Dosen Pembimbing :
Dr. H. Muslihuddin, M.Pd
Disusun Oleh:
Kelompok 8
Alhamdulilahirobbil’alamin segala puji milik ALLAH Rabb semesta alam yang telah
memberikan rahmat, hidayat serta karunia-NYA kepada kami sehingga kami
bisa menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat serta salam semoga selalu kita curahkan
kepada Nabi kita yaitu Nabi MUHAMMAD SAW yang oleh karnanya kita bisa merasakan
nikmat iman dan islam sampai sekarang ini. Makalah ini membahas tentang “Isu-Isu Dalam
Bimbingan Dan Konseling”.
Kami menyampaikan terima kasih kepada Dr. H. Muslihuddin, M.Pd selaku dosen
pengampu Mata Kuliah Psikologi Kepribadian. Semoga dengan adanya makalah ini
bisa bermanfaat untuk kita semua, walaupun kami menyadari masih banyaknya kekurangan
pada makalah ini. Oleh karenanya kami membutuhkan keritik dan saran yang bisa
membangun dari pembaca agar kami bisa lebih baik lagi untuk selanjutnya.
Sekian, Terimakasih.
Kelompok 8
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
1. Teori Perkembangan Erikson
2. Struktur Kepribadian Dari Erikson
3. Pengaruh masyarakat dari teorik Erikson
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Erikson, lingkungan dimana anak hidup sangat penting untuk memberikan
pertumbuhan, penyesuaian, sumber kesadaran diri dan identitas. Erikson percaya bahwa setiap
manusia berjalan melalui sejumlah tahap untuk mencapai pembangunan penuhnya, berteori
delapan tahap, bahwamanusia melewati dari lahir sampai mati.
Keluarga pada hakikatnya merupakan satuan terkecil sebagai inti dari suatu sistem
sosial yang ada di masyarakat. Sebagai satuan terkecil, keluarga merupakan mikniatur dan
embrio berbagai unsur sistem sosial manusia. Suasana yang kondusif akan menghasilkan
warga masyarakat yang baik karena di dalam keluargalah seluruh anggota keluarga belajar
berbagai dasar kehidupan bermasyarakat.
Oleh karena itu, pembinaan terhadap anak sejak dini dalam keluarga merupakan suatu
yang sangat mendasar. Pendidikan agama, budi pekerti, tatakrama, dan baca, tulis, hitung
yang diberikan secara dini di rumah serta teladan dari kedua orangtuanya akan membentuk
kepribadian dasar dan kepercayaan diri anak yang akan mewarnai perjalanan hidup
selanjutnya.
Dalam hal ini, seorang ibu memegang peranan yang sangat penting dan utama dalam
memberikan pembinaan dan bimbingan, (baik secara fisik maupun psikologis) kepada
putra,putrinya dalam rangka menyiapkan generasi penerus yang lebih berkualitas selaku
warga negara (WNI) yang baik dan bertanggung jawab termasuk tanggung jawab sosial.
Sebagai makhluk hidup, setiap anggota keluarga setiap saat akan selalu berakti;itas
atau berperilaku (baik yang nampak maupun yang tidak Nampak) untuk mencapai tujuan
tertentu ataupun sekedar memenuhi kebutuhan. Adakalanya tujuan atau kebutuhannya itu
tercapai, tetapi mungkin juga tidak, atau adakalnya perilaku yang nampak itu selaras dengan
yang tidak Nampak, adakalnya tidak. Dalam kondisi seperti ini, bukan hal yang mustahil akan
menimbulkan masalah/konflik dan akan mengakibatkan beban mental/stress. Tentu
diperlukan pemahaman dan bimbingan yang tepat untuk membantu mereka.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka permasalahan yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah :
1. Apa teori perkembangan Erikson?
2. Bagaimana struktur kepribadian dari Erikson?
3. Bagaimana pengaruh masyarakat dari teori kepribadian Erikson?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui teori perkembangan Erikson?
2. Untuk Mengetahui Bagaimana struktur kepribadian dari Erikson?
3. Untuk Mengetahui Bagaimana pengaruh masyarakat dari teori kepribadian Erikson?
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Erikson, ego sebagian bersifat taksadar, mengorganisir dan mensitesa pengalaman
sekarang dengan pengalaman diri masa lalu dan dengan diri masa yang akan datang. Dia menemukan
tiga aspek ego yang saling berhubungan, yakni :
Erikson menggambarkan adanya sejumlah kualitas yang dimiliki ego, yang tidak ada
pada psikoanalisis Freud, yakni : kepercayaan dan penghargaan, otonomi dan kemauan,
kerajinan dan kompetensi, identitas dan kesetiaan, keakraban dan cinta, generativitas dan
pemeliharaan, serta integritas. Ego semacam itu disebut juga ego kreatif, ego yang dapat
menemukan pemecahan kreatif atas masalah baru pada setiap tahap kehidupan.
Erikson dalam membentuk teorinya secara baik, sangat berkaitan eratdengan kehidupan
pribadinya dalam hal ini mengenai pertumbuhan egonya. Erikson berpendapat bahwa
pandangan-pandangannya sesuai dengan ajaran dasar psikoanalisis yang diletakkan oleh
Freud. Jadi dapat dikatakan bahwa Erikson adalah seorang post freudian atau neo freudian.
Akan tetapi, teori Erikson lebih tertuju pada masyarakat dan kebudayaan. H al ini terjadi
karenadia adalah seorang ilmuwan yang punya ketertarikan terhadap antropologis yang sangat
besar, bahkan dia sering meminggirkan masalah insting dan alam bawah sadar. Oleh sebab
itu, maka di satu pihak ia menerima konsep struktur mental Freud, dan di lain pihak
menambahkan dimensi sosial/psikologis pada konsep dinamika dan perkembangan
kepribadian yang diajukan oleh Freud.
Bagi Erikson, dinamika kepribadian selalu diwujudkan sebagai hasil interaksi antara
kebutuhan dasar biologis dan pengungkapannya sebagai Tindakan-tindakan sosial. Tampak
dengan jelas bahwa yang dimaksudkan dengan psikososial apabila istilah ini dipakai dalam
kaitannya dengan perkembangan. Secara khusus hal ini berarti bahwa tahap-tahap kehidupan
seseorang dari lahir sampai dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi dengan
suatu organisme yang menjadi matang secara fisik dan psikologis. Sedangkan konsep
perkembangan yang diajukan dalam teori psikoseksual yang menyangkut tiga tahap yaitu oral,
anal, dan genital, diperluasnya menjadi delapan tahap sedemikian rupa sehingga
dimasukkannya cara-cara dalam mana hubungan sosial individu terbentuk dan sekaligus
dibentuk oleh perjuangan-perjuangan insting pada setiap tahapnya.
Pusat dari teori Erikson mengenai perkembangan ego ialah sebuah asumsi mengenai
perkembangan setiap manusia yang merupakan suatu tahap yang telah ditetapkan secara
universal dalam kehidupan setiap manusia. Proses yang terjadi dalam setiap tahap yang telah
disusun sangat berpengaruh terhadap “Epigenetik Principle’ yang sudah dewasa atau matang.
Dengan katalain, Erikson mengemukakan persepsinya pada saat itu bahwa pertumbuhan
berjalan berdasarkan prinsip epigenetic.
Bagi Erikson, pendekatan ego merupakan mode yang kreatif, diadaptasikan pada
keadaan sekitar atau menemukan cara-cara untuk mengubah keadaan sekitarnya. Beberapa
tokoh yang telah memberikan kontribusi substansial pada psikologi ego baru misalnya Anna
Freud, Heinz Hartmann, dan Robert White. Anna Freud telah membuka pintu pada pola pikir
barunya, tetapi dia meneruskan keyakinannya bahwa psikoanalisis harus menyelidiki tiga
sistem kepribadian secara Bersama-sama. Heinz Hartmann (1958, 1964) sungguh-sungguh
telah meluncurkan teori ego baru. Hartmann menegaskan fungsi adaptif ego, dimana Freud
telah menyarankan dalam konsepnya tentang pengujian realitas dan menunjukkan bagaimana
pertahanan ego dapat menyehatkan seperti juga tujuan-tujuan maladaptif.
Dimana Erikson dalam teorinya mengatakan melalui sebuah rangkaian kata yaitu :
1. Pada dasarnya setiap perkembangan dalam kepribadian manusia mengalami
keserasian dari tahap-tahap yang telah ditetapkan sehingga pertumbuhan pada
tiap individu dapat dilihat/dibaca untuk mendorong, mengetahui, dan untuk
saling mempengaruhi, dalam radius soial yanglebih luas.
2. Masyarakat pada prinsipnya, juga merupakan salah satu unsur untuk
memelihara saat setiap individu yang baru memasuki lingkungan tersebut
guna berinteraksi dan berusaha menjaga serta untuk mendorong secara tepat
berdasarkan dari perpindahan didalam tahap-tahap yang ada.
Inovasi utama dari psikologi ego yaitu telah menyatukan pengaruh, pengaruh
lingkungan eksternal ke dalam teori. Hal ini menjelaskan bahwa hasil pengembangan dan
fungsi ego tidak hanya berasal dari proses internal, etapi juga berasal dari peristiwa-peristiwa
eksternal. Seperti pengalaman sebelumnya dengan mengurus orang (yang diistilahkan dalam
psikologi ego dengan istilah objek) berpengaruh pada kecakapan anak berikutnya menjadi
mandiri dan pada interaksi yang nyaman dengan orang lain. Relasi objek adalah istilah yang
diberikan pada hubungan dengan orang lain. Psikologi Ego membantu psikoanalisis menjadi
lebih interpersonal dan sosial dari pada formula sebelumnya yang menegaskan bahwa inner
proses telah diinginkan.
Teori psikologi ego menurut erikson kadang-kadang juga merujuk pada “teori relasi
objek”, memperluas cakrawala dari teori psikoanalisis dengan usulan bahwa penghargaan dan
pemeliharaan interaksi dengan orang dewasa seperti frustrasi dan penghilangan yang dapat
berpengaruh pada anak dan gaya pada masa depannya dari interaksi dengan orang lain,
diantara masa remaja dan masa dewasa awal. Teori-teori ini tidak menolak peranan id dan
superego. Sebenarnya dengan memberi tekanan pada ego, mereka membawanya lebih kepada
keseimbangan dengan struktur kepribadian yang lain.
Ciri khas psikologi ego dari Erikson dapat diringkas sebagai berikut:
1. Erikson menekankan bahwa kesadaran individu untuk menyesuaikan diri dengan
pengaruh sosial. Pusat perhatian psikologi ego adalah kemasakan ego yang sehat,
alih-alih konflik salah satu yang neurotic.
2. Erikson berusaha mengembangkan teori insting dari Freud dengan menambahkan
konsep epigenetic kepribadian.
3. Erikson secara eksplisit mengemukakan bahwa motif mungkin berasal dari impuls
id yang tak sadar, namun motif itu bisa membebaskan diri dari id seperti individu
meninggalkan peran sosial dimasa lalunya. Fungsi ego dalam pemecahan masalah,
persepsi, identitas ego, dan dasar kepercayaan bebas dari id, membangun sistem
kerja sendiri yang terlepas dari sistem kerja id.
4. Erikson menganggap ego sebagai sumber kesadaran diri seseorang. Selama
menyesuaikan diri dengan realita, ego mengembangkan perasaan keberlanjutan
diri dengan masa lalu dan masa yang akandatang.
C. Pengaruh Masyarakat
Walaupun kapasitas yang dibaca sejak lahir penting dalam perkembangan kepribadian,
bagian terbesar ego muncul dan dibentuk oleh masyarakat. Ego muncul bersama kelahiran
sebagai potensi yang harus ditegakkan di dalam lingkungan kultural. Masyarakat yang
berbeda, dengan perbedaan kebiasaan cara mengasuh anak, cenderung membentuk
kepribadian yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai budayanya. Dalam bukunya yang
berjudul “Childhood and Society” tahun 1963, Erikson membuat sebuah bagan untuk
mengurutkan delapan tahap secara terpisah mengenai perkembangan ego dalam psikososial,
yang biasa dikenal dengan istilah ”delapan tahap perkembangan manusia”.
Erikson berdalil bahwa setiap tahap menghasilkan epigenetic. Epigenetic berasal dari
dua suku kata yaitu epi yang artinya “upon” atau sesuatu yang sedang berlangsung, dan
genetic yang berarti “emergence” atau kemunculan. Gambaran dari perkembangan cermin
mengenai ide dalam setiap tahap lingkaran kehidupan sangat berkaitan dengan waktu, yang
mana hal ini sangat dominan dan karena itu muncul, dan akan selalu terjadi pada setiap tahap
perkembangan hingga berakhir pada tahap dewasa, secara keseluruhan akan adanya fungsi
atau kegunaan kepribadian dari setiap tahap itu sendiri. Selanjutnya, Erikson berpendapat
bahwa tiap tahap psikososial juga disertai oleh krisis.
Perbedaan dalam setiap komponen kepribadian yang ada didalam tiap-tiap krisis
adalah sebuah masalah yang harusdipecahkan/diselesaikan. Konflik adalah sesuatu yang
sangat fital dan bagian yang utuh dari teori Erikson, karena pertumbuhan dan perkembang
anantar personal dalam sebuah lingkungan tentang suatu peningkatan dalam sebuah sikap
yang mudah sekali terkena serangan berdasarkan fungsi dari ego pada setiap tahap. Erikson
percaya “epigenetic principle” akan mengalami kemajuan atau kematangan apabila dengan
jelas dapat melihat krisis psikososial yang terjadi dalam lingkaran kehidupan setiap manusia
yang sudah dilukiskan dalam bentuk sebuah gambar. Dimana gambar tersebut memaparkan
tentang delapan tahap perkembangan yang pada umumnya dilalui dan dijalani oleh setiap
manusia secara hirarkri seperti anak tangga. Didalam kotak yang bergaris diagonal
menampilkan suatu gambaran mengenai adanya hal-halyang bermuatan positif dan negatif
untuk setiap tahap secara berturut-turut. Periode untuk tiap-tiap krisis, Erikson melukiskan
mengenai kondisi yang relative berkaitan dengan kesehatan psikososial dan cocok dengan
sakit yang terjadi dalam kesehatan manusia itu sendiri.
Seperti telah dikemukakan di atas bahwa dengan berangkat dari teoritahap,tahap
perkembangan psikoseksual dari Freud yang lebih menekankan pada dorongan-dorongan
seksual, Erikson mengembangkan teori tersebut dengan menekankan pada aspek-aspek
perkembangan sosial. Melalui teori yang dikembangkannya yang biasa dikenal dengan
sebutan Theory Of Psychosocial Development (Teori perkembangan Psikososial), Erikson
tidak berniat agar teori psikososialnya menggantikan baik teori psikoseksual /reudmaupun
teori perkembangan kognitif piaget. Ia mengakui bahwa teori-teori ini berbicara mengenai
aspek-aspek lain dalam perkembangan. Selain itu disisi lain perlu diketahui pula bahwa teori
Erikson menjangkau usia tua sedangkan teori Freud dan teori piaget berhenti hanya sampai
pada masa dewasa.
Meminjam kata-kata Erikson melalui seorang penulis buku bahwa, apa saja yang
tumbuh memiliki sejenis rencana dasar, dan dari rencana dasar ini muncullah bagian-bagian,
setiap bagian memiliki waktu masing,masing untuk mekar, sampai semua bagian
bersama,sama ikut membentuk suatu keseluruhan yang berfungsi. Oleh karena itu, melalui
delapan tahap perkembangan yang ada Erikson ingin mengemukakan bahwa dalam setiap
tahap terdapat maladaption/maladaptin (adaptasi keliru) dan malignansi (selalu curiga) hal ini
berlangsung kalau satu tahap tidak berhasil dilewati atau gagal melewati satu tahap dengan
baik maka akan tumbuh maladaption/maladaptin dan juga malignansi, selain itu juga terdapa
tritualisasi yaitu berinteraksi dengan pola- pola tertentu dalam setiap tahap perkembangan
yang terjadi serta ritualisme yang berarti pola hubungan yang tidak menyenangkan.
A. Kesimpulan
Teori perkembangan kepribadian yang dikemukakan oleh Erik Erikson merupakan salah
satu teori yang memiliki pengaruh kuat dalam psikologi. Bersama dengan Sigmund Freud,
Erikson mendapat posisi penting dalam psikologi. Hal ini dikarenakan ia menjelaskan tahap
perkembangan manusia mulai dari lahir hingga lanjut usia satu hal yang tidak dilakukan oleh
Freud. Selain itu karena Freud lebih banyak berbicara dalam wilayah ketidaksadaran manuisa,
teori Erikson yang membawa aspek kehidupan sosial dan fungsi budaya dianggap lebih
realitis.
Erikson menggambarkan adanya sejumlah kualitas yang dimiliki ego yakni kepercayaan
dan penghargaan, otonomi dan kemauan, kerajinan dan kompetensi, identitas dan kestian,
keakraban dan cinta, generativitas serta intergritas. Ego ini bisa menemukan pada setiap tahap
kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga.
Jakarta: PT Rineka Cipta.