masa lalu, fungsi peran, konsep diri dan ketabahan yang merupakan kombinasi
dari tiga karakteristik kepribadian yang diduga menjadi media terhadap stress. Ketiga
karakteristik ini adalah rasa kontrol terhadap peristiwa kehidupan, komitmen terhadap
aktivitas yang berhasil, dan antisipasi dari tantangan sebagai suatu kesempatan untuk
pertumbuhan. (Wiebe dan Williams, 1992 ; Tarstasky, 1993)
Adaptasi secara psikologis dapat dibagi menjadi dua yaitu:
LAS ( general adaptation syndroma) adalah apabila kejadiannya atau proses adaptasi bersifat
lokal contoh: seperti ketika kulit terinfeksi maka akan terjadi disekitar kulit tersebut
kemerahan, bengkak, nyeri, panas dll yang sifatnya lokal atau pada daerah sekitar yang
terkena.
GAS ( general adaptation syndroma)adalah apabila reaksi lokal tidak dapat diaktifitasi maka
dapat menyebabkan gangguan dan secara sistemik tubuh akan melakukan proses penyesuaian
diri seperti panas di seluruh tubuh, berkeringat

4. Management Stress dalam Keperawatan


Manajemen stress adalah kemungkinan melihat promosi kesehatan sebagai aktivitas atau
intervasi atau mengubah pertukaran respon terhadap penyakit. Fokusnya tergantung pada

tujuan dari intervensi keperawatan berdasarkan keperluan pasien. Perawat bertanggung jawab
pada implementasi pemikiran yang dikeluarkan pada beberapa daerah perawatan.Untuk
mencegah dan mengatasi stres agar tidak sampai ke tahap yang paling berat, maka dapat
dilakukan dengan cara :
1. Pengaturan Diet dan Nutrisi
2. Istirahat dan Tidur
3. Olah Raga atau Latihan Teratur
4. Berhenti Merokok
5. Tidak Mengkonsumsi Minuman Keras
6. Pengaturan Berat Badan
7. Pengaturan Waktu
8. Terapi Psikofarmaka
9. Terapi Somatik
10. Psikoterapi
11. Terapi Psikoreligius
12. Homeostatis

Anda mungkin juga menyukai