Anda di halaman 1dari 38

RANGKUMAN MATERI

“KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KEBIDANAN”

Disusun Oleh :
Putri Mayang Sari
Kelas : 1A

DAPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
TAHUN AKADEMIK 2020
MATERI 1
“Konsep Manusia dan Kebutuhan Dasar Manusia”

Konsep Manusia
Manusia sebagai makhluk Biopsikososial dan spiritual merupakan kesatuan dari aspek
jasmani dan rohani yang memiliki sifat unik dengan kebutuhan yang berbeda-beda sesuai
dengan tingkat perkembangannya.
Kebutuhan Dasar Manusia
Misalnya : makan,air,keamanan,cinta,dll. Hal itu merupakan hal yang penting untuk
mempertahankan hidup dan kesehatan.
Hirarki Kebutuhan Dasar Manusia menurut Maslow adalah :
Sebuah teori yang dapat digunakan perawat untuk memahami kebutuhan dasar manusia saat
memberikan perawatan. Ada 5 tingkatan yang mengatur kebutuhan dasar, yaitu :
1. Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs)
 Oksigen
 Cairan
 Nutrisi
 Temperature
 Eliminasi
 Tempat tinggal
 Istirahat
 Seks
2. Kebutuhan Keselamatan dan Rasa Aman (Safety/Security Needs)
a. Keselamatan Fisik
Keadaan mengurangi atau mengeluarkan ancaman pada tubuh atau kehidupan.
Misalnya : penyakit,kecelakaan,bahaya,pemajanan terhadap lingkungan.
b. Keselamatan Psikologis
Ancaman terhadap pengalaman baru atau yang tidak dikenal. Misalnya :
mahasiswa yang berada di lingkungan baru merasa terancam dalam
beradaptasi dengan pelajaran sosialisasi dll.
3. Kebutuhan Cinta dan Rasa Memiliki (Social Needs)
 Biasanya meningkat setelah terpenuhi kebutuhan fisiologis dan keselamatan
terpenuhi
 Bila individu merasa aman dan selamat mereka mempunyai waktu dan energi
untuk mencari cinta dan rasa memiliki
 Memberikan dan menerima cinta dan kasih sayang
 Membutuhkan teman hidup dan bergaul
 Membutuhkan hubungan interpersonal dan kasih sayang
 Membutuhkan peran yang memuaskan
 Membutuhkan perlakuan yang halus
 Membutuhkan kebersamaan
 Membutuhkan pergaulan yang intim
4. Kebutuhan Penghargaan dan Harga Diri (Esteem Needs)
Kebutuhan harga diri berhubungan dengan keinginan terhadap :
a. Kekuatan
b. Pencapaian
c. Rasa cukup
d. Kompetensi
e. Rasa percaya diri
f. Kemerdekaan
Kebutuhan harga diri seperti :
 Menghargai diri sendiri
 Menghargai orang lain
 Dihargai oleh orang lain
 Kebiasaan yang mandiri
 Dikenal dan diakui
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self-actualization Needs)
Merupakan tingkat kebutuhan yang paling tinggi dalam hirarki kebutuhan dasar
manusia menurut maslow.
Pada saat manusia sudah memenuhi seluruh kebutuhan pada semua tingkatan yang
lebih rendah, melalui aktualisasi diri dikatakan bahwa mereka mencapai potensi yang
paling maksimal.
Kebutuhan aktualisasi diri seperti :
 Kebutuhan pengenalan diri sendiri
 Penerimaan diri sendiri
 Kenyataan diri sendiri
 Hubungan interpersonal yang mendalam
 Penghargaan diri sendiri
 Pemenuhan diri sendiri
 Persepsi yang sehat dan realistis
Penerapan Teori Kebutuhan Dasar
Teori Maslow mengenai kebutuhan dasar manusia dapat memberikan dasar untuk pemberian
untuk perawatan pada klien dari semua umur dan dalam berbagai lingkungan pelayanan
kesehatan. Namun pada saat perawat menerapkan teori ini dalam praktek harus berfokus pada
kebutuhan individu.
Konsep Stress dan Adaptasi
A. Stress
1.Pengertian Stres
Ada beberapa pengertian stress,yaitu :
a). Buku-buku kedokteran menyatakan bahwa 50-70% penyakit fisik sebenarnya disebabkan
oleh stres. Paling tidak, stres menjadi faktor yang membuat seseorang menjadi lebih mudah
atau sebaliknya lebih sulit diserang penyakit. Andil stres berbeda untuk tiap penyakit, mulai
dari yang paling rawan seperti penyakit-penyakit gastroinstestinal (perut), sakit kepala,
kelelahan yang kronis, sampai penyakit di mana stres tidak berperan di dalamnya seperti
keracunan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pencetus terjadinya kanker seringkali
disebabkan oleh stres yang berkepanjangan.
b). Stress adalah stimulus atau situasi yang menimbulkan distres dan menciptakan tuntutan
fisik dan psikis pada seseorang. Stres membutuhkan koping dan adaptasi. Sindrom adaptasi
umum atau teori Selye, menggambarkan stres sebagai kerusakan yang terjadi pada tubuh
tanpa mempedulikan apakah penyebab stres tersebut positif atau negatif. Respons tubuh dapat
diprediksi tanpa memerhatikan stresor atau penyebab tertentu (Isaacs, 2004).
c). Stress adalah reaksi/respons tubuh terhadap stressor psikososial (tekanan mental/beban
kehidupan). Stres dewasa ini digunakan secara bergantian untuk menjelaskan berbagai
stimulus dengan intensitas berlebihan yang tidak disukai berupa respons fisiologis, perilaku,
dan subjektif terhadap stres; konteks yang menjembatani pertemuan antara individu dengan
stimulus yang membuat stres; semua sebagai suatu system (WHO, 2003; 158).
d). Stress menurut Hans Selye dalam buku Hawari (2001) menyatakan bahwa stres adalah
respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Bila
seseorang setelah mengalami stres mengalami gangguan pada satu atau lebih organ tubuh
sehingga yang bersangkutan tidak lagi dapat menjalankan fungsi pekerjaannya dengan baik,
maka ia disebut mengalami distres. Pada gejala stres, gejala yang dikeluhkan penderita
didominasi oleh keluhankeluhan somatik (fisik), tetapi dapat pula disertai keluhan-keluhan
psikis. Tidak semua bentuk stres mempunyai konotasi negatif, cukup banyak yang bersifat
positif, hal tersebut dikatakan eustres.
e). Stressor adalah semua kondisi stimulasi yang berbahaya dan menghasilkan reaksi stres,
misalnya jumlah semua respons fisiologik nonspesifik yang menyebabkan kerusakan dalam
sistem biologis. Stress reaction acute (reaksi stress akut) adalah gangguan sementara yang
muncul pada seorang individu tanpa adanya gangguan mental lain yang jelas, terjadi akibat
stres fisik dan atau mental yang sangat berat, biasanya mereda dalam beberapa jam atau hari.
Kerentanan dan kemampuan koping (coping capacity) seseorang memainkan peranan dalam
terjadinya reaksi stress akut dan keparahannya.
2. Gejala Akibat Stress
Gejala atau akibat stress yang dibicarakan di sini adalah gejala/akibat yang negatif karena
seringkali mengganggu kehidupan manusia. Tingkat stres yang tinggi dan berlangsung dalam
waktu yang lama tanpa ada jalan keluar bisa mengakibatkan berbagai macam penyakit seperti
gangguan pencernaan, serangan jantung, tekanan darah tinggi, asma, radang sendi
rheumatoid, alergi, gangguan kulit, pusing/sakit kepala, sulit menelan, panas ulu hati, mual,
berbagai macam keluhan perut, keringat dingin, sakit leher, sering buang air seni, kejang otot,
mudah lupa, terserang panik, sembelit, diare, insomnia, dan lain-lain.
Cox (Gibson, dkk,. 1990) mengategorikan akibat stres menjadi lima kategori, yaitu:
a). Akibat subjektif, yaitu akibat yang dirasakan secara pribadi, meliputi kegelisahan, agresi,
kelesuan, kebosanan, depresi, kelelahan, kekecewaan, kehilangan kesabaran, harga diri
rendah, perasaan terpencil.
b). Akibat perilaku, yaitu akibat yang mudah dilihat karena berbentuk perilaku-perilaku
tertentu, mudah terkena kecelakaan, penyalahgunaan obat, peledakan emosi, berperilaku
impulsif, tertawa gelisah.
c). Akibat kognitif, yaitu akibat yang mempengaruhi proses berpikir, meliputi tidak mampu
mengambil keputusan yang sehat, kurang dapat berkonsentrasi, tidak mampu memusatkan
perhatian dalam jangka waktu yang lama, sangat peka terhadap kecaman dan rintangan
mental.
d). Akibat fisiologis, yaitu akibat-akibat yang berhubungan dengan fungsi atau kerja alat-alat
tubuh, yaitu tingkat gula darah meningkat, denyut jantung/tekanan darah naik, mulut menjadi
kering, berkeringat, pupil mata membesar, sebentar-sebentar panas dan dingin.
e). Akibat keorganisasian, yaitu akibat yang tampak dalam tempat kerja, meliputi absen,
produktivitas rendah, mengasingkan diri dari teman sekerja, ketidakpuasaan kerja,
menurunnya keterikatan dan loyalitas terhadap organisasi.
3. Terjadinya Stress
Terjadinya stress tergantung pada stressor dan tanggapan seseorang terhadap stressor
tersebut. Stressor meliputi berbagai hal. Lingkunga fisik bisa menjadi sumber stressor, seperti
suhu yang terlalu panas atau dingin, perubahan cuaca, cahaya terlalu terang/gelap, suara yang
terlalu bising dan polusi merupakan sumber-sumber potensial yang bisa menjadi stressor.
Kepadatan juga bisa mengakibatkan stress. Penduduk yang tinggal di kampung-kampung
yang kumuh yang harus membagi ruang geraknya dengan banyak orang lain, cenderung lebih
mudah meledak dibanding dengan penduduk yang tinggal di area yang kurang padat.
Stressor bisa berasal dari individu sendiri. Konflik yang berhubungan dengan peran dan
tuntutan tanggung jawab yang dirasakan berat bisa membuat seseorang menjadi tegang.
Stressor yang lain berasal dari kelompok seperti: hubungan dengan teman, hubungan dengan
atasan, dan hubungan dengan bawahan.
Selain itu, tanggapan individu turut memengaruhi apakah suatu sumber stress/stressor
itu menjadi stress atau tidak. Stressor yang sama bisa berakibat berbeda pada individu yang
berbeda karena adanya tanggapan antar individu (individual differences). Perbedaan individu
meliputi tingkat usia, jenis kelamin, pendidikan, kesehatan fisik, kepribadian, harga diri,
toleransi terhadap kedwiartian, dan lain-lain.
Toleransi terhadap sesuatu yang bersifat samar juga menentukan mudah tidaknya
seseorang terkena stress. Orang yang kaku dan memandang segala sesuatu sebagai hitam dan
putih biasanya lebih mudah terkena stres daripada orang yang bisa menerima adanya warna
abu-abu dalam kehidupan. Tipe kepribadian juga dapat menyebabkan seseorang dengan
mudah terkena stress, seperti di bawah ini :
a). Ambisius, agresif dan kompetitif (suka akan persaingan).
b). Kurang sabar, mudah tegang, mudah tersinggung dan marah (emosional).
c). Kewaspadaan berlebihan, kontrol diri kuat, percaya diri berlebihan (over confidence).
e). Bekerja tidak mengenal waktu (workaholic).
f). Pandai berorganisasi, memimpin dan memerintah (otoriter).
g). Kaku terhadap waktu, tidak dapat tenang (tidak rileks), serba tergesa-gesa.
h). Tidak mudah dipengaruhi, kaku (tidak fleksibel).
4. Tahapan Gejala Stress
Gejala-gejala stress pada diri seseorang seringkali tidak disadari karena perjalanan
awal tahapan stress timbul secara lambat dan baru dirasakan bilamana tahapan gejala sudah
lanjut dan mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari baik di rumah, di tempat kerja
ataupun pergaulan lingkungan sosialnya. Dr. Robert J. An Amberg dalam penelitiannya
terdapat dalam membagi tahapan-tahapan stress sebagai berikut :
1). Stress tahap I
Tahapan ini merupakan tahapan stress yang paling ringan dan biasanya disertai dengan
perasaanperasaan sebagai berikut :
a). Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting);
b). Penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya;
c). Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, namun tanpa disadari
cadangan energi semakin menipis.
2). Stress tahap II
Dalam tahapan ini dampak stress yang semula “menyenangkan” sebagaimana
diuraikan pada tahap I di atas mulai menghilang, dan timbul keluhan-keluhan yang
disebabkan karena cadangan energi yang tidak lagi cukup sepanjang hari, karena tidak cukup
waktu untuk beristirahat. Istirahat yang dimaksud antara lain dengan tidur yang cukup,
bermanfaat untuk mengisi atau memulihkan cadangan energi yang mengalami defisit.
Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stress tahap II
adalah sebagai berikut :
a).Merasa letih sewaktu bangun pagi yang seharusnya merasa segar.
b). Merasa mudah lelah sesudah makan siang.
c). Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar).
3). Stress Tahap III
Apabila seseorang tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa menghiraukan
keluhankeluhan pada stress tahap II, maka akan menunjukkan keluhan-keluhan yang semakin
nyata dan mengganggu, yaitu:
a). Gangguan lambung dan usus.
b). Perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat.
c). Gangguan pola tidur (insomnia)
Pada tahapan ini seseorang sudah harus berkonsultasi pada dokter untuk memperoleh
terapi, atau bisa juga beban stres hendaknya dikurangi dan tubuh memperoleh kesempatan
untuk beristirahat guna menambah suplai energi yang mengalami deficit.
4). Stress Tahap IV
Gejala stress tahap IV, akan muncul yang ditandai dengan hal-hal sebagai berikut:
a).Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi
membosankan dan terasa lebih sulit
b).Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk merespons
secara memadai (adequate)
c). Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang menegangkan
5). Stres Tahap V
Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stress tahap V, yang
ditandai dengan hal-hal sebagai berikut:
a). Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical dan psychological
exhaustion)
b). Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan sederhana
c). Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastrointestinal disorder)
6). Stres Tahap VI
Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami serangan panik (panic
attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yang mengalami stress tahap VI ini
berulang dibawa ke Unit Gawat Darurat bahkan ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan
karena tidak ditemukan kelainan fisik organ tubuh. Gamb1aran stres tahap VI ini adalah
sebagai berikut:
a). Debaran jantung amat keras
b). Susah bernapas (sesak dan megap-megap)
c). Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran
Bila dikaji maka keluhan atau gejala sebagaimana digambarkan di atas lebih
didominasi oleh keluhan-keluhan fisik yang disebabkan oleh gangguan faal (fungsional)
organ tubuh, sebagai akibat stressor psikososial yang melebihi kemampuan seseorang untuk
mengatasinya.
B. Adaptasi
1. Pengertian Adaptasi
Adaptasi adalah proses penyesuaian diri terhadap beban lingkungan agar organisme dapat
bertahan hidup. Sedangkan menurut Gerungan menyebutkan bahwa adapatasi atau
penyesuaian diri adalah mengubah diri sesuai dengan keadaan 14 lingkungan, tetapi juga
mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri).
2. Tujuan Adaptasi
 Menghadapi tuntutan keadaan secara sadar
 Menghadapi tuntutan keadaan secara realistik
 Menghadapi tuntutan keadaan secara obyektif
 Menghadapi tuntutan keadaan secara rasional
3. Macam-macam Adaptasi terhadap Stress
1). Adaptasi Fisiologis
Indikator fisiologis dari stress adalah objektif, lebih mudah diidentifikasi dan secara
umum dapat diamati atau diukur. Namun demikian, indicator ini tidak selalu teramati
sepanjang waktu pada semua klien yang mengalami stress, dan indicator tersebut bervariasi
menurut individunya. Tanda vital biasanya meningkat dan klien mungkin tampak gelisah dan
tidak mampu untuk beristirahat dan berkonsentrasi. Indikator ini dapat timbul sepanjang
tahap stress. Durasi dan intensitas dari gejala secara langsung berkaitan dengan durasi dan
intensitas stressor yang diterima. Indikator fisiologis timbul dari berbagai sistem. Hubungan
antara stress psikologik dan penyakit sering disebut interaksi pikiran tubuh. Riset telah
menunjukkan bahwa stress dapat mempengaruhi penyakit dan pola penyakit. Pada masa
lampau, penyakit infeksi adalah penyebab kematian paling utama, tetapi sejak ditemukan
antibiotic, kondisi kehidupan yang meningkat, pengetahuan tentang nutrisi yang meningkat,
dan metode sanitasi yang lebih baik telah menurunkan angka kematian. Sekarang penyebab
utama kematian adalah penyakit yang mencakup stressor gaya hidup.
Indikator fisiologis stress:
a. Kenaikan tekanan darah.
b. Peningkatan ketegangan di leher, bahu, dan punggung.
c. Peningkatan denyut nadi dan frekuensi pernapasan.
d. Postur tubuh yang tidak tegap.
e. Keletihan,sakit kepala, dan perubahan nafsu makan
f. Gelisah dan kesulitan untuk tidur atau sering terbangun saat tidur.
2). Adaptasi Psikologis
Emosi kadang dikaji secara langsung atau tidak langsung dengan mengamati perilaku
klien. Stress mempengaruhi kesejahteraan emosional dalam berbagai cara. Karena
kepribadian individual mencakup hubungan yang kompleks di antara banyak faktor, maka
reaksi terhadap stress yang berkepanjangan ditetapkan dengan memeriksa gaya hidup dan
stresor klien yang terakhir, pengalaman terdahulu dengan stressor, mekanisme koping yang
berhasil di masa lalu, fungsi peran, konsep diri dan ketabahan yang merupakan kombinasi
dari tiga karakteristik kepribadian yang diduga menjadi media terhadap stress. Ketiga
karakteristik ini adalah rasa kontrol terhadap peristiwa kehidupan, komitmen terhadap
aktivitas yang berhasil, dan antisipasi dari tantangan sebagai suatu kesempatan untuk
pertumbuhan. (Wiebe dan Williams, 1992 ; Tarstasky, 1993).
3). Adaptasi Perkembangan
Stres yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kemampuan untuk menyelesaikan
tugas perkembangan. Pada setiap tahap perkembangan, seseorang biasanya menghadapi tugas
perkembangan dan menunjukkan karakteristik perilaku dari tahap perkembangan tersebut.
Stress yang berkepanjangan dapat mengganggu atau menghambat kelancaran menyelesaikan
tahap perkembangan tersebut. Dalam bentuk yang ekstrem, stress yang berkepanjangan dapat
mengarah pada krisis pendewasaan. Bayi atau anak kecil umumnya menghadapi stressor di
rumah . Jika diasuh dalam lingkungan yang responsive dan empati, mereka mampu
mengembangkan harga diri yang sehat dan pada akhirnya belajar respons koping adaptif yang
sehat.
MATERI 2
Konsep Sehat Sakit
A. SEHAT
Definisi Sehat
1. WHO (1947)
Sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial serta tidak
hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
– Mengandung tiga karakteristik :
a. merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia
b. memandang sehat dalam konteks lingkungan internal ataupun eksternal
c. sehat diartikan sebai hidup yang kreatif dan produktif
2. President’s Communision On Health Need Of Nation Stated ( 1953 )
– Sehat  bukan merupakan suatu kondisi, tetapi merupakan penyesuaian, bukan merupakan
suatu keadaan tapi merupakan suatu proses
– Proses adaptasi individu yang tidak hanya terhadap fisik mereka, tetapi terhadap
lingkungan sosialnya.
3. Pender ( 1982 )
Sehat  aktualisasi ( perwujudan ) yang diperoleh individu melalui kepuasan dalam
berhubungan dengan orang lain, perilaku yang sesuai dengan tujuan, perawatan diri yang
kompeten. Sedangkan penyesuaian diperlukan untuk mempertahankan stabilitas dan
integritas sosial.
– Definisi sehat menurut Pender ini mencakup stabilitas dan aktualisasi
4. Payne ( 1983 )
– Sehat  fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri ( Self Care Resources ) yang
menjamin tindakan untuk perawatan diri ( Self Care Action ) secara adekuat.
– Self Care Resources  mencakup pengetahuan,ketrampilan dan sikap
– Self Care Action  perilaku yang sesuai dengan tujuan diperlakukan untuk memperoleh,
mempertahankan dan meningkatkan fungsi, psikososial dan spiritual.
5. Menurut Perseorangan
Pengertian sehat menurut perseorangan dan gambaran seseorang tentang sehat sangat
bervariasi.
Faktor yang Mempengaruhi Diri Seseorang tentang Sehat
 Status Perkembangan
Kemanapun mengerti tentang keadaan sehat dan kemampuan berespon terhadap
perubahan dalam kesehatan dikaitkan dengan usia. Contoh : Bayi dapat merasakan
sakit, tapi tidak dapat mengungkapkan dan mengatasinya
Pengetahuan perawat tentang status perkembangan individu memudahkan untuk
melaksanakan pengkajian terhadap individu dan membantu mengantisipasi perilaku-
perilaku selanjutnya.
 Pengaruh Sosiokultural
Masing-masing kultur punya pandangan tentang sehat yang diturunkan dari orang tua
pada anaknya. Contoh : Orang China, sehat adalah keseimbangan antara Ying dan
Yang. Orang dengan ekonomi rendah memandang flu sesuatu yang biasa dan merasa
sehat.

 Pengalaman Masa Lalu


Seseorang dapat merasakan nyeri/sakit disfungsi (tidak berfungsi) keadaan normal
karena pengalaman sebelumnya.
Membantu menentukan definisi seseorang tentang sakit
 Harapan seseorang tentang dirinya
Seseorang mengharapkan dapat berfungsi pada tingkat yang tinggi baik fisik maupun
psikososialnya jika meraka sehat.
Faktor Lain yang Berhubungan dengan Diri Sendiri :
1.Bagaimana individu menerima dirinya dengan baik / secara utuh.
2.Self Esleem (harga diri), Body Image (gambaran diri), kebutuhan, peran dan kemampuan
Definisi Sakit
1. Parson (1972)
Sakit adalah gangguan dalam fungsi normal individu sebagai totalitas, termasuk
keadaan organisme sebagai system biologis dan penyesuaian sosialnya.
2. Bauman (1965)
Seseorang menggunakan tiga kriteria untuk menentukan apakah mereka sakit :
a. Adanya gejala : naiknya temperatur, nyeri
b. Persepsi tentang bagaimana mereka merasakan : baik, buruk, sakit.
c. Kemampuan untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari : bekerja, sekolah.
3. Perkin’s
Sakit adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang
sehingga menimbulkan gangguan dalam aktivitas sehari-hari baik aktivitas jasmani, rohani,
maupun sosial.
4. New Coligiat Act
Sakit adalah suatu kondisi dimana keadaan tubuh melemah.
5. Zaidin Ali (1998)
Sakit adalah suatu keadaan yang mengganggu keseimbangan status kesehatan biologis
(jasmani), psikologis (mental), sosial, dan spiritual yang mengakibatkan gangguan fungsi
tubuh, produktifitas dan kemandirian individu baik secara keseluruhan maupun sebagian.
Penyakit
Istilah medis yang digambarkan sebagai gangguan dalam fungsi tubuh yang
menghasilkan berkurangnya kapasitas.Sumber penyakit manusia 90% berasal dari Usus
(Kolon) yang tidak bersih/tidak sehat. Makanan yang dimakan tiap hari akan meninggalkan
sisa pada permukaan dinding usus. Tumpukan sisa makanan mengendap dari waktu ke waktu
yang akan menyebabkan toxid (bahan beracun). Selanjutnya toxid (bakteri, fungi, dan parasit)
akan masuk ke dalam sistem peredaran darah sehingga menghasilkan toxin(racun) dalam
darah.
Penyakit bisa timbul karena terjadi ketidak seimbangan, antara lain :
1. Penyebab penyakit (agent)
Agent adalah penyebab utama penyakit (causaprimer), dimana tanpa kehadirannya
penyakit yang spesifik tidak akan timbul.
2. Lingkungan
Yang termasuk ke dalam faktor lingungan dapat dibedakan atas faktor fisik, biologis,
dan sosial ekonomi.
a. Tahap Transisi
Individu percaya bahwa ada kelainan dalam tubuh ; merasa dirinya tidak sehat atau
merasa timbulnya berbagai gejala merasa adanya bahaya.
Mempunyai 3 aspek :
– Fisik: nyeri, panas tinggi.
– Kognitif : interprestasi terhadap gejala.
– Respons emosi terhadap ketakutan /kecamasan.
Konsultasi dengan orang terdekat : gejala perasaan
b. Tahap Asumsi terhadap peran sakit
1. Individu mencari kepastian sakitnya dari keluarga atau teman : menghasilkan peran
sakit.
2. Mencari pertolongan dari profesi kesehatan yang lain, mengobati sendiri, mengikuti
nasehat teman / keluarga.
Akhir dari tahap ini dapat ditentukan bahwa gejala telah berubah dan merasa lebih
buruk. Individu masih mencari penegasan dari keluarga tentang sakitnya. Rencana
pengobatan dipenuhi / dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman.
c. Tahap Kontak dengan pelayanan kesehan
– Individu yang sakit : meminta nasehat dari profesi kesehatan atas inisiatif sendiri
– 3 tipe informasi :
1. Validasi keadaan sakit.
2. Penjelasan tentang gejala yang tidak dimengerti.
3. Keyakinan bahwa mereka akan baik.
– Jika tidak ada gejala : individu mempersepsikan dirinya sembuh, jika ada gejala
kembali pada posisi kesehatan.
d. Tahap Ketergantungan
Jika profesi kesehatan menvalidasi (menetapkan) bahwa seseorang sakit : menjadi
pasien yany tergantungan untuk memperoleh bantuan. Setiap orang mempunyai
ketergantungan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan.
1. Mengkaji kebutuhan ketergantungan pasien dikaitkan dengan tahap perkembangan.
2. Support terhadap perilaku pasien yang mengarah pada kemandirian.
e. Tahap Penyembuhan
1.Pasien belajar untuk melepaskan peran sakit dan kembali pada kondisi sebelum
sakit
2. Kesiapan fungsi sosial
3. Member pasien untuk berfungsi dengan meningkatkan kemandirian
4. Memberikan harapan dan support
Dampak Sakit

1. Terhadap Perilaku dan Emosi Klien

Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda-beda tergantung pada asal penyakit, reaksi
orang lain terhadap penyakit yang dideritanya, dan lain-lain. Penyakit dengan jangka waktu
yang singkat dan tidak mengancam kehidupannya akan menimbulkan sedikit perubahan
perilaku dalam fungsi klien dan keluarga.

2. Terhadap Peran Keluarga

Setiap orang memiliki peran dalam kehidupannya, seperti pencari nafkah, pengambil
keputusan, seorang profesional, atau sebagai orang tua. Saat mengalami penyakit, peran-
peran klien tersebut dapat mengalami perubahan.

Perubahan tersebut mungkin tidak terlihat dan berlangsung singkat atau terlihat secara
drastis dan berlangsung lama. Individu / keluarga lebih mudah beradaftasi dengan perubahan
yang berlangsung singkat dan tidak terlihat.

3. Terhadap Citra Tubuh

Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang terhadap penampilan fisiknya.


Beberapa penyakit dapat menimbulkan perubahan dalam penampilan fisiknya, dan
klien/keluarga akan bereaksi dengan cara yang berbeda-beda terhadap perubahan tersebut.
Reaksi klien/keluarga terhadap perubahan gambaran tubuh itu tergantung pada :

 Jenis Perubahan (mis: kehilangan tangan, alat indera tertentu, atau organ tertentu)
 Kapasitas adaptasi
 Kecepatan perubahan
 Dukungan yang tersedia.

4. Terhadap Konsep Diri

Konsep Diri adalah citra mental seseorang terhadap dirinya sendiri, mencakup
bagaimana mereka melihat kekuatan dan kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.
Konsep diri tidak hanya bergantung pada gambaran tubuh dan peran yang dimilikinya tetapi
juga bergantung pada aspek psikologis dan spiritual diri.

Konsep diri berperan penting dalam hubungan seseorang dengan anggota keluarganya
yang lain. Klien yang mengalami perubahan konsep diri  karena sakitnya mungkin tidak
mampu lagi memenuhi harapan  keluarganya, yang akhirnya menimbulkan ketegangan dan
konflik. Akibatnya anggiota keluarga akan merubah interaksi mereka dengan klien.

5.Terhadap Dinamika Keluarga


Dinamika Keluarga meruapakan proses dimana keluarga melakukan fungsi, mengambil
keputusan, memberi dukungan kepada anggota keluarganya, dan melakukan koping terhadap
perubahan dan tantangan hidup sehari-hari.Jika penyakitnya berkepanjangan, seringkali
keluarga harus membuat pola fungsi yang baru sehingga bisa menimbulkan stress emosional.

MATERI 3
“Konsep Diri”
1. KONSEP DIRI adalah cara memandang diri sendiri secara menyeluruh. Konsep diri
merujuk pada kesadaran tentang diri sendiri, kesadaran tentang fungsi keberadaan
diri, tidak hanya menyangkut persepsi tentang apa yang nyata, tetapi apa juga yang
ada di pikiran.
2. Cara menanggapi diri sendiri secara keseluruhan dapat di bagi dalam 3 hal :
a) Konsep diri yang disadari, yaitu pemahaman tentang kekuatan dan kelemahan
diri
b) Aku sosial, yaitu bagaimana orang lain memandang diri kita sendiri
c) Aku ideal, yaitu harapan individu terhadap dirinya sendiri.
3. Konsep Diri akan menentukan
a) Siapa seseorang menurut pikirannya sendiri, pikiran seseorang tentang siapa
dirinya muncul dari pengalaman hidupnya.
b) Apa yang bisa dilakukan oleh seseorang menurut pikirannya sendiri, pikiran
seseorang tentang apa yang bisa dilakukannya berhubungan erat dengan
pikiran siapa dirinya.
4. Komponen Konsep Diri, yaitu
a) Gambaran diri (body image) merupakan kumpulan dari sikap individu yang
disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya. Gambaran diri tergantung pada
perkembangan fisik, cara orang lain melihat tubuh kita dan budaya.
b) Ideal diri(self ideal) merupakan persepsi individu tentang bagaimana dia
seharusnya berprilaku berdasarkan standar, tujuan atau nilai personal tertentu.
c) Harga diri (self esteem) merupakan penilaian individu tentang nilai personal
yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai
dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam
penerimaan diri sendiri tanpa syarat.
d) Peran diri merupakan serangkai pola prilaku yang diharapkan oleh lingkungan
sosial berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial.
Harga diri tinggi merupakan perwujudan peran yang cocok terhadap ideal diri.
e) Identitas diri(personal identity) merupakan pengorganisasian prinsip dan
kepribadian yang bertanggungjawab terhadap kesatuan, kesinambungan dan
keunikan individu.
5. Kepribadian yang Sehat
a) Cinta tubuh yang positif
b) Ideal diri yang realistis
c) Harga diri yang tinggi
d) Penampilan peran yang memuaskan
e) Rasa identitas yang jelas
6. Hal yang Mempengaruhi Konsep Diri
a) Tingkat perkembangan
b) Keluarga dan budaya
c) Pengalaman
d) Penyakit
e) Stresstor

KONSEP STRESS ADAPTASI


Stress merupakan salah satu gejala psikologi yang dapat menyerang setiap orang.
Stress dapat di timbulkan karena adanya konflik dan frustasi, sebagian orang beranggapan
bahwa yang dianggap stress adalah suatu yang tidak menyenangkan dan membuat orang
tersebut merasa tidak nyaman, bingung, mudah marah, tekanan darah meingkat, detak
jantung lebih cepat, dan gangguan pencernaan.

A. Konsep Stress
a) Setiap orang dalam hidupnya akan mengalami stress
b) Umumnya orang dapat menghadapi stress jangka panjang dan jangka pendek
c) Stress dapat memberikan rangsangan terhadap perubahan dan
pertumbuhan(positif).
d) Strees berlebihan dapat mengakibatkan penyakit fisik, dan ketidakmampuan
menghadapi masalah
e) Hasil penelitian menyebutkan ada hubungan stress dengan kelaian fisik dan
psikiatrik.
B. Faktor yang Mempengaruhi Terhadap Stress Adaptasi
a) Lingkungan yang asing
b) Kehilangan kemandirian sehingga mengalami ketergantungan
c) Berpisah dengan orang tersayang
d) Masalah biaya atau ekonomi
e) Kurang informasi
f) Ancaman penyakit yang parah
g) Masalah keluarga atau masalah yang berat
MATERI 4
“Universal Precaution”
A. Pengertian
Universal Precaution (Kewaspadaan universal) adalah langkah sederhana pencegahan
infeksi yang mengurangi resiko penularan dari patogen yang ditularkan melalui darah atau
cairan tubuh diantara pasien dan pekerja kesehatan.
B. Sejarah pentingnya Universal precautions
Di bawah Universal precautions semua pasien dianggap pembawa kemungkinan
patogen melalui darah. Pedoman yang direkomendasikan memakai sarung tangan ketika
mengambil atau penanganan darah dan cairan tubuh yang terkontaminasi dengan darah,
memakai perisai hadapi ketika ada bahaya percikan darah pada selaput lendir dan membuang
semua jarum dan benda tajam dalam wadah tahan tusukan.
Universal precautions dirancang untuk dokter, perawat, pasien, dan pekerja perawatan
kesehatan dukungan yang diperlukan untuk datang ke dalam kontak dengan pasien atau
cairan tubuh. Ini termasuk staf dan orang lain yang mungkin tidak datang ke dalam kontak
langsung dengan pasien.
C. Penggunaan
Universal precautions yang biasanya dilakukan dalam lingkungan di mana para pekerja
terkena cairan tubuh, seperti:
1. Darah
2. Semen
3. Sekresi vagina
4. synovial cairan
5. cairan ketuban
6. Cerebrospinal cairan
7. cairan pleura
8. peritoneal cairan
9. perikardial cairan
Cairan Tubuh yang tidak memerlukan tindakan pencegahan seperti:
1. Tinja
2. Nasal sekresi
3. Urine
4. Muntahan
5. Keringat
6. Dahak
7. Air liur
D. Tambahan tindakan pencegahan
Pencegahan tambahan digunakan selain untuk kewaspadaan universal untuk pasien
yang diketahui atau diduga memiliki kondisi menular, dan bervariasi tergantung pada
pengendalian infeksi diperlukan pasien tersebut. Tindakan pencegahan tambahan tidak
diperlukan untuk infeksi melalui darah, kecuali ada komplikasi. Kondisi menunjukkan
tindakan pencegahan tambahan:
1. Prion penyakit (misalnya, penyakit Creutzfeldt-Jakob)
2. Penyakit dengan transmisi udara ditanggung (misalnya, TBC)
3. Penyakit dengan transmisi tetesan (misalnya, gondok, rubella, influenza, pertusis)
4. Transmisi melalui kontak langsung maupun tidak langsung dengan kulit kering (misalnya,
kolonisasi dengan MRSA) atau permukaan yang terkontaminasi atau kombinasi di atas.
E. Standard Kewaspadaan
1. Cuci tangan
2. Pakai sarung tangan saat menyentuh cairan tubuh, kulit tak utuh dan membran mukosa
3. Pakai masker, pelindung mata, gaun jika darah atau cairan tubuh mungkin memercik
4. Tutup luka dan lecet dengan plester tahan air
5. Tangani jarum dan benda tajam dengan aman
6. Buang jarum dan benda tajam dalam kotak tahan tusukan dan tahan air
7. Proses instrumen dengan benar
8. Bersihkan tumpahan darah dan cairan tubuh lain segera dan dengan seksama
9. Buang sampah terkontaminasi dengan aman
F. Prosedur pencegahan infeksi
1. Cuci tangan
Cuci tangan adalah cara pencegahan infeksi yang penting. Cuci tangan harus dilakukan
dengan benar , sebelum melakukan tindakan.
Sarana untuk cuci tangan :
a. Air mengalir
b. Sabun dan detergan
c. Larutan anti septic
2. Alat pelindung diri (APD)
Adalah peralatan yang dirancang untuk melindungi pekerja dari kecalakaan atau
penyakit yang serius ditempat kerja akibat kontak dengan potensi bahaya. Jenis pelindung
APD antara lain : sarung tangan,masker (pelindung wajah), kacamata (pelindung mata),
penutup kepala (kap), gaun pelindung, alas kaki (pelindung kaki).
3. Pengelolaan alat bekas pakai
Bertujuan untuk mencegah penyebaran infeksi melalui alat kesehatan, atau untuk
menjamin alat tersebut dalam kondisi steril dan siap pakai. Penatalaksanaan pengelolaan alat
bekas pakai melalui 4 tahap kegiatan yaitu : dekontaminasi, pencucian, sterilisasi atau DTT,
dan penyimpanan.
4. Pengelolaan alat tajam
Penyebab utama HIV adalah terjadinya kecelakaan kerja seperti tertusuk jarum atau
alat tajam yang tercemar.
Membuang benda tajam
 Buang jarum dan spuit segera setelah digunakan diwadah benda tajam yang tahan
tusukan
 Jangan isi wadah melebihi ketinggian tiga perempat penuh
 Insinerasi wadah pembuang benda tajam
5. Pengelolaan limbah
Limbah rumah sakit atau di pelayanan kesehatan adalah limbah yang dihasilkan oleh
seluruh kegiatan rumah sakit dan limbah yang terbanyak adalah limbah infeksium yang
memerlukan penerangan khusus.
6. Dalam Universal Precaution Tidak direkomendasikan
a. Sterilisasi panas kering karena tergantung listrik & waktu yang lama
b. Sterilisasi kimia karena waktu yang lama & glutaraldehid-beracun
c. Merebus instrument karena merupakan bentuk dari DTT
d. Menyimpan instrumen dalam antiseptik cair karena tidak efektif
e. “Membakar” instrument tidak efektif
Pencegahan HIV Dalam Kondisi Darurat
Penyuntikan yang aman
1. Minimalkan kebutuhan menangani jarum dan spuit
2. Gunakan spuit dan jarum steril sekali pakai untuk setiap penyuntikan
3. Tangani spuit dan jarum dengan aman
4. Tata ruang kerja untuk mengurangi risiko cedera
5. Gunakan vial dosis tunggal sebagai ganti vial multi dosis
6. Jika vial adalah untuk multi dosis, hindari meninggalkan jarum di karet penutup vial
7. Setelah dibuka, simpan vial multi dosis di kulkas
8. Jangan menutup kembali jarum
9. Posisikan dan peringatkan pasien dengan benar untuk penyuntikan
10. Praktekkan pembuangan limbah tajam medis yang aman
MATERI 5
Kebutuhan Eliminasi Urine

Pengertian Eliminasi Urine


Eliminasi adalah pengeluaran, penghilangan, penyingkiran, penyisihan.Dalam
bidang kesehatan, Eliminasi adalah proses pembuangan. Sisa metabolisme tubuh baik berupa
urin atau bowel (feses).
Membuang urine dan alvi (eliminasi) merupakan salah satu aktivitas pokok yang
harus dilakukan oleh setiap manusia. Karena apabila eliminasi tidak dilakukan setiap manusia
akan menimbulkan berbagai macam gangguan seperti retensi urine, inkontinensia urine,
enuresis, perubahan pola eliminasi urine, konstipasi, diare dan kembung. 
Eliminasi urin adalah kebutuhan dalam manusia yang esensial dan berperan
menentukan kelangsungan hidup manusia. Eliminasi dibutuhkan untuk
mempertahankan homeostasis tubuh.

Organ yang Berperan dalam Kebutuhan Eliminasi Urine


 Ginjal
Merupakan organ retropenitoneal (di belakang selaput perut) yang terdiri atas ginjal
sebelah kanan dan kiri tulang punggung.Ginjal berperan sebagai pengatur komposisi
dan volume cairan dalam tubuh.
 Kandung Kemih (bladder,buli-buli)
Merupakan sebuah kantung yang terdiri atas otot halus yang berfungsi sebagai
penampung air seni (urine).
 Uretra
Merupakan organ yang berfungsi untuk menyalurkan urine ke bagian luar.
Proses Berkemih
Berkemih merupakan proses pengosongan vesika urinaria (kandung kemih).Vesika
urinaria dapat menimbulkan rangsangan saraf bila urinaria berisi ± 250-450 cc (pada orang
dewasa) dan 200-250 cc (pada anak-anak).
Pengisian Kandung Kemih
Dinding ureter terdiri dari otot polos yang tersusun spiral, memanjang dan melingkar,
tetapi batas lapisan yang jelas tidak ditemukan. Kontraksi peristaltik yang teratur timbul 1-5
kali tiap menit akan mendorong urine dari pelvis renal menuju kandung kemih, dan akan
masuk secara periodic sesuai dengan gelombang peristaltic. Ureter menembus dinding
kandung kemih secara miring, dan meskipun tidak ada sfingter ureter,kemiringan ureter ini
cenderung menjepit ureter sehingga ureter tertutup kecuali selama adanya gelombang
peristaltik dan refluks urine dari kandung kemih ke ureter dapat dicegah.
Pengosongan Kandung Kemih
 Berkemih pada dasarnya merupakan reflex spinal yang akan difasilitasi dan dihambat
oleh pusat susunan saraf yang lebih tinggi,dimana fasilitasi dan inhibisi dapat bersifat
volunteer.
 Keinginan pertama untuk berkemih timbul bila volume kandung kemih sekitar
150cc,dan rasa penuh timbul pda pengisian sekitar 400cc.
Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urin
1. Pertumbuhan dan perkembangan
Jumlah urin yang diekskresikan dapat dipengaruhi oleh usia dan berat badan seseorang.
Normalnya,bayi dan anak-anak mengekresikan 400-500 ml urin tiap harinya. Sedangkan
orang dewasa mengekskresikan  1500-1600 ml urin per hari. Dengan kata lain,bayi yang
beratnya 10% orang dewasa mamppu mengekresikan urin 33% lebih banyak dari orang
dewasa. Seiring penuaan,lansia juga mengalami perubahan pada fungsi ginjal dan kandung
kemihnya sehingga mengakibatkan perubahan pada pola eliminasi urin
(misalnya,nokturria,sering berkemih,residu urin). Sedangkan ibu hamil dapat mengalami
peningkatan keinginan miksi akibat adanya penekenan pada kandung kemih.
2. Asupan cairan dan makanan
Kebiasaan mengkonsumsi jenis makanan atau minuman tertentu(misalnya,teh,kopi,coklat,
alcohol) dapat menyebabkan peningkatan ekskresi urin karena dapat menghambat hormone
anti diuretic (ADH).
3. Kebiasaan/gaya hidup
Gaya hidup ada kaitannya dengan kebiasaan seseorang ketika berkemih. Sebagai
contoh,seseorang yang terbiasa buang air kecil disungai atau dialam bebas akan mengalami
kesulitan ketika harus berkemih di toilet atau menggunakan pispot pada saat sakit.
4. Faktor psikologis
Kondisi stress dan kecemasan dapat menyebabkan peningkatan stimulus
berkemih,disamping stimulus buang air besar(diare) sebagai upaya kompensasi.
5. Aktivitas dn tonus otot
Eliminasi urine membutuhkan kerja (kontraksi) otot-otot kandung kemih,abdomen,dan
pelvis. Jika terjadi gangguan pada kemampuan tonus otot,dorongan untuk berkemih juga
akan berkurang. Aktivitas dapat meningkatkan kemampuan metabolism dan produksi urin
secara optimal.
6. Kondisi patologis
Kondisi sakit seperti demam dapat menyebabkan penurunan produksi urin akibat
banyaknya cairan yang dikeluarkan melalui penguapan kulit. Kondisi inflamasi dan iritasi
organ kemiih dapat menyebabkan retensi urin.
7. Medikasi
Penggunaan obat-obatan tertentu (misalnya,diuretic) dapat meningkatkan pengeluaran
urin,sedangkan penggunaan antikolinergenik dapat menyebabkan retensi urin.
8. Prosedur pembedahan
Tindakan pembedahan yang menyebabkan stres yang akan memicu sindrom adaptasi
umum. Kelenjar hipofisis anterior akan melepaskan hormone ADH sehingga meningkatkan
reabsorpsi air dan menurunkan pengeluran urin. Selain itu, respons stress juga meningkatkan
kadar aldosterone yang mengakibatkan penurunan pengeluaran urin.
9. Pemeriksaan fisik diagnostic
Prosedur pemeriksaan saluran perkemihan,seperti pielogram intravena dan
urogram,tidak membolehkan pasien mengkonsumsi cairan per oral sehingga akan
mempengaruhi pengeluaran urin, Selain itu,pemeriksaan diagnostic yang bertujuan melihat
struktur perkemihan (misalnya,sitoskopi) dapat menyebabkan edema pada ooutlet uretra dan
spasme pada spingter kandung kemih. Ini menyebabkan klien mengalami retensi urin dan
mengeluarkan urin berwarna merah akibat perdarahan.

Mekanisme Berkemih
Miksi atau berkemih merupakan sutu proses pengosongan kandung kemih, diatur oleh
dua mekanisme : reflex berkemih dan control volunter.
a. Refleks Berkemih
Reflex berkemih terpicu ketika reseptor regang di dalam dinding kandung kemih
terangsang. Kandung kemih pada orang dewasa dapat menampung hingga 250 sampai
400 ml urin sebelum tegangan di dindingnya mulai cukup menigkat untuk mengaktifkan
reseptor regang. Semakin besar tegangan melebihi ukuran ini, semakin besar tingkat
pengaktifan reseptor. Serat-serat aferen dari reseptor regang membawa impuls ke
medulla spinalis dan akhirnya melalui antarneuron merangsang saraf parasimpatis untuk
kandung kemih dan menghambat neuron motorik ke sfingter eksternus. Stimulasi saraf
parasimpatis menyebabkan otot polos dinding kandung kemih (musculus detrusor
vesicae) berkontraksi dan musculus sphinter vesicae dibuat relaksasi. Tidak ada
mekanisme khusus yang dibutuhkan untuk membuka sfingter internus; perubahan bentuk
kandung kemih selama kontraksi akan secara mekanis menarik terbuka sfinter internus.
Secara bersamaan, sfingter eksternus melemas karena neuron-neuron motoriknya
dihambat. Kini kedua sfingter terbuka dan urin terdorong melalui uretra oleh gaya yang
ditimbulkan oleh kontraksi kandung kemih. Reflex berkemih ini, yang seluruhnya adalah
reflex spinal, mengatur pengosongan kandung kemih pada bayi. Segera setelah kandung
kemih terisi cukup untuk memicu reflek, bayi secara otomatis berkemih (Sherwood,
2011).
b. Kontrol Volunter Berkemih
Selain memicu reflex berkemih, pengisian kandung kemih juga menyadarkan
yang bersangkutan akan keinginan untuk berkemih. Persepsi penuhnya kandung kemih
muncul sebelum sfingter eksternus secara reflex melemas, memberi peringatan bahwa
miksi akan segera terjadi. Akibatnya kontrol volunter berkemih yang dipelajari selama
toilet training pada masa anak-anak dini, dapat mengalahkan reflex berkemih sehingga
pengosongan kandung kemih dapat berlangsung sesuai keinginan yang bersangkutan dan
bukan ketika pengisian kandung kemih pertama kali mengaktifkan reseptor regang. Jika
waktu refleks miksi tersebut dinilai kurang sesuai untuk berkemih, maka yang
bersangkutan dapat dengan sengaja mencegah pengosongan kandung kemih dengan
mengencangkan sfingter eksternus dan diafragma pelvis. Impuls eksitatorik volunter dari
korteks serebri mengalahkan sinyal inhibitorik refleks dari reseptor regang ke neuron-
neuron motorik yang terlibat (keseimbangan relative PPE dan PPI) sehingga otot-otot ini
tetap berkontraksi dan tidak ada urin yang keluar (Sherwood, 2011).
Berkemih tidak dapat ditahan selamanya. Karena kandung kemih terus terisi
maka sinyal refleks dari reseptor regang menigkat seiring waktu. Akhirnya, sinyal
inhibitorik refeleks ke neuron motorik sfingter eksternus menjadi sedemikian kuat
sehingga tidak lagi dapat diatasi oleh sinyal eksitatorik volunteer sehingga sfingter
melemas dan kandung kemih secara tak terkontrol mengosongkan isinya (Sherwood,
2011).
Berkemih juga dapat secara sengaja dimulai, meskipun kandung kemih tidak
teregang, dengan secara sengaja melemaskan sfingter eksternus dan diafragma pelvis.
Turunnya dasar panggul memungkinkan kandung kemih turun, yang secara simultan
menarik terbuka sfingter uretra internus dan meregangkan dinding kandung kemih.
Pengaktifan reseptor regang yang kemudian terjadi akan menyebabkan kontraksi
kandung kemih melalui refleks berkemih. Pengosongan kandung kemih secara sengaja
dapat dibantu oleh kontraksi dinding abdomen dan diafragma pernapasan. Peningkatan
tekanan intraabdomen yang ditimbulkannya menekan kandung kemih ke bawah untuk
mempermudah pengosongan (Sherwood, 2011).
“KEBUTUHAN OKSIGEN”
A. Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi
Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O2).Sistem pernapasan berperan
dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi sistem terdiri atas saluran pernapasan bagian atas,
dan saluran pernapasan bagian bawah.
1. Saluran Pernapasan Bagian Atas
a. Hidung
Proses oksigenasi diawali dengan masuknya udara melalui hidung. Pada hidung terdapat
nares anterior (saluran di dalam lubang hidung) yang mengandung kelenjar sebaseus dan
ditutupi rambut yang kasar. bagian ini bermuara ke rongga hidung, sebagai bagian hidung
lainnya, yang dilapisi oleh selaput lendir dan mengandung pembuluh darah. Udara yang
masuk melalui hidung akan disaring oleh rarmbut yang ada di dalam vestibulum (bagian
rongga hidung) kemudian dihangatkan dan dilembabkan.
b. Faring
Faring merupakan pipa yang memiliki otot, memanjang dari dasar tengkorak sampai dengan
esofagus. yang terletak di belakang hidung (nasofaring) di belakang mulut (orofaring) dan
dibelakang laring (laringofaring).
c. Laring (tenggorokan)
Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri atas bagian dari tulang
rawan yang diikat bersama ligament dan membran yang terdiri atas dua lamina yang
bersambung di garis tengah.
d. Epiglotis
Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang bertugas membantu menutup laring saat proses
menelan.
2. Saluran Pernapasan Bagian Bawah
Saluran pernapasan bagian bawah terdiri atas trachea, bronchus, dan bronkhiolus, dan paru-
paru. Saluran ini berfungsi mengalirkan udara dan memproduksi surfaktan.
a. Trakea
Trakea (batang tenggorok) merupakan kelanjutan dari laring sampai kira-kira ketinggian
vertebra torakalis kelima. Trakea memiliki panjang ± 9 cm dan tersusun atas 16-20 lingkaran
tak lengkap yang berupa cincin. Trakea dilapisi oleh selaput lendir dan epithelium bersilia
yang dapat mengeluarkan debu atau benda asing.
b. Bronkus
Bronkus merupakan kelanjutan dari trakea yang bercabang menjadi bronkus kanan dan kiri.
Pada bagian kanan lebih pendek dan lebar daripada bagian kiri. Bronkus kanan memiliki tiga
lobus atas, tengah, dan bawah. Sedangkan Bronkus kiri lebih panjang dari bagian kanan yang
berjalan dari lobus atas dan bawah.
c. Bronkhiolus
Bronkiolus merupakan saluran percabangan setelah bronkus, yaitu anak cabang dari batang
tenggorok yang terdapat dalam rongga tenggorokan kita dan akan memanjang sampai ke
paru-paru. Jumlah cabang bronkiolus yang menuju paru-paru kanan dan kiri tidak sama.
Bronkiolus yang menuju paru-paru kanan mempunyai 3 cabang, sedangkan bronkiolus yang
menuju paru-paru sebelah kiri hanya bercabang 2.
Bronkiolus adalah cabang dari bronkus dan memiliki dinding yang lebih tipis, pada ujung
bronkiolus terdapat banyak sekali gelembung-gelembung kecil yang dinamakan
alveolus.fungsi dari bronkiolus adalah sebagai media yang menghubungkan oksigen yang
kita hirup agar mencapai paru-paru.
d. Paru-paru
Paru merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Paru terletak di dalam rongga torak
setinggi tulang selangka sampai dengan diafragma. Paru terdiri atas beberapa lobus yang
diselaputi oleh pleura yaitu pleura parfetalis dan pleura viseralis, serta dilindungi oleh cairan
pleura yang berisi cairan surfaktan.
Paru sebagai alat pernapasan utama terdiri dari dua bagian (paru kanan dan paru kiri) dan
pada bagian tengah dari organ tersebut terdapat organ jantung beserta pembuluh darah yang
berbentuk kerucut, dengan bagian puncak di sebut apeks. Paru memiliki jaringan yang
bersifat elastik, berpori dan memiliki fungsi sebagai tempat pertukaran gas oksigen dan
karbon dioksida.
E.Anatomi paru
Paru-paru merupakan sebuah organ yang sebagian terdiri dari gelembung-gelembung udara
atau alveoli. Paru-paru dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
1) Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus, yaitu lobus superior, lobus media, dan lobus inferior.
2) Paru-paru kiri, terdiri dari 2 lobus, yaitu lobus superior dan lobus inferior.
B. Proses Oksigenasi
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 ke dalam sistem (kimia atau fisika).
Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam
proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air.
Akan tetapi penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan
dampak yang cukup bermakna terhadap akrivitas sel. (wahit iqbal Mubarak, 2007)
Udara masuk secara berurutan, yaitu :
Rongga hidung - faring – laring –trakea – bronkus – bronkiolus- alveolus.
Proses pemenuhan oksigenisasi dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan, yaitu :
1) Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli
ke atmosfer. Proses ventilasi di pengaruhi oleh beberapa hal, yaitu adanya perbedaan tekanan
antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah,
demikian sebaliknya, semakin rendah tempat tekanan udara semakin tinggi.
Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah complienci dan recoil. Complience merupakan
kemampuan paru untuk mengembang. sedangkan recoil adalah kemampuan CO2 atau
kontraksi menyempitnya paru. Pusat pernapasan, yaitu medulla oblongata dan pons, dapat
dipengaruhi oleh ventilasi. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
 Adanya konsentrasi oksigen di atmosfer.
 Adanya kondisi jalan napas yang baik.
 Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru dalam melaksanakan ekspansi
atau kembang kempis.
2) Difusi
Merupakan pertukaran antara O2 dari alveoli ke kapiler paru-paru dan CO2 dari kapiler ke
alveoli. Proses difusi gas ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
 Luasnya permukaan paru-paru
 Tebal membran respirasi/permeabilitas (epitel alveoli dan interstisial).
 Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2.
 Afinitas gas
3) Transportasi
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian antara O2 kapiler ke jaringan tubuh dan
CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, O2 akan berikatan dengan Hb
membentuk oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%). Sedangkan CO2 akan
berikatan dengan Hb membentuk karbominohemoglobin (30%), larut dalam plasma (5%),
dan sebagian menjadi HCO3 berada dalam darah (65%).
Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya :
 Kardiak output
 Kondisi pembuluh darah
 Latihan (exercise )
 Hematokrit
 Eritrosit dan kadar Hb
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenasi
1. Saraf Otonom
Pada rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonom dapat mempengaruhi
kemampuan untuk dilartasi dan kontriksi. Hal ini dapat terlihat ketika terjadi rangsangan baik
oleh simpatis maupun parasimpatisketika terdjadi rangsangan. Ujung saraf dapat
mengeluarkan neurotransmitter (simpatis mengeluarkan noradrenalin yang berpengaruh pada
bronkodilatasi, Parasimpatis mengeluarkan esetilkolin yang berpengaruh pada
bronkokonstirksi) karena pada saluran pernapasan terdapat reseptor adrenergic dan reseptor
kolinergik.
2. Hormonal dan Obat
Semua hormon termasuk devirat katekolamin dapat melebarkan saluran pernapasan.
Obat yang tergolong parasimpatis dapat melebarkan saluran napas, seperti sulfas atropine,
ekstrak Belladona dan obat yang menghambat adrenergic tipe beta (khususnya beta-2) dapat
mempersempit saluran napas (bronkokontriksi) seperti obat yang tergolong beta bloker
nonselektif.
3. Alergi pada saluran napas
Banyak faktor yang menimbulkan keadaan alergi antara lain debu, bulu binatang,
serbuk benang sari bunga, kapuk, makanan dan lain-lain.
4. Faktor perkembangan
Tahap perkembangan anak dapat memengaruhi jumlah kebutuhan oksigenasi karena
usia organ di dalam tubuh seiring dengan usia perkembangan anak.
5. Faktor lingkungan
Kondisi lingkungan yang dapat memengaruhi kebutuhan oksigenasi, seperti faktor
alergi, ketinggian dan suhu. Kondisi-kondisi tersebut memengaruhi kemampuan adaptasi.
6. Faktor perilaku
Perilaku yang di maksud diantaranya adalah perilaku dalam mengkonsumsi makanan
(status nutrisi), seperti orang obesitas dapat mempengaruhi dalam proses pengembangan
paru, kemudian perilaku aktivitas, seperti perilaku merokok dapat menyebabkan proses
penyempitan pada pembuluh darah dan lain-lain.
D. Gangguan / Masalah Kebutuhan Oksigenasi
1. Hipoksia
Tidak kuatnya pemenuhuan O2 seluler akibat dari defisiensi O2 yang didinspirasi atau
meningkatnya penggunaan O2 pada tingkat seluler. Hipoksia dapat disebabkan oleh
menurunnya hemoglobin, kerusakan gangguan ventilasi, menurunnya perfusi jaringan seperti
pada syok, berkurannya konsentrasi O2 jika berada dipuncak gunung. Tanda tanda Hipoksia
adalah kelelahan, kecemasan menurunnya kemampuan konsentrasi, nadi meningkat,
pernafasan cepat dan dalam sianosis, sesak nafas.
2. Perubahan pola pernapasan
a. Takipnea
Takipnea adalah frekuensi pernapasan teratur namun cepat secara tidak merata (> 24/
menit)
b. Branipnea
Adalah frekuensi pernapasan teratur namun lambat secara tiak normal ( kurang dari 12
/menit)
c. Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam paru-paru agar pernafasan
lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi dapat disebabkan karena kecemasan, infeksi, keracunan
obat-obatan, keseimbangan asam basa seperti osidosis metabolik Tanda-tanda hiperventilasi
adalah takikardi, nafas pendek, nyeri dada, menurunnya konsentrasi, disorientasi, tinnitus.
d. Kussmaul
Adalah pernapasan cepat secara tidak normal dan frekuensi meningkat, misal dalam keadaan
asidosis metabolik
e. Hipoventilasi
Terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi penggunaan O2 tubuh atau
untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup. Biasanya terjadi pada keadaaan atelektasis (Kolaps
Paru). Tanda-tanda dan gejalanya pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri kepala, penurunan
kesadaran, disorientasi, ketidak seimbangan elektrolit.
f. Dispnea
Merupakan perasaan sesak dan berat saat bernafas.
g. Ortopnea
Merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri dan pola ini sering di
temukan pada seseorang yang mengalami kongestik paru.
h. Cheyne stokes
Merupakan frekuensi dan kedalaman pernapasan tidak teratur, di tandai dengan periode apnea
dan hiperventilasi yang berubah-ubah.
i. Pernapasan paradoksial
Merupakan pernapasan dimana dinding paru-paru bergerak berlawanan arah dari keadaan
normal.
j. Biot
Merupakan pernapasan dangkal secara tidak normal untuk dua atau tiga napas di ikuti periode
apnea yang tidak teratur.
k. Stridor
Merupakan pernapasan bising yang terjadi karena penyempitan pada saluran pertanyaan.
3. Obstruksi jalan napas
Merupakan gangguan yang menimbulkan penyumbatan pada saluran pernapasan.
4. Pertukaran gas
Merupakan proses pengambilan gas oksigen dari lingkungan dan pengeluaran karbon
dioksida dari dalam tubuh makhluk hidup. Bernafas merupakan salah satu ciri utama
makhluk hidup. Proses pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida berlangsung secara
difusi. Oksigen akan menuju semua sel dalam semua jaringan melalui alat-alat pernafasan.
E. Tindakan untuk mengatasi masalah kebutuhan oksigenasi
a. Latihan napas
Latihan napas merupakan cara bernapas untuk memperbaiki ventilasi alveoli atau memelihara
pertukaran gas, mencegah atelektaksis, meningkatkan efisiensi batuk, dan dapat mengurangi
stress.
Prosedur Kerja :
• Cuci tangan
• Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
• Atur posisi pasien untuk duduk atau telentang
• Anjurkan pasien untuk mulai latihan dengan cara menarik napas terlebih dahulu melalui
hidung dengan mulut tertutup
• Kemudian anjurkan pasien untuk menahan napas sekitar 1-1,5 detik dan disusul dengan
menghembuskan napas melalui bibir dengan bentuk mulut seperti orang meniup
• Catat respon pada pasien yang terjadi
• Cuci tangan Anda

b. Latihan batuk efektif


Latihan batuk efektif merupakan cara melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan batuk
secara efektif untuk membersihkan jalan napas (laring, trachea, dan bronkhiolus) dari secret
atau benda asing.
Prosedur Kerja :
• Cuci tangan
• Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
• Atur posisi pasien dengan duduk di tepi tempat tidur dan membungkuk ke depan
• Anjurkan pasien untuk menarik napas, secara pelan dan dalam, dengan menggunakan
pernapasan diafragma
• Setelah itu minta pasien menaahan napas selama ± 2 detik
• Batukkan pasien 2 kali dengan mulut terbuka
• Minta pasien melakukan Tarik napas dengan ringan
• Istirahat
• Catat respons yang terjadi pada pasien
• Cuci tangan Anda

c. Pemberian oksigen
Pemberian oksigen merupakan tindakan memberikan oksigen kedalam paru-paru melalui
saluran pernapasan dengan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada pasien dapat melalui
tiga cara yaitu, : melalui kanula, nasal, dan masker.
Tujuan pemberian oksigen adalah :
• Memenuhi kebutuhan oksigen
• Mencegah terjadinya hipoksia
• Membantu kelancaran metabolisme
• Sebagai tindakan pengobatan
• Mengurangi beban kerja alat nafas dan jantung
Persiapan Alat dan Bahan :
• Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidifier
• Nasal kateter, kanula, atau masker
• Vaselin,/lubrikan atau pelumas (jelly)
Prosedur Kerja :
• Cuci tangan
• Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
• Cek flowmeter dan humidifier
• Hidupkan tabung oksigen
• Atur posisi semifowler atau posisi yang telah disesuaikan dengan kondisi pasien
• Berikan oksigen melalui kanula atau masker
• Apabila menggunakan kateter, ukur dulu jarak hidung dengan telinga, setelah itu berikan
lubrikan dan masukkan
• Catat pemberian dan lakukan observasi pada pasien
• Cuci tangan Anda

d. Fisioterapi dada
Fisioterapi dada merupakan tindakan melakukan postural drainage, clapping, dan vibrating
pada pasien dengan gangguan system pernapasan untuk meningkatkan efisiensi pola
pernapasan dan membersihkan jalan napas.
Tujuan fisioterapi dada adalah :
• Meningkatkan efisiensi pola pernafasan
• Membersihkan jalan nafas
Persiapan Mat dan Bahan :
• Pot sputum berisi desinfektan
• Kertas tisu
• Dua balok tempat tidur (untuk postural drainage)
• Satu bantal (untuk postural drainage)
Prosedur Kerja fisioterapi dada antara lain sebagai berikut :
1. Postural drainage
merupakan tindakan dengan menempatkan pasien dalam berbagai posisi untuk mengalirkan
sekret di saluran pernafasan. Tindakan postural drainase diikuti dengan tindakan clapping
(penepukan) dan vibrating (vibrasi/getaran).
• Cuci tangan
• Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan
• Miringkan pasien kekiri (untuk membersihkan bagian paru-paru kanan)
• Miringkan pasien kekanan (untuk membersihkan badian paru-paru kiri)
• Miringkan pasien ke kiri dengan tubuh bagian belakang kanan disokong satu bantal (untuk
membersihkan bagian lobus tengah)
• Lakukan postural drainage ± 10-15 menit
• Observasi tanda vital selama prosedur
• Setelah pelaksanaan postural drainage, dilakukan clapping, vibrating, dan suction
• Lakukan hingga lender bersih
• Catat respon yang terjadi pada pasien
• Cuci tangan

 
 
MATERI 6
Eliminasi Bowel

A. Pengertian Eliminasi Bowel


Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau
bowel (feses).Secara normal, makanan & cairan masuk kedalam mulut, dikunyah (jika padat)
didorong ke faring oleh lidah dan ditelan dengan adanya refleks otomatis, dari esofagus
kedalam lambung. Pencernaan berawal dimulut dan berakhir diusus kecil walaupun cairan
akan melanjutkannya sampai direabsorpsi di kolon.
B. Anatomi dan Fisiologi Eliminasi Feses
Saluran gastrointestinal bagian atas
Makanan yang masuk akan dicerna secara makanik dan kimiawi di mulut dan di
lambung dengan bantuan enzim, asam lambung. Selanjutnya makanan yang sudah dalam
bentuk chime di dorong ke usus halus.
Saluran gastrointestinal bawah meliputi usus halus dan usus besar, yaitu :
Usus halus terdiri dari deudonum, jejunum, dan ileum yang panjangnya kira-kira 6 meter
dan diameter 2,5 cm.
Usus besar terdiri dari secum, kolon, dan rectum yang kemudian bermuara pada
anus.  Panjang usus besar kira-kira 1,5 meter dan diameter kira-kira 6 cm.
Usus menerima zat makanan yang sudah berbentuk chime (setengah padat) dari lambung
untuk mengabsorbsi air, nutrient, dan elektrolit. Usus sendiri mengsekresi mucus, potassium,
bikarbonat, dan enzim.
Chime bergerak karena adanya peristaltic usus dan akan berkumpul menjadi feses si usus
besar. Dari makan sampai mencapai rectum normalnya diperlukan waktu 12 jam. Gerakan
kolon terbagi menjadi 3 bagian, yaitu :                                                                                  
1)      Haustral shuffing : Gerakan mencampur chime untuk membantu absorbsi air.
2)      Kontraksi haustral : Gerakan untuk mendorong materi cair dan semi padat sepanjang
kolon.
3)      Gerakan peristaltic : Berupa gelombang, gerakan maju ke anus.
C.    Proses Defekasi
Defekasi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme berupa feses
dan flatus yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus.
Dalam proses defakasi ada dua macam refleks :
1). Refleks defeksi intrinsic
Berawal dari feses yang masuk ke rectum sehingga terjadi distensi rectum, yang
kemudian menyebabkan rangsangan pada fleksus mesentrikus dan terjadilah gerakan
periltastik. Setelah feses tiba di anus, secara sistematis spinter interna relaksasi maka
terjadilah defekasi.
2). Refleks defekasi parasimpatis
Feses yang masuk ke rectum akan merangsang saraf rectum yang kemudidan diteruskan
ke spinal cord kemudian dikembalikan ke kolon desenden, sigmoid dan rectum yang
menyebabkan intensifnya periltastik, relaksasi spinter internal, maka terjadilah defekasi.
D. Karakteristik Feses Normal    
Feses terdiri dari 75% air dan 25% materi padat. Feses normalnya berwarna coklat
karena pengaruh sterkobilin, mobilin, dan aktivitas bakteri. Bau khas pengaruh
mikroorganisme. Konsistensi lembek namun berbentuk.
Karakteristik gas (flatus) normal
Gas yang dihasilkan dalam proses pencernaan normalnya 7-10 liter  jam. Jenis gas yang
terbanyak adalah CO2. metana, H2S, O2, dan nitrogen.
E.     Susunan Feses   
 Bakteri yang umumnya sudah mati
 Lepasan epitelium dari usus
 Sejumlah kecil zat nitrogen terutama musin (mucus)
 Garam terutama kalsium fosfat
 Sedikit zat besi dari selulosa
 Sisa zat makanan yang tidak dicerna dan air (100 ml)
F.     Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Defekasi
a).    Usia
Pada bayi kontrol defekasi belum berkembang, sedangkan pada lanjut usia kontrol
defekasi menurun
b).    Diet
Banyaknya makanan yang dikonsumsi akan mempengaruhi defekasi dan makanan
berserat akan mempercepat produksi feses.
c).    Asupan Cairan
Cairan mengencerkan isi usus, memudahkan bergerak melalui kolon. Asupan cairan
yang menurun memperlambat pergerakan makanan yang melalui usus.
d).    Aktivitas fisik
Gerakan periltastik akan memudahkan bahan feses bergerak sepanjang kolon.
e).     Anestesi dan pembedahan
Anestesi umum dapat menghalangi implus parasimpatis, sehingga kadang-kadang
dapat menyebabkan ileus usus.                                                              
f).     Iritan
Zat seperti makanan pedas, toxin bakteri dan racun dapat mengiritasi saluran intestinal
dan menyebabkan diare dan sering menyebabkan flatus.
g).     Faktor Psikologi
Apabila individu megalami kecemasan, ketakutan, atau marah, muncul respon stres,
yang memungkinkan tubuh membuat pertahanan. Untuk meyediakan nutrisi yang dibutuhkan
dalam upaya pertahanan tersebut, proses pencernaan dipercepat dan peristaltik meningkat.
h).      Kebiasaan Pribadi
i).      Posisi Selama Defekasi
Posisi jongkok merupakan posisi yang normal saat melakukan defekasi. Toilet moderen
dirancang untuk menfasilitasi posisi ini, sehaingga memungkinkan individu untuk duduk
tegak kearah depan, mengeluarkan tekanan intraabdomen dan mengontraksi otot – otot
pahanya.
j).      Nyeri
Klien sering kali mensupresi keinginannyan untuk berdifikasi guna menghindari rasa
nyeri yang mungkin akan timbul akibat kondisi yang abnormal.
k).     Kehamilan
Wanita hamil yang sering megeden selama defikasi dapat menyebabkan terbentuknya
hemoroid yang permanen.
l).       Obat – obatan
G.    Masalah-Masalah Umum pada Eliminasi Feses
1). Konstipasi
Merupakan gangguan eliminasi yang disebabkan adanya feses yang kering dan keras melalui
usus besar.
Penyebab konstipasi :
a.  Pola BAB yang tidak teratur.
b.  Penggunaan laksatif yang berlebihan.
c.  Peningkatan stress psikologis.
d.  Ketidaksesuaian diet.
e.   Obat-obatan.
f.    Latihan yang tidak cukup.
2). Impaksi feses (tertahannya feses)
Impaksi feses dapat didefenisikan sebagai suatu massa atau kumpulan yang mengeras,
feses seperti dempul pada lipatan rektum. Impaksi terjadi pada retensi yang lama dan
akumulasi dari bahan-bahan feses. Pada impaksi yagn gawat feses terkumpul dan ada di
dalam colon sigmoid.
Tanda-tanda impaksi :
a.  Diare.
b.  Kotoran yang tidak normal.
c.   Cairan  merembes keluar feses sekeliling dari massa yang tertahan.
1).    Diare
Keluarnya feses cairan dan meningkatnya frekuensi buang air besar akibat cepatnya
chime melewati usus besar, sehingga usus besar tidak memilki waktu cukup untuk  menyerap
air. Penyebab diare yaitu :
a.  Stress fisik
b.  Obar-obatan
c.   Alergi
d.   Penyakit kolon
e.    Iritasi intestinal
2).    Kembung
Flatus yang berlebihan di daerah intestinal sehingga menyebabkan distensi intestinal.
Penyebab kembung yaitu :
a.       Konstipasi
b.      Penggunaan obat-obat
c.       Mengonsumsi makanan yang banyak mengandung gas
3).     Hemorroid
Merupakan pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan di
daerah tersebut.Penyebab hemorroid yaitu :
a.       Konstipasi kronis
b.      Peregangan maksimal saat defekasi
c.       Kehamilan
d.      Obesitas
MATERI 7
“Konsep Dasar Pemenuhan Nutrisi”

 Kebutuhan Nutrisi
Sistem yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah system pencernaan
san organ asesoris. Saluran pencernaan dimulai dari mulut sampai usus halus bagian
distal, sedangkan organ asesoris terdiri dari hati, kantong empedu, dan pankreas.
SALURAN PENCERNAAN :
 MULUT merupakan bagian awal dari saluran pencernaan yang terdiri atas duan
bagian yaitu luar(vestibula), yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir, dan pipi, dan bagian
dalam yang terdiri dari rongga mulut.
 FARING DAN ESOPHAGUS, faring merupakan bagian saluran pencernaan yang
terletak di belakang hidung, mulut, dan laring. Faring berbentuk kerucut dengan
bagian terlebar di bagian atas yang berjalan hingga vertebrae servikal keenam. Faring
langsung berhubungan dengan esophagus, sebuah tabung yang memiliki otot dengan
panjang kurang lebih 20-25 cm yang terletak di belakang trachea dan di depan tulang
punggung, kemudian masuk melalui toraks menembus diafragma yang berhubungan
langsung dengan abdomen dan menyambung dengan lambung. Esophagus merupakan
bagian yang menghantarkan makanan dari faring menuju lambung, bentuk seperti
silinder yang berongga, panjang 2cm. Kedua ujungnya di lindungi oleh sphincter.
 LAMBUNG merupakan bagian saluran pencernaan yang terdiri atas(fundus), bagian
utama, dan bagian bawah yang horizontal(pilorik). Lambung berhubungan langsung
dengan esophagus melalui orifisium kardia dan dengan duodenum melalui orifisium
pilorik, lambung terletak di bawah diafragma dan di depan pancreas.
Fungsi lambung : 1) fungsi motoris adalah menampung makanan, mencegah makanan
menjadi partikel kecil, dan mencampurnya dengan asam lambung. 2) fungsi sekreasi
dan pencernaan adalah mensekresi pepsinogen rennin, dan lipase. Pepsinogen
diaktifkan oleh HCI menjadi pepsin yang dapat memecah protein menjadi proteosa an
peptone.
 USUS HALUS terletak di daerah umbilicus dan dikelilingi oleh usu besar. Usus halus
merupakan tabung berlipat-lipat dg panjang 2,5 m dalam keadaan hidup. Pada dinding
usus halus(mukosa) terdapat beberapa nodula jaringan lifma yang disebut kelenjar
soliter yang berfungsi sbg pelindung terhadap infeksi. Fungsi usus halus adalah
mencerna dan mengabsorpsi chime dari lambung.
 USUS BESAR(KOLON) merupakan kelanjutan dari usus halus, mulai dari katup
ileokolik atau ileosaekal sebagai tempat lewatnya maknan, fungsi usus besar adalah
mengabsorsi air 90%, elektrolik, vitamin, dan sedikit glukosa.

ORGAN ASESORIS
1. Hati, merupakan kelenjar terbesar didalam tubuh
2. Kantong empedu, sebuah kantong yang terletak dibawah kanan hati atau lekukan
permukaan bawah hati sampai di pinggiran depan yang memiliki panjang 8-12 cm,
dengan kapasitas 40-60 cm3.
3. Pankreas, kelenjar yang strukturnya sama dengan kelenjar ludah dengan memiliki
panjang 15cm.
ZAT GIZI merupakan zat yang terdapat didalam makanan, yang terdiri atas :
1. Karbohidrat
2. Lemak
3. Protein
4. Mineral
5. Vitamin
6. Air

KESEIMBANGAN ENERGI LAIN


 ENERGI merupakan kapasitas untuk melakukan sebuah kativitas yang dapat di ukur
melalui pembentukan panas, energi pada manusia dapat diperoleh dari berbagai
asupan zat gizi. Tubuh memerlukan keseimbangan energi untuk melakukan sebuah
aktivitas
 Rumus KKB = Berat Badan Ideal x 10
KKB = kebutuhan kalori basah

METABOLISME BASAL
A. Diet Wanita Hamil, pada wanita, masa hamil merupakan saat dimana zat gizi
diperlukan dalam jumlah yang banyak, asupan zat gizi tersebut digunakan untuk
memenuhi kebutuhan ibu dan juga untuk tumbuh kembang janin dalam kandungan.
B. Diet Ibu Menyusui juga memerlukan asupan gizi yang baik agar dapat menghasilkan
air susu dalam jumlah yang maksimal.

GANGGUAN ATAU MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN NUTRISI


1. Obesitas merupakan peningkatan berat badan yang melebihi 20% batas normal
2. Malnutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan kekurangan gizi pada
tingkat seluler atau dapat dikatakan sbg masalah asupan yang tidak sesuai dengan
kebutuhan tubuh.

FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI


a) Pengetahuan, rendahnya pengetahuan tentang manfaat makanan dapat memengaruhi
pola konsumsi makan
b) Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan
c) Kebiasaan, yang merugikan atau pantangan terhadap makanan tertentu
d) Kesukaan yang berlebihan terhadap sesuatu jenis makanan dapat mengakibatkan
kurangnya variasi makanan
e) Ekonomi, penyediaan makanan yang bergizi membutuhkan dana yang tidak sedikit.

TINDAKAN UNTUK MENGATASI MASALAH PEMENUHAN KEBUTUHAN


NUTRISI
1) Pemberian nutrisi melalui oral
2) Pemberian nutrisi parenteral(NGT/pipa lambung).

Anda mungkin juga menyukai