SCHOOL AGE
DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Ibu Ns. Kris
Linggardini S.Kep, M.Kep selaku Dosen mata kuliah Kepribadian Perawat Islami yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran, dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang disusun ini dapat berguna bagi kami maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata – kata yang kurang berkenan dan
kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penulis
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah perkembangan merujuk pada bagaimana orang tumbuh, menyesuaikan diri, dan berubah
sepanjang perjalanan hidup mereka, melalui perkembangan fisik, perkembangan, perkembangan
sosioemosional, perkembangan kognitif, dan perkembangan bahasa.
Perkembangan merupakan proses secara progress baik secara fisik maupun non fisik menuju
kesempurnaan. Perkembangan secara fisik merupakan perkembangan yang terjadi pada aspek-
aspek biologis seorang individu. Sedangkan pekembangan non fisik didalamnya terdapat
perkembangan emosi, perkembangan kognitif, dan perkembangan pada aspek sosial seorang
individu. Berkembangnya manusia dari satu tahap ke tahap berikutnya ditentukan oleh
keberhasilannya atau ketidakberhasilannya dalam menempuh tahap sebelumnya.
Bagi Erickson, dinamika kepribadian selalu diwujudkan dengan hasil interaksi antara kebutuhan
dasar biologis dan pengungkapannya. Dalam psikologi perkembangan, banyak dibahas mengenai
bagaimana tahap perkembangan sosial individu, diantara tokoh yang memebrikan kontribusi
dalam hal ini adalah teori perkembangan psikososial Erik H. Erikson. Dari perspektif psikologi,
ia menguraikan manusia dari sudut perkembangannya sejak dari masa 0 tahun hingga lanjut usia.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
Erik H. Erikson adalah salah seorang teoritisi ternama dalam bidang perkembangan rentang
hidup, ia juga memiliki kontribusi yang banyak dalam bidang psikologi terutama pada
pengembangan anak dan krisis identits. Ia lahir di Franfrurt Jerman, pada tanggal 15 Juni 1902.
Ayahnya bernama Danis, telah meninggal dunia sebelum ia lahir. Hingga akhirnya pada saat
remaja, ibunya ( yang seorang Yahudi ) menikah lagi dengan psikiater yang bernama Dr.
Theodor Homberger.
Reputasi Erikson hampir seluruhnya berasal dari uraiannya tentang perkembangan psikososial
sepanjang masa kehidupan, dari masa bayi sampai masa tua, terutama konsep-konsepnya tentang
identitas dan krisis identitas. Pada umumnya para psikolog lebih menyukai tahap Erikson
daripada tahap psikoseksual Freud. Mereka berpendapat bahwa Erikson telah memberikan
sumbangan untuk perkembangan kepribadian, setara dengan apa yang telah dilakukan Piaget
tentang perkembangan intelektual. Erikson juga dikagumi karena observasinya yang tajam dan
inteprestasinya yang peka dan perasaan kasihnya dalam terhadap segala sesuatu yang bersifat
manusiawi.
Erikson berkata bahwa orang-orang harus menemukan identitasnya dalam potensi-potensi
masyarakatnya, sedangkan perkembangannya harus selaras dengan syarat-syarat yang
dicanangkan masyarakat, atau mereka harus menanggung akibat-akibatnya.
Sumbangan penting yang telah diberikan Erikson meliputi dua topik utama yaitu teori
psikososial tentang perkembangan dari mana muncul suatu konsepsi yang luas tentang ego dan
penelitian psikosejarah yang menerangkan psikososialnya.
Psikologi pengembangan mempunyai beberapa teori yang dikembangkan, salah satunya teori
psikologi dari Erikson, yang mencetuskan teori psikososial. Teori perkembangan psikososial ini
adalah salah satu teori terbaik dalam psikologi. Seperti Sigmund Freud, Erikson percaya bahwa
kepribadian berkembang dalam beberapa tingkatan. Salah satu elemen penting dari teori
tingkatan psikososial Erikson adalah perkembangan persamaan Ego. Persamaan ego adalah
perasaan sadar yang kita kembangkan melalui interaksi sosial. Menurut Erikson, perkembangan
ego selalu berubah berdasarkan pengalaman dan informasi dari yang kita dapatkan dalam
berinteraksi dengan orang lain.
Bagi Erikson, dinamika kepribadian selalu diwujudkan sebagai hasil interaksi antara kebutuhan
dasar biologis dan pengungkapannya sebagai tindakan-tindakan sosial. Pusat dari teori Erikson
mengenai perkembangan ego ialah sebuah asumsi mengenai perkembangan setiap manusia yang
merupakan suatu tahap yang telah ditetapkan secara universal dalam kehidupan setiap manusia.
Menurut teori psikososial Erikson, perkembangan manusia dibedakan berdasarkan kualitas ego
dalam delapan tahap perkembangan. Empat tahap pertama terjadi pada masa bayi dan masa
kanak-kanak, tahap pertama pada masa adolsen, dan tiga terakhir pada masa dewasa dan usia tua.
Dari delapan tahap perkembangan tersebut, Erikson lebih menekankan pada masa adolesen,
karena masa tersebut merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Apa
yang terjadi pada masa ini, sangat penting artinya, bagi kepribadian dewasa. Berikut ini adalah
delapan tahap perkembangan psikososial Erikson :
1. Tahap Kepercayaan dan Ketidakpercayaan ( Trust vs Mistrust )
Tahap ini terjadi selama tahun-tahun pertama kehidupan, yaitu usia kira-kira 0-1 tahun. Pada
tahap ini, bayi mengalamo konflik antara percaya dan tidak percaya ( Trust vs Mistrust ).
2. Tahap Otonomi dan Perasaan Malu dan Ragu-ragu ( Otonomy vs Shame and
Duobt )
Pada tahap kedua atau masa ini biasanya disebut masa balita yang berlangsung mulai dari usia 18
bulan sampai 3 tahun ( Toodler ). Pada masa ini, kemandirian diperlukan untuk memperkecil
perasaan malu dan ragu – ragu. Apabila dalam menjalin suatu hubungan antara anak dan orang
tuanya terhadap suatu sikap atau tindakan yang baik, maka dapat menghasilkan suatu
kemandirian, namun sebaliknya, jika orang tua salah dalam mengasuh anaknya ketika bersikap
salah maka anak dalam perkembangannya akan mengalami sikap malu dan ragu – ragu.
Tahap ketiga adalah tahap bermain. Tahap ini pada saat periode tertentu saat anak menginjak
usia 3 – 5 tahun (Prasekolah) dan tugas yang harus diemban seorang anak pada masa ini ialah
untuk belajar punya gagasan ( Inisiatif ) tanpa banyak terlalu melakukan kesalahan. Masa – masa
bermain merupakan masa dimana seorang anak ingin belajar dan mampu belajar terhadap
tantangan dunia luar serta mempelajari kemampuan – kemampuan baru juga rasa memiliki
tujuan.
Tahap ke empat adalah tahap leten yang terjadi pada usia dasar antara umur 6 – 12 tahun
(Sekolah) tahun. Salah satu tugas yang diperlukan dalam tahap ini adalah dengan
mengambangkan kemampuan kerja keras dan menghindari perasaan rasa rendah diri. Semua
aspek memiliki peran, misalnya orang tua harus selalu mendorong, guru harus memberi
perhatian, teman harus menerima kehadirannya, dan lain sebagainya.
Tahap kelima merupakan tahapan Adolsen ( remaja ), yang dimulai pada saat masa puber dari
usia 12 – 20 tahun, menurut Erikson masa ini merupakan masa yang mempunyai peranan
penting, karena melalui tahap ini seseorang dituntut harus mencapai tingkat identitas ego. Dalam
pengertiannya identitas pribadi berarti mengetahui siapa dirinya dan bagaimana cara seseorang
terjun ke tengah masyarakat. Lingkungan dalam tahap ini semakin luas, tidak hanya area
keluarga atau sekolah, namun dengan masyarakat yang ada dalam lingkungannya.
6. Tahap Keintiman dan Isolasi (Intimacy vs Isolation)
Ketika tahap pertama hingga tahap kelima sudah dilalui, maka setiap individu akan memasuki
jenjang berikutnya, yaitu pada masa dewasa awal yang berusia sekitar 20 – 30 tahun (dewasa
muda). Jenjang ini menurut Erikson adalah masa dimana sseorang ingin mencapai kedekatan
dengan orang lain dan berusaha menghindari dari sikap menyendiri. Periode ini diperhatikan
dengan adanya hubungan spesial dengan orang lain, yaitu antara lawan jenis yang biasa disebut
pacaran.
Pada tahap ini seseorang akan memasuki tahap mengabdikan diri guna menjaga keseimbangan
antara sifat melahirkan sesuatu ( Generativitas ) dengan tidak berbuat apa – apa ( Stagnasi ) dan
tahap ini dimuali dari usia 40 – 50 tahun (dewasa tengah). Pada masa ini seseorang yang merasa
harus bisa menyelesaikan masalah masalah yang dihadapinya dengan tepat dan teratur.
Tahap terakhir dalam teorinya Erikson disebut tahap usia senja. Yang diawali dari usia 65 tahun
sampai seseorang itu tutup usia. Tahap ini merupakan tahap yang sulit dilewati menurut
pandangan sebagian orang, dikarenakan mereka sudah merasa terasing dalam lingkungan
kehidupannya, karena seseorang pada usia senja dianggap tidak dapat berbuat apa – apa lagi atau
tidak berguna lagi. Kesulitan tersebut dapat diatasi jika di dalam diri orang tersebut bisa menerima
hidup dan bisa berarti mau juga menerima akhir dari hidup itu sendiri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan