Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

FOUNDATION OF NURSING I
(Teori Maslow, Teori Henderson, dan Teori Gordon)

KELOMPOK 1
Tiara Gita Putri 105070204131002 K3LN'10
Awaliya Ramadhan 105070207131005 K3LN'10
Dwi Nila Anggraeni K3LN'10
Aliyah Adek Rahmah 105070200111024 REG'10
Mohamad Taji 105070200111035 REG'10
Asmawati Fitriana J 115070201111005 REG1'11
Atika Dyah Setyaningati 115070201111013 REG1'11
Shinta Ardiana P 115070201111021 REG1'11
Nur Anisa 115070201111031 REG1'11
Yepy Hesti Riani 115070207131007 K3LN’11

JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2013
BAB I
LATAR BELAKANG

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang diperlukan


oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis (ksigen,
cairan, nutrisi, eliminasi, dll) maupun psikologis, yang tentunya bertujuan
untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Walaupun setiap
individu mempunyai karakteristik yang unik, kebutuhan dasarnya sama.
Perbedaannya hanya terdapat pada bagaimana cara pemenuhan
kebutuhan dasar tersebut. Namun, setiap manusia pada hakikatnya
mempunyai dua macam kebutuhan dasar yaitu kebutuhan yang berbentuk
materi dan nonmateri.
Karakteristik kebutuhan dasar manusia
Untuk mengetahui kebutuhan dasar manusia, maka terdapat hal
yang perlu diperhatikan oleh setiap perawat terkait dengan karakteristik
kebutuhan dasar manusia. Karakteristik tersebut antara lain:
1. Manusia memiliki kebutuhan dasar yang sama, walaupun setiap
orang memiliki latar belakang sosial, budaya, persepsi, dan
pengetahuan yang berbeda.
2. Umumnya pemenuhan kebutuhan dasar setiap manusia sesuai
dengan tingkat prioritasnya. Kebutuhan dasar yang harus segera
dipenuhi merupakan kebutuhan dasar dengan prioritas yang paling
utama.
3. Sebagai pemenuhan kebutuhan dasar dapat ditunda walaupun
umumnya harus dipenuhi.
4. Kegagalan pemenuhan salah satu kebutuhan dasar dapat
mengakibatkan kondisi yang tidak seimbang (disekulibrium)
sehingga menyebabkan sakit
5. Munculnya keinginan pemenuhan kebutuhan dasar dipengaruhi
oleh stimulus internal maupun eksternal. Misalnya kebutuhan untuk
minum.
6. Berbagai kebutuhan dasar akan saling berhubungan dan
berpengaruh pada manusia. Misalnya, kebutuhan makan akan
diikuti dengan kebutuhan minum.
7. Ketika timbul keinginan terhadap suatu kebutuhan, maka individu
akan berusaha untuk memenuhinya.

Faktor yang mempengaruhi kebutuhan dasar manusia


Kebutuhan dasar manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor berikut:
1. Penyakit
Adanya penyakit dalam tubuh dapat menyebabkan perubahan
pemenuhan kebutuhan, baik secara pisiologis maupun psikologis,
karena beberapa fungsi organ tubuh memerlukan pemenuhan
kebutuhan lebih besar dari biasanya.
2. Hubungan keluarga
Hubungan keluarga yang baik dapat meningkatkan pemenuhan
kebutuhan dasar karena adanya saling percaya, merasakan
kesenangan hidup, tidak ada rasa curiga, dll
3. Konsep diri
Konsep diri manusia memiliki peran dalam pemenuhan kbutuhan
dasar. Konsep diri yang positif memberikan makna dan kebutuhan
(wholeness) bagi seseorang. Konsep diri yang sehat menghasilkan
perasaan positif terhadap diri. Orang yang merasa positif tentang
dirinya akan mudah berubah, mudah mengenali kebutuhan dan
mengembangkan cara hidup yang sehat, sehingga mudah
memenuhi kebutuhan dasarnya.
4. Tahap perkembangan
Sejalan dengan meningkatnya usia, manusia mengalami
perkembangan. Setiap tahap perkembangan tersebut memiliki
kebutuhan yang sangat berbeda, baik kebutuhan biologis,
psikologis, sosial, maupun spiritual, mengingat berbagai fungsi
organ tubuh juga mengalami proses kematangan dengan aktivitas
yang berbeda.
BAB II
ISI
1. TEORI MASLOW
1.1. Hierarkie kebutuhan dasar manusia ( teori Maslow)

Teori kebutuhan dasar yang di kemukakan oleh Maslow adalah


teori yang paling sering digunakan di kalangan profesi keperawatan. Pada
tahun 1970 Maslow mengungkapkan bahwa terdapat lima hierarkie
kebutuhan dasar manusia (five hierarchy of needs ), yaitu kebutuhan
fisiologis; kebutuhan keselamatan dan keamanan; kebutuhan mencintai
dan dicintai; kebutuhan harga diri; serta kebutuha aktualisasi diri. Dimana
pemenuhan berbagai kebutuhan tersebut didorong oleh dua kekuatan
( motivasi ) yakni motivasi kekurangan ( deficiency motivation ) dan
motivasi pertumbuhan/perkembangan ( growth motivation ). Motivasi
kekurangan bertujuan untuk mengatasi masalah ketegangan manusia
karena berbagai kekurangan yang ada. Misalnya, lapar akan mendorong
seseorang untuk memenuhi kebuthan nutrisiya; haus untuk memenuhi
kebutuhan elektrolit dan cairan tubuh; dan sebagainya. Sedangkan
motivasi pertumbuhan/perkembangan didasarkan atas kapasitas setiap
manusia untuk tumbuh dan berkembang.Kapasitas tersebut merupakan
pembawaan setiap manusia.Kapasitas itu pula yang dapat mendorong
manusia mencapai tingkat hierarkie kebutuhan yang paling tinggi yaitu
aktualisasi diri.

Adapun Hierarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut :


a. Kebutuhan fisiologis ( Physiological Needs )
Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang sangat primer dan
mutlak harus dipenuhi untuk memelihara homeostasis biologis dan
kelangsungan kehidupan bagi setiap manusia. Kebutuhan ini merupakan
syarat dasar, apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi maka dapat
mempengaruhi kebutuhan yang lain. Sebagai contoh :
1. seseorang yang tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen dapat
mengakibatkan dia tidak akan mampu memenuhi kebutuhan yang
lain, misalnya makanan atau beraktivitas.
2. Dalam bidang keperawatan, perawat membantu klien pada setiap
tingkat umur untuk memenuhi kebutuhan fisiologis mereka.

Pemenuhan kebutuhan fisiologis bersifat lebih mendesak untuk


didahulukan daripada kebutuhan-kebutuhan lain yang ada pada tingkat
yang lebih tinggi.Kebutuhan fisiologis meliputi oksigen, cairan, nutrisi,
eliminasi, istirahat, tidur, terbebas dari rasa nyeri, pengatran suhu tubuh,
seksual, dan lain sebagainya. Apabila kebutuhan fisiologis sudah
terpenuhi, maka seseorang akan bersaha untuk emenuhi kebutuhan lain
yang lebih tinggi dan begitu seterusnya.

b. Kebutuhan keselamatan dan keamanan ( Self Security Needs )


Kebutuhan akan keelamatan dan keamanan adalah kebutuhan untuk
melindungi diri dari berbagai bahaya yang mengancam, baik terhadap fisik
maupun psikososial. Ancaman terhadap keselamatan dan keamanan fisik
seseorang dapat dikategorikan kedalam ancaman mekanik, kimia, termal
dan bakteri.Kebutuahn keselamatan dan keamanan berkenaan dengan
konteks fisiologis dan hubungan interpersonal.
1) Konteks fisiologis
Keselamatan dan keamanan dalam konteks secara fisiologis
berhubungan dengan seseuatu yang mengancam tubuh seseorang dan
kehidupannya. Ancaman ini dapat terjadi secara nyata atau hanya
imajinasi seperti penyakit, nyeri, cemas, dan lain sebagainya. Terkadang
klien kurang menyadari bahaya yang dapat mengancam dirinya saat
dirawat dirumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan lainnya, untuk itu
menjadi tugas seorang perawat untuk menyadari situasi yang mungkin
dapat membuat klien cedera.
2) Konteks interpersonal
Dalam konteks interpersonal, keselamatan dan keamanan seseorang
tergantung pada banyak factor seperti kemampuan berkomunikasi;
kemampuan untuk mengontrol dan mengatasi masalah; kemampuan
untuk mengerti; kemampuan untuk konsisten menjaga tingkah laku yang
berhubungan dengan orang lain; serta mengenal orang-orang disekitarnya
dan lingkungan.

Sebagai contoh :
1. Seseorang membangun rumah untuk melindungi diri dari hujan
panas memenuhi kepuasan untuk dirinya
2. Saat indonesia di jajah kita melawan penjajah tersebut dan
akhirnya merdeka karena saat terjajah kita tidak merasa amanan.

c. Kebutuhan mencintai dan dicintai ( Love and Belongingness Needs )


Kebutuhan cinta adalah kebutuhan dasar yang menggambarkan
emosi seseorang. Kebutuhan ini merupakan suatu dorongan di mana
seseorang berkeinginan untuk menjalin hubungan yang bermakna secara
efektif atau hubungan emosional dengan orang lain. Dorongan ini akan
menekan seseorang sedemikian rupa, sehingga ia akan berupaya
semaksimal mungkin untuk mendapatkan pemenuhan kebutuhan akan
cinta kasih dan perasaan memiliki. Kebuthan akan mencintai dan dicintai
in sagat besar pengaruhnya terhadap kepribadian seseorang terutama
untuk seorang anak. Cinta berhubungan dengan emosi, bukan dengan
intelektual. Perasaan lebih berperan dalam cinta daripada proses
intelektual. Walaupun demikian, cinta dapat diartikan sebagai keadaan
untuk saling mengerti secara dalam dan menerima sepenuh hati.Setiap
individu, termasuk klien yang dirawat oleh perawat, memerlukan
terpenuhinya kebutuhan mencintai dan dicintai.Klien merupakan individu
yang berada dalam kondisi ketidakberdayaan karena sakit yang
dialaminya.Pada kondisi ini diperlukan sentuhan perawat yang dapat
memberikan kedamaian dan kenyamanan.Oleh karena itu, setiap perawat
harus memiliki pemahaman yang benar mengenai konsep dalam
pemenuhan kebutuhan mencintai dan dicintai. Ada beberapa konsep
tentang mencintai dan diintai yang harus dipahami oleh setiap perawat,
diantaranya yaitu :
1) Cinta adalah dukungan
Konsep ini memberikan makna bagi perawat bahwa klien yang dirawat
membutuhkan adanya dukungan terhadap kesembuhannya.Dukungan
yang diberikan perawat dapat dilakukan melalui intervensi keperawatan,
misalnya denga memberikan motivasi untuk membangkitkan semangat
hidupnya.Selain dukungan perawat, klien juga sangat membutuhkan
dukungan keluarga, dalam hal ini perawat dapat menjalankan perannya
sebagai fasilitator yang memfasilitasi klien dengan keluarganya. Selain itu,
perawat perlu melibatkan peran serta keluarga dalam pemberian asuhan
keperawatan terhadap klein.
2) Cinta adalah ketulusan
Konsep ini memeberikan landasan bagi perawat bahwa perawat harus
tulus dan ikhlas tanpa mengharapkan imbalan dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan.Ketulusan ini diwujudkan dengan sikap perawat yang tidak
membeda-bedaka dalam melayani seluruh pasien/kliennya.
3) Cinta adalah perhatian
Konsep ini selaras dengan hakikat keperawatan yaitu care, yang
artinya keperawatn merupakan profesi yang memiliki perhatian dan
kepedulian yang tinggi terhadap manusia. Klien yang dirawat akan
diberikan asuhan keperawatan dengan penuh perhatian. Bentuk dari
perhatian perawat adalah salah satunya yaitu kehadiran perawat sebagai
helper.

d. Kebutuhan harga diri ( Self Esteem Needs )


Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang
diperoleh engan menganalisis seberapa baik perilaku seseorang sesuai
dengan deal diri ( Stuart dan Sundeen. 1998 ). Menurut hierarkie
kebutuhan manusia seseorang dapat menapai kebutuhan harga diri bila
kebutuhan terhadap mencintai dan dicintai telah terpenuhi.Terpeuhinya
kebutuhan harga diri seseorang tmpak dari sikap penghargaan dirinya
terhadap dirinya sendiri, dimana merujuk pada pengormatan diri dan
pengakuan diri. Dengan demikian untuk memiliki harga diri yang positif,
seseorang harus harus menghargai apa pun yang telah dilakukan dan
yang akan dilakukan serta harus yakin bahwa apa yang dilakukan benar.
Selain itu, orang tersebut juga hars merasa dibutuhkan dan berguna bagi
orang lain serta lingkungannya. Pencapaian harga diri yang positif
bergantung pada kemampuan pemenuhan kebutuhan dasar yang lain.
Selain itu, harga diri juga dipengaruhi oleh perasaan ketergantungan dan
kemandirian seseorang. Sebagai contoh, harga diri seseorang dapat
menurun pada orang yang sedang sakit karena mempunyai
ketergantungan yang besar terhadap orang lain. Sebaliknya, harga diri
seseorangpun akan meningkat apabila tingkat kemandiriannya besar. Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perawat dalam memenuhi
kebutuhan harga diri klien, yaitu :
1) Setiap klien butuh pengakuan atas dirinya dari orang lain. Oleh karena
itu, setiap tindakan yang akan dilakukan perawat harus
dikomunikasikan lebih dulu dan memberikan penghargaan atas
kemajuan serta kerjasama klien sekecil apapun hasilnya
2) Sikap perawat dala berinteraksi dengan klien harus menunjukkan
professionalismenya dan menempatkan klien sebagai guru. Hal
tersebut disebabkan perawat banyak belajar dari tiap kasus dan
karakteristik klien
3) Seseorang yang memiliki harga diri yang baik akan memiliki
keperayaan siri yang baik pula, sehingga ia akan lebih produkif. Harga
diri yang seht dan stabil tumbuh dari penghargaan yang wajar/sehat
dai orang lain, bukan karena keturunan, ketenaran, ataupu sanjungan
yang hampa.

e. Kebutuhan aktualisasi diri ( Self Actualization Needs )


Kebutuhan aktulisasi diri adalah tingkatan kebtuhan yang paling tinggi
menurut Maslow dan Kalish.Oleh karenana untuk mencapai kebutuhan
aktualisasi diri ini banyak hambatan yang harus dilalui. Secara umum
hambatan-hambatan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis,
yaitu :
1) Hambatan internal
Hambatan internal adalah hambatan yang dating dari dalam diri
seseorng sendiri, seperti ketidaktahuan akan potensi diri serta perasaan
ragu dan takut mengungkapkan potensi diri, sehingga otensinya terus
terpendam
2) Hambatan eksternal
Hambatan ksternal adalah hambatan yang berasal dari luar diri
seseorag, seperti buadaya masyarakat yang tidak mendukung upaya
aktualisasi potesi diri seseorang karena perbedaan karakter.Pada
kenyataannya lingkungan masyarakat tidak sepenuhnya menunjang
upaya aktualisasi diri warganya.Jadi, factor lingkungan di masyarakat
berpengaruh terhadap upaya mewujudkan aktualisasi diri.Artinya,
aktualisasi diri dapt dilakukan jika lingkungannya mendukung.Hal tersebut
berarti bahwa potensi seseorang sepenuhnya telah tercapai apabila
seseorang telah mencapai aktualisasi diri secara penuh.
Aktualisasi diri merupakan kemampuan seseorang untuk mengatur diri
sendiri sehingga bebas dari berbagai tekanan, baik yang berasal dalam
diri maupun di luar diri.Kemampuan seseorang membebaskan diri dari
tekanan internal dan eksternal dalam pengaktualisasian dirinya
menunjukkan bahwa orang tersebut telah mencapai kematangan diri. Tidk
semua orang dapat mencapai aktualisasi diri secara penuh, hal ini
disebabkan oleh terdapatnya dua kekuatan yang saling tarik-menarik
didalam diri seseorang dan akan selalu mempengaruhi sepanjang
hidupnya. Kekuatan yang satu mengarah pada pertahanan diri, sehingga
yang muncul adalah rasa takut salah atau tidak percaya diri, takut
menghadapi risiko terhadap keputusan yang akan diambil, mengagungkan
masa lalu dengan mengabaikan masa sekarng dan mendatang, ragu-ragu
dalam mengambil keputusan/bertindak, dan sebagainya. Sedangkan
kekuatan yang lainnya adalah kekuatan yang mengarah pada keutuhan
diri dan terwujudnya selutuh potensi diri yang dimiliki, sehingga yang
muncul adalah kepercayaan diri dan penerimaan diri secara
penuh.Berdasarkan teori Maslow mengenai aktualisasi diri, terdapat
asumsi dasar bahwa manusia pada hakikatnya memiliki nilai interistik
berupa kebaikan.Dari sinilah mnusia memiliki peluang untuk
mengembangkan dirinya, yang didasari oleh growth motivation. Dalam
proses pertumbuhannya, manusia dihadapkan pada dua pilihan bebas
yakni pilihan untuk maju ( progressive choice ) atau pilihan untuk mundur (
regressive choise ). Pilihan-pilihan tersebut akan menentukan arah
perjalanan hidup manusia, mendekat atau menjauh dari aktualisasi diri.
Apabila progressive choise yang lebih mendominasi, maka orang tersebut
akan makin dekat dengan aktualisasi diri. Tetapi bila sebaliknya, maka
akan menjauhkannya dari aktualisasi diri. Menurut Maslow pada tahun
1970 ada beberapa karakteristik yang menunjukkan seseorang mencapai
aktualisasi diri, diantaranya yaitu :
1) Mampu melihat realitas secara lebih efisien
Karakteristik ini akan membuat seseorang untuk mampu mengenali
kebohongan, kecurngan, dan kepalsuan yang dilakukan orang lain, serta
mampu menganalisis secara kritis, logis, dan mendalam terhadap segala
fenomena alam dan kehidupan. Karateristik ini juga menimbulkan sikap
yang objektif. Seseorang akan mampu mendengarkan apa yang
seharsnya didengarkan. Ketajaman pengamatan terhadap realitas
kehidupan akan menghasilkan pola piker yang cemerlang menerawang
jauh ke depan tanpa dipengaruhi oleh kepentingan atau keuntungan
sesaat
2) Penerimaan terhadap diri sendiri dan orang lain apa adanya
Seseorang yang telah engaktualisasikan dirinya akan melihat orang
lain seperti mlihat dirinya sendiri yang penuh dengan kekurangan dan
kelebihan. Sifat ini akan menghasilkan sikap toleransi yang tinggi terhadap
orang lain serta kesabaran yang tinggi dalam meneria diri sendiri dan
orang lain. Ia akan membuka diri terhadap kritikan, saran, ataupun
nasehat dari orang lain terhadap dirinya
3) Spontanitas, kesederhanaan dan kewajaran
Seseorang yang mengaktualisasikan diri denga benar ditandai dengan
segala tindakan, perilaku, dan gagasannya dilakukan secara spontan,
wajar dan tidak dibuat-buat. Dengan demikian, apa yang ia lakukan tidak
pura-pura. Sifat ini akan melahirkan sikap yang lapang dada terhdap apa
yang enjadi kebiasaan masyarakatnya asal tidak bertentangan dengan
prinsipnya yang paling utama. Namun apabila prinsip yang ada di
masyarakat bertentangan dengan prinsip yang dianutnya, maka ia dapat
mengemukakannya dengan cara asertif
4) Terpusat pada persoalan
Seseorang yang mengaktualisasikan diri seluruh pikiran, perilaku dan
gagasannya bukan didasarkan untuk kebaikan dirinya sendiri saja, namun
didasarkan atas apa kebaikan dan kepntingan yang dibutuhkan oleh umat
manusia. Dengan demikian, segala pikiran, perilaku, dan gagasannya
terpusat pada persoalan yang dihadapi oleh umat manusia, bukan
persoalannya yang bersifat egois
5) Membutuhkan kesendirian
Pada umumnya seseorang yang telah mencapai aktualisasi diri
cenderug untuk memisahkan diri, hal ini didasarkan atas persepsinya
mengenai sesuatu yang dianggap benar.Sikapnya yang demikian
membuatnya tenang dan logis dalam menghadapi masalah.Ia senantiasa
menjaga martabat dn harga dirinya. Sifat memisahkan diri ini terwujud
dalam otonomi pengambilan keputusan, yang mana keputusan yang
diambil merupakan keputusan yang independen dan tidak terpengaruh
oleh orang lain. Orang tersebut juga akan bertanggung jawab terhadap
segala keputusan/kebijakan yang diambil.
6) Otonomi; kemandirian terhadap kebudayaan dan lingkungan
Seseorang yang sudah mencapai aktualisasi diri, tidak akan
menggantungkan diri pada lingkungannya, ia dapat melakukan apasaja
dan dimana saja tanpa dpengaruhi oleh lingkungan ( situasi dan kondisi )
yang ada disekitarnya. Kebutuhan terhadap orang lain tidak bersifat
ketergantungan, sehingga pertumbuhan dan perkembangan dirinya lebih
optimal
7) Kesegaran dan apresiai yang berkelanjutan
Merupakan manifestasi dari rasa syukur yang dimiliki pada seseorang
yang mampu mengaktualisasikan dirinya.Ia akan diselimuti perasaan
senang, kagum, dan tidak bosan terhadap segala apa yang ia miliki.
Implikasinya adala ia mampu untuk mengapresiasikan segala apa yang
dimilikinya
8) Kesadaran social
Seseorang yang mampu untuk mengaktualisasikan dirinya, jiwanya
akan diliputi oleh perasaan empati, iba, kasih saying, dan ingin membantu
orang lain. Dorongan ini akan memunculkan kesadarn social dimana ia
memiliki rasa untuk bermasyarakat dan menolong orang lain
9) Hubungan interpersonal
Seseorang yang mampu mengaktulisasikan diri mempunyai
kecendurungan untuk menjalin hubungan yang baik dengan orang lain.
Hubungan interpersonal ini tidak didasari oleh tendensi pribadi yang
sesaat, namu dilandasi oleh perasaan cinta, kasih saying, dan kesabaran.
10) Demokratis
Seseorang yang mampu mengaktualisasikan dirinya akan memiliki
sifat demokratis yang dimanifestasikan dengan perilaku yang tidak
membedaka orang lain berdasarkan golongan, etnis, agama, suku, dan
lainlain. Sifat demokratis ini lahir karena pada orang yang dapat
mengaktualisasikan diri tidak mempunyai perasaan rishi bergaul dengan
orang lain, juga karena sikapnya yang rndah hati sehingga ia senantiasa
menghormati orang lain.
11) Rasa humor yang bermakna dan etis
Seseorang yag dapat mengaktualisasikan diri idak akan tertawa
terhadap humor yang menghina, merendahkan, bahkan menjelekkan
orang lain, namun humor yang dimaksud adalah humor yang bukan hanya
menmbulkan tawa, tetapi sarat dengan makna dan nilai pendidikan.
Humornya benar-benar menggambarka hakikat manusiawi yang
menghormati dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
12) Kreativitas
Sikap kreativ merupakan karakteristik lain yang dimiliki oleh orang
yang dapat mengaktualisasikan dirinya, kreativ ini diwujudkan dalam
kemampuan melakukan inovasi-inovasi yang spontan, asli, tidak dibatasi
oleh lingkungan maupun orang lain
13) Independensi
Seseorang yang mampu mengaktualisasikan dirinya mampu
mempertahankan pendirian dan keputusan-keputusan yang ia ambl. Tidak
goyah atau terpengaruh oleh berbagai gnuncangan ataupun kepentingan
lain
14) Pengalaman puncak ( Peak Experience )
Seseorang yang mampu mengaktualisasikan diri akan memiliki
perasaan yang menyatu dengan alam, ia merasa tidak ada batas atau
sekat atara dirinya dan alam semesta. Sehingga ia akan memiliki sifat yag
jujur, ikhla, bersahaja, tulus hati, alami dan terbuka
Karakter-karakter tersebut adalah cermnan seseorang yang berada pada
pencapaian kehidupan yang prima ( peak experience ). Konsekuensinya
ia akan merasakan bersyukur pada Tuhan, orang tua,orang lain, lam dan
segala sesuatu yang menyebabkan keberuntungannya tersebut.

Apabila dikaji berdasarkan kosep manusia dalam perspektif


keperawatan yang memandang manusia sebagai makhluk holistic, maka
hierarkie kebutuhan dasar manusia tidak hanya lima, namun enam.
Dimana hierarkie ke enam adalah kebutuhan trasedental diri, dimana
seseorang memerlukan adanya kedekatan engan Tuhan. Kebutuhan
transdental diri ini merupakan puncak kesadaran eksistensi manusia
dimana secara fitrah manusia menyadari akan adanya Tuhan dan
memerlukan pertolongan-Nya. Dengan demikian, individu yang telah
mencapai level ini mengalami keseimbangan hidup dimana hidup bukan
hanya sekedar pemenuhan jasmani semata, tetapi unsur rohani pun
terpenuhi.

Sebagai contoh:

 Saat kita mengetahui bahwa minggu depan akan ada ulangan


maka kita akan belajar lebih agar mendapatkan kepuasan dalam
ujian dan mendapatkan nilai baik

2. TEORI HENDERSON
Teori kebutuhan dasar manusia Virginia Henderson :

A. Sumber – Sumber Teoritis untuk Pengembangan Teori


Pertama dia merevisi Textbook of the Principles an Practice of
Nursing dan pada tahun 1939. Henderson mengenalkan karyanya
untuk naskah ini sebagai sumber yang memuatnya menyadari
perlunya membuat jadi lebih jelas tentang fungsi dari keperawatan.
Sumber kedua adalah keterlibatannya sebagai anggota komisi pada
konferensi regional Nasional Nursing Council ditahun 1946. Ketiga,
penyelidikan selama lima tahun American Nurses’s Association
tentang fungsi perawat menarik perhatian Henderson yang belum
sepenuhnya memuaskan dengan definisi yang diadopsi oleh ANA di
tahun 1955.
NNIE W. GOODRICH adalah seorang dekan dari sekolah perawat
militer dimana Henderson memperoleh pendidikan dasar
keperawatannya dan menjadi inspirasi bagi Henderson.
CARPLINE STACPOLE adalah professor fisiologi pada Teacher’s
Collega Universitas Columbia ia mengingatkan Henderson tentang
pentingnya menjaga keseimbangan fisiologi. JEAN BROADHURST
adalah professor mikrobiologi di Teacher’s Collega tentang pentingnya
kesehatan (hygiene) dan penyucian hama berpengaruh kuat pada
Henderson. DR EDWARD THORNDKIE bekerja di Teacher’s Collega
bagian psikologi dia memimpin studi penelitian terhadap kebutuhan-
kebutuhan manusia. DR GEORGE DEAVER adalah ahli fisika di
Institute for the Crippled and Disabled dan rehabilitatif di institute
tersebut adalah membangun kembali kemandirian pasien (patient
independence).
BERTHA HARMER (perawat kanada), adalah penulis asli Textbook
of the Principles and Practice of Nursing yang di revisis oleh
Henderson. Definisi tahun 1922 “Nursing is rootedin the needs of the
humanity”(perawat berakar dari kebutuhan manusiawi). IDA
ORLANDO, Henderson menyebutnya Orlando sebagai salah satu
yang berpengaruh dalam konsepnya mengenai hubungan perawat –
pasien.

B. Penggunaan Bukti-bukti Empiris


Henderson menggabungkan prinsip-pronsip fisiologi dan psikologi
dalam konsepnya sendiri tentang nursing. Latar belakangnya dalam
bidang ini berasal dari persahabatannya dengan Stackpole dan
Thomidke selama studi sarjananya di Teacher’s Collega.
Stackpole mendasarkan kursus fisiologi pada dictum Cleude
Bernard bahwa kesehatan bergantung pada pemeliharaan getah
bening (lymph) yang konstan psikosomatik dan implikasinya terhadap
perawatan. Dia menyatakan “sangat jelas bahwa kesetimbangan
emosional tidak bisa dipisahkan dengan kesetimbangan fisiologi, saya
menyadari jika emosi merupakan interprestasi kita sesungguhnya atas
repon sel-sel terhadap fluktuasi komposisi kimiawi cairan – cairan sel.
Henderson mengenali teori – teori tepat yang didukung Throndike,
hanya karena semua itu melibatkan kebutuhan – kebutuhan mendasar
manusiawi. Meski Henderson tidak menyebut Maslow sebagai seorang
yang mempengaruhinya, dia menjelaskan teori motivasi manusianya
(human motivation). Maslow dalam Principles and Practice of Nursing
and Practice of Nursing Care edisi keenam ditahun 1978.
C. Konsep – Konsep Utama dan Definisi – Definisi Nursing
Henderson mendefinisikan nursing dari sisi fungsional : tugas unik
perawat adalah membantu seseorang sakit atau sehat dengan aksi –
aksinya dalam memberikan sumbangan bagi kesehatan atau
penyembuhan (atau kematian yang damai) yang akan mereka
kerjakan tanpa bantuan seandainya dia memiliki kekuatan, kehendak
atau pengetahuna. Dan melakukan hal ini dengan suatu cara untuk
membantunya meraih kemandirian secepat mungkin.
1. HEALTH, Henderson tidak menyatakan definisinya sendiri
mengenai tulisannya ia menyamakan kesehatan (health) dengan
kebebasan.
2. ENVIRONMENT, lagi-lagi Henderson tidak memberikan definisinya
tentang Environment dia menggunakan Webster’s New Coolegiate
Dictionary, 1961 yang mendefinisikan environment sebagai “the
aggregate of all the external conditions and influences affecting the
life and development of an organism. (kumpulan semua kondisi
exsternal dan pengaruh-pengaruh yang berdampak pada
kehidupan dan perkembangan organism).
3. PERSON (PATIENT), Henderson melihat pasien sebagai individu
yang membutuhkan bantuan untuk meraih kesehatan dan
kebebasan atau kematian yang damai.
4. Keperawatan
Dalam pemberian layanan kepada klien, terjalin hubungan antara
perawat dan klien. Menurut Henderson, hubungan perawat – klien
terbagi dalam tiga tingkatan, mulai dari hubungan sangat
tergantung hingga hubungan sangat mandiri.
a. Perawat sebagai pengganti (substitute) bagi pasien, pada
situasi pasien yang gawat, perawat berperan sebagai pengganti
(substitute) didalam memenuhi kekurangan pasien akibat
kekuatan fisik, kemampuan, atau kemampuan pasien yang
berkurang.
b. Perawat sebagai penolong (helper) bagi pasien, yaitu perawat
berfungsi untuk “melengkapi”. Setelah kondisi gawat berlalu dan
pasien berada pada fase pemulihan, perawat berperan sebagai
penolong (helper) untuk menolong atau membantu pasien
mendapatkan kembali kemandiriannya. Kemandirian ini sifatnya
relatif, sebab tidak ada satu pun manusia yang tidak bergantung
pada orang lain.
c. Perawat sebagai mitra (partner) bagi pasien yaitu perawat
berusaha keras saling bergantung demi mewujudkan kesehatan
pasien. Sebagai mitra (partner), perawat dan pasien bersama –
sama merumuskan rencana keperawatan bagi bagi pasien.
Meski diagnosisnya berbdea setiap pasien tetap memiliki
kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Hanya saja, kebutuhan
dasar tersebut dimodifikasi berdasarkan kondisi patologis dan
faktor lainnya, seperti usia, tabiat, kondisi, emosional, status
sosial atau budaya,, serta kekuatan fisik dan intelektual.
D. Kebutuhan – Kebutuhan
Henderson mengidentifikasi 14 kebutuhan dasar pasien, yang
terdiri dari komponen – komponen penanganan perawatan. Hal ini
termasuk kebutuhan untuk :
1. Bernafas secara normal
2. Makan dan minum yang cukup
3. Membuang kotoran tubuh
4. Bergerak menjaga posisi yang diinginkan
5. Tidur dan istirahat
6. Memilih pakaian yang sesuai
7. Menjaga suhu badan tetap dalam batas normal dengan
menyesuaikan pakaian dan mengubah lingkungannya
8. Menjaga tubuh tetap bersih dan terawatt dengan baik dan
melindungi integument
9. Mennghindari dari bahaya dalam lingkungan dan yang bisa melukai
10. Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengungkapkan emosi,
kebutuhan, rasa takut atau pendapat-pendapat
11. Beribadah sesuai keyakinan seseorang
12. Bekerja dengan suatu cara yang mengandung prestasi
13. Bermain atau terlibat dalam beragam bentuk kreasi
14. Belajar, mengetahui, atau memuaskan, rasa penasaranm yang
menuntun pada perkembangan normal dan kesehatan serta
menggunakan fasilitas-fasilitas kesehatan yang tersedia.
E. Asumsi – Asumsi Utama
Kita telah menyadari asumsi-asumsi berikut dari tulisan-tulisan
Henderson
1. Nursing
- Perawat memiliki tugas untuk membantu individu yang sakit
ataupun sehat
- Tugas-tugas perawat sebagai anggota suatu team medis
- Tugas-tugas perawat tidak tergantung dokter, tetapi
mengajukan rencanannya, bila dokter sedang mengunjungi
- Perawat banyak mengetahui baik dalam biologi maupun
social
- Perawat dapat menilai kebutuhan-kebutuhan dasar manusia
- 14 penanganan perawatan meliputi semua kemungkinan
tugas-tugas perawatan
2. Person
- Pasien harus memelihara fisiologi dan emosional
- Pikiran dan tubuh pasien tidak terpisahkan
- Pasien perlu bantuan untuk meraih kemandirian
(independence)
- Pasien dan keluarga satu satuan
- Kebutuhan-kebutuhan pasien meliputi 14 komponen
penanganan keperawatan
3. Health
- Sehat adalah kualitas hidup
- Sehat merupakan dasar bagi tugas kemanusiaan
- Sehat memerlukan kemandirian dan saling ketergantungan
- Memperoleh kesehatan lebih penting daripada mengobati
penyakit
- Individu akan meraih atau mempertahankan kesehatan
apabila mereka memiliki kekuatan, kehendak atau
pengetahuan yang cukup.
4. Environment
- Individu yang sehat mampu mengontrol lingkungan mereka,
tetapi penyakit dapat mengganggu kemampuan tersebut
- Para perawat sebaiknya memperoleh pendidikan
penyelamatan
- Para perawat sebaiknya melindungi pasien dari luka-luka
secara mekanis
- Para perawat harus meminimalisir peluang terluka melalui
saran-saran tentang konstruksi bangunan, belanja peralatan,
dan pemeliharaaan.
- Para dokter memanfaatkan observasi perawat dan
memuaskan resep-resepnya bagi pelengkapan perlindungan
- Para perawat harus tahu kebiasaan social dan praktik ritual
keagamaan untuk memperkirakan bahaya-bahaya.
(Indriyanti K, dkk. 2011)

Aplikasi teori Henderson dalam proses keperawatan


Definisi ilmu keperawatan Henderson dalam kaitannya dengan
praktik keperawatan menunjukkan bahwa perawat memiliki tugas utama
sebagai pemberi asuhan keperawatan langsung kepada pasien. Manfaat
asuhan keperawatan ini terlihat dari kemajuan kondisi pasien, yang
semula tergntung pada orang lain menjadi mandiri. Perawat dapat dapat
membantu pasien beralih kondisi dari kondisi kaji, merencanakan ,
mengimplementasikan , serta mengevaluasi 14 komponen perawatan
dasar.
Pada tahapa penilaian (pengkajian) perawat menilai lebutuhan
dasar pasien berdasarkan 14 komponen diatas. Dalam mengumpulkan
data, perawat menggunakan metode observasi, indra penciuman, peraba,
dan pendengaran. Setelah data terkumpul, perawat menganalisis data
tersebut dan membandingkannya dengan pengetahuan dasar tentang
sehat sakit. Hasil analisis tersebut menentukan diagnosis keperawatan
yang akan muncul. Diagnosis keperawatan, menurut Henderson, dibuat
dengan mengenali kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhannya
dengan atau bantuan serta dengan mempertimbangkan kekuatan atau
pengetahuan yang dimiliki individu.
Tahap perencanaan. Menurut Henderson, meliputi aktivitas
penyusunan rencana perawatan sesuai kebutuhan individu termasuk
didalamnya perbaikan rencana jika ditemukan adanya perubahan serta
dokumentasi bagaimana perawat memantu individu dalam keadaan sakit
atau sehat. Selanjutnya, pada tahap implementasi, perawat membantu
individu memenuhi kebutuhan dasar yang elah disusun dalam rencana
keperawatan guna memelihara kesehatan individu, memulihkannya dari
kondisi sakit, atau membantunya meninggal dalam damai. Intervensi yang
diberikan perawat sifatnya individual, bergantung pada prinsip fisiologis,
usia, latar belakang budaya, keseimbangan emosional, dan kemampuan
intelektual serta fisik individu. Terakhir, perawat mengevaluasi pencapaian
kriteria yang diharapkan dengan menilai kemandirian pasien dalam
melakukan aktivitas sehari hari

3. TEORI GORDON
Model Konsep & Tipologi Pola Kesehatan Fungsional Menurut Gordon :

1 Pola Persepsi-Managemen Kesehatan


Menggambarkan Persepsi,pemeliharaan dan penanganan kesehatan
Persepsi terhadap arti kesehatan,dan penatalaksanaan kesehatan,
kemampuan menyusun tujuan,pengetahuan tentang praktek kesehatan,

2 Pola Nurtisi –Metabolik


Menggambarkan Masukan Nutrisi, balance cairan dan elektrolit Nafsu
makan,pola makan, diet,fluktuasi BB dalam 6 bulan terakhir, kesulitan
menelan,Mual/muntah,Kebutuhan jumlah zat gizi, masalah /penyembuhan
kulit,Makanan kesukaan.

3. Pola Eliminasi
Menjelaskan pola Fungsi eksresi,kandung kemih dan Kulit. Kebiasaan
defekasi,ada tidaknya masalah defekasi,masalah miksi (oliguri,disuri dll),
penggunaan kateter, frekuensi defekasi dan miksi, Karakteristik urin dan
feses, pola input cairan, infeksi saluran kemih,masalah bau badan,
perspirasi berlebih, dll.

4.Pola Latihan-Aktivitas
Menggambarkan pola latihan,aktivitas,fungsi pernafasan dan sirkulasi.
Pentingnya latihan/gerak dalam keadaan sehat dan sakit,gerak tubuh dan
kesehatan berhubungan satu sama lain.
Kemampuan klien dalam menata diri apabila tingkat kemampuan 0:
mandiri, 1: dengan alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3 : dibantu orang dan
alat 4 : tergantung dalam melakukan ADL,kekuatan otot dan Range Of
Motion, riwayat penyakit jantung, frekuensi,irama dan kedalam
nafas,bunyi nafas riwayat penyakit paru,

5. Pola Kognitif Perseptual


Menjelaskan Persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi sensori
meliputi pengkajian fungsi penglihatan,pendengaran,perasaan,pembau
dan kompensasinya terhadap tubuh. Sedangkan pola kognitif didalamnya
mengandung kemampuan daya ingat klien terhadap persitiwa yang telah
lama terjadi dan atau baru terjadi dan kemampuan orientasi klien terhadap
waktu,tempat, dan nama (orang,atau benda yang lain).
Tingkat pendidikan,persepsi nyeri dan penanganan nyeri,kemampuan
untuk mengikuti, menilai nyeri skala 0-10,pemakaian alat bantu
dengar,melihat,kehilangan bagian tubuh atau fungsinya, tingkat
kesadaran, orientasi pasien, adakah gangguan penglihatan,pendengaran,
persepsi sensori (nyeri),penciuman dll.

6. Pola Istirahat-Tidur
Menggambarkan Pola Tidur,istirahat dan persepasi tentang energy.
Jumlah jam tidur pada siang dan malam, masalah selama tidur, insomnia
atau mimpi buruk, penggunaan obat, mengeluh letih

7. Pola Konsep Diri-persepsi Diri


Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap
kemampuan. Kemampuan konsep diri antara lain gambaran diri, harga
diri, peran, identitas dan ide diri sendiri. Manusia sebagai system terbuka
dimana keseluruhan bagian manusia akan berinteraksi dengan
lingkungannya. Disamping sebagai system terbuka, manuasia juga
sebagai mahkluk bio-psiko-sosio-kultural spriritual dan dalam pandangan
secara holistic
Adanya kecemasan, ketakutan atau penilaian terhadap diri., dampak
sakit terhadap diri, kontak mata, asetif atau passive, isyarat non
verbal,ekspresi wajah, merasa taj berdaya, gugup/relaks

8 . Pola Peran dan Hubungan


Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap
anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal klien, pekerjaan,tempat
tinggal, tidak punya rumah, tingkah laku yang passive/agresif teradap
orang lain,masalah keuangan dll

9 Pola Reproduksi/Seksual
Menggambarkan kepuasan atau masalah yang actual atau dirasakan
dengan seksualitas. Dampak sakit terhadap seksualitas, riwayat
haid,pemeriksaan mamae sendiri, riwayat penyakit hub sex,pemeriksaan
genital

10 Pola Pertahanan Diri (Coping-Toleransi Stres )


Menggambarkan kemampuan untuk menanngani stress dan
penggunaan system pendukung. Penggunaan obat untuk menangani
stress,interaksi dengan orang terdekat, menangis, kontak mata,metode
koping yang biasa digunakan,efek penyakit terhadap tingkat stress

11. Pola Keyakinan Dan Nilai


Menggambarkan dan Menjelaskan pola nilai,keyakinan termasuk
spiritual. Menerangkan sikap dan keyakinan klien dalam melaksanakan
agama yang dipeluk dan konsekuensinya. Agama, kegiatan keagamaan
dan buadaya,berbagi denga orang lain,bukti melaksanakan nilai dan
kepercayaan, mencari bantuan spiritual dan pantangan dalam agama
selama sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Teknik prosedural keperawatan: konsep dan aplikasi


kebutuhan dasar klien. Jakarta: salemba medika.

Aziz Alim Hidayat (2004). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan,


Salemba Medika, Jakarta.
Erickson, H. C., Tomlin, E. M., and Swain, M.A.P. 2000. Modeling and
Role Modeling :A Theory and paradigm for nursing.Fifth edition.
Englewood Cliffs, NJ: Prentice –Hall
Indriyanti, K. dkk. 2011. TEORI VIRGINIA HENDERSON. AKADEMI
KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN INDRAMAYU
Kusnanto, S.Kp, M. Kes (2004). Pengantar Profesi & Praktik Keperawatan
Profesional, EGC, Jakarta.
Mardella, Eka Anisa. 2008. Konsep dasar keperawatan / asmadi. Jakarta :
EGC
Mediana Dwiyanti, S.Kp, MSC (1998). Aplikasi Model Konseptual
Keperawatan, Akademi Keperawatan Depkes Semarang.
Potter P. A, Perry Anne. P (1997).Fundamental Keperawatan Konsep,
Proses dan Praktik , Edisi 4, Volume 1,EGC, Jakarta.
Tomey, M.A. 1994. Nursing Theorist and Their Work. St. Louis : Msby
Company

Anda mungkin juga menyukai