OLEH :
SHANNA NOORADIA (1724090207)
TRI WAHYUDI (1924090090)
EVA MARIA (1924090238)
NERISSA ARVIANA (2024070002)
DANIA ZAHRA (1924090172)
NUR AZIZAH ULAYYA (1924090217)
DENISA PUTRI RAHAYU (1924090188)
JENIFER FRISKA (1924090199)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I
2020
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena
atas segala limpahan rahmat, karunia, serta hidayah-Nya Kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Semoga segala kebaikan
dan rezeki tetap tercurah kepada nabi dan keluarga karena mereka yang telah
membantu menyampaikan risalah Tuhan Yang Maha Esa untuk membimbing umat
menjadi manusia yang berguna bagi Agama, nusa, dan bangsa. Makalah yang
berjudul “Teori Psikoanalisis Erik Erikson” ini kami susun untuk memenuhi tugas
Psikologi Sosial. Tentunya tak lupa kami sampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu terlaksananya tugas ini.
Tidak ada yang sempurna di dunia ini kecuali Tuhan Yang Maha Esa. Kami
sangat menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, meskipun
Kami telah sangat berusaha dengan mengerahkan segala kemampuan agar teliti
dalam menyelesaikan tugas makalah ini. Tetapi kami masih merasakan bahwa
masih banyak kekurangan dalam pengerjaan makalah ini. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi bisa menjadi lebih baik
kedepannya dan dapat berintropeksi dimana kesalahan yang kami buat. Semoga
apa yang kami kerjakan tidak sia-sia dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca, Terimakasih.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 3
1.1 LATAR BELAKANG................................................................................ 3
1.2 RUMUSAN MASALAH........................................................................... 3
1.3 TUJUAN.................................................................................................. 4
1.4 CIRI UTAMA........................................................................................... 4
1.5 HUBUNGAN DAN KONTRIBUSI TERHADAP PSIKOLOGI SOSIAL.... 5
BAB II ISI................................................................................................................. 6
2.1 PEMBAHASAN....................................................................................... 6
2.2 STUDI KASUS........................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................21
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Teori Erik Erikson membahas tentang perkembangan manusia dikenal
dengan teori perkembangan psiko-sosial. Teori perkembangan psikososial ini
adalah salah satu teori kepribadian terbaik dalam psikologi. Seperti Sigmund
Freud, Erikson percaya bahwa kepribadian berkembang dalam beberapa
tingkatan. Salah satu elemen penting dari teori tingkatan psikososial Erikson
adalah perkembangan persamaan ego. Persamaan ego adalah perasaan sadar
yang kita kembangkan melalui interaksi sosial. Menurut Erikson, perkembangan
ego selalu berubah berdasarkan pengalaman dan informasi baru yang kita
dapatkan dalam berinteraksi dengan orang lain. Erikson juga percaya bahwa
kemampuan memotivasi sikap dan perbuatan dapat membantu perkembangan
menjadi positif, inilah alasan mengapa teori Erikson disebut sebagai teori
perkembangan psikososial.
4
1.3 TUJUAN
1.3.1 Mengetahui konsep dari penjabaran mengenai psikososial menurut Erik
Erikson
1.3.2 Mengetahui perkembangan konsep-konsep yang Erik Erikson
kembangkan dalam kehidupan sehari-hari.
1.3.3 Mengetahui studi kasus yang terjadi yang berkaitan dengan penjelasan
mengenai teori perkembangan psikososial.
5
kualitas yang dimiliki ego yang tidak ada pada teori Freud, yaitu kepercayaan dan
penghargaan, keakraban dan cinta, generativitas dan pemeliharaan, serta
integritas.
Salah satu elemen yang penting dari tingkatan psikososial Erikson adalah
perkembangan mengenai persamaan ego, suatu perasaan sadar yang kita
kembangkan melalui proses interaksi sosial. Perkembangan ego akan selalu
berubah berdasarkan pengalaman dan informasi baru yang didapatkan
seseorang sebagai hasil dari interaksinya dengan orang lain. Ego yang
sempurna menurut Erikson adalah yang mengandung tiga aspek utama yaitu:
1. Faktualitas yaitu kumpulan fakta dan data yang dapat diverifikasi dengan
metode kerja yang digunakan, sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan.
3. Aktualitas yaitu suatu cara untuk memperkuat hubungan dengan orang lain
agar mencapai tujuan Bersama.
6
BAB II
ISI
2.1 PEMBAHASAN
A. PRINSIP DASAR
Erikson dalam membentuk teorinya secara baik, sangat berkaitan erat
dengan kehidupan pribadinya dalam hal ini mengenai pertumbuhan egonya.
Erikson berpendapat bahwa pandangan-pandangannya sesuai dengan ajaran
dasar psikoanalisis yang diletakkan oleh Freud. Jadi dapat dikatakan bahwa
Erikson adalah seorang post-freudian atau neofreudian. Akan tetapi, teori Erikson
lebih tertuju pada masyarakat dan kebudayaan.
Hal ini terjadi karena dia adalah seorang ilmuwan yang punya ketertarikan
terhadap antropologis yang sangat besar, bahkan dia sering meminggirkan
masalah insting dan alam bawah sadar. Oleh sebab itu, maka di satu pihak ia
menerima konsep struktur mental Freud, dan di lain pihak menambahkan
dimensi sosial-psikologis pada konsep dinamika dan perkembangan kepribadian
yang diajukan oleh Freud.
Bagi Erikson, dinamika kepribadian selalu diwujudkan sebagai hasil interaksi
antara kebutuhan dasar biologis dan pengungkapannya sebagai tindakan-
tindakan sosial. Tampak dengan jelas bahwa yang dimaksudkan dengan
psikososial apabila istilah ini dipakai dalam kaitannya dengan perkembangan.
Secara khusus hal ini berarti bahwa tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir
sampai dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi dengan suatu
organisme yang menjadi matang secara fisik dan psikologis. Sedangkan
konsepperkembangan yang diajukan dalam teori psikoseksual yang menyangkut
tiga tahap yaitu oral, anal, dan genital, diperluasnya menjadi delapan tahap
sedemikian rupa sehingga dimasukkannya cara-cara dalam mana hubungan
sosial individu terbentuk dan sekaligus dibentuk oleh perjuangan-perjuangan
insting pada setiap tahapnya.
7
1. Pada dasarnya setiap perkembangan dalam kepribadian manusia
mengalami keserasian dari tahaptahap yang telah ditetapkan sehingga
pertumbuhan pada tiap individu dapat dilihat/dibaca untuk mendorong,
mengetahui, dan untuk saling mempengaruhi, dalam radius soial yang lebih
luas.
2. Masyarakat, pada prinsipnya, juga merupakan salah satu unsur untuk
memelihara saat setiap individu yang baru memasuki lingkungan tersebut
guna berinteraksi dan berusaha menjaga serta untuk mendorong secara
tepat berdasarkan dari perpindahan didalam tahap - tahap yang ada.
Dalam bukunya yang berjudul “Childhood and Society” tahun 1963,
Erikson membuat sebuah bagan untuk mengurutkan delapan tahap secara
terpisah mengenai perkembangan ego dalam psikososial, yang biasa dikenal
dengan istilah “delapan tahap perkembangan manusia”. Erikson berdalil bahwa
setiap tahap menghasilkan epigenetic. Epigenetic berasal dari dua suku kata
yaitu epi yang artinya “upon” atau sesuatu yang sedang berlangsung, dan
genetic yang berarti “emergence” atau kemunculan.
8
Piaget. Ia mengakui bahwa teori-teori ini berbicara mengenai aspek-aspek lain
dalam perkembangan. Selain itu di sisi lain perlu diketahui pula bahwa teori
Erikson menjangkau usia tua sedangkan teori Freud dan teori Piaget berhenti
hanya sampai pada masa dewasa.
Tahap ini berlangsung pada masa oral, kira-kira terjadi pada umur 0-1
atau 1 ½ tahun. Dalam tahap ini, bayi berusaha keras untuk mendapatkan
9
pengasuhan dan kehangatan, jika ibu berhasil memenuhi kebutuhan
anaknya, sang anak akan mengembangkan kemampuan untuk dapat
mempercayai dan mengembangkan asa (hope). Jika krisis ego ini tidak
pernah terselesaikan, individu tersebut akan mengalami kesulitan dalam
membentuk rasa percaya dengan orang lain sepanjang hidupnya, selalu
meyakinkan dirinya bahwa orang lain berusaha mengambil keuntungan dari
dirinya.
10
punya gagasan (inisiatif) tanpa banyak terlalu melakukan
kesalahan.Dikarenakan sikap inisiatif merupakan usaha untuk menjadikan
sesuatu yang belum nyata menjadi nyata, sehingga pada usia ini orang tua
dapat mengasuh anaknya dengan cara mendorong anak untuk mewujudkan
gagasan dan ide-idenya.
Resolusi yang tidak berhasil dari tahapan ini akan membuat sang anak
takut mengambil inisiatif atau membuat keputusan karena takut berbuat
salah. Anak memiliki rasa percaya diri yang rendah dan tidak mau
mengembangkan harapan-harapan ketika ia dewasa. Bila anak berhasil
melewati masa ini dengan baik, maka keterampilan ego yang diperoleh
adalah memiliki tujuan dalam hidupnya.
11
pihak ia dianggap dewasa tetapi di sisi lain ia dianggap belum dewasa. Tahap
ini merupakan masa stansarisasi diri yaitu anak mencari identitas dalam
bidang seksual, umur dan kegiatan. Peran orang tua sebagai sumber
perlindungan dan nilai utama mulai menurun, adapun peran kelompok atau
teman sebaya tinggi.
Menurut Erikson masa ini merupakan masa yang mempunyai peranan
penting, karena melalui tahap ini orang harus mencapai tingkat identitas ego,
dalam pengertiannya identitas pribadi berarti mengetahui siapa dirinya dan
bagaimana cara seseorang terjun ke tengah masyarakat.
12
7. Generativity vs Stagnation (Generativitas vs Stagnasi)
Masa dewasa (dewasa tengah) berada pada posisi ke tujuh, dan
ditempati oleh orang-orang yang berusia sekitar 30 sampai 60 tahun. Masa
Dewasa (Adulthood) ditandai adanya kecenderungan generativity-stagnation.
Sesuai dengan namanya masa dewasa, pada tahap ini individu telah
mencapai puncak dari perkembangan segala kemampuannya.
Pengetahuannya cukup luas, kecakapannya cukup banyak, sehingga
perkembangan individu sangat pesat.
Pada tahap ini, individu memberikan sesuatu kepada dunia sebagai
balasan dari apa yang telah dunia berikan untuk dirinya, juga melakukan
sesuatu yang dapat memastikan kelangsungan generasi penerus di masa
depan. Ketidakmampuan untuk memiliki pandangan generatif akan
menciptakan perasaan bahwa hidup ini tidak 5 berharga dan membosankan.
Bila individu berhasil mengatasi krisis pada masa ini maka keterampilan ego
yang dimiliki adalah perhatian.
13
2.2 STUDI KASUS
Absktrak
Anak toddler usia 1-3 tahun merupakan anak dengan tahap
perkembangan psikososial antara otonomi dengan malu dan ragu sehinga
perlu adanya latihan untuk mengontrol dirinya salah satunya adalah toilet
training. Metode yang digunakan dalam proses penulisan artikel ilmiah ini
menggunakan pendekatan studi kasus dengan metode deskriptif yang
diambil dari kehidupan serta pengalaman pribadi penulis. Untuk
mengumpulkan data yang berupa artikel, penulis menggunakan beberapa
database yaitu PROQUEST, Science Direct, Google Search dan Scopus.
Penulis juga menggunakan beberapa kata kunci pencarian yaitu “Toodler
Development”, “Erickson Theory”, “Toilet Training”, “Psychosocial
Process”, dengan menggunakan boolean “AND”. Selain menggunakan
kata kunci, penulis juga menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi mulai
dari artikel terbitan 2012- 2017, menggunakan bahasa Indonesia dan
bahasa Inggris serta artikel fulltext dengan sumber yang terpercaya. Dari
pencarian diatas didapatkan ribuan artikel dan penulis menganalisa dan
mengangkat judul “Aspek Psikososial Model Erickson pada Perilaku
Toileting Anak Usia Toddler: Studi Kasus”. Hasil dan pembahasan dari
Perkembangan anak Toddler berbeda-beda antara satu dengan yang lain.
Anak usia toddler juga bisa melaksanakan perintah yang diberikan dari
orang lain kepada dirinya. Setelah memasuki usia 24-30 bulan disarankan
untuk melatih anak toileting karena usia tersebut anak sudah bisa
mengontrol diri. Sehingga dapat disimpulakn bahwa perkembangan anak
dalam kasus masih sejalan dengan teori perkembangan psikososial
Erikson sehingga anak masih dalam batas sehat secara psikososial. Perlu
adanya perhatian khusus orang tua kepada anak toddler terutama terkait
14
dengan perkembangan psikososial agar tidak terjadi keterlambatan
sehingga tidak mengganggu perkembangan tahap selanjutnya.
PENDAHULUAN
15
menyampaikan keinginnya untuk BAK pada siang hari dan sebelum tidur
sehingga jarang ngompol pada malam hari. Selain itu anak juga sudah bisa
membersihkan alat kelamin setelah BAK. Berdasarkan penjelasan di atas
penulis tertarik untuk menganalisa kasus terkait dengan perilaku toileting
pada anak usia toddler.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Toddler adalah periode anak yang memiliki rentang usia 12-36 bulan.
Masa ini merupakan masa eksplorasi lingkungan yang intensif karena anak
berusaha mencari tahu terkait semua yang terjadi dan bagaimana mengontrol
orang lain melalui perilaku tempertantrum, negativisme dan keras kepala.
Masa ini merupakan periode yang sangat penting untuk pencapaian
perkembangan dan pertumbuhan intelektual (Leifer, 2015; Hockenberry et al,
2016). Toddler merupakan usia dimana perkembangan perlu adanya
dukungan dan bantuan dari lingkungan sekitar (Cohiola et al, 2012; Meland
et al, 2016; Masadis et al, 2016). Perkembangan psikososial pada toddler
dapat dilihat dari banyak teori, salah satu pendekatan psikososial yang
terkenal adalah model Erik Erikson.
Perkembangan psikososial anak usia toddler, menurut Erickson anak
usia toddler memasuki tahap II dimana anak mulai memahami bahwa ada
aturan-aturan yang harus diperhatikan dan juga tidak boleh dilanggar, selain
itu tahap ini anak juga sudah merasakan keinginan untuk mengontrol dirinya
(Townsend, 2014).
Tahap II: Autonomy versus Shame and Doubt (l-3 tahun) dalam tahap
ini, anak akan belajar bahwa dirinya memiliki kontrol atas tubuhnya. Orang
tua seharusnya menuntun anaknya, mengajarkannya untuk mengontrol
keinginan atau impuls-impulsnya, namun tidak dengan perlakuan yang kasar.
Mereka melatih kehendak mereka, tepatnya otonomi. Harapan idealnya, anak
bisa belajar menyesuaikan diri dengan aturan-aturan sosial tanpa banyak
kehilangan pemahaman awal mereka mengenai otonomi, inilah resolusi yang
diharapkan (Tawnsend, 2014; Hockenberry et al, 2016).
16
gerakan kandung kemihnya. Dilanjutkan pada usia antara 12 sampai 18
bulan ada sedikit kontrol terkait bladdernya. Kebanyakan anak tidak dapat
memperoleh kontrol kandung kemih antara 24 sampai 30 bulan. Setelah
berumur lebih dari 30 bulan anak sudah sepenuhnya mendapatkan kontrol
atas kandung kemihnya (Michael et al, 2012; Kimball, 2016). Sedangkan
pada kasus yang diangkat anak berusia 36 bulan dan sudah bisa mengontrol
untuk berkemih. Hal ini terlihat dari anak sudah memperlihatkan bahwa jika
akan buang air kecil anak lari ke toilet dan sudah tidak mengompol pada
malam hari. Dalam teori Erickson perkembangan psikososial anak usia 36
bulan masih memasuki tahap II yaitu Autonomy versus Shame and Doubt (l-3
tahun) dimana anak mempunyai kendali kontrol terkait dengan tubuhnya
(Townsend, 2014; Hockenberry et al, 2016).
Perkembangan psikososial anak usia toddler, menurut Erickson anak
toddler memasuki tahap II dimana anak mulai memahami bahwa ada aturan-
aturan yang harus diperhatikan dan juga tidak boleh dilanggar, selain itu
tahap ini anak juga sudah dapat mengontrol keinginan atas tubuhnya
(Towsend, 2014). Hal ini tercerminkan dalam kasus yang menunjukkan
bahwa anak laki-laki berusia toddler mulai memahami perintah yang diberikan
baik oleh orang tua dan juga kakek serta neneknya. Mulai dari bagaimana
untuk melepas celana ketika mau BAK, lalu dimana untuk BAK, bagaimana
posisi ketika BAK dan disarankan untuk menahan BAK sebelum sampai toilet.
Penelitian juga mengatakan bahwa observasi yang dilakukan di taman kanak-
kanak menunjukkan bahwa secara gender (usia 30-36 bulan) anak
perempuan lebih bisa memahami terkait dengan perintah daripada anak laki-
laki. Tetapi pada kasus yang diangkat hal tersebut bisa dilakukan oleh anak
toddler tersebut terkait dengan perintah berpakaian, melepas pakaian,
membersihkan diri dan latihan toileting (Meland et al, 2016).
19
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Erik Homburger Erikson yang terlahir dengan nama Erik Salomonsen (15
Juni 1902 – 12 Mei 1994) adalah seorang pakar psikologi perkembangan dan
psikoanalis berkebangsaan Jerman, dikenal akan teorinya akan perkembangan
psikososial manusia. Teori psikososial Erikson ini merupakan salah satu teori
terbaik mengenai kepribadian yang ada dalam psikologi. Seperti Sigmund
Freud, Erikson juga mempercayai bahwa kepribadian seseorang akan
berkembang melalui beberapa tingkatan tertentu.
20
Teori psikososial Erikson berkaitan dengan prinsip – prinsip dari
perkembangan secara psikologi dan sosial, dan merupakan bentuk
pengembangan dari teori psikoseksual dari Sigmund Freud. Delapan tahapan
yang dibuat oleh Erikson yaitu:
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Cramer, Craig, Flynn, Bernadette. & La Fave, Ann. 1997. Critiques &
Controversies of Erikson. Tersedia di :
https://web.cortland.edu/andersmd/erik/crit.html [Diakses 26 Oktober pada
pukul 13.30]
22
6. Reindravi, S. (2000). Perkembangan Psikososial Anak. Bagian/SMF Psikiatri
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat
Sanglah Denpasar. Tersedia di :
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/7029/5274 [Diakses 26
Oktober 2020 pada pukul 21.23]
23