Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN ELIMINASI

Disusun dalam rangka memenuhi tugas

Stase Keperawatan Dasar

Disusun oleh:

SAMSUDIN
14420202088

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2021
LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN ELIMINASI

A. KONSEP DASAR KEBUTUHAN MANUSIA


1. Konsep Dasar Kebutuhan
Kebutuhan menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima
kebutuhan dasar yaitu: kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta, harga diri,
dan aktualisasi diri (Potter dan Patricia,1997). Manusia memiliki
kebutuhan dasar yang bersifat heterogen. Setiap orang pada dasarnya
memiliki kebutuhan yang sama, akan tetapi karena budaya, maka
kebutuhan tersebutpun ikut berbeda. Dalam memenuhi kebutuhan
manusia menyesuaikan diri dengan prioritas yang ada.
1. Model Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Beberapa Ahli.
a. Ambraham Maslow
Teman-teman pasti masih ingat dengan nama Maslow, beliau
membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam lima tingkat berikut:
Kebutuhan fisiologis, merupakan kebutuhan paling dasar dan
memiliki prioritas tertinggi dalam kebutuhan Maslow. Kebutuhan
fisiologis merupakan hal yang mutlak harus terpenuhioleh manusia
untuk bertahan hidup. Kebutuhan tersebut terdiri dari pemenuhan
oksigen dan pertukaran gas, kebutuhan cairan (minuman), nutrisi
(makanan), eliminasi, istirahat dan tidur, aktivitas, keseimbangan
suhu tubuh, dan kebutuhan seksual, kebutuhan kedua adalah
Kebutuhan rasa aman dan perlindungan yang dibagi menjadi
perlindungan fisik dan perlindungan psikologis. Perlindungan
fisik meliputi perlindungan atas ancaman terhadap tubuh atau
hidup seperti penyakit, kecelakaan, bahaya dari lingkungan dan
sebagainya, sedangkan perlindungan psikologis, yaitu
perlindungan atas ancaman dari pengalaman yang baru dan asing.
Misalnya, kekhawatiran yang dialami seseorang ketika masuk
sekolah pertama kali, karena merasa terancam oleh keharusan
untuk berinteraksi dengan orang lain dan sebagainya. Kebutuhan
rasa cinta dan kasih sayang yaitu kebutuhan untuk memiliki dan
dimiliki, antara lain memberi dan menerima kasih sayang,
kehangatan, persahabatan, mendapat tempat dalam keluarga,
kelompok sosial, dan sebagainya, kebutuhan akan harga diri
maupun perasaan dihargai oleh orang lain kebutuhan ini terkait,
dengan keinginan untuk mendapatkan kekuatan, meraih prestasi,
rasa percaya diri dan kemerdekaan diri. Selain itu, orang juga
memerlukan pengakuan dari orang lain, dan yang terakhir/ke lima
kebutuhan aktualiasasi diri, merupakan kebutuhan tertinggi dalam
hierarki Maslow, berupa kebutuhan untuk berkontribusi pada
orang lain/lingkungan serta mencapai potensi diri sepenuhnya.
Untuk lebih jelas dapat dilihat di bagan berikut:

Kebutuhan aktualisasi diri

Kebutuhan harga diri

Kebutuhan rasa cinta dan kasih sayang

Kebutuhan rasa aman dan nyaman

Kebutuhanfisiologis (oksigen,
makan, minum, eliminasi,
tidur,seks)
Gambar 1.1: Hirarkhi kebutuhan dasar menurut A. Maslow
b. Imogine King
King berpendapat bahwa manusia merupakan individu
reaktif yang dapat bereaksi terhadap situasi orang dan objek
tertentu. Beliau juga mengatakan bahwa manusia sebagai makhluk
yang berorientasi pada waktu, dia tidak terlepas dari tiga kejadian
dalam hidupnya, yaitu masa lalu, masa sekarang dan masa yang
akan datang. Sebagai makhluk sosial, manusia hidup bersama orang
lain dan selalu berinteraksi satu sama yang lain. Sesuai dengan hal
tersebut, King membagi kebutuhan manusia menjadi:

1) Kebutuhan akan informasi kesehatan

2) Kebutuhan akan pencegahan penyakit

3) Kebutuhan akan perawatan jika sakit.

c. Martha E. Rogers

Beliau berpendapat bahwa manusia merupakan satu


kesatuan yang utuh serta memiliki sifat dan karakter yang
berbeda. Manusia selalu berinteraksi dengan lingkungan dan
saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Dalam proses
kehidupannya, manusia diciptakan dengan karakteristik dan
keunikan nya masing-masing. Dengan kata lain, setiap individu
tidak ada yang sama satu sama yang lainnya, walaupun mereka
dilahirkan kembar. Konsep Martha E. Rogers ini dikenal dengan
konsep manusia sebagai unik.

d. Johnson
Johnson mengungkapkan pandangannya dengan menggunakan
pendekatan sistem perilaku. Dalam pendekatan ini, individu
dipandang sebagai sistem perilaku yang selalu ingin mencapai
keseimbangan dan stabilitas, baik dalam lingkungan internal
maupun eksternal. Individu juga memiliki keinginan untuk mengatur
dan menyesuaikan dirinya terhadap pengaruh yang terjadi karena hal
tersebut.

e. Virginia Henderson
Ibu Virginia Henderson (dalam Potter dan Perry, 1997)
membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam 14 komponen berikut
yaitu manusia harus dapat bernafas secara normal, makan dan
minum yang cukup, setiap hari harus bisa buang air besar dan buang
air kecil (eliminasi) dengan lancar, bisa bergerak dan
mempertahankan postur tubuh yang diinginkan, bisa tidur dan
istirahat dengan tenang, memilih pakaian yang tepat dan nyaman
dipakai, mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran normal dengan
menyesuaikan pakaian yang dikenakan dan memodifikasikan
lingkungan, menjaga kebersihan diri dan penampilan, menghindari
bahaya dari lingkungan dan menghindari membahayakan orang
lain, berkomunikasi dengan orang lain dalam mengekspresikan
emosi, kebutuhan,kekhawatiran, dan opini, beribadah sesuai dengan
agama dan kepercayaan, bekerja sedemikian rupa sebagai modal
untuk membiayai kebutuhan hidup, bermain atau berpartisipasi
dalam berbagai bentuk rekreasi dan belajar, menemukan atau
memuaskan rasa ingin tahu yang mengarah pada perkembangan
yang normal, kesehatan dan penggunaan fasilitas kesehatan yang
tersedia.
f. Jean Watson
Jean Watson (dalam B. Taleuto, 1995) membagi kebutuhan
dasar manusia ke dalam dua peringkat utama yaitu kebutuhan yang
tingkatnya lebih rendah (lower order needs) dan kebutuhan yang
tingkatnya lebih tinggi (higher order needs). Pemenuhan kebutuhan
yang tingkatnya lebih rendah tidak selalu membantu upaya
kompleks manusia untuk mencapai aktualisasi diri. Tiap kebutuhan
dipandang dalam konteksnya terhadap kebutuhan lain, dan
semuanya dianggap penting
g. Sister Calista Roy
Pendapat Roy, bahwa manusia sebagai individu dapat
meningkatkan kesehatannya dengan mempertahankan perilaku yang
adaptif dan mengubah perilaku mal adaptif. Sebagai makhluk
biopsikososial, manusia selalu berinteraksi dengan lingkungannya.
Untuk mencapai suatu posisi seimbang/homeostasis, manusia harus
bisa beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Adaptasi tersebut
dilakukan dengan beberapa rangsangan, yaitu: rangsangan fokal,
konstektual dan residual. Dalam proses penyesuaian diri
individu dalam meningkatkan suatu energinya agar mampu mencapai
tujuan berupa kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi serta
keunggulan. Dengan demikian individu selalu mempunyai tujuan
untuk respons adaptif. Bila disingkat pendapat Roy, dikatakan
bahwa individu sebagai makhluk biopsikososiospiritual
merupakan satu kesatuan yang utuh, memiliki mekanisme
koping untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang
terjadi melalui interaksi yang dilakukan terhadap perubahan
lingkungan tersebut.
2. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan dasar manusia
Ada beberapa yang mempeharuhi kebutuhan manusia itu seperti:
Penyakit, hubungan keluarga, konsep diri, tahap perkembangan dan
struktur keluarga, maksudnya dsini kita sebagai manusia alan berusaha
nenebuhi kebutuhannya demi konsep diri yang tinggi, dan tahap
perkembangan yaitu dari bayi baru lahir sampai dengan kita tutup usia.
kebutuhan tetap akan berkembang sesuai dengan berjalannya umur.
2. KONSEP KEBUTUHAN ELIMINASI
1. Definisi Kebutuhan Dasar Elminasi
Pola eliminasi sangat penting untuk menjaga kesehatan. Sistem
perkemihan dan pencernaan bersama-sama berfungsi untuk
menghilangkan limbah dari tubuh. Sistem perkemihan menyaring dan
mengeluarkan urinee dari tubuh, sehingga menjaga keseimbangan
cairan, elektrolit, dan asam-basa. Sedangkan Fungsi usus yang normal
bertugas dalam pembuangan rutin limbah yang padat (feses). Selama
periode stress dan sakit, klien mengalami perubahan dalam pola
eliminasi. Perawat menilai adanya perubahan, mengidentifikasi
masalah, dan melakukan intervensi untuk membantu klien dengan
mempertahankan pola eliminasi yang tepat. Peran perawat mencakup
mengajar kegiatan perawatan diri klien untuk meningkatkan
kemandirian dan kesehatan (DeLaune, 2011).
2. Jenis-Jenis Pola Eliminasi
a. Eliminasi Urinee
Eliminasi dari saluran kemih membantu membersihkan
tubuh dari produk limbah dan bahan yang melebihi kebutuhan
tubuh (Taylor, 2011). Sistem kemih terdiri dari ginjal, ureter,
kandung kemih, dan uretra. Ginjal membentuk urine, ureter
membawa urine ke kandung kemih, kandung kemih bertindak
sebagai reservoir untuk urine, dan uretra adalah jalan bagi urine
untuk keluar dari tubuh (DeLaune, 2011). Mekanisme fisiologis
yang mengatur eliminasi urine kompleks dan belum sepenuhnya
dipahami. Kontinensi pada orang dewasa membutuhkan integritas
anatomi sistem perkemihhan, kontrol nervus dari otot detrusor, dan
mekanisme sfingter yang kompeten. Inkontinensia urine terjadi
ketika kelainan satu atau lebih dari faktor-faktor ini menyebabkan
hilangnya urine yang tidak terkontrol yang menghasilkan kesulitan
sosial, fisiologis, atau kebersihan bagi klien (DeLaune, 2011).
b. Eliminasi Fekal
Setiap pasien sangat berbeda pandangan mereka tentang
eliminasi fekal, pola buang air besar yang biasa. Meskipun
kebanyakan orang pernah mengalaminya seperti serangan diare
ringan atau sembelit akut, beberapa pasien mengalami perubahan
masalah yang parah atau kronis pada eliminasi fekal yang
mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit, hidrasi, status
gizi, integritas kulit, kenyamanan dan konsepsi diri. Apalagi
banyak penyakit, tes diagnostik, obat-obatan dan perawatan bedah
dapat mempengaruhi eliminasi fekal (Taylor, 2011). Proses
eliminasi fekal yang normal sepenuhnya belum dipahami.
Kontinensi terutama bergantung pada konsistensi tinja (bahan
tinja), motilitas usus, kepatuhan dan kontraktilitas rektum serta
kompetensi sfingter anal (DeLaune, 2011).
3. Anatomi dan Fisiologi (Taylor, 2011)
a. Eliminasi Urine
1) Ginjal
Tahukah Anda bahwa ginjal bentuknya seperti kacang,
terdiri dari 2 bagian kanan dan kiri. Produk buangan (limbah)
hasil metabolisme yang terkumpul dalam darah melewati
arteri renalis kemudian difiltrasi di ginjal. Sekitar 20 % - 25
% curah jantung bersirkulasi setiap hari melalui ginjal. Setiap 1
ginjal mengandung 1-4 juta nefron yang merupakan unit
pembentukan urine di Glomerulus. Kapiler glomerulus memiliki
pori-pori sehingga dapat memfiltrasi air dan substansi seperti
glukosa,asam-amino, urea, kreatinin dan elektrolit. Kondisi
normal, protein ukuran besar dan sel-sel darah tidak difiltrasi.
Bila urine terdapat protein ( proteinuria), hal ini bertanda adanya
cedera pada glomerulus. Rata-rata Glomerular Filtrasi Rate
(GFR) normal pada orang dewasa 125 ml permenit atau 180 liter
per 24 jam. Sekitar 99 % filtrat direabsorpsi seperti ke dalam
plasma, sedang 1 % di ekskresikan seperti ion hidrogen, kalium
dan amonia sebagai urine.
2) Ureter
Setelah urine terbentuk kemudian akan dialirkan ke pelvis
ginjal ke bladder melalui ureter. Panjang ureter dewasa 25-30 cm
dan berdiameter1.25 cm. Dinding ureter dibentuk dari 3 lapisan,
yaitu lapisan dalam membran mukosa, lapisan tengah otot polos
yang mentransfor urine melalui ureter dengan gerakan peristaltik
yang distimulasi oleh distensi urine dikandung kemih, lapisan
luar jaringan fibrosa menyokong ureter. Adanya obstruksi di
ureter atau batu ginjal, menimbulkan gerakan peristaltik yang
kuat sehingga mencoba mendorong dalam kandung kemih, hal
ini menimbulkan nyeri yang sering disebut kolik ginjal.
3) Kandung kemih
Kandung kemih tempat penampung 400- 600 ml, namun
keinginan berkemih dirasakan pada saat kandung kemih terisi
urine pada orang dewasa 150 walaupun pengeluaran urine normal
300 ml urine, letaknya di dasar panggul terdiri otot yang dapat
mengecil seperti balon. Dalam keadaan penuh kandung kemih
membesar terdiri 2 bagian fundus dan bagian leher terdapat
spinter interna dikontrol saraf otonom oleh sakral 2 dan 3.
Pada orang dewasa normal jumlah urine 1,2 – 1,5 liter
perhari atau 50 ml/jam selebihnya seperti air, elektrolit dan
glukosa diabsorpsi kembali. Komposisi urine 95 % air, dan 5 %
elektrolit dan zat organik.Pengeluaran urine seseorang
tergantung pada intake cairan, faktor sirkulasi penyakit
metabolic seperti diabetes, glomerulonefritis dan penggunaan
obat-obatan diuretic. Bila pengeluaran urine kurang dari 30
ml/menit sedangkan masukan cairan cukup, hal ini
kemungkinan gagal ginjal.
4) Uretra
merupakan saluran pembuangan urin keluar dari tubuh,
kontrol pengeluaran pada spinter eksterna yang dapat
dikendalikan oleh kesadaran kita. Dalam kondisi normal,aliran
urine yang mengalami turbulasi membuat urine bebas dari
bakteri, karena membran mukosa melapisi uretra mesekresi
lendir bersifat bakteriostatis dan membentuk plak mukosa
mencegah masuknya bakteri.
uretra wanita lebih pendek 4 – 6.5 cm, sehingga menjadi
faktorpredisposisi infeksi saluran kemih, sedangkan pria
panjangnya 20 cm. Pada wanita, meatus uninarius (lubang)
terletak diantara labia minora, diatas vagina dan dibawah klitoris.
Pada pria, meatus terletak pada ujung distal penis.
b. Eliminasi Fekal
Proses eliminasi fekal sangat berkait dengan sistem
gastrointestinal. Sistem gastrointestinal (saluran pencernaan)
dimulai di mulut dan berakhir di anus. Panjang usus kecil pada
orang dewasa sekitar 22 meter. Usus kecil terutama bertanggung
jawab untuk pencernaan dan penyerapan nutrisi, vitamin, mineral,
cairan, dan elektrolit. Chyme pencernaan (campuran makanan yang
dicerna sebagian dan sekresi) berjalan melalui usus kecil dengan
kombinasi kontraksi segmental dan gelombang peristaltik. Usus
kecil bergabung dengan usus besar (usus besar) di katup ileocecal.
Katup ini bekerja bersama dengan sphinter ileocecal untuk
mengontrol pengosongan isi dari usus kecil menjadi usus besar dan
untuk mencegah regurgitasi chyme pencernaan dari usus besar ke
kecil (Delaune,2011).
1) Usus Halus
Usus kecil panjangnya sekitar 6 cm dan lebarnya sekitar 2
cm. Usus kecil terdiri dari tiga bagian: pertama adalah
duodenum (usus 12 jari, bagian tengah adalah jejunum (usus
kosong), dan bagian distal yang terhubung dengan usus besar
adalah ileum (usus penyerapan). Usus halus mengeluarkan
enzim yang mencerna protein dan karbohidrat. Hasil
pencernaan dari hati dan pankreas memasuki usus halus melalui
lubang kecil di duodenum. Usus halus bertanggung jawab untuk
pencernaan makanan dan penyerapan nutrisi ke dalam aliran
darah.

2) Usus Besar
Koneksi antara ileum dan usus besar adalah katup ileocecal,
atau ileocolic. Katup ini biasanya mencegah hasil dari usus
halus memasuki usus besar sebelum waktunya dan mencegah
produk limbah kembali ke usus kecil. Usus besar adalah organ
utama dari eliminasi fekal yang terletak dibagian bawah, atau
distal, dari saluran pencernaan. Panjang usus besar pada orang
dewasa sekitar 1,5 m, lebar juga bervariasi kurang lebih selebar
2,5 cm. Usus besar terdiri atas tiga yakni colon ascending,
transverse, dan descending yang pada bagian ujungnya terdapat
sigmoid yang bermuara ke rektum, rektum panjangnya sekitar
12 cm dan lebarnya 2,5 cm di antaranya adalah anus.
4. Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi pola eliminasi (DeLaune,
2011)
a. Usia
Usia atau tingkat perkembangan klien akan mempengaruhi
kontrol atas pola berkemih dan defekasi. Dengan meningkatnya
usia, hilangnya tonus otot dan karenanya kontrol kandung kemih
dapat berpengaruh pada pola eliminasi.

b. Pola Diet
Asupan cairan dan serat yang adekuat adalah faktor penting
bagi kesehatan saluran kemih dan defekasi klien. Asupan cairan
yang tidak adekuat merupakan penyebab utama konstipasi, seperti
konsumsi makanan yang menyebabkan sembelit seperti produk
susu tertentu. Diare dan perut kembung (pelepasan gas dari
rektum) adalah akibat langsung dari makanan yang dicerna, dan
klien perlu dididik tentang makanan dan cairan yang
mempromosikan eliminasi yang sehat dan makanan mana yang
dapat menghambatnya.
c. Latihan atau aktifitas
Latihan atau aktivitas dapat meningkatkan tonus otot, yang
mengarah ke kontrol kandung kemih dan sfingter yang lebih baik.
Peristalsis juga dibantu oleh aktivitas, sehingga dapat membantu
pola eliminasi yang sehat.
d. Pengobatan
Obat-obatan dapat berdampak pada kesehatan dan pola
eliminasi klien dan harus dinilai selama wawancara riwayat
kesehatan. Klien dengan penyakit jantung, biasanya diresepkan
obat diuretik, yang meningkatkan produksi urine. Antidepresan dan
antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine. Beberapa obat
yang tanpa ada resep (OTC), terutama antihistamin, juga dapat
menyebabkan retensi urine. Obat-obatan OTC lainnya dirancang
secara khusus untuk meningkatkan eliminasi fekal atau untuk
melunakkan feses. Perawat perlu menanyakan tentang semua obat
yang diminum untuk memberikan perawatan yang tepat bagi klien
yang mengalami perubahan dalam pola eliminasi.
5. Masalah-masalah yang dapat terjadi pada pola Eliminasi
1. Eliminasi Urine
Inkontinensia urine dan retensi urine adalah penyebab
paling umum dari perubahan pola eliminasi urine. Inkontinensia
urine adalah hilangnya kemampuan untuk mengontrol
pengeluarang urine yang dapat berdampak pada masalah sosial
atau higienis. Retensi urine adalah ketidakmampuan untuk
sepenuhnya mengeluarkan urine dari kandung kemih selama
berkemih. Ada dua jenis utama inkontinensia urine, akut dan
kronis. Selain itu, inkontinensia urine kronis dapat dibagi lagi
menjadi beberapa tipe berbeda karena masing-masing memiliki
etiologi dan manajemen sendiri.

2. Eliminasi Fekal (Defekasi)


Banyak penyakit dan kondisi yang mempengaruhi fungsi
usus. Meskipun banyak perubahan dalam pola eliminasi fekal yang
dapat diamati, terdapat tiga hal yang menyebabkan perubahan
umum, yaitu :
a. Konstipasi
Faktor diet dapat berkontribusi terhadap konstipasi.
Dehidrasi menyebabkan pengeringan tinja ketika tubuh
meningkatkan reabsorpsi air dan natrium dari usus. Makanan
massal yang tidak memadai juga menyebabkan dehidrasi tinja.
Penyakit divertikular, masalah umum pada manula, juga
mengurangi transit kolon, yang selanjutnya meningkatkan risiko
sembelit.
b. Diare
Diare adalah bentuk feses yang cair karena peningkatan
frekuensi dan konsistensinya, dan dapat menyebabkan
perubahan kebiasaan buang air besar seseorang. Penyebab
utama diare termasuk agen infeksi, gangguan malabsorpsi,
penyakit radang usus, sindrom usus pendek, efek samping obat,
dan penyalahgunaan pencahar atau enema.
c. Inkontinensia fekal
Mekanisme utama yang mempengaruhi orang dewasa
terhadap inkontinensia fekal adalah disfungsi sfingter anal,
gangguan pengiriman tinja ke rektum, gangguan penyimpanan
rektum, dan cacat anatomi. Gangguan volume tinja dan
konsistensi biasanya tidak cukup untuk menghasilkan
inkontinensia fekal pada individu yang normal.

B. KONSEP ASPEK LEGAL ETIK KEPERAWATAN


1. Autonomy (Kemandirian)
Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang
menuntut pembedaan diri, dan perawat haruslah bisa menghormati dan
menghargai kemandirian ini.
Contoh tindakan saya berikan kepada Ny. H berdasarkan prinsip
autonomy yaitu saya memberikan penjelasan tentang tujuan
pemasangan infus dengan tujuan pemenuhan cairan dan elektrolit
karena pasien tidak bisa mengkomsumsi makanan lewat oral karena
merasa mual- muntah serta mengalami dehidrasi.
2. Beneficence (Berbuat Baik)
Prinsip ini menuntut perawat untuk melakukan hal yang baik sesuai
dengan ilmu dan kiat keperawatan dalam melakukan pelayanan
keperawatan.
Contoh tindakan saya lakukan adalah memberikan edukasi pada pasien
untuk minum air yang banyak dan pemenuhan nutrisi seperti buah dan
sayuran yang sehat serta menganjurkan pasien untuk bergerak.
3. Justice (Keadilan)
Nilai ini direfleksikan ketika perawat bekerja sesuai ilmu dan kiat
keperawatan dengan  memperhatikan keadilan sesuai standar praktik
dan hukum yang berlaku.
Contoh tindakan yang saya lakukan terhadap pasien adalah tidak
membeda bedakan antara pasien yang satu dengan yang lainnya saya
bersifat adil terhadap setiap tindakan saya lakukan sesuai dengan
kebutuhan pasien.
4. Non-Maleficence (Tidak Merugikan)
Prinsip ini berarti seorang perawat dalam melakukan pelayanannya
sesuai dengan ilmu dan kiat keperawatan dengan tidak menimbulkan
bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.
Contoh tindakan yang saya berikan kepada pasien pada saat pasien di
rawat dirumah sakit selama 3 hari sudah terpasang infus kemudian
mengalami flebitis, kemudian di instruksikan oleh perawat jaga untuk
melepas dulu infusnya. Setelah dilepas pasien diberi tahu bahwa
direncanakan untuk kembali memasang infus di tangan bagian
sebelahnya, namun pasien menolak karena merasa nyaman dengan
tidak terpasangnya infus namun keadaan pasien masih sangat
membutuhkan intake melalui cairan, karena masih kurang nafsu makan,
serta minum hanya sedikit. Sehingga saya memberikan edukasi
mengenai pentingnya penasangan infus untuk pasien, pasien kemudian
mengerti dan minta pemasangan infus kembali.
5. Veracity (Kejujuran)
Prinsip ini tidak hanya dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki oleh
seluruh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran
pada setia klien untuk meyakinkan agar klien mengerti. Informasi yang
diberikan harus akurat, komprehensif, dan objektif. Kebenaran
merupakan dasar membina hubungan saling percaya. Klien memiliki
otonomi sehingga mereka berhak mendapatkan informasi yang ia ingin
tahu.
Contoh tindakan saya berikan kepada Tn. A yaitu memberitahukan
mengenai keadaan yang dialaminya sekarang disini saya berperan untuk
menjelaskan bagaimana cara mengatasi serta makanan yang baik
dikonsumsi untuk meningkatkan nafsu makan pasien dan memberikan
semangat untuk bisa sembuh agar tidak memperburuk kondisinya.
6. Fidelity (Menepati Janji)
Tanggung jawab besar seorang perawat adalah meningkatkan
kesehatan, mencegah penyakit memulihkan kesehatan, dan
meminimalkan penderitaan. Untuk mencapai itu perawat harus
memiliki komitmen menepati janji dan menghargai komitmennya
kepada orang lain.
Contoh yang saya lakukan terhadap pasien Ny.S bertanggung jawab
besar untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit,
memulihkan kesehatan, dan meminimalkan penderitaan. Untuk
mencapai itu perawat harus memiliki komitmen menepati janji dan
menghargai komitmennya kepada orang lain.
7. Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien.
Dokumentasi tentang keadaan kesehatan klien hanya bisa dibaca guna
keperluan pengobatan, upaya peningkatan kesehatan klien dan atau atas
permintaan pengadilan. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan
harus dihindari.
Contoh tindakan yang saya lakukan terhadap pasien yaitu menjaga
privasi, baik itu mengenai penyakit yang dialami ataupun pasien pernah
menceritakan keadaannya kepada saya, saya tidak boleh menceritakan
terhadap orang lain.
8. Accountability (Akuntabilitas)
Akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa tindakan seorang
professional dapat dinilai dalam berbagai kondisi tanpa terkecuali.
Contoh tindakan yang saya lakukan dalam hal ini saya sebagai perawat
harus bertanggung jawab pada diri sendiri, profesi, klien, sesama teman
sejawat, karyawan, dan masyarakat, Jika misalnya salah memberi dosis
obat kepada klien perawat dapat digugat oleh klien yang menerima
obat, dokter yang memberi tugas delegatif, dan masyarakat yang
menuntut kemampuan professional.
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan pada pasien berupa identitas, riwayat
penyakit saat ini meliputi alasan pasien yang menyebabkan terjadi
keluhan/gangguan dalam mobilitas dan imobilitas, seperti adanya nyeri,
kelemahan otot, kelelahan, tingkat mobilitas dan imobilitas, daerah dan
lama terjadinya gangguan mobilitas. Riwayat penyakit yang diderita,
pengkajian fisik, sistem neurologis, kardiovaskuler, muskuloskeletas,
pernapasan. Gaya berjalan, perubahan intolernasi aktivitas, kekuatan
otot dan perubahan psikologis.
2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul (SDKI,2017)
1. Gangguan Eliminasi Urine
a. Definisi
Disfungsi eliminasi urine
b. Penyebab
1) Penurunan kapasistas kandung kemih
2) Iritasi kandung kemih
3) Penurunan kemampuan menyadari tanda-tanda gangguan
kendung kemih
4) Efek tindakan medis dan diagnostic
5) Kelemahan otot pelvis
6) Ketidakmampuan mengakses toilet
7) Hambatan lingkungan
c. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1) Desakan berkemih
2) Urine menetes
3) Sering buang air kecil
4) Nokturia
5) Enuresis
Objektif
1) Distensi kandung kemih
2) Berkemih tidak tuntas
3) Volume residu urine meningkat
d. Kondisi Klinis Terkait
1) Infeksi ginjal dan saluran kemih
2) Hiperglikemia
3) Trauma
4) Kanker
5) Cedera/tumor medulla spinalis
6) Stroke
2. Inkontinensia Fekal
a. Definisi
Perubahan kebiasaan buang air besar dari pola normal yang
ditandai dengan pengeluaran feses secara involunter
b. Penyebab
1) Kerusakan susunan saraf pusat motoric bawah
2) Penurunan tonus otot
3) Gangguan kognitif
4) Kehilangan fungsi pengendalian sflinter rectum
5) Pasca operasi dan penutupan kolostomi
6) Ketidakmampuan mencapai kamar kecil
7) Diare kronis
8) Stress berlebihan
c. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
Ketidakmampuan mengontrol pengeluaran feses Tidk mampu
menunda defekasi
Objektif
1) Feses keluar sedikit-sedikit dan sering
d. Gejala dan tanda Minor
Objektif
1) Bau feses
2) Kulit perianal kemerahan
e. Kondisi klinis terkait
1) Spina bifida
2) Atresia ani
3) Penyakit hirschsprung
3. Inkontinesia urine refleks
a. Definisi
Pengeluaran urinee yang tidak terkendali pada volume kondung
kemih tertentu tecapai
b. Penyebab
1. Kerusakan konduksi implus di atas arkus reflex
2. Kerusaka jaringan
c. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1) Tidak mengalami sensari berkemih
2) Dribbing
3) Sering buang air kecil
4) Nokturia
Objektif
1) Volume residu urine meningkat
d. Kondisi Klinis Terkait
1) Cedera/tumor/infeksi medulla spinalis
2) Pembedahah pelvis
3) Demensia
4) Sklerosis multiplel
4. Resiko Infeksi
a. Definisi
Beresiko mengalami pengingkatan terserang organisms
patogenik
b. Faktor Risiko
1) Penyakit kronis
2) Efek prosedur invasive
3) Melnutrisi
4) Peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan
5) Ketidakadekutan pertahanan tubuh primer
a) Gangguan peristaltic
b) Kerusakan integritas kulit
c) Perubahan sekresi pH
d) Merokok
6) Ketidakadekutan pertahanan tubuh sekunder
a) Penurunan hemoglobin
b) Imununosupresi
c) leukopenia
c. Kondisi Klinis Terkait
a) AIDS
b) Luka Bakar
c) Penyakit paru obstruktif
d) Tindakan invasive
e) Penyalagunaan obat
f) Kanker
g) Gagal ginjal
h) Gangguan fungsi hati
3. Perencanaan (SIKI, 2018 ; SLKI, 2019)
1. Inkontinensial Fekal
Manajemen Eliminasi fekal
a. Tujuan dan kriteria hasil
Tujuan
Mengidentifikasi dan mengelola gangguan pola eliminasi Fekal
Kriteria Hasil
Proses defekasi normal yang disertai dengan pengeluaran feses
mudah dan konsistensi, frekuansi serta bentuk feses normal
membaik
kriteria hasil:
1) Kontrol pengeluaran feses menurun
2) Nyeri abdomen menurun Desakan berkemih menurun
3) konsistensi feses frekuensi defekasi paristaltik usus membaik
b. Intervensi keperawatan dan rasional
Observasi
a) Identifikasi penyebab inkontensia fekal baik fisik maupun
psokologis ( mis. gangguan saraf, motrik bawah penurunan
tonos otot, ganguan sfingter rectum, diare kronis, gangguan
kognitif, stress berlebihan).
b) Identifikasi perubahan frekuensi defekasi dan konsistensi feses
c) Monitor diet dan kebutuhan cairan
Terapeutik
a) Bersihkan daerah perennial dengan sabun dan air
b) Jaga kebersihan tempat tidur dan pakaian
c) hindari makanan yang mnyebabkan diare
Edukasi
a) Jelaskan definisi, jenis inkontensia, penyebab inkontensia fekal
b) Anjurkan mencatat karakteristik feses
Kolaborasi pemberian obat Diare.

D. Mind Mapping & Pathway


SKEMA MIND MAPPING KEPERAWATAN

Asuhan Keperawatan pada Nn.H dengan Gangguan Pemenuhan


Kebutuhan Eliminasi : Inkontinensia Fekal di Ruang X RS XY

IDENTITAS KLIEN

Nama : Nn.H

Usia :19
tahun
ETIOLOGI \]
a. Penurunan tonus otot
b. Kehilangan fungsi pengendalian -Bab encer berwarna kuning
sfingter rektum disertai lendir.
c. Diare kronis -Klien nampak lemah
PATOFISIOLOGI
2. Kontinensia Fekal(L.04035)
-TTV : td 90/70 mmhg, nadi
Ekpektasi : normal 110 kali/menit, frekuensi
Diare dapat menyebabkan refleks Kriteria Hasil: napas 20 kali/menit, suhu
defekasi parasimpatis kemudian Feses 38ºc. feses meningkat
• Pengontrolan pengeluaran
masuk rektum kemudian sibawa •keDefekasi membaik-Kulit teraba hangat
spinal cord setelah itu kembali ke colon,
• Frekuensi buang air-Konjungtiva
besar membaiknampak anemis
desenden, sigmoid dan rectum sehingga -Bibir
• Kondisi kulit perianal nampak pucat dan
membaik
terjadi kelemahan sfingter interna anus kering
-Nyeri tekan di daerah
INTERVENSI (SIKI)
epigastrium.
DAFTAR PUSTAKA
DeLaune, Sue C., Ledner, Patricia K. 2011. Fundamentals of Nursing : Standards
and Practice. Delmar a Divison of Thomson Learning. United State of
America

Rosmalawati & kasiati. 2016. Kebutuhan dasar manusia Cetakan pertama.


Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Taylor, C.R., Lilis, C., Lemone, P., Lynn, P., 2011. Fundamentals of Nursing: The
Art and Science of Nursing Care, 7th ed. Wolters Kluwer, China

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI) Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI) Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI) Edisi 1 Cetakan 3(Revisi) . Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai