Anda di halaman 1dari 45

“ MAKALAH PSIKOLOGI

EMOSI DAN STRESS


ADAPTASI “

Di susun oleh :
Danisa.Labolo
Jurusan D3 keperawatan
Luwuk
TAHUN 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Modernisasi dan perkembangan
teknologi membawa perubahan
tentang cara
berpikir dalam pola hidup
bermasyarakat, sehingga
perubahan tersebut membawa
pada kosekuensi di bidang
kesehatan fisik dan bidang
kesehatan jiwa.
Manusia harus selalu
menyesuaikan diri dengan
kehidupan dunia yang
selalu berubah-ubah. Manusia
sebagaimana dia ada pada suatu
ruang dan waktu,
merupakan hasil interaksi antara
jasmani, rohani, dan lingkungan.
Ketiga unsur tersebut saling
mempengaruhi satu dengan yang
lain. Dalam segala masalah, kita
harus mempertimbangkan
ketiganya sebagai suatu
keseluruhan (holistik) sehingga
manusia disebut makhluk
somato-psiko-sosial.
Setiap individudu memiliki
intensitas atau derajat perasaan
yang berbeda walaupun
menghadapi stimulus yang sama.
"erasaan dan emosi biasanya
disifatkan sebagai keadaan dari
diri indi!idu pada suatu saat,
misalnya orang
merasa terharu melihat
banyaknya warga masyarakat
yang tertimpa musibah
kebanjiran.(Drs.Sunaryo, M.Kes.
2004G149)
Sumber gangguan jasmani
(somatik) maupun psikologis
adalah stress.Penyesuaian yang
berorientasi pada tugas disebut
adaptasi dan yang berorientasi
pada pembelaan ego disebut
mekanisme pertahanan diri.
Pemahaman tentang stres dan
akibatnya penting bagi upaya
pengobatan
maupun pencegahan gangguan
kesehatan jiwa. Masalah stress
sering dihubungkan
dengan kehidupan modern dan
nampaknya kehidupan modern
merupakan sumber 
gangguan stress lainya. Perlu
diperhatikan bahwa kepekaan
orang terhadap stress. 
 berbeda. Hal ini juga bergantung
pada kondisi tubuh indiviidu yang
turut menampilkan gangguan jiwa.
Stress merupakan gangguan
kesehatan jiwa yang tidak dapat
dihindari,karena merupakan
bagian dari kehidupan.
 
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka
rumusan masalah dalam makalah
ini adalah :
 
1.Apakah yang disebut emosi?
2.Apakah yang dimaksud stress?
3.pakah yang dimaksud adaptasi?
 
C.Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan


rumusan masalah maka dalam
makalah ini
kami hanya membatasi seputar
masalah emosi, stress, dan
adaptasi.

D.Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan
rumusan masalah maka tujuan
penulisan
makalah ini adalah :
1.Mengetahui pengertian emosi,
komponen emosi, afek dan emosi,
serta sakit
mental karena gangguan emosi.
2.Mengetahui pengertian stress,
penggolongan stress,
kemampuan indi!idu
menahan stress, sumber stress
psikologis, tahapan stress, reaksi-
reaksi terhadap
stress, dan cara mengendalikan
stress.
3.Mengetahui pengertian adaptasi
dan dimensi adaptasi.

E.Manfaat Penulisan
 1.Sebagai bahan pembelajaran
dalam mata kuliah sikologi
Keperawatan.
 2.Sebagai bahan referensi bagi
mahasiswa dan pihak-pihak lain
yang akan
melakukan penyusunan makalah
dengan topik yang sama.

BAB II

A.PEMBAHASAN
 
Emosi
Emosi adalah “Manifestasi
perasaan atau afek keluar dan
disertai banyak
komponen fisiologik, dan
biasanya berlangsung tidak
lama”(Maramis,1990).
Sedangkan menurut Bimo
Welgito 1989 emosi adalah suatu
keadaan perasaan
yang telah melampaui batas
sehingga untuk mengadakan
hubungan dengan
sekitarnya mungkin
terganggu.Bisa perasaan marah,
takut, sedih, senang, benci
cinta, antusias, bosan dan lain-
lain sebagai akibat dari peristiwa
yang terjadi pada
kita.
Jadi, emosi merujuk pada suatu
perasaan dan pikiran-pikiran
khasnya, suatu
keadaan biologis dan psikologis
dan serangkaian kecenderungan
untuk bertindak.
Emosi sebagai gejala kejiwaan
berhubungan dengan gejala
kejasmanian.Apabila individu
mengalami emosi, dalam diri
individu itu akan terdapat
perubahan-perubahan dalam
kejasmanian, misalnya ketakutan
pada gejala kejasmanian yang
tampak adalah muka pucat dan
jantung berdebar-debar.
 
1.Komponen emosi terdiri dari
Menurut Atkinson R.L,dkk,
komponen emosi terdiri dari :
A.Respon atau reaksi tubuh
internal, terutama yang
melibatkan sistem
otomatik,misalnya bila marah
suara menjadi tinggi dan gemetar.
B.Keyakinan atau penilaian
kognitif bahwa telah terjadi
keadaan positif atau negatif,
misalnya kegembiraan saat
diterima disalah satu terguruan
tinggi ternama.
C.Ekspresi wajah, apabila merasa
benci pada seseorang, mungkin
akan mengerutkan
dahi atau kelopak mata menutup
sedikit.
D.Reaksi terhadap emosi,
misalnya marah-marah menjadi
agresi atau gembira
hinggah meneteskan air mata.
 
E.   Manfaat Penulisan
1.    Sebagai bahan pembelajaran
dalam mata kuliah Psikologi
Keperawatan.
2.    Sebagai bahan referensi bagi
mahasiswa dan pihak-pihak lain
yang akan melakukan penyusunan
makalah dengan topik yang sama.
 
  BAB II
PEMBAHASA
N
A.  Emosi
Emosi adalah “Manifestasi
perasaan atau afek keluar dan
disertai banyak komponen
fisiologik, dan biasanya
berlangsung tidak
lama”(Maramis, 1990).
Sedangkan menurut Bimo
Walgito, 1989 emosi adalah suatu
keadaan perasaan yang telah
melampaui batas sehingga untuk
mengadakan hubungan dengan
sekitarnya mungkin terganggu.
Bisa perasaan marah, takut,
sedih, senang, benci cinta,
antusias, bosan dan lain-lain
sebagai akibat dari peristiwa yang
terjadi pada kita.
Jadi, emosi merujuk pada suatu
perasaan dan pikiran-pikiran
khasnya, suatu keadaan biologis
dan psikologis dan serangkaian
kecenderungan untuk bertindak.
Emosi sebagai gejala kejiwaan
berhubungan dengan gejala
kejasmanian. Apabila individu
mengalami emosi, dalam diri
individu itu akan terdapat
perubahan-perubahan dalam
kejasmanian, misalnya ketakutan
pada gejala kejasmanian yang
tampak adalah muka pucat dan
jantung berdebar-debar.

1.    Komponen Emosi


Menurut Atkinson R.L., dkk,
komponen emosi terdiri dari :
A.Respon atau reaksi tubuh
internal, terutama yang
melibatkan sistem otomatik,
misalnya bila marah suara menjadi
tinggi dan gemetar.
B.Keyakinan atau penilaian
kognitif bahwa telah terjadi
keadaan positif atau negatif,
misalnya kegembiraan saat
diterima disalah satu Perguruan
Tinggi ternama.
C.Ekspresi wajah, apabila merasa
benci pada seseorang, mungkin
akan mengerutkan dahi atau
kelopak mata menutup sedikit.
D.Reaksi terhadap emosi,
misalnya marah-marah menjadi
agresi atau gembira hinggah
meneteskan air mata
 
2. Afek dan Emosi
Afek adalah perasaan yang
menguasai segenap hidup jiwa
dan tidak bisa dikontrol serta
dikuasai oleh pikiran. Biasanya
afek disertai reaksi jasmaniah,
yaitu peredaran darah, denyut
jantung, dan pernapasan bisa
cepat atu menjadi lemah. Dan
emosi merupakan gejala kejiwaan
yang berhubungan dengan gejala
kejasmanian itu. Contohnya,
orang yang sedang marah akan
mengambil, melempar, dan
membanting benda dari
sekitarnya, disertai dengan muka
merah, tekanan darah meningkat,
dan tubuhnya gemetar.
Afek dan emosi biasanya dipakai
secara bergantian, dengan aspek-
aspek yang lain pada manusia
(proses berpikir, psikomotor,
persepsi, ingatan) saling
memengaruhi dan menentukan
tingkat fungsi manusia itu pada
suatu waktu.
Jenis gangguan afek dan emosi
yaitu :
A.Defresi atau melankolis
• Ciri-ciri psikologik misalnya,
sedih, susah, murung, rasa tak
berguna, kehilangan, gagal, putus
asa, dan penyesalan yang
patologis.
• Ciri-ciri somatik, misalnya
anoreksia, konstipasi, dan kulit
menjadi  lembab atau dingin.
B.Kecemasan (ansietas)
• Ciri-ciri psikologik, misalnya
khawatir, gugup, tegang, cemas,
rasa tidak aman, takut, dan lekas
terkejut.
• Ciri-ciri somatik, misalnya
debaran jantung yang cepat atau
keras (palpitasi), keringat dingin
pada telapak tangan, tekanan
darah meninggi, dan peristaltik
bertambah.
 
 3.Sakit mental karena
gangguan emosi
Biasanya sakit mental karena
gangguan emosi terkait dengan
neurosis, yaitu kesalahan
penyesuaian diri secara emosional
karena tidak dapat
diselesaikannya suatu konflik tak
sadar. Sakit mental karena
gangguan emosi antara lain :
A.Neurosis cemas, yaitu
kecemasan akan memobilisasi
daya pertahanan individu yang
tidak ada kaitannya dengan
keadaan atau benda, tetapi
mengambang bebas.
Gejalanya :
•  Faktor somatik, misalnya nepas
sesak, linu, lekas capek, dada
tertekan, keringat dingin, dan
palpitasi.
•  Faktor psikologik, misalnya
perasaan was-was, khawatir, dan
bicara cepat terputus-putus.
C.Neurosis histerik, yaitu fungsi
mental dan jasmani hilang tanpa
dikehendaki. Gejalanya : kejang –
kejang, anestesia, analgesia, tuli,
buta, dan stupor.
D.Neurosis fobik, yaitu adanya
perasaan takut yang berlebihan
terhadap benda dan keadaan,
yang oleh individu disadari bukan
sebagai ancaman.
E.Neurosis depresi, yaitu
gangguan perasaan dengan ciri-
ciri semangat semakin berkurang,
rasa harga diri rendah,
menyalahkan diri sendiri,
gangguan tidur dan makan.
Biasanya hal ini berakar pada rasa
salah yang tidak disadari.
 
B.   Stress
Dewasa ini perubahan tata nilai
kehidupan (perubahan
psikososial) berjalan begitu cepat
karena pengaruh globalisasi,
modernisasi, informasi,
industrialisasi, serta ilmu
pengetahuan dan teknologi. Hal
tersebut berpengaruh terhadap
pola hidup, moral, dan etika.
Beberapa contoh perubahan pola
hidup, misalnya pola hidup sosial
religius berubah individualistis,
materialistis, dan sekuler, pola
hidup produktif ke pola hidup
konsumtif dan mewah serta
ambisi karier yang menganut asas
moral dan etika hukum.
Perubahan psikososial dapat
merupakan tekanan mental
(stressor psikososial) sehingga
bagi sebagian individu dapat
menimbulkan perubahan dalam
kehidupan dan berusaha
beradaptasi untuk
menanggulanginya
1.    Pengertian stress
•      Menurut Hans Selye, “Stress
adalah respon manusia yang
bersifat nonspesifik terhadap
setiap tuntutan kebuthan yang
ada dalam dirinya” (Pusdiknakes,
Dep.Kes.RI, 1989)
•      “Stress adalah suatu
kekuatan yang mendesak atau
mencekam, yang menimbulkan
suatu ketegangan daqlam diri
seseorang” (Soeharto Heerdjan.
1987)
•      “Stress adalah segala
masalah atau tuntutan
penyesuaian diri , dan karena itu,
sesuatu yang mengganggu
keseimbangan kita” (Maramis,
1999)
•      “Stress adalah reaksi atau
respons tubuh terhadap stresor
psikososial (tekanan mental atau
beban kehidupan)” (Dadang
Hawari, 2001)
Jadi, secara umum yang
dimaksud stress adalah reaksi
tubuh terhadap situasi yang
menimbulkan tekanan,
perubahan, dan  ketegangan
emosi.
2.    Penggolongan stress
Menurut Sri Kusmiati dan
Desminiarti (1990), apabila
ditinjau dari penyebabnya stress
dapat digolongkan sebagai
berikut :
a.    Stress fisik, disebabkan oleh
suhu atau temperatur yang terlalu
tinggi atau rendah, suara amat
bising, sinar yang terlalu terang,
atau tersengat arus listrik.
b.    Stress kimiawi, disebabkan
oleh asam-basa kuat, obat-
obatan, zat beracun, hormon,
atau gas.
c.    Stress mikrobiologik,
disebabkan oleh virus, bakteri,
atau parasit yang menimbulkan
penyakit.
d.    Stress fisiologik, disebabkan
oleh gangguan struktur, fungsi
jaringan, organ, atau sistemik
sehingga menimbulkan fungsi
tubuh tidak normal.
e.    Stress proses pertumbuhan
dan perkembangan, disebabkan
oleh gangguan pertumbuhan dan
perkembangan pada masa bayi
hingga trua.
f.     Stress psikis/emosional,
disebabkan oleh gangguan
hububgan interpersonal, sosial,
budaya, atau keagamaan.
Adapun menurut Brench Grand
(2000), stress ditinjau dari
penyebabnya hanya dibedakan
menjadi 2 macam, yaitu :
1.    Penyebab makro, yaitu
menyangkut peristiwa besar
dalam kehidupan, seperti
kematian, perceraian, pensiun,
luka batin, dan kebangkrutan.
2.    Penyebab mikro, yaitu
menyangkut peristiwa kecil
sehari-hari, seperti pertengkaran
rumah tangga, beban pekerjaan,
masalah apa yang akan dimakan,
dan antri.
 
Stress dipengaruhi oleh faktor
biologis dan faktor psikoedukatif/
sosio kultural. Faktor frisiologis
berupa herediter, konstitusi
tubuh, kondisi fisik, neurofsilogik,
dan neurohormonal. Sedangkan
faktor psikoedukatif/sosio kultural
berupa perkembangan
kepribadian, dan kondisi lain yang
memengaruhinya.
 
3.    Kemampuan individu
menahan stress
Setiap individu mempunyai
kemampuan yang berbeda-beda
dalam menahan stress. Hal
tersebut sangat bergantung pada
sifat dan hakikat stress yaitu
intensitas, lokal, lamanya, dan
umum.  Selain itu juga pada sifat
individu yang terkait dengan
proses adaptasi.
Sebagaimana dikemukakan oleh
Prof. Dadang Hawari (2001)
bahwa stress apabila ditinjau dari
tipe kepribadian individu
dibedakan menjadi 2 macam,
yaitu :
a.    Tipe yang rentan (vulnerable)
Individu dengan tipe ini memiliki
resiko yang tinggi mengalami
stress dengan ciri-ciri kepribadian
sebagai berikut :
 
 
•      Cita-citanya tinggi (ambisius)
•      Agresif
•      Suka bersaing yang kurang
sehat
•      Banyak jabatan rangkap
•      Emosional, yang ditandai
dengan mudah marah, mudah
tersinggung, mudah mengalami
ketegangan, dan kurang sabar
•      Terlalu percaya diri (over
confident)
•      Self kontrol kuat
•      Terlalu waspada
•      Tindakan dan cara bicaranya
cepat serta tidak dapat diam
(hiperaktif)
•      Cakap dalam berorganisasi
(organisatoris)
•      Cakap dalam memimpim
(leader)
•      Tipe kepemimpinan otoriter
•      Bekerja tidak mengenal
waktu (workaholic)
•      Bila menghadapi tantangan
senang bekerja sendiri
•      Disiplin waktu yang ketat
•      Kurang rileks dan serba
terburu-buru
•      Kurang atau bahkan tidak
ramah
•      Tidak mudah bergaul
•      Mudah empati, namun juga
mudah bersikap bermusuhan
•      Sulit dipengaruhi
•      Sifatnya kaku (tidak fleksibel)
•      Pikiran tercurah kepekerjaan
walaupun sedang libur
•      Berusaha keras agar segala
sesuatunya terkendali
 
 
b.    Tipe yang kebal (immune)
Individu dengan tipe ini kebal
terhadap stress, yang ciri-ciri
kepribadiannya sebagai berikut :
•      Cita-cita atau ambisinya
wajar
•      Berkompetensi secara sehat
•      Tidak agresif
•      Tidak memaksakan diri
•      Emosi terkendali, yang
ditandai dengan tidak mudah
marah, tidak mudah tersinggung,
penyabar, dan tenang
•       Kewaspadaan wajar
•      Self control wajar
•      Self confident wajar
•      Cara bicara tenang
•      Cara bertindak tenang dan
dilakukan pada saat yang tepat
•      Ada keseimbangan waktu
bekerja dan istirahat
•      Sikap dalam memimpin
maupun berorganisasi akomodatif
dan manusiawi
•      Mudah bekerja sama
(kooperatif)
•      Tidak memaksakan diri dalam
menghadapi tantangan
•      Bersikap ramah
•      Mudah bergaul
•      Dapat menimbulkan empati
untuk mencapai kebersamaan
(mutual benefit)
•      Bersikap fleksibel,
akomodatif, dan tidak merasa
dirinya paling benar
•      Dapat melepaskan masalah
pekerjaan ataupun kehidupan
disaat libur
•      Mampu menahan dan
mengendalikan diri
 
4.    Sumber stress psikologis
Menurut Maramis (1999), ada
empat sumber atau penyebab
stress psikologis, sebagai
berikut :
a.    Frustasi
Timbul akibat kegagalan dalam
mencapai tujuan karena ada aral
melintang. Frustasi ada yang
bersifat instrinsik (cacat badan
dan kegagalan usaha) dan
ekstrinsik (kecelakaan, bencana
alam, kematian orang yang
dicintai, kegoncangan ekonomi,
perselingkuhan, pengangguran,
dan lain-lain).
b.    Konflik
Hal ini ditimbulkan karena tidak
bisa memilih antara dua atau lebih
macam keinginan, kebutuhan,
atau tujuan.
c.    Tekanan
Timbul sebagai akibat tekanan
hidup sehari-hari. Tekanan dapat
berasal dari dalam diri individu
maupun dari luar diri individu.
d.    Krisis
Krisis adalah keadaan yang
mendadak, yang menimbulkan
stress pada individu. Keadaan
stress dapat terjadi oleh beberapa
sebab sekaligus, misalnya
frustasi, konflik dan tekanan.
 
5.    Tahapan stress
Menurut Dr.Robert J. Van Amberg
(1979), sebagaimana
dikemukakan oleh Prof. Dadang
Hawari (2001) bahwa tahapan
stress ada 6 tahapan, yaitu
sebagai berikut :
a.    Stress tahap pertama (paling
ringan), yaitu stress yang disertai
perasaan nafsu bekerja yang
besar dan berlebihan, mampu
menyelesaikan pekerjaan tanpa
memperhitungkan tenaga yang
dimiliki, dan penglihatan menjadi
tajam.
b.    Stress tahap kedua, yaitu
stress yang disertai keluhan,
seperti bangun pagi tidak segar
atau letih, lekas capek pada saat
menjelang sore, lekas lelah
sesudah makan, tidak dapat
rileks, lambung atau perut tidak 
nyaman, jantung berdebar, dan
punggung tegang. Hal ini karena
cadangan tenaga tidak memadai.
c.    Stress tahap ketiga, yaitu
tahapan stress dengan keluhan,
seperti defekasi yang tidak
teratur, otot semakin tegang,
emosional, insomnia, mudah
terjaga dan sulit tidur kembali,
koordinasi tubuh terganggu, dan
mau jatuh pingsan.
d.    Stress tahap keempat, yaitu
tahapan stress dengan keluhan,
seperti tidak mampu bekerja
sepanjang hari, aktivitas
pekerjaan terasa sulit dan
menjenuhkan, kegiatan rutin
terganggu, gangguan pola tidur,
sering menolak ajakan,
konsentrasi dan daya ingat
menurun, serta timbul ketakutan
dan kecemasan.
e.    Stress tahap kelima, yaitu
tahapan stress yang ditandai
dengan kelelahan fisik dan
mental, ketidakmampuan
menyelesaikan pekerjaan yang
sederhana dan ringan, gangguan
pencernaan berat, meningkatnya
rasa takut dan cemas, bingung,
dan panik.
f.     Stress tahap keenam (paling
berat), yaitu tahapan stress
dengan tanda-tanda seperti
jantung berdebar keras, sesak
napas, badan gemetar, dingin,
dan banyak keluar keringat, loyo,
serta pingsan atau collaps.
6.    Reaksi-reaksi terhadap
stress
Stress dapat menimbulkan
berbagai macam reaksi, baik
reaksi terhadap tubuh maupun
terhadap psikologis. Adapun
reaksi tubuh terhadap stress
sebagai berikut.
a.    Rambut
Rambut semula yang berwarna
hitam pekat, lambat laun akan
mengalami perubahan warna.
Ubanan terjadi sebelum
waktunya, demikian pula dengan
kerontokan rambut.
b.    Mata
Ketajaman mata seringkali
terganggu. Hal ini disebabkan
karena otot-otot bola mata
mengalami kekenduran atau
sebaliknya sehingga
mempengaruhi fokus lensa mata.
c.    Telinga
Pendengaran seringkali terganggu
dengan suara berdenging
(tinitus).
 
d.    Daya pikir
Kemampuan mengingat, berpikir,
dan konsentrasi menurun.
Seringkali  menjadi pelupa dan
mengeluh sakit kepala pusing.
e.    Ekspresi wajah
Orang yang stress wajahnya
nampak tegang, dahi berkerut,
mimik wajah nampak serius, tidak
santai, bicara berat, sukar untuk
senyum atau tertawa dan kulit
muka kedutan.
f.     Mulut
Mulut dan bibir terasa kering
sehingga seseorang sering
minum. Selain itu, pada
tenggorokan seolah-olah ada
ganjalan sehingga ia sukar untuk
menelan, hal ini disebabkan
karena otot-otot lingkar di
tenggorokan mengalami spasme
(muscle cramps) sehingga serasa
“tercekik”.
g.    Kulit
Reaksi kulit bermacam-macam,
pada kulit dari sebagian tubuh
terasa panas atau dingin dan
bahkan keringat berlebihan.
Reaksi lain kelembaban kulit yang
berubah, kulit menjadi lebih
kering. Selain itu, bisa terkena
penyakit kulit, seperti munculnya
eksim, urtikaria (biduran), gatal-
gatal dan pada kulit muka
seringkali timbul jerawat (acne)
berlebihan, juga sering dijumpai
kedua belah tapak tangan dan
kaki berkeringat.
h.    Sistem Pernafasan
Pernafasan seseorang yang
sedang mengalami stres dapat
terganggu misalnya nafas terasa
berat dan sesak disebabkan
terjadi penyempitan pada saluran
pernafasan mulai dari hidung,
tenggorokan dan otot-otot rongga
dada. Nafas terasa sesak dan
berat dikarenakan otot-otot
rongga dada (otot-otot antar
tulang iga) mengalami spasme
dan tidak atau kurang elastis
sebagaimana biasanya. Sehingga
ia harus mengeluarkan tenaga
ekstra untuk menarik nafas. Stres
juga dapat memicu timbulnya
penyakit asma (asthma
bronchiale) disebabkan karena
otot-otot pada saluran nafas dan
paru-paru mengalami spasme.
i.      Sistem Kardiovaskuler
Sistem jantung dan pembuluh
darah dapat terganggu faalnya
karena stres. Misalnya, jantung
berdebar-debar, pembuluh darah
melebar (dilatation) atau
menyempit (constriction)
sehingga yang bersangkutan
nampak mukanya merah atau
pucat. Pembuluh darah tepi
(perifer) terutama di bagian ujung
jari-jari tangan atau kaki juga
menyempit sehingga terasa
dingin dan kesemutan. Selain
daripada itu sebagian atau
seluruh tubuh terasa
“panas” (subfebril) atau
sebaliknya terasa “dingin”.
j.      Sistem Pencernaan
Seringkali seseorang yang stress
mengalami gangguan pada sistem
pencernaannya. Misalnya, pada
lambung terasa kembung, mual
dan pedihd. Hal ini disebabkan
karena asam lambung yang
berlebihan (hiperacidity). Dalam
istilah kedokteran disebut
gastritis atau dalam istilah awam
dikenal dengan sebutan penyakit
maag. Selain gangguan pada
lambung tadi, gangguan juga
dapat terjadi pada usus, sehingga
yang bersangkutan merasakan
perutnya mulas, sukar buang air
besar atau sebaliknya sering
diare.
k.    Sistem Perkemihan.
Orang yang sedang menderita
stress  faal perkemihan (air seni)
dapat juga terganggu. Frekuensi
untuk buang air kecil lebih sering
dari biasanya, meskipun ia bukan
penderita kencing manis
(diabetes mellitus).
l.      Sistem Otot dan tulang
Orang yang menderita stress
seringkali juga mengalami
gangguan pada otot dan tulang
(musculoskeletal). Otot terasa
sakit seperti ditusuk-tusuk, pegal
dan tegang. Selain itu, keluhan-
keluhan pada tulang persendian
sering pula dialami, misalnya rasa
ngilu atau rasa kaku bila
menggerakan anggota tubuhnya.
Masyarakat awam sering
mengenal gejala ini sebagai
keluhan ”pegal-linu”.
m.  Sistem Endokrin
Gangguan pada sistem endokrin
(hormonal) pada mereka yang
mengalami stress adalah kadar
gula yang meninggi, dan bila hal
ini berkepanjangan bisa
mengakibatkan yang
bersangkutan menderita penyakit
kencing manis (diabetes mellitus).
Gangguan hormonal lain misalnya
pada wanita adalah gangguan
menstruasi yang tidak teratur dan
rasa sakit (dysmenorrhoe).
Sedangkan reaksi psikologis
terhadap stress antara lain :
a.    Kecemasan
Kecemasan merupakan respon
yang paling umum Merupakan
tanda bahaya yang menyatakan
diri dengan suatu penghayatan
yang khas, yang sukar
digambarkan. Jantung berdebar,
keluar keringat dingin, mulut
kering, tekanan darah tinggi dan
susah tidur.
b.    Kemarahan dan agresi
Merupakan perasaan jengkel
sebagai respon terhadap
kecemasan yang dirasakan
sebuah ancaman. Reaksi umum
lain terhadap situasi stress yang
mungkin dapat menyebabkan
agresi. Agresi adalah kemarahan
yang meluap-luap, dan orang
melakukan serangan secara kasar
dengan jalan yang tidak
wajar.Kadang-kadang disertai
perilaku kegilaan, tindakan sadis
dan usaha membunuh orang.
c.    Depresi
Keadaan yang ditandai dengan
hilangnya gairah dan semangat.
Terkadang disertai rasa sedih
yang berkepanjangan.
7.    Cara mengendalikan stress
Adapun cara-cara yang dapat
dilakukan untuk mengendalikan
stress yaitu :
A.bersyukur
Bersyukur merupakan cara yang
paling ampuh dalam mengatasi
stress, bagaimana tidak. karena
pada umumnya orang mengalami
stress karena tidak kuat dengan
apa yang telah terjadi atau
keadaan yang menimpanya.
Dengan bersyukur kita akan
senantiasa ingat bahwa segala
sesuatu yang kita peroleh
merupakan pemberian dari Tuhan.
B.Kenali penyebab stress
Meskipun terdengar mudah,
namun tidak segampang itu untuk
mengenali sumber stress. Apabila
stress baru saja terjadi, mungkin
bisa segera dikenali penyebabnya.
Namun pada stress jangka
panjang, penyebabnya mungkin
sudah dilupakan atau bertumpuk-
tumpuk dengan penyebab stress
baru. Apabila sudah benar-benar
mengenali penyabab stress,
berkonsentrasilah pada masalah
tersebut. Apabila belum bisa
dipecahkan dengan segera,
cobalah untuk setidaknya
memperkecil dampaknya.
C.Buatlah perencanaan yang baik
Stres terjadi karena perubahan.
Jika sudah direncanakan semua
hal dengan baik, stres tidak akan
berakibat buruk. Perubahan
seharusnya bisa dilakukan dengan
menyenangkan. Namun, tanpa
perencanaan yang matang,
perubahan bisa menjadi
malapetaka.  Buatlah
perencanaan yang baik untuk
segala hal misalnya menikmati
saat istirahat di rumah, hingga
merencanakan keuangan dengan
benar.
D.Jagalah kesehatan
Tubuh yang sehat akan lebih
mudah mengatasi stres. Makan
dan berolahraga yang teratur
serta istirahat dengan cukup.
E.Jagalah perasaan anda
Berhentilah selalu menjaga
perasaan orang lain. Jika
perasaan sendiri tidak dijaga,
dampaknya juga akan buruk untuk
orang-orang di sekitar kita. Tidak
ada salahnya menolak hal-hal
yang tida disukai. Untungnya,
perempuan seringkali lebih
mudah menunjukkan perasaan
ketimbang seorang lelaki.
F.Mintalah bantuan
Jika tingkat stres sudah terlalu
tinggi dan merusak kesehatan,
berkonsultasilah pada orang-
orang terdekat atau pada
konsultan ahli. Jangan biarkan diri
menderita stres terlalu lama.
G.Ingatlah bahwa sedikit stress
justru baik karena dengan adanya
stres, maka akan memiliki
rangsangan untuk melakukan
sesuatu dan bisa menjadikan
stres sebagai alat pendorong
untuk lebih berkembang dan
maju. Hal inilah yang disebut
dengan stres yang positif.
H.Terima kenyataan bahwa stres
adalah bagian dari hidup.
Selama hidup, stres tidak akan
pernah bisa hindari 100%.
Terimalah bahwa dalam hidup
selalu akan muncul yang namanya
stres. Karena jika menerima stres
sebagai bagian hidup. Secara
mental dan fisik akan lebih siap
menghadapi stres.
I.Persiapkan diri untuk
menghadapi berbagai berntuk
stres setiap hari.
Persiapan yang baik adalah
selalu mempersiapkan diri untuk
beradaptasi dengan segala
situasi.
J.Hidupkan pengharapan dalam
hati.
Harapan dapat mengurangi
dampak stres yang muncul.
Dimana dengan harapan akan
merasa adanya jalan keluar dari
stres. Harapan akan muncul
ketika kita sudah melakukan
tindakan positif.
K.Lakukan aktifitas baru.
Sesuatu yang baru dan menarik
akan terasa lebih menyenangkan.
I.Meditasi sangat bagus tidak
hanya untuk menghilangkan stres,
tetapi juga untuk relaksasi otot.
Penelitian telah menunjukkan
bahwa meditasi dapat membantu
dalam menurunkan tekanan
darah. Cobalah mulai sekarang
renungkan untuk memanggil
energi positif. Caranya mudah,
cukup hanya mengambil nafas
panjang dan mengosongkan
pikiran Anda. Lakukan meditasi10
menit.
M.Optimisme dapat menangkal
dampak negatif stres, ketegangan
dan kecemasan telah di sistem
kekebalan tubuh.
Sangat penting untuk
mengelilingi diri dengan orang-
orang positif.
N.Tertawa, membantu sel-sel
kekebalan tubuh berfungsi lebih
baik. Temukan humor dalam hal-
hal dan terlibat dalam aktivitas
yang membuat tertawa untuk
meningkatkan fungsi kekebalan
tubuh dan ketahanan terhadap
penyakit.
O.Olahraga teratur dan aktivitas
fisik tidak hanya memperkuat
sistem kekebalan tubuh, sistem
kardiovaskular, jantung, otot dan
tulang, tetapi juga membantu
dalam manajemen stres dengan
menyediakan gangguan dari
situasi stres dan meningkatkan
endorfin (merasa-baik tubuh
kimia).
 
C.  Adaptasi
Ada beberapa pengertian
tentang mekanisme penyesuaian
diri, antara lain :
A.Menurut Soeharto Heerdjan
(1987),”Penyesuaian diri adalah
usaha atau perilaku yang
tujuannya mengatasi kesulitan
dan hambatan”.
B.“Penyesuaian diri adalah
mengubah diri sesuai keadaan
lingkungan, tetapi juga mengubah
lingkungan sesuai keadaan
(keinginan diri)”(W.A.Gerungan ,
1996).
Jadi, adaptasi adalah suatu
perubahan yang menyertai
individu dalam merespons
terhadap perubahan yang ada di
lingkungan dan dapat
memengaruhi keutuhan tubuh
baik secara fisiologis maupun
psikologis yang akan
menghasilkan perilaku adaptif.

1.Dimensi adaptasi
Adaptasi terbagi menjadi
beberapa jenis yaitu :
A.Adaptasi fisiologis
Indikator adaptasi ini bisa terjadi
secara lokal atau umum. Lebih
mudah diidentifikasi dan secara
umum dapat diamati atau diukur.
Namun demikian, indikator ini
tidak selalu teramati sepanjang
waktu pada semua klien yang
mengalami stress, dan indikator
tersebut bervariasi menurut
individunya. Tanda vital biasanya
meningkat dan klien mungkin
tampak gelisah dan tidak mampu
untuk beristirahat serta
berkonsentrasi. Indikator ini dapat
timbul sepanjang tahap stress.
Contoh :
• Seseorang yang mampu
menyesuaikan diri dengan
keadaan yang berat dan tidak
merasa mengalami gangguan
apa-apa pada organ tubuh.
• Seseorang yang mampu
mengatasi stress, wajahnya tidak
pucat, tangannya tidak
berkeringat dan tidak gemetar.
 
 
B.Adaptasi psikologis
Adaptasi psikologis bisa terjadi
secara :
• Sadar, individu mencoba
memecahkan atau menyesuaikan
diri dengan masalah
• Tidak sadar , menggunakan
mekanisme pertahanan diri
(defence mechanism)
• Menggunakan gejala fisik atau
psikofisiologik/psikosomatik.
Apabila seseorang mempunyai
kesulitan atau hambatan dalam
beradaptasi, baik berupa tekanan,
perubahan, maupun ketegangan
emosi dapat menimbulkan stress.

C.Adaptasi Perkembangan
Stres yang berkepanjangan dapat
mempengaruhi kemampuan untuk
menyelesaikan tugas
perkembangan. Pada setiap tahap
perkembangan, seseorang
biasanya menghadapi tugas
perkembangan dan menunjukkan
karakteristik perilaku dari tahap
perkembangan tersebut. Stress
yang berkepanjangan dapat
mengganggu atau menghambat
kelancaran menyelesaikan tahap
perkembangan tersebut. Dalam
bentuk yang ekstrem, stress yang
berkepanjangan dapat mengarah
pada krisis pendewasaan.

D.Adaptasi Sosial Budaya


Mengkaji stressor dan sumber
koping dalam dimensi sosial
mencakup penggalian bersama
klien tentang besarnya, tipe, dan
kualitas dari interaksi sosial yang
ada. Stresor pada keluarga dapat
menimbulkan efek disfungsi yang
mempengaruhi klien atau
keluarga secara keseluruhan (Reis
& Heppner, 1993).
Perawat juga harus waspada
tentang perbedaan cultural dalam
respon stress atau mekanisme
koping. Misalnya klien dari suku
Afrika-Amerika mungkin lebih
menyukai mendapatkan dukungan
sosial dari anggota keluarga
ketimbang dari bantuan
professional (Murata, 1994).
 
E.Adaptasi Spiritual
Orang menggunakan sumber
spiritual untuk mengadaptasi
stress dalam banyak cara, tetapi
stress dapat juga bermanifestasi
dalam dimensi spiritual. Stress
yang berat dapat mengakibatkan
kemarahan pada Tuhan, atau
individu mungkin memandang
stressor sebagai hukuman.
Stresor seperti penyakit akut atau
kematian dari orang yang
disayangi dapat mengganggu
makna hidup seseorang dan
dapat menyebabkan depresi.
Ketika perawatan pada klien yang
mengalami gangguan spiritual,
perawat tidak boleh menilai
kesesuaian perasaan atau praktik
keagamaan klien tetapi harus
memeriksa bagaimana keyakinan
dan nilai telah berubah.
 
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Emosi adalah suatu perasaan
dengan pikiran-pikiran khasnya,
suatu keadaan biologis dan
psikologis dan serangkaian
kecenderungan untuk bertindak.
Emosi sebagai gejala kejiwaan
berhubungan dengan gejala
kejasmanian. Apabila individu
mengalami emosi, dalam diri
individu itu akan terdapat
perubahan-perubahan dalam
kejasmanian.
Sedangkan stress  yang terjadi
pada setiap individu berbeda-
beda tergantung pada masalah
yang dihadapi dan kemampuan
menyelesaikan masalah tersebut.
Jika masalah tersebut dapat
diselesaikan dengan baik maka
individu tersebut akan senang,
sedangkan jika masalah tersebut
tidak dapat diselesaikan dengan
baik dapat menyebabkan individu
tersebut marah-marah, frustasi
hingga depresi.
Adaptasi adalah proses dimana
dimensi fisiologis dan psikososial
berubah dalam berespon
terhadap stress. Karena banyak
stressor tidak dapat dihindari,
promosi kesehatan sering
difokuskan pada adaptasi
individu, keluarga atau komunitas
terhadap stress. Ada banyak
bentuk adaptasi. Adaptasi
fisiologis memungkinkan
homeostasis fisiologis. Namun
demikian mungkin terjadi proses
yang serupa dalam dimensi
psikososial dan dimensi lainnya.
Suatu proses adaptif terjadi ketika
stimulus dari lingkungan internal
dan eksternal menyebabkan
penyimpangan keseimbangan
organisme. Dengan demikian
adaptasi adalah suatu upaya
untuk mempertahankan fungsi
yang optimal.
 
DAFTAR PUSTAKA
 
• Drs. Sunaryo, M.Kes (2004).
Psikologi untuk Keperawatan.
Jakarta : EGC
• Suliswati, Yenni Sianturi, dkk
(2005). Konsep Dasar
Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta : EGC
 
 

Anda mungkin juga menyukai