Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PSIKOSOSIAL

PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL

Dosen pengampuh : Jadusin,S.sos.,M.Si

DISUSUN OLEH

NIA KARTIKA PUTRI

Nim: R2214201023
Kata Pengantar

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT Rabb semesta alam atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Perkembangan Psikososial” tepat pada waktunya.

Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Rosul Allah Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari kegelapan kepada cahaya Rabbi, semoga tercurahkan juga kepada
keluarga Beliau, sahabat dan semoga safa’at dapat kita terima di akhirat kelak. Amin.

Penyusun ingin menyampaikan terima kasih kepada teman-teman satu tim yang telah
mendukung penyelesaian makalah sebagai tugas kuliah, kepada Dosen yang memerikan
pengarahan dan Perpustakaan yang menyediakan Sumber Informasi untuk kami. Penyusun
menyadari sepenuhnya bahwa penyajian ini jauh dari tingkat kesempurnaan, maka dari itu
kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini.

Mudah-mudahan bantuan dan dukungan yang diberikan semua pihak dapat menjadi amal
jariyah yang bermanfaat.

Dengan segala keterbatasan dan kelemahan yang ada pada penyusun semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................1

Kata pengantar...................................................................................2

Daftar isi..............................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................

A.Latar Belakang..................................................................................4

B.Rumusan Masalah............................................................................4

C.Tujuan...............................................................................................4

BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................

I. Teori perkembangan Psikososial Erikson...............................5


II. Tahap-tahap perkembangan psikososial................................5
1) Tahap kepercayaan dan ketidakpercayaan (Trust vs mistrust)....................................6
2) Tahap Otonomi dan Perasaan Malu dan Ragu-ragu (Otonomy vs Shame and
Duobt)..6
3) Tahap prakarsa dan rasa bersalah (initiavite vs Guilt )...........................................7
4) Tahap kerajinan dan rasa redah diri ( industry vs inferiority )...............................7
5) Tahap identitas dan kekacauan identitas ( identity vs identity confusion )...........7
6) Tahap keintiman dan isolasi ( intimacy vs isolation ).............................................7
7) Tahap Generativitas dan Stagnasi (Generativity vs Stagnation)............................7
8) Tahap Integritas dan Keputusasaan (Integrity vs Despair)....................................7

BAB 3 PENITUP .................................................................................................................8

DAFTAR PUSAKA...............................................................................................................8
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam psikologi perkembangan, banyak dibahas mengenai bagaimana tahap perkembangan


sosial anak, diantara tokoh yang memberi kontribusi dalam hal ini adalah teori
perkembangan psikososial Erik H. Erikson. Erikson mengatakan bahwa istilah “psikososial”
dalam kaitannya dengan perkembangan manusia berarti bahwa tahap-tahap kehidupan
seseorang dari lahir sampai mati dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi
dengan suatu organisme yang menjadi matang secara fisik dan psikologis. Adapun tahap-
tahap perkembangan psikososialnya dibagi menjadi delapan tahap berdasarkan kualitas
ego, yaitu empat tahap pertama terjadi pada masa bayi dan masa kanak-kanak, tahap kedua
pada masa adolesen, dan tiga terakhir pada masa dewasa dan usia tua.

Penjelasan lebih rinci mengenai konsep perkembangan teori psikososial Erik H. Erikson
beserta tahap-tahap perkembangannya akan dijelaskan pada pembahasan berikutnya.
Semoga bermanfaat.

Rumusan Masalah

Beberapa hal penting yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:

Bagaimana teori perkembangan psikososial Erik H. Erikson?


Bagaimana tahap-tahap perkembangan psikososial Erik H. Erikson?

Tujuan

Dari beberapa rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan

makalah ini adalah pembaca diharapkan mampu:

1. Mengetahui teori perkembangan psikososial Erik H. Erikson

2. Mengetahui mekanisme perkembangan psikososial Erik H. Erikson

3. Mengetahui contoh-contoh teori perkembangan psikososial Erik H. Erikson dalam

kehidupan nyata

BAB II

PEMBAHASAN

I. TEORI PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ERIKSON

Psikologi pengembangan mempunyai beberapa teori yang dikembangkan, salah satunya


teori psikologi dari Erikson, yang mencetuskan teori psikososial.

Teori perkembangan psikososial ini adalah salah satu teori terbaik dalam psikologi. Seperti
Sigmund Freud, Erikson percaya bahwa kepribadian berkembang dalam beberapa tingkatan.
Salah satu elemen penting dari teori tingkatan psikososial Erikson adalah perkembangan
persamaan Ego. Persamaan ego adalah perasaan sadar yang kita kembangkan melalui
interaksi sosial. Menurut Erikson, perkembangan ego selalu berubah berdasarkan
pengalaman dan informasi dari yang kita dapatkan dalam berinteraksi dengan orang lain.
Menurut Erikson perkembangan psikologis dihasilkan dari interaksi antara proses-proses
maturasional atau kebutuhan biologis dengan tuntutan masyarakat dan kekuatan –
kekuatan sosial yang dihadapi dalam kehidupan sehari – hari. Dari sudut pandang seperti ini,
teori Erikson menempatkan titik tekan yang lebih besar pada dimensi sosialisasi
dibandingkan teori Freud. Selain perbedaan ini, teori Erikson membahas perkembangan
psikologis di sepanjang usia manusia, dan bukan hanya tahun – tahun antara masa bayi dan
masa remaja. Seperti Freud, Erikson juga meneliti akibat yang dihasilkan oleh pengalaman
pengalaman usia dini terhadap masa – masa berikutnya, akan tetapi ia melangkah lebih jauh
lagi dengan menyelidiki perubahan yang terjadi selama pertengahan umur dan tahun –
tahun akhir kehidupan.

Teori perkembangan kepribadianyang dikemukakan Erikson merupakan salah satu teori


yang memiliki pengaruh kuat dalam psikologi. Bersama dengan Sigmund Freud, Erikson
mendapat posisi penting dalam Psikologi.

Rangkaian kata Erikson dalam Teorinya :

1. Pada dasarnya setiap perkembangan dalam kepribadian manusia mengalami


keserasian dari tahap – tahap yang telah di tetapkan, sehingga pertumbuhan dalam
setiap individu dapat dilihat atau dibaca untuk mendorong, mengetahui, dan untuk
selalu mempengaruhi, dalam radius yang lebih luas.
2. Masyarakat, pada prinsipnya juga merupakan salah satu unsur untuk memelihara
saat setiap ndividu yang barumemasuki lingkungan tersebut, berinteraksi, dan
berusaha menjaga serta untuk mendorong secara tepat berdasarkan dari
perpindahan di dalam tahap – tahap yang ada.

II. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ERIK H. ERIKSON

Delapan tahap atau fase perkembangan kepribadian menurut Erikson memiliki ciri utama
setiap tahapnya adalah satu pihak bersifat biologis dan di lain pihak bersifat sosial, yang
perjalan melalui krisis diantara dua popularitas. Adapun tingkatan dalan delapan tahap
perkembangan yang dilalui oleh setiap manusia menurut Erikson adalah sebagai berikut :
1.) Tahap Kepercayaan dan Ketidakpercayaan (Trust vs Mistrust)

Tahap ini berlangsung pada masa kira kira terjadi pada umur 0 – 18 bulan (Bayi). Tugas yang
harus dijalani pada tahap ini adalah menumbuhkan dan mengembangkan kepercayaan
tanpa harus menekan kemampuan untuk hadirnya suatu ketidakpercayaan. Kepercayaan ini
akan terbina dengan baik apabila dorongan pada bayi terpuaskan. Misalnya untuk tidur
dengan tenang, menyantap makanan dengan tepat waktu. Oleh sebab itu peran ibu sangat
penting dan dibutuhkan.

a) Indikator Positif :
Pada tahap ini bayi belajar untuk mempercayai orang lain. Pemenuhan kepuasan dari
pengasuh (orang tua) tentang kebutuhan.
Contoh :
Pengasuh (orang tua) memberi makan pada bayinya
b) Indikator Negatif :
Jika kebutuhan tidak terpenuhi, maka bayi merasa tidak percaya,takut, dan curiga di tandai
dengan eliminasi buruk, tidur.

2.) Tahap Otonomi dan Perasaan Malu dan Ragu-ragu (Otonomy vs Shame and Duobt)

Pada tahap kedua atau masa ini biasanya disebut masa balita yang berlangsung mulai dari
usia 18 bulan sampai 3 tahun (Toodler). Pada masa ini, kemandirian diperlukan untuk
memperkecil perasaan malu dan ragu – ragu. Apabila dalam menjalin suatu hubungan
antara anak dan orang tuanya terhadap suatu sikap atau tindakan yang baik, maka dapat
menghasilkan suatu kemandirian, namun sebaliknya, jika orang tua salah dalam mengasuh
anaknya ketika bersikap salah maka anak dalam perkembangannya akan mengalami sikap
malu dan ragu – ragu.

a) Indikator Positif :
Pada tahap ini anak mulai mengembangkan kemandirian pada saat peningkatan kontrol
fungsi tubuh terhadap kegiatan.

Contoh :
Membuka dan memakai baju sendiri, pemilihan makanan, dan mainan yang disukai
a) Indikator Negatif :
Jika anak di buat merasa buruk saat melakukan kesalahan, anak akan menjadi malu, kurang
kemauan, dan ketidakpatuhan, serta jika anak tidak berhasil melakukanya akan merasa tidak
cukup dan ragu – ragu terhadap diri sendiri.

1.) Tahap Prakarsa dan Rasa Bersalah (Initiative vs Guilt)

Tahap ketiga adalah tahap bermain. Tahap ini pada saat periode tertentu saat anak
menginjak usia 3 – 5 tahun (Prasekolah) dan tugas yang harus diemban seorang anak pada
masa ini ialah untuk belajar punya gagasan ( Inisiatif ) tanpa banyak terlalu melakukan
kesalahan. Masa – masa bermain merupakan masa dimana seorang anak ingin belajar dan
mampu belajar terhadap tantangan dunia luar serta mempelajari kemampuan –
kemampuan baru juga rasa memiliki tujuan.

a) Indikator Positif :
Pada tahap ini anak mengembangkan inisiatif pada saat merencanakan dan mencoba hal –
hal baru seperti berimajinatif. Mampu menunjukkan kekuatan dan kontrolnya akan dunia
melalui permainan langsung dan interaksi sosial lainnya. Jika berhasil, merasa mampu dan
kompeten dalam memimpin orang lain. Adanya peningkatan rasa tanggung jawab dan
prakarsa.
Contoh :
Berimajinasi (menghayal) jika benar nanti ingin menjadi seorang presiden
b) Indikator Negatif :
Anak merasa kurang percaya diri,pesimis, takut membuat kesalahan, perasaan
bersalah,perasaan ragu – ragu, dan kurang inisiatif. Kendali dan pembatasan aktivitas diri
berlebihan.

2.) Tahap Kerajinan dan Rasa Redah Diri (Industry vs Inferiority)

Tahap ke empat adalah tahap leten yang terjadi pada usia dasar antara umur 6 – 12 tahun
(Sekolah) tahun. Salah satu tugas yang diperlukan dalam tahap ini adalah dengan
mengambangkan kemampuan kerja keras dan menghindari perasaan rasa rendah diri.
Semua aspek memiliki peran, misalnya orang tua harus selalu mendorong, guru harus
memberi perhatian, teman harus menerima kehadirannya, dan lain sebagainya.

a) Indikator Positif :
Pada tahap ini anak mulai untuk menciptakan mengembangkan sesuatu yang baru. Melalui
interaksi sosial, anak mulai mengembangkan perasaan bangga terhadap keberhasilan dan
kemampuan mereka yang didukung dan di arahkan oleh orang tua dan guru membangun
perasaan kompeten dan percaya dengan keterampilan yang dimilikinya.
Contoh :
Berani bertanya pada guru tentang sesuatu yang baru menurutnya.
b) Indikator Negatif :
Anak yang sedikit atau tidak sama sekali dukungan dari orang tua,guru, atau teman sebaya
akan merasa ragu akan kemampuanya untuk berhasil,merasa diri biasa – biasa saja, menarik
diri dari sekolah dan teman sebaya, putus harapan.

3.) Tahap Identitas dan Kekacauan Identitas (Identity vs Identity Confusion)

Tahap kelima merupakan tahapan Adolsen ( remaja ), yang dimulai pada saat masa puber
dari usia 12 – 20 tahun, menurut Erikson masa ini merupakan masa yang mempunyai
peranan penting, karena melalui tahap ini seseorang dituntut harus mencapai tingkat
identitas ego. Dalam pengertiannya identitas pribadi berarti mengetahui siapa dirinya dan
bagaimana cara seseorang terjun ke tengah masyarakat. Lingkungan dalam tahap ini
semakin luas, tidak hanya area keluarga atau sekolah, namun dengan masyarakat yang ada
dalam lingkungannya.

a) Indikator Positif :
Sadar akan diri sendiri, bermaksud untuk mengaktualisasi kemampuan diri
Contoh :
Seseorang anak (teman) baru yang ikut bergabung dengan teman yang lain disekolah
barunya. Seorang mahasiswa yang berprestasi mendapat beasiswa S2 di luar negeri.
b) Indikator Negatif :
Bagi mereka yang tidak yakin terhadap kepercayaan diri dan hasratnya, akan muncul rasa
tidak aman dan bingung terhaap diri dan masa depanya, tidak mampu membuat keputusan
sendiri, dan mungkin terdapat perilaku antisosial.

4.) Tahap Keintiman dan Isolasi (Intimacy vs Isolation)

Ketika tahap pertama hingga tahap kelima sudah dilalui, maka setiap individu akan
memasuki jenjang berikutnya, yaitu pada masa dewasa awal yang berusia sekitar 20 – 30
tahun (dewasa muda). Jenjang ini menurut Erikson adalah masa dimana sseorang ingin
mencapai kedekatan dengan orang lain dan berusaha menghindari dari sikap menyendiri.
Periode ini diperhatikan dengan adanya hubungan spesial dengan orang lain, yaitu antara
lawan jenis yang biasa disebut pacaran.

a) Indikator Positif :
Memiliki hubungan yang intim dengan orang lain. Memiliki komitmen terhadap pekerjaan
dan hubungan.
Contoh :
Memiliki hubungan yang intim dengan lawan jenis
b) Indikator Negatif :
Hubungan impersonal, menghidari komitmen dalam hubungan, karier atau gaya hidup.
Seseorang yang tidak bersedia atau tidak mampu untuk berbagi mengenai diri sendiri akan
merasa sendiri.

5.) Tahap Generativitas dan Stagnasi (Generativity vs Stagnation)

Pada tahap ini seseorang akan memasuki tahap mengabdikan diri guna menjaga
keseimbangan antara sifat melahirkan sesuatu ( Generativitas ) dengan tidak berbuat apa –
apa ( Stagnasi ) dan tahap ini dimuali dari usia 40 – 50 tahun (dewasa tengah). Pada masa ini
seseorang yang merasa harus bisa menyelesaikan masalah masalah yang dihadapinya
dengan tepat dan teratur.
a) Indikator Positif :
Generativitas adalah keinginan untuk merawat dan membimbing orang lain. Mereka
membangun hidupnya berfokus terhadap karir dan keluarga. Mengekspresikan kepedulian
pada dunia di masa yang akan datang.
Contoh :
Pada tahap ini seseorang sudah memiliki kematangan pemikiran dan mental sehingga dalam
penyaluran hasrat lebih fokus terhadap keluarga, karir bekerja dan mampu
mengkoordinasikan keluarga dan kerja dengan baik

b) Indikator Negatif :
Stagnasi adalah perhatian yang berlebihan pada dirinya atau perilaku merusak tidak
anaknya dan masyarakat. Mereka yang gagal melalui tahap ini, akan merasa tidak produktif
dan tidak terlibat di dunia ini.

6.) Tahap Integritas dan Keputusasaan (Integrity vs Despair)

Tahap terakhir dalam teorinya Erikson disebut tahap usia senja. Yang diawali dari usia 65
tahun sampai seseorang itu tutup usia. Tahap ini merupakan tahap yang sulit dilewati
menurut pandangan sebagian orang, dikarenakan mereka sudah merasa terasing dalam
lingkungan kehidupannya, karena seseorang pada usia senja dianggap tidak dapat berbuat
apa – apa lagi atau tidak berguna lagi. Kesulitan tersebut dapat diatasi jika di dalam diri
orang tersebut bisa menerima hidup dan bisa berarti mau juga menerima akhir dari hidup
itu sendiri.

a) Indikator Positif :
Cenderung melakukan cerminan diri terhadap masa lalu.penerimaan akan kematian
Contoh :
Pada tahap ini seseorang akan melihat cerminan diri pada individu individu lain

b) Indikator Negatif :
Mereka yang tidak berhasil pada fase ini, akan merasa bahwa hiupnya percuma dan
mengalami banyak penyesalan. Mereka kehilangan, memandang rendah orang lain.

BAB III

PENUTUP

Pada dasarnya pusat dari perumusan konsep dari Erikson meliputi beberapa bagian yang
dianggap memiliki aspek penting seiring berjalannya roda dalam kehidupan manusia yaitu :

 Identitas ego yang menurut Erikson berarti bahwa perkembangan setiap individu
adalah didalam kerangka lingkungan dan budaya dimana setiap individu dapat
menemukan dirinya yang sebenarnya.

 Perkembangan psikosoial adalah tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir sampai


mati dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi dengan suatu
organisme yang menjadi matang secara fisik dan psikologis, perkembangan
psikososial juga berhubungan dengan perubahan-perubahan perasaan atau emosi
dan kepribadian serta perubahan dalam bagaimana individu berhubungan dengan
orang lain.
 Menurut teori psikososial Erikson, perkembangan manusia dibedakan berdasarkan
kualitas ego dalam delapan tahap perkembangan, yaitu:

No. Tahap Psikososial Usia Kira-Kira

1. Kepercayaan Vs. Ketidakpercayaan (Trust Vs. Lahir-18 bulan(masa bayi)


Mistrust)

2. Otonomi Vs Rasa Malu Dan Ragu-Ragu (Autonomy 18 bulan -3 tahun (masa kanak-
Vs Shame And Doubt) kanak)

3. Inisiatif Vs. Rasa Bersalah (Initiative Vs Guilt) 3-5 tahun (masa pra-sekolah )

4. Ketekunan Vs Rasa Rendah Diri (Industry Vs 6-12 tahun (masa sekolah dasar)
Inferiority)

5. Identitas Dan Kekacauan Identitas (Identity Vs 12-20 tahun (masa remaja)


Identity Confusion)

6. Keintiman Dan Isolasi (Intimacy Vs Isolation) 20-30 tahun (masa awal dewasa)

7. Generativitas Dan Stagnasi (Generativity Vs 40-50 tahun (masa pertengahan


Stagnation) dewasa)

8. Integritas Dan Keputusasaan (Integrity Vs Despair) 65 tahun-meninggal (masa akhir


dewasa)

 Kekuatan ego, yang menandai masing – masing delapan langkah – langkah


perkembangan manusia adalah kebaikan, seperti harapan akan tujuan dan
kebijaksanaan.

Setelah mempelajari teori perkembangen kepribadin Erikson ada hal positif dan negatif yang
bisa kita pahami. Positifnya adalah setidak – tidaknya Erikson berhasil memberi arah tentang
perkembangan kepribadian. Dan sisi negatifnya adalah bahwa Erikson dalam menetapkan
hubungan antar tahap agak mengikat, seolah – olah tahap sebelumnya begitu menentukan
secara langsung kwalitas dan kwantitas pada tahap berikutnya. Demikianlah yang dapat
kami sampaikan, kurang lebihnya mohon maaf

DAFTAR PUSTAKA

1. Chaplin, J.P. 2000. Kamus Lengkap Psikologi.Rajawali Pers


2. Santrock, J.W.2013.Live-Span Development (edisi ke 13, Jilid 1).Terjemahan oleh
Benedictine Widyasinta.Erlangga.
3. Hurlock, E.B.1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai