SOSIO-SPIRITUAL
2. Pengertian sakit
4. Adptasi
Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial
berubah dalam berespon terhadap stress. Karena banyak stressor
tidak dapat dihindari, promosi kesehatan sering difokuskan pada
adaptasi individu, keluarga atau komunitas terhadap stress.
Ada banyak bentuk adaptasi. Adaptasi fisiologis memungkinkan
homeostasis fisiologis. Namun demikian mungkin terjadi proses
yang serupa dalam dimensi psikososial dan dimensi lainnya.
Suatu proses adaptif terjadi ketika stimulus dari lingkungan
internal dan eksternal menyebabkan penyimpangan keseimbangan
organisme. Dengan demikian adaptasi adalah suatu upaya untuk
mempertahankan fungsi yang optimal. Adaptasi melibatkan refleks,
mekanisme otomatis untuk perlindungan, mekanisme koping dan
idealnya dapat mengarah pada penyesuaian atau penguasaan
situasi (Selye, 1976, ; Monsen, Floyd dan Brookman, 1992).
Stresor yang menstimulasi adaptasi mungkin berjangka pendek,
seperti demam atau berjangka panjang seperti paralysis dari
anggota gerak tubuh. Agar dapat berfungsi optimal, seseorang harus
mampu berespons terhadap stressor dan beradaptasi terhadap
tuntutan atau perubahan yang dibutuhkan. Adaptasi membutuhkan
respons aktif dari seluruh individu.
DIMENSI ADAPTASI
Stres dapat mempengaruhi dimensi fisik, perkembangan,
emosional, intelektual, sosial dan spiritual. Sumber adaptif terdapat
dalam setiap dimensi ini. Oleh karenanya, ketika mengkaji adaptasi
klienterhadap stress, perawat harus mempertimbangkan individu
secara menyeluruh.
ADAPTASI FISIOLOGIS
Indikator fisiologis dari stress adalah objektif, lebih mudah
diidentifikasi dan secara umum dapat diamati atau diukur. Namun
demikian, indicator ini tidak selalu teramati sepanjang waktu pada
semua klien yang mengalami stress, dan indicator tersebut
bervariasi menurut individunya. Tanda vital biasanya meningkat dan
klien mungkin tampak gelisah dan tidak mampu untuk beristirahat
aberkonsentrasi. Indikator ini dapat timbul sepanjang tahap stress.
Durasi dan intensitas dari gejala secara langsung berkaitan
dengan durasi dan intensitas stressor yang diterima. Indikator
fisiologis timbul dari berbagai sistem. Oleh karenanya pengkajian
tentang stress mencakup pengumpulan data dari semua
sistem.Hubungan antara stress psikologik dan penyakit sering
disebut interaksi pikiran tubuh. Riset telah menunjukkan bahwa
stress dapat mempengaruhi penyakit dan pola penyakit. Pada masa
lampau,penyakit infeksi adalah penyebab kematian paling utama,
tetapi sejak ditemukan antibiotic, kondisi kehidupan yang
meningkat, pengetahuan tentang nutrisi yang meningkat, dan
metode sanitasi yang lebih baik telah menurunkan angka kematian.
Sekarang penyebab utama kematian adalah penyakit yang
mencakup stressor gaya hidup.
Indikator fisiologis stress
1. Kenaikan tekanan darah
2. Peningkatan ketegangan di leher, bahu, punggung.
3. Peningkatan denyut nadi dan frekwensi pernapasan
4. Telapak tangan berkeringat Tangan dan kaki dingin
5. Postur tubuh yang tidak tegap
6. Keletihan
7. Sakit kepala
8. Gangguan lambung
9. Suara yang bernada tinggi
10. Mual,muntah dan diare.
11. Perubahan nafsu makan
12. Perubahan berat badan
13. Perubahan frekwensi berkemih
14. Dilatasi pupil
15. Gelisah, kesulitan untuk tidur atau sering terbangun saat tidur
ADAPTASI PSIKOLOGIS
Emosi kadang dikaji secara langsung atau tidak langsung
dengan mengamati perilaku klien. Stress mempengaruhi
kesejahteraan emosional dalam berbagai cara. Karena kepribadian
individual mencakup hubungan yang kompleks di antara banyak
faktor, maka reaksi terhadap stress yang berkepanjangan
ditetapkan dengan memeriksa gaya hidup dan stresor klien yang
terakhir, pengalaman terdahulu dengan stressor, mekanisme koping
yang berhasil di masa lalu, fungsi peran, konsep diri dan ketabahan
yang merupakan kombinasi dari tiga karakteristik kepribadian yang
di duga menjadi media terhadap stress. Ketiga karakteristik ini
adalah rasa kontrol terhadap peristiwa kehidupan, komitmen
terhadap aktivitas yang berhasil, dan antisipasi dari tantangan
sebagai suatu kesempatan untuk pertumbuhan (Wiebe dan Williams,
1992 ; Tarstasky, 1993).
Indikator emosional / psikologi dan perilaku stress :
o Ansietas
o Depresi
o Kepenatan
o Peningkatan penggunaan bahan kimia
o Perubahan dalam kebiasaan makan, tidur, dan pola aktivitas.
o Kelelahan mental
o Perasaan tidak adekuat
o Kehilangan harga diri
o Peningkatan kepekaan
o Kehilangan motivasi.
o Ledakan emosional dan menangis.
o Penurunan produktivitas dan kualitas kinerja pekerjaan.
o Kecendrungan untuk membuat kesalahan (mis. buruknya penilaian).
o Mudah lupa dan pikiran buntu
o Kehilangan perhatian terhadap hal-hal yang rinci.
o Preokupasi (mis. mimpi siang hari )
o Ketidakmampuan berkonsentrasi pada tugas.
o Peningkatan ketidakhadiran dan penyakit
o Letargi
o Kehilangan minat
o Rentan terhadap kecelakaan.
ADAPTASI PERKEMBANGAN
Stres yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kemampuan
untuk menyelesaikan tugas perkembangan. Pada setiap tahap
perkembangan, seseorang biasanya menghadapi tugas
perkembangan dan menunjukkan karakteristik perilaku dari tahap
perkembangan tersebut. Stress yang berkepanjangan dapat
mengganggu atau menghambat kelancaran menyelesaikan tahap
perkembangan tersebut. Dalam bentuk yang ekstrem, stress yang
berkepanjangan dapat mengarah pada krisis pendewasaan.Bayi atau
anak kecil umumnya menghadapi stressor di rumah . Jika diasuh
dalam lingkungan yang responsive dan empati, mereka mampu
mengembangkan harga diri yang sehat dan pada akhirnya belajar
respons koping adaptif yang sehat (Haber et al, 1992).
Anak-anak usia sekolah biasanya mengembangkan rasa
kecukupan. Mereka mulai mnyedari bahwa akumulasi pengetahuan
dan penguasaan keterampilan dapat membantu mereka mencapai
tujuan , dan harga diri berkembang melalui hubungan berteman dan
saling berbagi di antara teman. Pada tahap ini, stress ditunjukkan
oleh ketidakmampuann atau ketidakinginan untuk mengembangkan
hubungan berteman.Remaja biasanya mengembangkan rasa
identitas yang kuat tetapi pada waktu yang bersamaan perlu
diterima oleh teman sebaya. Remaja dengan sistem pendukung
sosial yang kuat menunjukkan suatu peningkatan kemampuan untuk
menyesuaikan diri terhadap stressor, tetapi remaja tanpa sistem
pendukung sosial sering menunjukkan peningkatan masalah
psikososial (Dubos, 1992).
Dewasa muda berada dalam transisi dari pengalaman masa
remaja ke tanggung jawab orang dewasa. Konflik dapat berkembang
antara tanggung jawab pekerjaan dan keluarga. Stresor mencakup
konflik antara harapan dan realitas.
MEKANISME PEMBELAAN EGO
Bila digunakan terus menerus akibatnya ego bukannya
mendapat perlindungan, melainkan lama kelamaan akan mendapat
ancaman/bencana. Oleh karena mekanisme ini Tidak realistik
Mengandung banyak unsur penipuan diri sendiri Distorsi realitas
pemutarbalikan realitas).
Mekanisme Pembelaan EGO
1.IDENTIFIKASI
Ingin menyamai seorang figur yang diidealkan, dimana salah
satu ciri atau segi tertentu dari figure itu ditransfer pada dirinya.
Dengan demikian ia merasa harga dirinya bertambah tinggi.
Contoh : Teguh, 15 tahun mengubah model rambutnya
menirukan artis idolanya yang ia kagumi.
2. INTROJEKSI
Merupakan bentuk sederhana dari identifikasi, dimana nilai-
nilai, norma-norma dari luar diikuti atau ditaati, sehingga ego tidak
lagi terganggu oleh ancaman dari luar. Contoh : Rasa benci atau
kecewa terhadap kematian orang yang dicintai dialihkan dengan
cara menyalahkan diri sendiri.
3. PROJEKSI
Hal ini berlawanan dengan introjeksi, dimana menyalahkan
orang lain atas kelalaian dan kesalahan-kesalahan atau kekurangan
diri sendiri, keinginan keinginan, impuls-impuls sendiri.
Contoh : Seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia
mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik
menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayunya
4. REPRESI
Penyingkiran unsur psikik (sesuatu afek, pemikiran, motif,
konflik) sehingga menjadi nirsadar dilupakan/tidak dapat diingat
lagi). Represi membantu individu mengontrol impuls-impuls
berbahaya.Contoh :Suatu pengalaman traumatis menjadi terlupakan
5. REGRESI
Kembali ke tingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku
yang bersifat primitif).
Contoh : Seorang anak yang mulai berkelakuan seperti bayi,
ketika seorang adiknya dilahirkan.
Esvi yang berumur 4 tahun mulai mengompol lagi sejak
adiknya yang baru lahir dibawa pulang dari rumah sakit
6. REACTION FORMATION
Bertingkah laku berlebihan yang langsung bertentangan
dengan keinginan-keinginan, perasaan yang sebenarnya. Mudah
dikenal karena sifatnya ekstrim dan sukar diterima.
Misalnya :
Seorang wanita yang tertarik pada teman suaminya, akan
memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
7. UNDOING
Meniadakan pikiran-pikiran, impuls yang tidak baik, seolah-
olah menghapus suatu kesalahan.
Misalnya :
Seorang ibu yang menyesal karena telah memukul anaknya
akan segera memperlakukannya penuh dengan kasih sayang
8. DISPLACEMENT
Mengalihkan emosi, arti simbolik, fantasi dari sumber yang
sebenarnya (benda, orang, keadaan) kepada orang lain, benda atau
keadaan lain.
Misalnya :
Seorang pemuda bertengkar dengan pacarnya dan
sepulangnya ke rumah marah-marah pada adik-adiknya
9. SUBLIMASI
Mengganti keinginan atau tujuan yang terhambat dengan cara
yang dapat diterima oleh masyarakat. Impuls yang berasal dari Id
yang sukar disalurkan oleh karena mengganggu individu atau
masyarakat, oleh karena itu impuls harus dirubah bentuknya
sehingga tidak merugikan individu/masyarakat sekaligus
mendapatkan pemuasan
Misalnya :
Impuls agresif disalurkan ke olah raga, usaha-usaha yang
bermanfaat
10. ACTING OUT
Langsung mencetuskan perasaan bila keinginan terhalang.
Misalnya :
Mengatasi problem dengan jalan paling sedikit bertengkar
11. DENIAL
Menolak untuk menerima atau menghadapi kenyataan yang
tidak enak.
Misalnya :
Seorang gadis yang telah putus dengan pacarnya,
menghindarkan diri dari pembicaraan mengenai pacar, perkawinan
atau kebahagiaan
12. KOMPENSASI
Menutupi kelemahan dengan menonjolkan kemampuannya atau
kelebihannya.
Misalnya :
Saddam yang merasa fisiknya pendek sebagai sesuatu yang
negatif, berusaha dalam hal menonjolkan prestasi pendidikannya
13. RASIONALISASI
Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut
alasan yang seolah-olah rasional, sehingga tidak menjatuhkan harga
dirinya.
Misalnya :
Munawir yang menyalahkan cara mengajar dosennya ketika
ditanyakan oleh orang tuanya mengapa nilai semesternya buruk.
14. FIKSASI
Berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek
tertentu (emosi atau tingkah laku atau pikiran, dsb) sehingga
perkembangan selanjutnya terhambat.
Misalnya :
Seorang gadis yang tetap berbicara kekanak-kanakan atau
seseorang yang tidak dapat mandiri dan selalu mengharapkan
bantuan dari orang tuanya dan orang lain.
15. SIMBOLISASI
Menggunakan benda atau tingkah laku sebagai simbol
pengganti suatu keadaan atau hal yang sebenarnya
Misalnya :
Seorang anak remaja selalu mencuci tangan untuk
menghilangkan kegelisahannya/kecemasannya. Setelah ditelusuri,
ternyata ia pernah melakukan masturbasi sehingga perasaan
berdosa/cemas dan merasa kotor
16. DISOSIASI
Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari
kesadaran /identitasnya. Keadaan dimana terdapat dua atau lebih
kepribadian pada diri seorang individu.
Misalnya :
Seorang laki-laki yang dibawa ke ruang emergensi karena
mengamuk ternyata tidak mampu menjelaskan kembali kejadian
tersebut (ia lupa sama sekali)
17. KONVERSI
Adalah transformasi konflik emosional ke dalam bentuk gejala-
gejala jasmani.
Misalnya :
Seorang mahasiswa yang tidak mengerjakan tugas-tugasnya
tiba-tiba merasa sakit sehingga tidak masuk kuliah.