KEBUTUHAN ELIMINASI
Disusun oleh:
SAMSUDIN
14420202088
Kebutuhanfisiologis (oksigen,
makan, minum, eliminasi,
tidur,seks)
Gambar 1.1: Hirarkhi kebutuhan dasar menurut A. Maslow
b. Imogine King
King berpendapat bahwa manusia merupakan individu
reaktif yang dapat bereaksi terhadap situasi orang dan objek
tertentu. Beliau juga mengatakan bahwa manusia sebagai makhluk
yang berorientasi pada waktu, dia tidak terlepas dari tiga kejadian
dalam hidupnya, yaitu masa lalu, masa sekarang dan masa yang
akan datang. Sebagai makhluk sosial, manusia hidup bersama orang
lain dan selalu berinteraksi satu sama yang lain. Sesuai dengan hal
tersebut, King membagi kebutuhan manusia menjadi:
c. Martha E. Rogers
d. Johnson
Johnson mengungkapkan pandangannya dengan menggunakan
pendekatan sistem perilaku. Dalam pendekatan ini, individu
dipandang sebagai sistem perilaku yang selalu ingin mencapai
keseimbangan dan stabilitas, baik dalam lingkungan internal
maupun eksternal. Individu juga memiliki keinginan untuk mengatur
dan menyesuaikan dirinya terhadap pengaruh yang terjadi karena hal
tersebut.
e. Virginia Henderson
Ibu Virginia Henderson (dalam Potter dan Perry, 1997)
membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam 14 komponen berikut
yaitu manusia harus dapat bernafas secara normal, makan dan
minum yang cukup, setiap hari harus bisa buang air besar dan buang
air kecil (eliminasi) dengan lancar, bisa bergerak dan
mempertahankan postur tubuh yang diinginkan, bisa tidur dan
istirahat dengan tenang, memilih pakaian yang tepat dan nyaman
dipakai, mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran normal dengan
menyesuaikan pakaian yang dikenakan dan memodifikasikan
lingkungan, menjaga kebersihan diri dan penampilan, menghindari
bahaya dari lingkungan dan menghindari membahayakan orang
lain, berkomunikasi dengan orang lain dalam mengekspresikan
emosi, kebutuhan,kekhawatiran, dan opini, beribadah sesuai dengan
agama dan kepercayaan, bekerja sedemikian rupa sebagai modal
untuk membiayai kebutuhan hidup, bermain atau berpartisipasi
dalam berbagai bentuk rekreasi dan belajar, menemukan atau
memuaskan rasa ingin tahu yang mengarah pada perkembangan
yang normal, kesehatan dan penggunaan fasilitas kesehatan yang
tersedia.
f. Jean Watson
Jean Watson (dalam B. Taleuto, 1995) membagi kebutuhan
dasar manusia ke dalam dua peringkat utama yaitu kebutuhan yang
tingkatnya lebih rendah (lower order needs) dan kebutuhan yang
tingkatnya lebih tinggi (higher order needs). Pemenuhan kebutuhan
yang tingkatnya lebih rendah tidak selalu membantu upaya
kompleks manusia untuk mencapai aktualisasi diri. Tiap kebutuhan
dipandang dalam konteksnya terhadap kebutuhan lain, dan
semuanya dianggap penting
g. Sister Calista Roy
Pendapat Roy, bahwa manusia sebagai individu dapat
meningkatkan kesehatannya dengan mempertahankan perilaku yang
adaptif dan mengubah perilaku mal adaptif. Sebagai makhluk
biopsikososial, manusia selalu berinteraksi dengan lingkungannya.
Untuk mencapai suatu posisi seimbang/homeostasis, manusia harus
bisa beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Adaptasi tersebut
dilakukan dengan beberapa rangsangan, yaitu: rangsangan fokal,
konstektual dan residual. Dalam proses penyesuaian diri
individu dalam meningkatkan suatu energinya agar mampu mencapai
tujuan berupa kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi serta
keunggulan. Dengan demikian individu selalu mempunyai tujuan
untuk respons adaptif. Bila disingkat pendapat Roy, dikatakan
bahwa individu sebagai makhluk biopsikososiospiritual
merupakan satu kesatuan yang utuh, memiliki mekanisme
koping untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang
terjadi melalui interaksi yang dilakukan terhadap perubahan
lingkungan tersebut.
2. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan dasar manusia
Ada beberapa yang mempeharuhi kebutuhan manusia itu seperti:
Penyakit, hubungan keluarga, konsep diri, tahap perkembangan dan
struktur keluarga, maksudnya dsini kita sebagai manusia alan berusaha
nenebuhi kebutuhannya demi konsep diri yang tinggi, dan tahap
perkembangan yaitu dari bayi baru lahir sampai dengan kita tutup usia.
kebutuhan tetap akan berkembang sesuai dengan berjalannya umur.
2. KONSEP KEBUTUHAN ELIMINASI
1. Definisi Kebutuhan Dasar Elminasi
Pola eliminasi sangat penting untuk menjaga kesehatan. Sistem
perkemihan dan pencernaan bersama-sama berfungsi untuk
menghilangkan limbah dari tubuh. Sistem perkemihan menyaring dan
mengeluarkan urinee dari tubuh, sehingga menjaga keseimbangan
cairan, elektrolit, dan asam-basa. Sedangkan Fungsi usus yang normal
bertugas dalam pembuangan rutin limbah yang padat (feses). Selama
periode stress dan sakit, klien mengalami perubahan dalam pola
eliminasi. Perawat menilai adanya perubahan, mengidentifikasi
masalah, dan melakukan intervensi untuk membantu klien dengan
mempertahankan pola eliminasi yang tepat. Peran perawat mencakup
mengajar kegiatan perawatan diri klien untuk meningkatkan
kemandirian dan kesehatan (DeLaune, 2011).
2. Jenis-Jenis Pola Eliminasi
a. Eliminasi Urinee
Eliminasi dari saluran kemih membantu membersihkan
tubuh dari produk limbah dan bahan yang melebihi kebutuhan
tubuh (Taylor, 2011). Sistem kemih terdiri dari ginjal, ureter,
kandung kemih, dan uretra. Ginjal membentuk urine, ureter
membawa urine ke kandung kemih, kandung kemih bertindak
sebagai reservoir untuk urine, dan uretra adalah jalan bagi urine
untuk keluar dari tubuh (DeLaune, 2011). Mekanisme fisiologis
yang mengatur eliminasi urine kompleks dan belum sepenuhnya
dipahami. Kontinensi pada orang dewasa membutuhkan integritas
anatomi sistem perkemihhan, kontrol nervus dari otot detrusor, dan
mekanisme sfingter yang kompeten. Inkontinensia urine terjadi
ketika kelainan satu atau lebih dari faktor-faktor ini menyebabkan
hilangnya urine yang tidak terkontrol yang menghasilkan kesulitan
sosial, fisiologis, atau kebersihan bagi klien (DeLaune, 2011).
b. Eliminasi Fekal
Setiap pasien sangat berbeda pandangan mereka tentang
eliminasi fekal, pola buang air besar yang biasa. Meskipun
kebanyakan orang pernah mengalaminya seperti serangan diare
ringan atau sembelit akut, beberapa pasien mengalami perubahan
masalah yang parah atau kronis pada eliminasi fekal yang
mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit, hidrasi, status
gizi, integritas kulit, kenyamanan dan konsepsi diri. Apalagi
banyak penyakit, tes diagnostik, obat-obatan dan perawatan bedah
dapat mempengaruhi eliminasi fekal (Taylor, 2011). Proses
eliminasi fekal yang normal sepenuhnya belum dipahami.
Kontinensi terutama bergantung pada konsistensi tinja (bahan
tinja), motilitas usus, kepatuhan dan kontraktilitas rektum serta
kompetensi sfingter anal (DeLaune, 2011).
3. Anatomi dan Fisiologi (Taylor, 2011)
a. Eliminasi Urine
1) Ginjal
Tahukah Anda bahwa ginjal bentuknya seperti kacang,
terdiri dari 2 bagian kanan dan kiri. Produk buangan (limbah)
hasil metabolisme yang terkumpul dalam darah melewati
arteri renalis kemudian difiltrasi di ginjal. Sekitar 20 % - 25
% curah jantung bersirkulasi setiap hari melalui ginjal. Setiap 1
ginjal mengandung 1-4 juta nefron yang merupakan unit
pembentukan urine di Glomerulus. Kapiler glomerulus memiliki
pori-pori sehingga dapat memfiltrasi air dan substansi seperti
glukosa,asam-amino, urea, kreatinin dan elektrolit. Kondisi
normal, protein ukuran besar dan sel-sel darah tidak difiltrasi.
Bila urine terdapat protein ( proteinuria), hal ini bertanda adanya
cedera pada glomerulus. Rata-rata Glomerular Filtrasi Rate
(GFR) normal pada orang dewasa 125 ml permenit atau 180 liter
per 24 jam. Sekitar 99 % filtrat direabsorpsi seperti ke dalam
plasma, sedang 1 % di ekskresikan seperti ion hidrogen, kalium
dan amonia sebagai urine.
2) Ureter
Setelah urine terbentuk kemudian akan dialirkan ke pelvis
ginjal ke bladder melalui ureter. Panjang ureter dewasa 25-30 cm
dan berdiameter1.25 cm. Dinding ureter dibentuk dari 3 lapisan,
yaitu lapisan dalam membran mukosa, lapisan tengah otot polos
yang mentransfor urine melalui ureter dengan gerakan peristaltik
yang distimulasi oleh distensi urine dikandung kemih, lapisan
luar jaringan fibrosa menyokong ureter. Adanya obstruksi di
ureter atau batu ginjal, menimbulkan gerakan peristaltik yang
kuat sehingga mencoba mendorong dalam kandung kemih, hal
ini menimbulkan nyeri yang sering disebut kolik ginjal.
3) Kandung kemih
Kandung kemih tempat penampung 400- 600 ml, namun
keinginan berkemih dirasakan pada saat kandung kemih terisi
urine pada orang dewasa 150 walaupun pengeluaran urine normal
300 ml urine, letaknya di dasar panggul terdiri otot yang dapat
mengecil seperti balon. Dalam keadaan penuh kandung kemih
membesar terdiri 2 bagian fundus dan bagian leher terdapat
spinter interna dikontrol saraf otonom oleh sakral 2 dan 3.
Pada orang dewasa normal jumlah urine 1,2 – 1,5 liter
perhari atau 50 ml/jam selebihnya seperti air, elektrolit dan
glukosa diabsorpsi kembali. Komposisi urine 95 % air, dan 5 %
elektrolit dan zat organik.Pengeluaran urine seseorang
tergantung pada intake cairan, faktor sirkulasi penyakit
metabolic seperti diabetes, glomerulonefritis dan penggunaan
obat-obatan diuretic. Bila pengeluaran urine kurang dari 30
ml/menit sedangkan masukan cairan cukup, hal ini
kemungkinan gagal ginjal.
4) Uretra
merupakan saluran pembuangan urin keluar dari tubuh,
kontrol pengeluaran pada spinter eksterna yang dapat
dikendalikan oleh kesadaran kita. Dalam kondisi normal,aliran
urine yang mengalami turbulasi membuat urine bebas dari
bakteri, karena membran mukosa melapisi uretra mesekresi
lendir bersifat bakteriostatis dan membentuk plak mukosa
mencegah masuknya bakteri.
uretra wanita lebih pendek 4 – 6.5 cm, sehingga menjadi
faktorpredisposisi infeksi saluran kemih, sedangkan pria
panjangnya 20 cm. Pada wanita, meatus uninarius (lubang)
terletak diantara labia minora, diatas vagina dan dibawah klitoris.
Pada pria, meatus terletak pada ujung distal penis.
b. Eliminasi Fekal
Proses eliminasi fekal sangat berkait dengan sistem
gastrointestinal. Sistem gastrointestinal (saluran pencernaan)
dimulai di mulut dan berakhir di anus. Panjang usus kecil pada
orang dewasa sekitar 22 meter. Usus kecil terutama bertanggung
jawab untuk pencernaan dan penyerapan nutrisi, vitamin, mineral,
cairan, dan elektrolit. Chyme pencernaan (campuran makanan yang
dicerna sebagian dan sekresi) berjalan melalui usus kecil dengan
kombinasi kontraksi segmental dan gelombang peristaltik. Usus
kecil bergabung dengan usus besar (usus besar) di katup ileocecal.
Katup ini bekerja bersama dengan sphinter ileocecal untuk
mengontrol pengosongan isi dari usus kecil menjadi usus besar dan
untuk mencegah regurgitasi chyme pencernaan dari usus besar ke
kecil (Delaune,2011).
1) Usus Halus
Usus kecil panjangnya sekitar 6 cm dan lebarnya sekitar 2
cm. Usus kecil terdiri dari tiga bagian: pertama adalah
duodenum (usus 12 jari, bagian tengah adalah jejunum (usus
kosong), dan bagian distal yang terhubung dengan usus besar
adalah ileum (usus penyerapan). Usus halus mengeluarkan
enzim yang mencerna protein dan karbohidrat. Hasil
pencernaan dari hati dan pankreas memasuki usus halus melalui
lubang kecil di duodenum. Usus halus bertanggung jawab untuk
pencernaan makanan dan penyerapan nutrisi ke dalam aliran
darah.
2) Usus Besar
Koneksi antara ileum dan usus besar adalah katup ileocecal,
atau ileocolic. Katup ini biasanya mencegah hasil dari usus
halus memasuki usus besar sebelum waktunya dan mencegah
produk limbah kembali ke usus kecil. Usus besar adalah organ
utama dari eliminasi fekal yang terletak dibagian bawah, atau
distal, dari saluran pencernaan. Panjang usus besar pada orang
dewasa sekitar 1,5 m, lebar juga bervariasi kurang lebih selebar
2,5 cm. Usus besar terdiri atas tiga yakni colon ascending,
transverse, dan descending yang pada bagian ujungnya terdapat
sigmoid yang bermuara ke rektum, rektum panjangnya sekitar
12 cm dan lebarnya 2,5 cm di antaranya adalah anus.
4. Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi pola eliminasi (DeLaune,
2011)
a. Usia
Usia atau tingkat perkembangan klien akan mempengaruhi
kontrol atas pola berkemih dan defekasi. Dengan meningkatnya
usia, hilangnya tonus otot dan karenanya kontrol kandung kemih
dapat berpengaruh pada pola eliminasi.
b. Pola Diet
Asupan cairan dan serat yang adekuat adalah faktor penting
bagi kesehatan saluran kemih dan defekasi klien. Asupan cairan
yang tidak adekuat merupakan penyebab utama konstipasi, seperti
konsumsi makanan yang menyebabkan sembelit seperti produk
susu tertentu. Diare dan perut kembung (pelepasan gas dari
rektum) adalah akibat langsung dari makanan yang dicerna, dan
klien perlu dididik tentang makanan dan cairan yang
mempromosikan eliminasi yang sehat dan makanan mana yang
dapat menghambatnya.
c. Latihan atau aktifitas
Latihan atau aktivitas dapat meningkatkan tonus otot, yang
mengarah ke kontrol kandung kemih dan sfingter yang lebih baik.
Peristalsis juga dibantu oleh aktivitas, sehingga dapat membantu
pola eliminasi yang sehat.
d. Pengobatan
Obat-obatan dapat berdampak pada kesehatan dan pola
eliminasi klien dan harus dinilai selama wawancara riwayat
kesehatan. Klien dengan penyakit jantung, biasanya diresepkan
obat diuretik, yang meningkatkan produksi urine. Antidepresan dan
antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine. Beberapa obat
yang tanpa ada resep (OTC), terutama antihistamin, juga dapat
menyebabkan retensi urine. Obat-obatan OTC lainnya dirancang
secara khusus untuk meningkatkan eliminasi fekal atau untuk
melunakkan feses. Perawat perlu menanyakan tentang semua obat
yang diminum untuk memberikan perawatan yang tepat bagi klien
yang mengalami perubahan dalam pola eliminasi.
5. Masalah-masalah yang dapat terjadi pada pola Eliminasi
1. Eliminasi Urine
Inkontinensia urine dan retensi urine adalah penyebab
paling umum dari perubahan pola eliminasi urine. Inkontinensia
urine adalah hilangnya kemampuan untuk mengontrol
pengeluarang urine yang dapat berdampak pada masalah sosial
atau higienis. Retensi urine adalah ketidakmampuan untuk
sepenuhnya mengeluarkan urine dari kandung kemih selama
berkemih. Ada dua jenis utama inkontinensia urine, akut dan
kronis. Selain itu, inkontinensia urine kronis dapat dibagi lagi
menjadi beberapa tipe berbeda karena masing-masing memiliki
etiologi dan manajemen sendiri.
IDENTITAS KLIEN
Nama : Nn.H
Usia :19
tahun
ETIOLOGI \]
a. Penurunan tonus otot
b. Kehilangan fungsi pengendalian -Bab encer berwarna kuning
sfingter rektum disertai lendir.
c. Diare kronis -Klien nampak lemah
PATOFISIOLOGI
2. Kontinensia Fekal(L.04035)
-TTV : td 90/70 mmhg, nadi
Ekpektasi : normal 110 kali/menit, frekuensi
Diare dapat menyebabkan refleks Kriteria Hasil: napas 20 kali/menit, suhu
defekasi parasimpatis kemudian Feses 38ºc. feses meningkat
• Pengontrolan pengeluaran
masuk rektum kemudian sibawa •keDefekasi membaik-Kulit teraba hangat
spinal cord setelah itu kembali ke colon,
• Frekuensi buang air-Konjungtiva
besar membaiknampak anemis
desenden, sigmoid dan rectum sehingga -Bibir
• Kondisi kulit perianal nampak pucat dan
membaik
terjadi kelemahan sfingter interna anus kering
-Nyeri tekan di daerah
INTERVENSI (SIKI)
epigastrium.
DAFTAR PUSTAKA
DeLaune, Sue C., Ledner, Patricia K. 2011. Fundamentals of Nursing : Standards
and Practice. Delmar a Divison of Thomson Learning. United State of
America
Taylor, C.R., Lilis, C., Lemone, P., Lynn, P., 2011. Fundamentals of Nursing: The
Art and Science of Nursing Care, 7th ed. Wolters Kluwer, China
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI) Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI) Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI) Edisi 1 Cetakan 3(Revisi) . Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI