Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PSIKOLOGI KEPRIBADIAN

“Teori-Teori Tipologi Kepribadian Berdasarkan Konstitusi


Tubuh Dan Tempramen”
Dosen Pengampu : Dr. Yunita Dwi Setyoningsih,M.Pd

Disusun oleh:

1. Barikni Kharisatal Ainiah (230801013)


2. Putri Febriana (230801014)
3. Al Askha (230801015)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUNAN GIRI BOJONEGORO
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat,
bimbingan, petunjuk dan penyertaan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
“Psikologi Kepribadian” yang berjudul “ Teori-Teori Tipologi Kepribadian Berdasarkan
Konstitusi Tubuh Dan Tempramen” dengan baik.

Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu


kami dalam penyusunan makalah ini baik itu teman-teman, dosen dan semua yang telah
membantu yang kami tidak bisa sebut satu persatu. Besar harapan kami bahwa makalah ini
dapat bernilai baik, dan dapat digunakan dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa
makalah yang kami susun ini belumlah sempurna untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran dalam rangka penyempurnaan untuk pembuatan makalah selanjutnya. Sesudah dan
sebelumnya kami ucapkan terimakasih.

Bojonegoro, 08 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENNGANTAR...................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... 1
BAB I................................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN............................................................................................................... 2
A. Latar Belakang......................................................................................................... 2
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 2
C. Tujuan...................................................................................................................... 2
BAB II................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN.................................................................................................................. 3
A. Pengertian Tipologi................................................................................................. 3
B. Tipologi Kepribadian Berdasarkan Kondisi Tubuh................................................. 3
C. Tipologi Kepribadian Berdasarkan Tempramen..................................................... 5
BAB III................................................................................................................................ 8
PENUTUP........................................................................................................................... 8
A. KESIMPULAN....................................................................................................... 8
B. SARAN.................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 9

BAB I
PENDAHULUAN
2
A. Latar Belakang
Erik Homburger Erikson yang terlahir dengan nama Erik Salomonsen (15 Juni
1902 – 12 Mei 1994) adalah seorang pakar psikologi perkembangan dan psikoanalis
berkebangsaan Jerman, dikenal akan teorinya akan perkembangan psikososial manusia.
Teori psikososial Erikson ini merupakan salah satu teori terbaik mengenai kepribadian
yang ada dalam psikologi. Seperti Sigmund Freud, Erikson juga mempercayai bahwa
kepribadian seseorang akan berkembang melalui beberapa tingkatan tertentu.
Erikson mengembangkan teori tersebut dengan menekankan pada aspek-aspek
perkembangan sosial. Melalui teori yang dikembangkannya yang biasa dikenal dengan
sebutan Theory of Psychosocial Development (Teori Perkembangan Psikososial), Erikson
tidak berniat agar teori psikososialnya menggantikan baik teori psikoseksual Freud
maupun teori perkembangan kognitif Piaget. Ia mengakui bahwa teori-teori ini berbicara
mengenai aspek- aspek lain dalam perkembangan.
Salah satu elemen yang penting dari tingkatan psikososial Erikson adalah
perkembangan mengenai persamaan ego, suatu perasaan sadar yang kita kembangkan
melalui proses interaksi sosial. Dasar dari teori Erikson adalah sebuah konsep yang
mempunyai tingkatan. Ada delapan tingkatan yang menjadi bagian dari teori psikososial
Erikson, yang akan dilalui oleh manusia. Setiap manusia dapat naik ke tingkat berikutnya
walaupun tidak sepenuhnya tuntas mengalami perkembangan pada tingkat sebelumnya.
Teori Erik Erikson membahas tentang perkembangan manusia dikenal dengan
teori perkembangan psiko-sosial. Teori perkembangan psikososial ini adalah salah satu
teori kepribadian terbaik dalam psikologi. Seperti Sigmund Freud, Erikson percaya bahwa
kepribadian berkembang dalam beberapa tingkatan. Salah satu elemen penting dari teori
tingkatan psikososial Erikson adalah perkembangan persamaan ego. Persamaan ego
adalah perasaan sadar yang kita kembangkan melalui interaksi sosial. Menurut Erikson,
perkembangan ego selalu berubah berdasarkan pengalaman dan informasi baru yang kita
dapatkan dalam berinteraksi dengan orang lain. Erikson juga percaya bahwa kemampuan
memotivasi sikap dan perbuatan dapat membantu perkembangan menjadi positif, inilah
alasan mengapa teori Erikson disebut sebagai teori perkembangan psikososial.
Menurut Erikson perkembangan psikologis dihasilkan dari interaksi antara proses-
proses maturasional atau kebutuhan biologis dengan tuntutan masyarakat dan kekuatan-
kekuatan sosial yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Dari sudut pandang seperti
ini, teori Erikson menempatkan titik tekan yang lebih besar pada dimensi sosialisasi
dibandingkan teori Freud. Selain perbedaan ini, teori Erikson membahas perkembangan
psikologis di sepanjang usia manusia, dan bukan hanya tahun-tahun antara masa bayi dan
3
masa remaja. Seperti Freud, Erikson juga meneliti akibat yang dihasilkan oleh
pengalaman-pengalaman usia dini terhadap masa-masa berikutnya, akan tetapi ia
melangkah lebih jauh lagi dengan menyelidiki perubahan kualitatif yang terjadi selama
pertengahan umur dan tahun-tahun akhir kehidupan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan psikososial menurut Erik Erikson?
2. Konsep apa saja yang di pakai oleh Erik Erikson?

C. Tujuan
1. Mengetahui konsep dari penjabaran mengenai psikososial menurut Erik Erikson
2. Mengetahui perkembangan konsep-konsep Erik Erikson
dalam kehidupan sehari-hari.

4
BAB II
PEMBAHASAN

Konsep Dasar
Erikson dalam membentuk teorinya secara baik, sangat berkaitan erat dengan
kehidupan pribadinya dalam hal ini mengenai pertumbuhan egonya. Erikson berpendapat
bahwa pandangan-pandangannya sesuai dengan ajaran dasar psikoanalisis yang
diletakkan oleh Freud. Jadi dapat dikatakan bahwa Erikson adalah seorang post-freudian
atau neofreudian. Akan tetapi, teori Erikson lebih tertuju pada masyarakat dan
kebudayaan.
Hal ini terjadi karena dia adalah seorang ilmuwan yang punya ketertarikan
terhadap antropologis yang sangat besar, bahkan dia sering meminggirkan masalah
insting dan alam bawah sadar. Oleh sebab itu, maka di satu pihak ia menerima konsep
struktur mental Freud, dan di lain pihak menambahkan dimensi sosial-psikologis pada
konsep dinamika dan perkembangan kepribadian yang diajukan oleh Freud.
Bagi Erikson, dinamika kepribadian selalu diwujudkan sebagai hasil interaksi antara
kebutuhan dasar biologis dan pengungkapannya sebagai tindakan- tindakan sosial.
Tampak dengan jelas bahwa yang dimaksudkan dengan psikososial apabila istilah ini
dipakai dalam kaitannya dengan perkembangan. Secara khusus hal ini berarti bahwa
tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir sampai dibentuk oleh pengaruh-pengaruh
sosial yang berinteraksi dengan suatu organisme yang menjadi matang secara fisik dan
psikologis. Sedangkan konsepperkembangan yang diajukan dalam teori psikoseksual
yang menyangkut tiga tahap yaitu oral, anal, dan genital, diperluasnya menjadi delapan
tahap sedemikian rupa sehingga dimasukkannya cara-cara dalam mana hubungan sosial
individu terbentuk dan sekaligus dibentuk oleh perjuangan-perjuangan insting pada setiap
tahapnya.

KONSEP – KONSEP TEORI PSIKOANALISIS ERIK ERIKSON

Teori Erikson menjelasakan tahap perkembangan manusia mulai dari lahir hingga
lanjut usia, dan dibagi menjadi delapan tahap perkembangan manusia. Pusat dari teori
Erikson mengenai perkembangan ego ialah sebuah asumpsi mengenai perkembangan
setiap manusia yang merupakan suatu tahap yang telah ditetapkan secara universal dalam
kehidupan setiap manusia. Proses yang terjadi dalam setiap tahap yang telah disusun
sangat berpengaruh terhadap “Epigenetic Principle” yang sudah dewasa/matang. Dengan
kata lain, Erikson mengemukakan persepsinya pada saat itu bahwa pertumbuhan berjalan
5
berdasarkan prinsip epigenetic.

Di mana Erikson dalam teorinya mengatakan melalui sebuah rangkaian kata yaitu.

1. Pada dasarnya setiap perkembangan dalam kepribadian manusia mengalami


keserasian dari tahaptahap yang telah ditetapkan sehingga pertumbuhan pada tiap
individu dapat dilihat/dibaca untuk mendorong, mengetahui, dan untuk saling
mempengaruhi, dalam radius soial yang lebih luas.
2. Masyarakat, pada prinsipnya, juga merupakan salah satu unsur untuk memelihara
saat setiap individu yang baru memasuki lingkungan tersebut guna berinteraksi dan
berusaha menjaga serta untuk mendorong secara tepat berdasarkan dari
perpindahan didalam tahap - tahap yang ada.

Dalam bukunya yang berjudul “Childhood and Society” tahun 1963, Erikson
membuat sebuah bagan untuk mengurutkan delapan tahap secara terpisah mengenai
perkembangan ego dalam psikososial, yang biasa dikenal dengan istilah “delapan tahap
perkembangan manusia”. Erikson berdalil bahwa setiap tahap menghasilkan epigenetic.
Epigenetic berasal dari dua suku kata yaitu epi yang artinya “upon” atau sesuatu yang
sedang berlangsung, dan genetic yang berarti “emergence” atau kemunculan.

Selanjutnya, Erikson berpendapat bahwa tiap tahap psikososial juga disertai oleh
krisis. Perbedaan dalam setiap komponen kepribadian yang ada didalam tiap-tiap krisis
adalah sebuah masalah yang harus dipecahkan/diselesaikan. Konflik adalah sesuatu yang
sangat vital dan bagian yang utuh dari teori Erikson, karena pertumbuhan dan
perkembangan antar personal dalam sebuah lingkungan tentang suatu peningkatan dalam
sebuah sikap yang mudah sekali terkena serangan berdasarkan fungsi dari ego pada setiap
tahap.
Erikson percaya “epigenetic principle” akan mengalami kemajuan atau
kematangan apabila dengan jelas dapat melihat krisis psikososial yang terjadi dalam
lingkaran kehidupan setiap manusia yang sudah dilukiskan dalam bentuk sebuah gambar
Di mana gambar tersebut memaparkan tentang delapan tahap perkembangan yang pada
umumnya dilalui dan dijalani oleh setiap manusia secara hirarkri seperti anak tangga.
Erikson mengembangkan teori tersebut dengan menekankan pada aspek- aspek
perkembangan sosial. Melalui teori yang dikembangkannya yang biasa dikenal dengan
sebutan Theory of Psychosocial Development (Teori Perkembangan Psikososial), Erikson
tidak berniat agar teori psikososialnya menggantikan baik teori psikoseksual Freud
maupun teori perkembangan kognitif

8
6
Piaget. Ia mengakui bahwa teori-teori ini berbicara mengenai aspek-aspek lain dalam
perkembangan. Selain itu di sisi lain perlu diketahui pula bahwa teori Erikson
menjangkau usia tua sedangkan teori Freud dan teori Piaget berhenti hanya sampai
pada masa dewasa.

Menurut Erikson delapan tahap perkembangan yang ada berlangsung dalam


jangka waktu yang teratur maupun secara hirarki, akan tetapi jika dalam tahap
sebelumnya seseorang mengalami ketidakseimbangan seperti yang diinginkan maka
pada tahap sesudahnya dapat berlangsung kembali guna memperbaikinya.Delapan
tahap/fase perkembangan kepribadian menurut Erikson memiliki ciri utama setiap
tahapnya adalah di satu pihak bersifat biologis dan di lain pihak bersifat sosial, yang
berjalan melalui krisis diantara dua polaritas. Adapun tingkatan dalam delapan tahap
perkembangan yang dilalui oleh setiap manusia menurut Erikson adalah sebagai
berikut:

Developmental Stage Basic Components


Infancy (0-1 thn) Trust vs Mistrust
Early childhood (1-3 thn) Autonomy vs Shame, Doubt
Preschool age (4-5 thn) Initiative vs Guilt
School age (6-11 thn) Industry vs Inferiority
Adolescence (12-10 thn) Identity vs Identity Confusion
Young adulthood ( 21-40 thn) Intimacy vs Isolation
Adulthood (41-65 thn) Generativity vs Stagnation Ego
Senescence (+65 thn) Ego Integrity vs Despair

Trust vs Mistrust (Kepercayaan vs Kecurigaan)


Masa bayi (infancy) ditandai adanya kecenderungan trust – mistrust. Perilaku bayi
didasari oleh dorongan mempercayai atau tidak mempercayai orang-orang di
sekitarnya. Dia sepenuhnya mempercayai orang tuanya, tetapi orang yang dianggap
asing dia tidak akan mempercayainya. Oleh karena itu kadang-kadang bayi menangis
bila di pangku oleh orang yang tidak dikenalnya. Tahap ini berlangsung pada masa
oral, kira-kira terjadi pada umur 0-1 atau 1 ½ tahun. Dalam tahap ini, bayi berusaha
keras untuk mendapatkan pengasuhan dan kehangatan, jika ibu berhasil memenuhi
kebutuhan anaknya, sang anak akan mengembangkan kemampuan untuk dapat
mempercayai dan mengembangkan asa (hope). Jika krisis ego ini tidak pernah

1
terselesaikan, individu tersebut akan mengalami kesulitan dalam membentuk rasa
percaya dengan orang lain sepanjang hidupnya, selalu meyakinkan dirinya bahwa
orang lain berusaha mengambil keuntungan dari dirinya.

Autonomy vs Shame and Doubt (Otonomi vs Perasaan Malu dan Ragu- ragu)
Masa kanak-kanak awal (early childhood) ditandai adanya kecenderungan autonomy–
shame, doubt. Pada masa ini sampai batas-batas tertentu anak sudah bisa berdiri
sendiri, dalam arti duduk, berdiri, berjalan, bermain, minum dari botol sendiri tanpa
ditolong oleh orang tuanya, tetapi di pihak lain dia telah mulai memiliki rasa malu dan
keraguan dalam berbuat, sehingga seringkali minta pertolongan atau persetujuan dari
orang tuanya. Pada tahap kedua adalah tahap anus-otot (analmascular stages), masa
ini biasanya disebut masa balita yang berlangsung mulai dari usia 18 bulan sampai 3
tahun. Tugas yang harus diselesaikan pada masa ini adalah kemandirian (otonomi)
sekaligus dapat memperkecil perasaan malu dan ragu- ragu.
Dalam tahap ini, anak akan belajar bahwa dirinya memiliki kontrol atas tubuhnya.
Orang tua seharusnya menuntun anaknya, mengajarkannya untuk mengontrol
keinginan atau impuls-impulsnya, namun tidak dengan perlakuan yang kasar. Mereka
melatih kehendak mereka, tepatnya otonomi. Harapan idealnya, anak bisa belajar
menyesuaikan diri dengan aturan-aturan sosial tanpa banyak kehilangan pemahaman
awal mereka mengenai otonomi, inilah resolusi yang diharapkan.

Initiative versus Guilt (Inisiatif vs Kesalahan)


Tahap ketiga ini juga dikatakan sebagai tahap kelamin-lokomotor (genital-locomotor
stage) atau yang biasa disebut tahap bermain. Tahap ini pada suatu periode tertentu
saat anak menginjak usia 3 sampai 6 tahun, dan tugas yang harus diemban seorang
anak pada masa ini ialah untuk belajar punya gagasan (inisiatif) tanpa
banyak terlalu melakukan kesalahan.Dikarenakan sikap inisiatif merupakan
usaha untuk menjadikan sesuatu yang belum nyata menjadi nyata, sehingga pada usia
ini orang tua dapat mengasuh anaknya dengan cara mendorong anak untuk
mewujudkan gagasan dan ide-idenya.
Resolusi yang tidak berhasil dari tahapan ini akan membuat sang anak takut
mengambil inisiatif atau membuat keputusan karena takut berbuat salah. Anak
memiliki rasa percaya diri yang rendah dan tidak mau mengembangkan harapan-

2
harapan ketika ia dewasa. Bila anak berhasil melewati masa ini dengan baik, maka
keterampilan ego yang diperoleh adalah memiliki tujuan dalam hidupnya.

Industry vs Inferiority (Kerajinan vs Inferioritas)


Tahap keempat ini dikatakan juga sebagai tahap laten yang terjadi pada usia sekolah
dasar antara umur 6 sampai 12 tahun. Salah satu tugas yang diperlukan dalam tahap
ini ialah adalah dengan mengembangkan kemampuan bekerja keras dan menghindari
perasaan rasa rendah diri. Saat anak-anak berada tingkatan ini area sosialnya
bertambah luas dari lingkungan keluarga merambah sampai ke sekolah, sehingga
semua aspek memiliki peran, misalnya orang tua harus selalu mendorong, guru harus
memberi perhatian, teman harus menerima kehadirannya, dan lain sebagainya.
Penyelesaian yang sukses pada tahapan ini akan menciptakan anak yang dapat
memecahkan masalah dan bangga akan prestasi yang diperoleh. Ketrampilan ego
yang diperoleh adalah kompetensi. Di sisi lain, anak yang tidak mampu untuk
menemukan solusi positif dan tidak mampu mencapai apa yang diraih teman-teman
sebaya akan merasa inferior

Identity vs Role Confusion (Identitas vs Kekacauan Identitas)


Tahap kelima merupakan tahap adolesen (remaja), yang dimulai pada saat masa puber
dan berakhir pada usia 18 atau 20 tahun. Masa Remaja (adolescence) ditandai adanya
kecenderungan identity – Identity Confusion. Pada tahap ini, terjadi perubahan pada
fisik dan jiwa di masa biologis seperti orang dewasa sehingga tampak adanya
kontraindikasi bahwa di lain pihak ia dianggap dewasa tetapi di sisi lain ia dianggap
belum dewasa. Tahap ini merupakan masa stansarisasi diri yaitu anak mencari
identitas dalam bidang seksual, umur dan kegiatan. Peran orang tua sebagai sumber
perlindungan dan nilai utama mulai menurun, adapun peran kelompok atau teman
sebaya tinggi.
Menurut Erikson masa ini merupakan masa yang mempunyai peranan penting, karena
melalui tahap ini orang harus mencapai tingkat identitas ego, dalam pengertiannya
identitas pribadi berarti mengetahui siapa dirinya dan bagaimana cara seseorang terjun
ke tengah masyarakat.

Intimacy vs Isolation (Keintiman vs Isolasi)

3
Masa dewasa awal yang berusia sekitar 20-30 tahun. Masa Dewasa Awal (Young
adulthood) ditandai adanya kecenderungan intimacy – isolation. Kalau pada masa
sebelumnya, individu memiliki ikatan yang kuat dengan kelompok sebaya, namun
pada masa ini ikatan kelompok sudah mulai longgar. Mereka sudah mulai selektif, dia
membina hubungan yang intim hanya dengan orang-orang tertentu yang sepaham.
Jadi pada tahap ini timbul dorongan untuk membentuk hubungan yang intim dengan
orang-orang tertentu, dan kurang akrab atau renggang dengan yang lainnya.
Jenjang ini menurut Erikson adalah ingin mencapai kedekatan dengan orang lain dan
berusaha menghindar dari sikap menyendiri. Periode diperlihatkan dengan adanya
hubungan spesial dengan orang lain yang biasanya disebut dengan istilah pacaran
guna memperlihatkan dan mencapai kelekatan dan kedekatan dengan orang lain. Tapi,
jika pada tahap ini tidak mempunyai kemampuan untuk menjalin relasi dengan orang
lain secara baik. Maka Erikson menyebut adanya kecenderungan maladaptif yang
muncul dalam periode ini ialah rasa cuek, dimana seseorang sudah merasa terlalu
bebas, sehingga mereka dapat berbuat sesuka hati tanpa memperdulikan. Sementara
dari segi lain atau malignansi Erikson menyebutnya dengan keterkucilan, yaitu
kecenderungan orang untuk mengisolasi/menutup diri sendiri dari cinta, persahabatan
dan masyarakat, selain itu dapat juga muncul rasa benci dan dendam sebagai bentuk
dari kesendirian dan kesepian yang dirasakan.

Generativity vs Stagnation (Generativitas vs Stagnasi)


Masa dewasa (dewasa tengah) berada pada posisi ke tujuh, dan ditempati oleh orang-
orang yang berusia sekitar 30 sampai 60 tahun. Masa Dewasa (Adulthood) ditandai
adanya kecenderungan generativity-stagnation. Sesuai dengan namanya masa dewasa,
pada tahap ini individu telah mencapai puncak dari perkembangan segala
kemampuannya. Pengetahuannya cukup luas, kecakapannya cukup banyak, sehingga
perkembangan individu sangat pesat.
Pada tahap ini, individu memberikan sesuatu kepada dunia sebagai balasan dari apa
yang telah dunia berikan untuk dirinya, juga melakukan sesuatu yang dapat
memastikan kelangsungan generasi penerus di masa depan. Ketidakmampuan untuk
memiliki pandangan generatif akan menciptakan perasaan bahwa hidup ini tidak 5
berharga dan membosankan. Bila individu berhasil mengatasi krisis pada masa ini
maka keterampilan ego yang dimiliki adalah perhatian.

4
Ego Integrity versus Despair (Integritas vs Keputusasaan)
Tahap terakhir dalam teorinya Erikson disebut tahap usia senja yang diduduki oleh
orang-orang yang berusia sekitar 60 atau 65 ke atas. Masa hari tua (Senescence)
ditandai adanya kecenderungan ego integrity – despair.Pada masa ini individu
telah memiliki kesatuan atau intregitas pribadi, semua yang telah dikaji dan
didalaminya telah menjadi milik pribadinya. Pada tahap usia lanjut ini, mereka juga
dapat mengingat kembali masa lalu dan melihat makna, ketentraman dan integritas.
Refleksi ke masa lalu itu terasa menyenangkan dan pencarian saat ini adalah untuk
mengintegrasikan tujuan hidup yang telah dikejar selama bertahun-tahun. Kegagalan
dalam melewati tahapan ini akan menyebabkan munculnya rasa putus asa.

Teori Psikoanalisa Freud Dan Erikson


Psikoanalisa Freud Dan Erikson
Berupaya menjelaskan hakekat dan perkembangan kepribadian. Unsur-unsur yang
sangat diutamakan dalam teori ini adalah motivasi, emosi dan aspek-aspek internal
lainnya. Teori ini mengasumsikan bahwa kepribadian berkembang ketika terjadi
konflik-konflik dari aspek-aspek psikologis tersebut, yang umumnya terjadi selama
masa kanak-kanak dini. Teoritisi Psikodinamik percaya bahwa perkembangan
merupakan suatu proses aktif dan dinamis yang sangat dipengaruhi oleh dorongan-
dorongan atau impuls-impuls individual yang dibawa sejak lahir serta pengalaman-
pengalaman social dan emosional mereka. Teori psikodinamik dalam psikologi
perkembangan banyak dipengaruhi Sigmund Freud dan Erik Erikson.

Sigmund Freud (1856-1939) merupakan pelopor teori psikodinamika. Teori yang


dikemukakan Freud berfokus pada masalah alam bawah sadar, sebagai salah satu
aspek kepribadian seseorang. Penekanan Freud pada alam bawah sadar berasal dari
pelacakannya terhadap pengalaman-pengalam pribadi para pasiennya, dimana
ditemukan bahwa peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa kanak-kanak sangat
mempengaruhi kehidupan pasien dimasa selanjutnya. Impresinya terhadap pentingnya
periode awal kehidupan manusia, yang informasinya kemudian tertanam dalam alam

5
bawah sadar, meyakinkannya bahwa informasi dalam alam bawah sadar itu sangat
penting, karena dari situlah muncul berbagai gangguan emosi.

Frued yakin bahwa kepribadian manusia memiliki 3 struktur penting yaitu :

 Id merupakan struktur kepribadian yang asli, yang berisi segala sesuatu yang secara
psikologis telah ada sejak lahir, termasuk insting-insting. Id merupakan gudang energi
psikis dan menyediakan seluruh daya untuk menggerakan kedua struktur kepribadian
lainnya.
 Ego adalah struktur kepribadian yang berurusan dengan tuntutan realitas. Ego disebut
sebagai badan pelaksana kepribadian, karena ego membuat keputusan-keputusan
rasional.
 Superego adalah struktur kepribadian yang merupakan badan moral kepribadian.
Perhatian utamanya adalah memutuskan apakah sesuatu itu benar atau salah, sehingga
ia dapat bertindak sesuai dengan norma-norma moral yang diakui oleh masyarakat.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa id, ego, dan superego adalah suatu konsep
yang dikembangkan Freud untuk menjelaskan komponen-komponen perkembangan
biologis (id), psikologis (ego), dan social (superego). Ketiga komponen kepribadian
ini berkembang melalui tahap-tahap perkembangan psikoseksual. Freud menggunakan
istilah-istilah “seksual” untuk segala tindakan dan pikiran yang memberi kenikmatan
atau kepuasan, dan istilah “psikoseksual” digunakan untuk menunjukkan bahwa
proses perkembangan psikologis ditandai dengan adanya libido (energi seksual) yang
dipusatkan pada daerah-daerah tubuh tertentu yang berbeda-beda. Freud yakin bahwa
perkembangan manusia melewati 5 tahap perkembangan psikoseksual dan bahwa
setiap tahap perkembangan tersebut individu mengalami kenikmatan pada satu bagian
tubuh lebih daripada bagian tubuh lainnya

CIRI-CIRI
TAHAP USIA PERKEMBANGAN

oral 0-1 Bayi merasakan


kenikmatan pada
daerah mulut.
Mengunyah,

6
menggigit dan
menghisap adalah
sumber utama
kenikmatan.

Kenikmatan terbesar
anak terdapat disekitar
daerah lubang anus.
Rangsangan pada
daerah lubang anus ini
berkaitan erat dengan
Anal 1-3 kegiatan buang air
besar.

Kenikmatan berfokus
pada alat kelamin,
ketika anak
menemukan bahwa
manipulasi diri dapat
memberi kenikmatan.
Anak mulai menaruh
perhatian pada
perbedaan-perbedaan
anatomic antara lak-
laki dan perempuan,
terhadap asal-usul bayi
dan terhadap hal-hal
Phallic 3-6 yang berkaitan dengan
kegiatan seks.

Anak menekan semua


Latency 6-12 minat terhadap seks
dan mengembangkan
ketrampilan social dan
intelektual. Kegiatan

7
ini menyalurkan
banyak energi anak
kedalam bidang-
bidang yang amn
secara emosional dan
menolong anak
melupakan konflik
pada tahap phalic yang
sangat menekan.

Dorongan-dorongan
seks yang ada pada
masa phallic kembali
berkembang, setelah
berada pada keadaan
tenang selama masa
latency. Kematangan
fisiologis ketika anak
memasuki masa
remaja, mempengaruhi
timbulnya daerah-
12- daerah erogen pada
Genital dewasa alat kelamin sebagai
sumber kenikmatan

Teori Psikoanalisis menurut Sigmund Freud


Teori psikologi yang paling banyak diacu dalam pendekatan psikologi atau yang
paling dominan dalam analisis karya sastra adalah teori Psikoanalisis Sigmund Freud.
Menurut Freud, psikoanalisis ialah sebuah metode perawatan medis bagi orang-orang
yang menderita gangguan syaraf. Psikoanalisis merupakan suatu jenis terapi yang
bertujuan untuk mengobati seseorang yang mengalami penyimpangan mental dan
saraf. Lebih lanjut lagi, menurut Fudyartanta psikoanalisis merupakan psikologi
ketidak-sadaran, perhatian-perhatiannya tertuju ke arah bidang-bidang motivasi,

8
emosi, konflik, simpton-simpton neurotik, mimpi-mimpi, dan sifat-sifat karakter.
Psikoanalisis dikembangkan oleh Sigmund Freud ketika ia menangani neurosis dan
masalah mental lainnya.
Menurut Corey, sumbangan-sumbangan utama yang bersejarah dari teori dan praktek
psikoanalitik mencakup:
(1) Kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami, dan pemahaman terhadap
sifat manusia bisa diterapkan pada peredaan penderitaan manusia.
(2) Tingkah laku diketahui sering ditentukan oleh faktor-faktor tak sadar.
(3) Perkembangan pada masa dini kanak-kanak memiliki pengaruh yang kuat terhadap
kepribadian di masa dewasa.
(4) Teori psikoanalitik menyediakan kerangka kerja yang berharga untuk memahami
cara-cara yang digunakan oleh individu dalam mengatasi kecemasan dengan
mengandaikan adanya mekanisme-mekanisme yang bekerja untuk menghindari
luapan kecemasan.
(5) Pendekatan psikoanalitik telah memberikan cara-cara mencari keterangan dari
ketaksadaran melalui analisis atas mimpi-mimpi, resistensi-resistensi, dan
transferensi-transferensi
Dalam teori psikoanalisis yang dipakainya, kepribadian dipandang sebagai suatu
struktur yang terdiri dari tiga unsur dan sistem, yakni Id (Das Es), Ego (Das
Ich), dan Superego (Das Uber Ich). Ketiga sistem kepribadian ini satu sama lain saling
berkaitan serta membentuk totalitas dan tingkah laku manusia yang tak lain
merupakan produk interaksi ketiganya. Id adalah komponen biologis, ego adalah
komponen psikologis, sedangkan superego merupakan komponen sosial.
Berikut akan dijelaskan lebih lanjut mengenai ketiga sistem kepribadian menurut teori
psikoanalisis Sigmund Freud:
1. Id
Id adalah sistem kepribadian yang asli atau sistem kepribadian yang paling dasar,
sistem yang di dalamnya terdapat naluri bawaan. Adapun menurut Palmquist, id ialah
bagian bawah sadar psikis yang berusaha memenuhi dorongan naluriah dasar. Lebih
lanjut lagi menurut Corey, id merupakan tempat bersemayam naluri-naluri. Id kurang
terorganisasi, buta, menuntut, mendesak, dan bersifat tidak sadar. Id hanya timbul
oleh kesenangan tanpa disadari oleh nilai, etika, dan akhlak. Dengan beroperasi pada
prinsip kesenangan ini, id merupakan sumber semua energi psikis, yakni libido, dan
pada dasarnya bersifat seksual.

9
Id adalah aspek biologis dan merupakan sistem original dalam kepribadian dan dari
aspek ini kedua aspek lain tumbuh. Id hanya memburu hawa nafsunya saja tanpa
menilai hal tersebut baik atau buruk. Ia merupakan bagian ketidaksadaran yang
primitif di dalam pikiran, yang terlahir bersama individu. Id bekerja sejalan dengan
prinsip-prinsip kenikmatan, yang bisa dipahami sebagai dorongan untuk selalu
memenuhi kebutuhan dengan serta merta. Fungsi satu-satunya id adalah untuk
mengusahakan segera tersalurnya kumpulan-kumpulan energi atau ketegangan yang
dicurahkan dalam jasadnya oleh rangsangan-rangsangan, baik dari dalam maupun dari
luar. Ia bertugas menerjemahkan kebutuhan satu organisme menjadi daya-daya
motivasional, yang dengan kata lain disebut dengan insting atau nafsu. Freud juga
menyebutnya dengan kebutuhan. Penerjemahan dari kebutuhan menjadi keinginan ini
disebut dengan proses primer.
2. Ego
Ego berbeda dengan Id. Ego ialah sistem kepribadian yang bertindak sebagai
pengarah individu kepada objek dari kenyataan, dan menjalankan fungsinya
berdasarkan prinsip kenyataan. Adapun menurut Ahmadi, ego tampak sebagai pikiran
dan pertimbangan. Ego bertindak sebagai lawan dari Id. Ego timbul karena adanya
kebutuhan-kebutuhan organisme memerlukan transaksi-transaksi yang sesuai dengan
dunia kenyataan.
Ego memiliki kontak dengan dunia eksternal dari kenyataan. Ego adalah eksekutif
dari kepribadian yang memerintah, mengendalikan, dan mengatur. Ego merupakan
tempat berasalnya kesadaran, biarpun tak semua fungsinya bisa dibawa keluar dengan
sadar.
Ego merupakan aspek psikologis yang timbul karena kebutuhan organisme untuk
berhubungan secara baik dengan dunia kenyataan. Ego dapat membedakan sesuatu
yang hanya ada di dalam dunia batin dan sesuatu yang ada di dunia luar. Peran utama
ego adalah menjadi jembatan antara kebutuhan insting dengan keadaan lingkungan,
demi kepentingan adanya organisme.
Menurut Bertens tugas ego adalah untuk mempertahankan kepribadiannya sendiri dan
menjamin penyesuaian dengan alam sekitar. Ego juga mengontrol apa yang mau
masuk kesadaran dan apa yang akan dikerjakannya. Ego menghubungkan organisme
dengan realitas dunia melalui alam sadar yang dia tempati, dan dia mencari objek-
objek untuk memuaskan keinginan dan nafsu yang dimunculkan id untuk

10
merepresentasikan apa yang dibutuhkan organisme. Proses penyelesaian ini disebut
dengan proses sekunder.
3. Superego
Superego ialah sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang
sifatnya evaluatif. Ia bertindak sebagai pengarah atau hakim bagi egonya. Menurut
Kartono Superego adalah zat yang paling tinggi pada diri manusia, yang memberikan
garis-garis pengarahan ethis dan norma-norma yang harus dianut. Superego lebih
merupakan kesempurnaan daripada kesenangan, karena itu dapat dianggap sebagai
aspek moral kepribadian.
Adapun superego menurut Palmquist, adalah bagian dari jiwa manusia yang
dihasilkan dalam menanggapi pengaruh orangtua, guru, dan figur-figur otoritas
lainnya pada masa anak-anak. Inilah gudang psiki bagi semua pandangan tentang
yang benar dan yang salah.
Superego adalah cabang moral atau hukum dari kepribadian. Superego
merepresentasikan hal yang ideal, dan mendorongnya bukan kepada kesenangan,
melainkan kepada kesempurnaan. Superego berkaitan dengan imbalan-imbalan dan
hukuman-hukuman. Imbalan-imbalannya adalah perasaan-perasaan bangga dan
mencintai diri, sedangkan hukuman-hukumannya adalah perasaan-perasaan berdosa
dan rendah diri.
Lebih lanjut lagi, Menurut Hall dan Gardner Fungsi utama dari superego antara lain
(1) sebagai pengendali dorongan-dorongan atau impuls-impuls naluri id agar impuls-
impuls tersebut disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat diterima oleh
masyarakat;
(2) mengarahkan ego pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan moral ketimbang dengan
kenyataan; dan
(3) mendorong individu kepada kesempurnaan. Superego senantiasa memaksa ego
untuk menekan hasrat-hasrat yang berbeda ke alam bawah sadar. Superego, bersama
dengan id, berada di alam bawah sadar.
Jadi superego cenderung untuk menentang, baik ego maupun id, dan membuat dunia
menurut konsepsi yang ideal. Ketiga aspek tersebut meski memiliki karakteristik
sendiri dalam prakteknya, namun ketiganya selalu berinteraksi secara dinamis.

Mekanisme Pertahanan Ego

11
Mekanisme pertahahan ego termasuk dalam teori psikoanalisis Sigmund Freud.
Timbulnya mekanisme pertahanan ego tersebut, karena adanya kecemasan-kecemasan
yang dirasakan individu. Maka, mekanisme pertahanan ego terkait dengan kecemasan
individu. Adapun definisi kecemasan ialah perasaan terjepit atau terancam, ketika
terjadi konflik yang menguasai ego. Kecemasan-kecemasan ini ditimbulkan oleh
ketegangan yang datang dari luar.
Sigmund Freud sendiri mengartikan mekanisme pertahanan ego sebagai strategi yang
digunakan individu untuk mencegah kemunculan terbuka dari dorongan-dorongan id
maupun untuk menghadapi tekanan superego atas ego, dengan tujuan agar kecemasan
bisa dikurangi atau diredakan.
Mekanisme-mekanisme pertahanan ego itu tidak selalu patologis, dan bisa memiliki
nilai penyesuaian jika tidak menjadi suatu gaya hidup untuk menghindari kenyataan.
Mekanisme-mekanisme pertahanan ego yang digunakan oleh individu bergantung
pada taraf perkembangan dan derajat kecemasan yang dialaminya.
Lebih lanjut lagi, semua mekanisme pertahanan ego memiliki dua ciri umum, yakni
(1) mereka menyangkal, memalsukan atau mendistorsikan kenyataan, dan
(2) mereka bekerja secara tidak sadar sehingga orangnya tidak tahu apa yang terjadi.
Menurut Freud, sebenarnya ada bermacam bentuk mekanisme pertahanan ego yang
umum dijumpai, tetapi peneliti hanya mengambil sembilan macam saja, yakni:
(1) represi,
(2) sublimasi,
(3) proyeksi,
(4) displacement,
(5) rasionalisasi,
(6) pembentukan reaksi atau reaksi formasi,
(7) melakonkan,
(8) nomadisme, dan
(9) simpatisme.
Konsep alam bawah sadar Freud sering didera kritik. Kalangan behavioris, humanis
dan eksistensialis oercaya bahwa:
 Dorongan-dorongan dan persoalan-persoalan yang dikaitkan dengan alam bawha
sadar ternyata lebih sedikit dari perkiraan Freud,
 Bahwa alam bawah sadar ternyata tidak serumit dan sekompleks yang
dibayangkan Freud. Sebagian psikolog masa kini mengartikan alam bawah sadar

12
dengan apa pun yang tidak perlu atau tidak ingin kita lihat. Bahkan ada teoritikus
yang tidak menggunakan konsep alam bawah sadar ini sama sekali.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Teori psikososial Erikson berkaitan dengan prinsip – prinsip dari perkembangan
secara psikologi dan sosial, dan merupakan bentuk pengembangan dari teori
psikoseksual dari Sigmund Freud. Delapan tahapan yang dibuat oleh Erikson yaitu:
 Trust vs Mistrust ( Percaya & Tidak Percaya, 0-18 bulan)
 Otonomi vs Malu dan Ragu – ragu (Autonomy vs Shame and Doubt, 18 bulan
– 3 tahun)
 Initiative vs Guilt (Inisiatif vs Rasa Bersalah, 3 – 6 tahun)
 Industry vs Inferiority ( Tekun vs Rasa Rendah Diri, 6-12 tahun)
 Identity vs Role Confusion ( Identitas vs Kebingungan Peran, 12-18 tahun)
 Intimacy vs Isolation ( Keintiman vs Isolasi, 18-35 tahun)
 Generativity vs Stagnation ( Bangkit vs Stagnan, 35-64 tahun)
 Integrity vs Despair (Integritas vs Keputusasaan, 65 tahun keatas)
Teori erikson ini mempunyai kelebihan yakni sebenarnya teori dari Erikson adalah
pengembangan dari teori Freud. Banyak orang yang lebih memilih teori Erikson
daripada teori Freud karena Erikson mencakup seluruh masa dan tahapan kanak –
kanak hingga lanjut usia sementara Freud hanya sebagian diantaranya yaitu sampai
masa remaja dan juga karena banyak orang tidak percaya bahwa manusia hanya
didominasi oleh naluri seksual mereka seperti yang dinyatakan Freud. Erikson
menangkap banyak masalah utama dalam kehidupan yang menjadi dasar
pembentukan teori psikososisalnya tersebut. Teori psikososial Erikson dianggap lebih
realistis karena membawa aspek kehidupan seperti sosial dan budaya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Cramer, Craig, Flynn, Bernadette. & La Fave, Ann. 1997. Critiques & Controversies
of Erikson. Tersedia di :
https://web.cortland.edu/andersmd/erik/crit.html [Diakses 26 Oktober pada
pukul 13.30]

Krisnawati Yeni., 2014. Teori Psikologi Perkembagan Erik H. Erikson dan


Manfaatnya Bagi Tugas Pendidikan Kristen Dewasa Ini. Tersedia di :
https://sttpb.ac.id/e-journal/index.php/kurios/article/view/20/21 [Diakses pada
26 Oktober 2020 pada pukul 14.05]

Retno Devita., Teori Psikososial Erikson dan Perkembangannya. Tersedia di:


https://dosenpsikologi.com/teori-psikososial-erikson [Diakses 26 Oktober
2020 pada pukul 14.40]

Eriyono B. W, Mustikasari.2019. Aspek Psikososial Model Erik Erikson pada


Perilaku Toileting Anaka Usia Toddler. Jurnal Ilmiah Keperawatan Indonesia.
Tersedia di : http://jurnal.umt.ac.id/index.php/jik/article/view/1485/1615 Vol 3
no. 1 : 2-8 [Diakses 28 Oktober 2020 pada pukul 14:47]

Thahir, A. (2018). Psikologi Perkembangan. Tersedia di :


http://repository.radenintan.ac.id/id/eprint/11010 [Diakses 26 Oktober 2020
pada pukul 21.12]

Reindravi, S. (2000). Perkembangan Psikososial Anak. Bagian/SMF Psikiatri


Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat
Sanglah Denpasar. Tersedia di :
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/7029/5274 [Diakses 26
Oktober 2020 pada pukul 21.23]

14
15

Anda mungkin juga menyukai