Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 Defenisi
Secara garis besar ada empat pandangan mengenai stres, yaitu: stres
merupakan stimulus, stres merupakan respon, stres merupakan interaksi
antara individu dengan lingkungan, dan stress sebagai hubungan antara
individu dengan stressor.
1. Stres Sebagai Stimulus
Menurut konsepsi ini stres merupakan stimulus yang ada dalam lingkungan
(environment). Individu mengalami stres bila dirinya menjadi bagian dari
lingkungan tersebut. Dalam konsep ini stres merupakan variable bebas
sedangkan individu merupakan variabel terikat. Secara visual konsepsi ini
dapat digambarkan sebagai berikut.

2. Stres Sebagai Respon


Konsepsi kedua mengenai stres menyatakan bahwa stress merupakan
respon atau reaksi individu terhadap stressor. Dalam konteks ini stress
merupakan variable tergantung (dependen variable) sedangkan stressor
merupakan variable bebas atau independent variable. Berdasarkan pandangan
dari Sutherland dan Cooper, Bart Smet menyajikan konsepsi stres sebagai
respon sebagai berikut.
Gambar 2. Stres Sebagai Respon
Respon individu terhadap stressor memiliki dua komponen, yaitu:
komponen psikologis, misalnya terkejut, cemas, malu, panik, nerveus, dst. dan
komponen fisiologis, misalnya denyut nadi menjadi lebih cepat, perut mual, mulut
kering, banyak keluar keringat dst. respon-repons psikologis dan fisiologis
terhadap stressor disebut strain atau ketegangan.

3. Stres Sebagai Interaksi antara Individu dengan Lingkungan


Menurut pandangan ketiga, stress sebagai suatu proses yang meliputi
stressor dan strain dengan menambahkan dimensi hubungan antara individu
dengan lingkungan. Interaksi antara manusia dan lingkungan yang saling
mempengaruhi disebut sebagai hubungan transaksional. Dalam konteks stres
sebagai interaksi antara individu dengan lingkungan, stres tidak dipandang
sebagai stimulus maupun sebagai respon saja, tetapi juga suatu proses di
mana individu juga merupakan pengantara (agent) yang aktif, yang dapat
mempengaruhi stressor melalui strategi perilaku kognitif dan emosional.
4. Stres Sebagai Hubungan antara Individu dengan Stressor
Stres bukan hanya dapat terjadi karena faktor-faktor yang ada di
lingkungan. Bahwa stressor juga bisa berupa faktor-faktor yang ada dalam
diri individu, misalnya penyakit jasmani yang dideritanya, konflik internal,
dst. Oleh sebab itu lebih tepat bila stres dipandang sebagai hubungan antara
individu dengan stressor, baik stressor internal maupun eksternal. Menurut
Maramis, stress dapat terjadi karena frustrasi, konflik, tekanan, dan krisis.
 Frustrasi merupakan terganngunya keseimbangan psikis karena tujuan
gagal dicapai.
 Konflik adalah terganggunya keseimbangan karena individu bingung
menghadapi beberapa kebutuhan atau tujuan yang harus dipilih salah satu.
 Tekanan merupakan sesuatu yang mendesak untuk dilakukan oleh
individu. Tekanan bisa datang dari diri sendiri, misalnya keinginan yang
sangat kuat untuk meraih sesuatu. Tekanan juga bisa datang dari
lingkungan.
 Krisis merupakan situasi yang terjadi secara tiba-tiba dan yang dapat
menyebabkan terganggunya keseimbangan.

Konsep yang menyatakan bahwa stress merupakan hubungan antara


individu dengan stressor dapat diperjelas dengan visualisasi dengan bagan
berikut ini.
 Penggolongan stres
1. Distress (stres negatif)
Distres merupakan stres yang merusak atau bersifat tidak menyenangkan.
Stres dirasakan sebagai suatu keadaan dimana individu mengalami rasa
cemas, ketakutan, khawatir, atau gelisah. Sehingga individu mengalami
keadaan psikologis yang negatif, menyakitkan, dan timbul keinginan untuk
menghindarinya.
2. Eustress (stres positif)
Eustres bersifat menyenangkan dan merupakan pengalaman yang
memuaskan. Eustress dapat meningkatkan kesiagaan mental, kewaspadaan,
kognisi, dan performansi individu. Eustress juga dapat meningkatkan
motivasi individu untuk menciptakan sesuatu misalnya menciptakan karya
seni.
 Jenis-jenis Stres
Seperti yang sudah disebutkan bahwa stressor dan sumbernya memiliki
banyak keragaman, sehingga dapat disimpulkan stress yang dihasilkan
beragam pula. Menurut Sri Kusmiati dan Desminiarti, berdasarkan
penyebabnya stress dapat digolongkan menjadi:

1. Stres fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu tinggi
atau rendah, suara amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus
listrik.

2. Stres kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat


beracun, hormone, atau gas. Stres mikrobiologik, disebabkan oleh virus,
bakteri, atau parasit yang menimbulkan penyakit.

3. Stres fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan,


organ, atau sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal. Stres
proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh gangguan
pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga tua.
 Tipe kepribadian orang yang rentan terkena stres
1. Ambisius, agresif, dan kompetitif (suka atau persaingan)
2. Kurang sabar, mudah tegang,mudah tersinggung, dan marah (emosional).
3. Kewaspadaan berlebihan, kontrol diri kuat, percaya diri berlebihan (over
convidence)
4. Cara bicara cepat, bertindak secara cepat, hiperaktif, tidak dapat diam.
5. Bekerja tidak mengenal waktu
6. Pandai berorganisasi, memimpin dan memerintah
7. Lebih suka bekerja sendirian bila ada tantangan
Kaku terhadap waktu, tidak dapat tenang dan sera tergesa-gesa
Mudah bergaul (ramah), pandai menimbulkan perasaan empati dan bila tidak
tercapai maksudnya mudah bersikap bermusuhan.
8. Tidak mudah dipengaruhi, kaku (tidak fleksibel).
9. Bila berlibur pikirannya ke pekerjaanya, tidak dapat santai
 Gejala stres
Stres dapat menghasilkan berbagai respon. Berbagai peneliti telah
membuktikan bahwa respon-respon tersebut dapat berguna sebagai indikator
terjadinya stres pada individu, dan mengukur tingkat stres yang dialami individu.
Respon stres dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu:
1. Respon fisiologis
Dapat ditandai dengan meningkatnya tekanan darah, detak jantung, nadi,
dan sistem pernafasan.
2. Respon kognitif
Dapat terlihat lewat terganggunya proses kognitif individu, seperti pikiran
menjadi kacau, menurunnya daya konsentrasi , pikiran berulang, dan
pikiran tidak wajar.
3. Respon emosi
Dapat muncul sangat luas, menyangkut emosi yang mungkin dapat dialami
individu, seperti rasa takut, cemas, malu, marah,dan sebagainya.
4. Respon tingkah laku
Dapat dibedakan menjadi menjadi fight, yaitu melawan situasi yang
menekan, dan flight yaitu menghindari situasi yang menekan.

Gejala-gejala lain yang dapat dilihat dari orang yang sedang mengalami
stres antara lain:
a. Cemas
b. Depresi
c. Makan berlebihan
d. Berpikiran negatif
e. Tidur berlebihan
f. Diare
g. Konstipasi
h. Kelelahan yang terus menerus
i. Sakit kepala
j. Kehilangan nafsu makan
k. Marah
l. Tegang
m. Mudah tersinggung
n. Jantung berdebar-debar
o. Sesak nafas

Apabila seseorang mengalami satu atau lebih dari gejala-gejala di atas,


maka kemungkinan orang tersebut mengalami stres.
Stres juga dapat dilihat dari perubahan-perubahan yang terjadi pada anggota tubuh
diantaranya:
a. Rambut
Warna rambut yang semula hitam pekat, lambat laun mengalami
perubahan warna menjadi kecoklat-coklatan serta kusam. Ubanan( rambut
memutih) terjadi sebelum waktunya, demikian pula dengan kerontokan
rambut.
b. Mata
Ketajaman mata seringkali terganggu misalnya kalau membaca tidak jelas
karena kabur. Hal ini disebabkan karena otot-otot bola mata mengalami
kekenduran atau sebaliknya sehingga mempengaruhi fokus lensa mata.
c. Telinga
Pendengaran seringkali terganggu dengan suara berdenging (tinitus)
d. Daya pikir
Kemampuan berpikir dan mengingat serta konsentrasi menurun. Orang
menjadi pelupa dan seringkali mengeluh sakit kepala dan pusing.
e. Ekspresi wajah
Wajah seseorang yang stres nampak tegang, dahi berkerut, mimik nampak
serius, tidak santai, bicara berat, sukar untuk senyum atau tertawa.
f. Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering minum selain dari
pada itu pada tenggorokan seolah-olah ada ganjalan sehingga ia sukar
menelan, hal ini disebabkan karena otot-otot lingkar di tenggorokan
mengalami spasme (muscle cramps) sehingga terasa tercekik
g. Kulit
Pada orang yang mengalami stres reaksi kulit bermacam-macam, pada
kulit dari sebagian tubuh terasa panas atau dingin atau keringat berlebihan.
Reaksi lain kelembapan kulit yang berubah, kulit menjadi lebih kering.
Selain daripada itu perubahan kulit lainnya adalah merupakan penyakit
kulit, seperti munculnya eksim, urtikaria (biduran), gatal-gatal pada kulit
muka seringkali timbul jerawat berlebihan , dan juga sering dijumpai
kedua belah telapak tangan kaki berkeringat(basah).
h. Sistem pernafasan
Pernafasan sesesorang yang sedang mengalami stres dapat terganggu
misalnya nafas terasa berat dan sesak disebabkan terjadi penyempitan pada
saluran pernafasan mulai dari hidung, tenggorokan dan otot-otot rongga
dada. Nafas terasa sesak dan berat dikarenakan otot-otot rongga dada
mengalami spasme dan tidak atau kurang elastis sebagaimana biasanya.
i. Sistem endokrin
Gangguan padasistem endokrin ( hormonal) pada mereka yang mengalami
stres adalah kadar gula yang meninggi, dan bila hal ini berkepanjangan
bisa mengakibatkan yang bersangkutan menderita penyakit kencing manis
, gangguan hormonal lain misalnya pada wanita adalah gangguan
menstruasi yang tidak teratur dan rasa sakiy ( disminore).
j. Sistem perkemihan
Orang yang sedang menderita stres faal perkemihan dapat juga terganggu.
Yang sering dikeluhkan orang adalah frekuensi untuk buang air kecil lebih
dari biasanya, meskipun ia bukan penderita kencing manis ( diabetes
melitus).
k. Sistem kardiovaskuler
Sistem jantung dan pembuluh darah dapat terganggu faalnya karena stres.
Misalnya, jantung berdebar-debar, pembuluh darah melebar (dilatasi) atau
menyempit (constriction) sehingga yang bersangkutan nampak mukanya
merah atau pucat. Pembuluh darah tepi ( perifer) terutama dibagian ujung-
jung jari tangan atau kaki juga menyempit sehingga terasa dingin dan
kesemutan. Selain dari pada itu sebagian atau seluruh terasa panas
(subfebril) atau terasa dingin.

 Sumber stres
Sumber stres atau penyebab stres dikenali sebagai stresor, antara
penyebabnya adalah fisik, psikogis, dan sosial.
1. Stresor fisik berasal dari luar diri individu seperti suara, polusi,radiasi,
suhu udara, makanan, zat kimia, trauma, dan latihan fisik yang terpaksa
2. Stresor psikologis berasal dari tekanan dari dalam diri individu biasanya
yang bersifat negatif seperti frustasi, kecemasan, rasa bersalah, kwatir
berlebihan, marah, benci, cemburu,rasa kasihan pada diri sendiri, serta
rasa rendah diri

3. Stresor sosial berasal dari tekanan dari luar disebabkan oleh interaksi
individu dengan lingkunganya. Banyak stresor sosial yang bersifat
traumatik yang tak dapat dihindari seperti kehilangan orang yang
dicintai, kehilagan pekerjaan, perceraian, masalah keuangan, pindah

rumah.

 Mekanisme stres
Empat hal yang mempengaruhi mekansime respon stres:
1. Kontrol : keyakinan bahwa seseorang memiliki kontrol terhadap stresor yang
mengurangi intensitas respon stres
2. Prediktabilitas : stresor yang dapat diprediksi menimbulkan respon stres yang
tidak begitu berat dibandingkan stresor yang tidak dapat diprediksi.
3. Persepsi : pandangan individu tentang dunia dan persepsi stresor saat ini
dapat meningatkan atau menurunkan intensitas respon stres.

4. Respon koping : ketersediaan dan efektifitas mekanisme mengikat ansietas

dapat menambah atau mengurangi respon stres.

 Fisiologi stres
Ketika tubuh terpapar dengan suatu keadaan yang dianggap mengancam (
stresor) oleh korteks serebri, maka akan terjadi suatu respon ( stres) untuk
menghadapinya. Respon stres berupa saraf dan hormon yang melakukan tindakan-
tindakan pertahanan terhadap kondisi yang mengancam tersebut. Respon stres
tersebut berkaitan erat dengan dua sistem pada tubuh yaitu Sympathetic
Adrenomedullary ( SAM) System dan Hypothalamic Pituitary Adrenocortical (
HPA) yang dapat menyebabkan perubahan fisiologis pada tubuh.
Respon yang paling awal adalah peningkatan aktivitas SAM atau respon fight
or flight. Peningkatan aktivitas simpatis ini akan menstimulasi bagian medula
kelenjar adrenal sehingga terjadi pelepasan katekolamin seperti epinefrin dan
norepinefrin. Peningkatan aktivitas simpatis ini pada akhirnya dapat memicu
peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut jantung, peningkatan saliva,
konstriksi pembuluh darah perifer, dan sebagainya.
Paparan suatu stresor tidak hanya meningkatkan SAM tetapi juga mengaktivasi
HPA axis. Hipotalamus akan mengeluarkan corticotropin releasing factor (CRF).
CRF akan menstimulasi kelenjar pituitari untuk mengeluarkan adrenocorticotropic
hormone (ACTH). Pengeluaran ACTH akan memicu korteks kelenjar adrenal untuk
mengeluarkan glukokortikoid terutama kortisol. Kortisol berperan dalam konversi
simpanan karbohidrat dan menurunkan inflamasi ketika ada perlukaan. Kortisol
juga membantu tubuh untuk mempertahankan diri saat terjadi stres.
ACTH juga berperan untuk menahan stres dengan cara mempermudah proses
belajar tubuh tentang suatu stresor dan membantu tubuh mempelajari perilaku yang
sesuai. ACTH akan mempermudah tubuh menghadapi stresor yang sama pada masa
yang akan datang.

 Penentuan tahap stres


Tingkat stres adalah hasil penilaian terhadap berat ringannya stres yang dialami
seseorang. Tingkatan stres bisa diukur dengan banyak skala. Antaranya adala dengan
menggunakan Depresion Ansiety Stres Scale 42 ( DASS 42) atau lebih
dirringkaskan sebagai Depresion Ansiety Stres Scale 21 (DASS 21). Psychometric
Properties of The Depression Anxiety Stres Scale 42 ( DASS) terdiri dari 42 item
dan Depression Anxiety Stres Scale 21 terdiri dari 21 item .
DASS adalah seperangkat skala subjektif yang dibentuk untuk mengukur
status emosional negatif dari depresi, kecemasan dan stres. DASS 42 dibentuk
tidak hanya untuk mengukur secara konvensional mengenai status emosional,
tetapi untuk proses yang lebih lanjut untuk pemahaman, pengertian, dan
pengukuran yang berlaku dimanapun dari status emosional, secara signifikan
biasanya digambarkan sebagai stres. DASS dapat digunakan baik itu oleh
kelompok atau individu untuk tujuan penelitian.
Tingkatan stres pada instrumen ini berupa normal, ringan, sedang, berat,
sangat berat. Psychometric Properties of The Depression Anxiety Stres Scale 42 (
DASS) terdiri dari 42 item, mencakup 3 subvariabel yaitu fisik, psikologis/emosi,
dan perilaku. Jumlah skor dari pernyataan item tersebut, memiliki makna 0-29 (
normal), 30-59 ( ringan), 60-89( sedang), (90-119), > 120 ( sangat berat).
Selain itu, ada juga skala-skala yang bisa digunakan seperti Perceived Stres
Scale ( PSS) atau Profile Mood States ( POMS). Alat ini digunakan sebagai
instrumen untuk mendeteksi stres dan tahap stres dan bukan sebagai alat untuk
mendiagnosa.
 Usaha-usaha mengatasi stress
1. Prinsip Homeostatis.
Stres merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan dan cenderung
bersifat merugikan. Oleh karena itu setiap individu yang mengalaminya pasti
berusaha mengatasi masalah ini. Hal demikian sesuai dengan prinsip yang
berlaku pada organisme, khususnya manusia, yaitu prinsip homeostatis. Menurut
prinsip ini organisme selalu berusaha mempertahankan keadaan seimbang pada
dirinya. Sehingga bila suatu saat terjadi keadaan tidak seimbang maka akan
ada usaha mengembalikannya pada keadaan seimbang.
Prinsip homeostatis berlaku selama individu hidup. Sebab keberadaan prinsip
pada dasarnya untuk mempertahankan hidup organisme. Lapar, haus, lelah, dll.
merupakan contoh keadaan tidak seimbang. Keadaan ini kemudian menyebabkan
timbulnya dorongan untuk mendapatkan makanan, minuman, dan untuk
beristirahat. Begitu juga halnya dengan terjadinya ketegangan, kecemasan, rasa
sakit, dst. mendorong individu yang bersangkutan untuk berusaha mengatasi
ketidak seimbangan ini.

2. Proses Coping terhadap Stres


Upaya mengatasi atau mengelola stress dewasa ini dikenal dengan proses coping
terhadap stress. Menurut Bart Smet, coping mempunyai dua macam fungsi, yaitu :
 Emotional-focused coping
Emotionalfocused coping dipergunakan untuk mengatur respon emosional
terhadap stress. Pengaturan ini dilakukan melalui perilaku individu seperti
penggunaan minuman keras, bagaimana meniadakan fakta-fakta yang tidak
menyenangkan, dst.
 Problem-focused coping.
Sedangkan problem-focused coping dilakukan dengan mempelajari keterampilan-
keterampilan atau cara-cara baru mengatsi stres. Menurut Bart Smet, individu akan
cenderung menggunakan cara ini bila dirinya yakin dapat merubah situasi, dan
metoda ini sering dipergunakan oleh orang dewasa. Berbicara mengenai uapaya
mengatasi Stres, Maramis berpendapat bahwa ada bermacam-macam tindakan
yangdapat dilakukan untuk itu, yang secara garis besar dibedakan menjadi dua, yaitu:
(1) cara yang berorientasi pada tugas atau task oriented
Mengatasi stres dengan cara berorientasi pada tugas berarti upaya mengatasi
masalah tersebut secara sadar, realistis, dan rasional. Menurut Maramis cara
ini dapat dilakukan dengan “serangan”, penarikan diri, dan kompromi.

(2) cara yang berorientasi pada pembelaan ego atau ego defence mechan
cara yang berorientasi pada pembelaan ego dilakuakn secara tidak sadar
(bahwa itu keliru), tidak realistis, dan tidak rasional. Cara kedua ini dapat
dilakukan dengan : fantasi, rasionalisasi, identifikasi, represi, regresi,
proyeksi, penyusunan reaksi (reaction formation), sublimasi, kompensasi,
salah pindah (displacement).

Anda mungkin juga menyukai