Anda di halaman 1dari 12

PRAKTIK PSIKODINAMIKA

TUGAS
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Kesos Dasar Pada
Jurusan Kesejahteraan Sosial

Dosen Pembina
Nurul Husna, S,Sos, I., M.Si.

Oleh
Kelompok 1

Jihan Maghfirah Silwin (210405014)

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI


UIN AR-RANIRY
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, Berkat Kesehatan dan hidayah-Nya,
makalah yang berjudul “Teori Psikodinamika” dapat saya selesaikan dengan lancar dan sesuai
waktu yang telah ditetapkan.
Shalawat dan salam saya haturkan kepada Nabi Muhammad SAW. Beserta keluarga dan
sahabatnya yang setia mengorbankan jiwa raga dan lainnya untuk tegaknya syi‟ar Islam, yang
pengaruh dan manfaatnya hingga kini maih terasa.
Selanjutnya makalah ini saya buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Kesos Dasar
yang dibimbing oleh Ibuk Nurul Husna, S,Sos, I., M.Si. Saya sadar bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan agar makalah
selanjutnya dapat menjadi lebih baik lagi.
Akhir kata, terima kasih kami ucapkan kepada pihak-pihak yang membantu suksesnya
makalah ini, khususnya kepada dosen saya Ibuk Nurul Husna, S,Sos, I., M.Si Semoga makalah
ini dapat bermanfaat dalam kehidupan kita sehari-hari.

Banda Aceh, 30 Mei 2022

Jihan Maghfirah Silwin


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. 2


DAFTAR ISI................................................................................................................................................. 3
BAB I ............................................................................................................................................................ 4
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang ................................................................................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................................................................. 4
1.3. Tujuan ................................................................................................................................................ 4
BAB II........................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 5
2.1. Teori Psikodinamika .......................................................................................................................... 5
2.2. Pencetus Teori Psikodinamika ........................................................................................................... 5
2.3. Teori Psikodinamik ............................................................................................................................ 6
2.4. Penyempurnaan Teori Psikodinamika Freud ..................................................................................... 9
2.5. Contoh penerapan Teori Psikodinamika Pada Pembelajaran Fisika ................................................ 10
BAB III ....................................................................................................................................................... 11
PENUTUPAN ............................................................................................................................................. 11
3.1. Kesimpulan ...................................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 12
BAB I
PEMBAHASAN

1.1. Latar Belakang


Psikodinamika merupakan salah satu pendekatan yang cukup tua, tentu saja salah satunya
disebabkan karena pendekatan ini merupakan pendekatan yang pertama kali muncul dalam dunia
psikologi.
Teori psikodinamika adalah teori yang berusaha menjelaskan hakikat dan perkembangan
kepribadian. Unsur-unsur yang diutamakan dalam teori ini adalah motivasi, emosi, dan aspek-
aspek internal lainnya. Teori ini mengasumsikan bahwa kepribadian berkembang ketika terjadi
konflik-konflik dari aspek-aspek psikologis tersebut, yang pada umumnya terjadi pada anak usia
dini.
Teori psikodinamika atau tradisi klinis berangkat dari dua asumsi dasar. Pertama, manusia
bagian dari dunia binatag. Kedua, manusia adalah bagian dari sistem energi. Kunci utama untuk
memahami manusia menurut paradigma psikodinamika adalah mengenali semua sumber
terjadinya pelaku, baik itu berupa dorongan yang disadari maupun yang tidak disadari. Maka,
untuk menembah pemahaman tentang teori psikodinamika, pada kesempatan kali ini kami akan
menjelaskan teori tersebut secara menyeluruh.

1.2. Rumusan Masalah


1. Siapa tokoh yang berperan dalam teori perkembangan psikodinamika?
2. Bagaimana fase-fase perkembanganan menurut teori yang dikemukakan oleh Sigmund
Freud?
3. BagaimanaTeori Perkembangan Anak Perspektif Psikodinamika Erikson?
4. Bagaiamana Penyempurnaan Teori Psikodinamika Freud?
5. Bagaimana contoh penerapan psikodinamika pada pembelajaran fisika?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui tokoh yang berperan dalam teori perkembangan psikodinamika
2. Untuk mengetahui fase-fase perkembanganan menurut teori yang dikemukakan oleh
edmund freud.
3. Untuk mengetahui Teori Perkembangan Anak Perspektif Psikodinamika Erikson
4. Untuk mengetetahui penyempurnaan teori Psikodinamika Freud
5. Agar bisa menerapkan dan atau memahami beberapa contoh dari teori perkembangan
psikodinamika
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Teori Psikodinamika


Teori psikodinamika adalah teori yang berusaha menjelaskan hakikat dan perkembagan
kepribadian. Teori ini di dasarkan pada asumsi bahwa prilaku berasal dari gerakan dan interaksi
dalam fikiran manusia, kemudian pikiran merangsang prilaku dan keduanya saling
mempengaruhi dan di pengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Setiap tindakan kita merupakan hasil
interaksi dan pergerakan dalam fikiran kita. Kunci utama untuk memahami manusia menurut
paradigma psikodinamika adalah mengenali semua sumber terjadinya prilaku, baik itu berupa
dorongan yang di disadari maupun yang tidak di sadari.

2.2. Pencetus Teori Psikodinamika


1. Sigmund Freud

Sigmund Freud lahir, 6 Mei 1856 di Freiberg, dan meninggal di London, 23 September 1939
pada umur 83 tahun. Sigmund Freud adalah seorang Austria keturunan Yahudi dan pendiri aliran
psikoanalisis dalam bidang ilmu psikologi. Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga
tingkatan kesadaran, yakni sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak-sadar
(unconscious). Konsep dari teori Freud yang paling terkenal adalah tentang adanya alam bawah
sadar yang mengendalikan sebagian besar perilaku. Selain itu, dia juga memberikan pernyataan
bahwa perilaku manusia didasari pada hasrat seksualitas yang pada awalnya dirasakan oleh
manusia semenjak kecil dari ibunya.

Metode Freud yang digunakan untuk menyembuhkan penderita tekanan psikologis yaitu
asosiasi bebas dan analisis mimpi. Dasar terciptanya metode tersebut adalah dari konsep alam
bawah sadar, asosiasi bebas adalah metode yang digunakan untuk mengungkap masalah –
masalah yang ditekan oleh diri seseorang. Sedangkan analisis mimpi, digunakan oleh Freud dari
pemahamannya bahwa mimpi merupakan pesan alam bawah sadar yang abstrak terhadap alam
sadar, pesan-pesan ini berisi keinginan, ketakutan dan berbagai macam aktivitas emosi lain,
hingga aktivitas emosi yang sama sekali tidak disadari. Sehingga metode Analisis Mimpi dapat
digunakan untuk mengungkap pesan bawah sadar atau permasalahan terpendam. Ketika
permasalahan alam bawah sadar ini terungkap, maka untuk penyelesaianselanjutnya akan lebih
mudah untuk diselesaikan.

2. Erik Erikson

Erik Erikson lahir di Frankfurt-am-Main, Jerman, 15 Juni 1902 – meninggal di Harwich,


Amerika Serikat pada umur 91 tahun.Erik Erikson adalah seorang psikolog Jerman yang
terkenal dengan teori tentang delapan tahap perkembangan pada manusia. Erikson menjadi
terkenal karena upayanya dalam mengembangkan teori tentang tahap perkembangan manusia
yang dirintis oleh Freud.
2.3. Teori Psikodinamik
1. Teori Perkembangan Anak Perspektif Psikodinamika Freud

Freud berpendapat bahwa perkembangan jiwa atau kepribadian seseorang di tentukan oleh
komponen dasar yang bersifat sosio-efektif, yakni ketegangan yang ada pada diri seseorang itu
ikut menentukandinamika di tengah-tengah lingkungannya. Sehingga Freud membagi struktur
kepribadian atau jiwa seseorang menjadi tiga yaitu:

a. Id (Das Es), Id adalah sistem energi yang fenomenal pada diri manusia yang dibawa sejak
lahir. Id hanya mengikuti prinsip kesenangan untuk memenuhi keinginannya. Id bersifat
murni tidak mengetahui tentang batasan, tidak tahu tentang hukum ataupun peraturan. Id
ini muncul pada bayi yang baru lahir sampai usia 1 tahun (Bischof, 1970). Muncul rasa
lapar dan haus mengakibatkan bayi berusaha mempertahankan keseimbangan hidupnya
dengan berusaha memperoleh makanan dan minuman.
Libido adalah bagian dari Id yang yang berhubungan dengan energi pada manusia yang
berkenaan untuk melanjutkan keturunannya di muka bumi. Libido berkaitan dengan
keinginan seksual alami pada manusia (Bischof, 1970).
b. Ego (Das Ich ), Ego adalah perpanjangan dari Id yang mengikuti prinsip realitas. Ego
mulai muncul pada anak berumur 2 tahunan. Semakin sesuai ego dengan id individu
tampak semakin berbahagia (Bischof, 1970). Ego berhubungan dengan kenyataan tetapi
ego tidak mempertimbangkan moral. Misal ketika individu lapar secara realistis hanya
diatasi dengan makan. Dalam hal ini ego mempertimbangkan cara memperoleh makanan
dan mempertimbangan makanan tersebut layak atau tidak. Dengan demikian ego
berfungsi untuk melibatkan proses sekunder yang melibatkan penguntrolan fungsi
kognitif dan intelektual (Hall & Lindzey, 1981).
c. Superego (Das Uaber Ich), Superego adalah bagian ketiga dari kepribadian seseorang.
Seseorang yang berhasil mengembangkan superegonya kepribadiannya telah berkembang
dengan penuh. Superego membuat keputusan mengenai sesuatu perbuatan itu baik atau
buruk berdasarkan standar yang telah diterima oleh masyarakat (Bischof, 1970).
Superego berkaitan dengan kesadaran seorang individu atau bisa juga dikatakan dengan
hati nurani.Superego adalah aspek sosiologis dari kepribadian yang isinya berupa nilai-
nilai atau aturan-aturan yang sifatnya normatif. Superego ini terbentuk melalui
internalisasi nilai-nilai dari figur-figur berperan, berpengaruh atau berarti bagi individu.

Selajutnya Freud menyatakan bahwa perkembangan kpribadian berlangsung melalui lima fase,
yang berhubungan dengan kepekaan pada daerah-daerah erogen atau bagian tubuh tertentu yang
sensitive terhadap rangsangan. Kelima fase perkembangan kepribadian adalah sebagai berikut:
A. Fase oral (oral stage: O sampai kira-kira 18 bulan

Pada tahap oral, sumber utama bayi berinteraksi terjadi melalui mulut, sehingga perakaran
dan refleks mengisap adalah sangat penting. Mulut sangat penting untuk makan, dan bayi
merasakan kesenangan dari rangsanga oral melaui kegiatan memuaskan seperti mencicipi dan
mengisap. Karena bayi sepenuhnya bergantung pada pengasuh (yang bertanggung jawab untuk
member makan bayi, bayi juga mengembangkanrasa kepercayaan dan kenyamanan melalui
setimulusi oral. Konflik utama pada tahap ini adalah prioses penyapihan, anak harus menjadi
kurang bergantung pada para pengasuh. Jika fiksasi terjadi pada tahap ini, Freud percaya
induvidu akan memiliki maslah dengan ketergantungan atau agresi. Fiksasi oral dapat
mengakibatkan maslah dengan minum, merokok makan, atau menggigit kuku.

B. Fase anal (anal stage: kira-kira usia 18 bulan sampai 3 tahun

Pada tahap anal, Freud percaya bahwa focus awal dari libio adalah pada pengendalian kandung
kemih dan buang air besar. Konflik untama pada tahap ini adalah pelatihan toilet. Anak harus
belajar untuk mengendalikan kebutuhan tubuhnya. Mengembangkan control ini menyebabkan
rasa prestasi dan kemandirian. Menurut Freud, keberhasilan pada tahap ini tergantung pada cara
di mana orang tua melakukan pendekatan pelatihan toilet. Orang uyang memanfaatkan pujian
dan penghargaan untuk menggunakan toilet pada saat yang tepat mendorong hasil positif dan
membantu anak-anak merasa mampu an produktif. Freud percaya bahwa pengalaman positif
selama tahap ini menjadikan dasar seseorang menjadi orang dewasayang kompeten, produktif,
dan kreatif. Namun, tidak semua orangtua memberikan dukungan kepada anak-anak mereka
selama tahap ini.Menurut Freud, pada fase ini apabila pengontrolan orangtua pada anak yang
terlalu longgar akan mengakibatkan anak itu menjadi seorang yang boros dan memiliki
kepribadian yang berantakan. Jika orang tua terlalu ketat atau terlalu dini memulai toilet traning
kepada seorang anak maka kepribadian kuatlah yang akan berkembang di mana seorang anak
akan menjadi tertib, kaku, dan obseif.

C. Fase falis (phallic stage: kira-kira usia 3 samapai 6 tahun

Pada tahap falis, focus utama dari libido adalah pada alat klamin. Anak-anak mulai menemukan antara
pria dan wanita. Freud juga percaya bahwa anak laki-laki mulai melihat ayah mereka sabagai saingan
untuk memperoleh kasih sayang ibu. Kompleks Oedipus menggambarkan perasaan ini ingi memiliki ibu
dan ada keinginan untuk menggantika ayah. Namun, anak juga merasa khawatir bahwa ia akan di
hokum oleh ayah untuk perasaan ini, ketakutan ini di sebt Freud sebagai pengebirian kecemasan.

D. Fase laten (latency stage: kira-kira 6 sampai pubertas

Periode laten adalah saat eksplorasi di mana energy seksual tetap ada, tetapi di arahkan ke
daerah lain seperti pengejaran intelektual dan interaksi social. Tahap ini sangat penting dalam
pengembangan ketrampilan social, komunikasi dan kepercayaan diri.

E. Fase genital (genital stage: pubertas dan selanjutnya


Pada tahap akhir perkembangan psikoseksual, induvidu mengembangkan minat seksual yang
kuat pada lawan jenis. Di mana pada tahap-tahap awal hanya focus pada kebutuahan induvidu,
kepentingan kesejahteraan orang lain tumbuh selama tahap ini. Jika tahap lainnya telah selesai
dengan sukses, induvidu sekaranga harus seimbang, hangat dan peduli. Tujuan dari tahap ini
adalah untuk menetapkan keseimbanagan antara berbagai bidang kehidupan.

2. Teori Perkembangan Anak Perspektif Psikodinamika Erikson

Menurut erikson ada delapan tahap perkembangan terbentang ketika kita melalui siklus
kehidupan. Masing-masing tahap terdiri dari tugas perkembangan yang khas dan
mengedepankan induvidu dengan suatu krisis yang harus di hadapi. Bagi Erilson krisis
inibukanlah suatu bencana, tetapi suatu titik balik peningkatan kerentanan dan peningkatan
potensi. Semakin berhasil induvidu menghadapi krisis, akan semakin sehat perkembangan
mereka. Berikut adalah tahapan krisis perkembangan menurut erik Erikson

A. Kepercayaan vs ketidak percayaan12-18 bulan

Adalah suatu tahap psikososial pertama yang di alami dalam tahun pertama kehidupan. Rasa
percaya menuntut perasaan nyaman secara fisik dan sejumlah kecil kekhawatiran akan masa
depan. Kepercayaan pada bayi menentukan harapan bahwa dunia akan menjadi tempat tinggal
yang baik dan menyenangkan.

B. Autonomy vs rasa malu dan ragu (12-18 bulan hingga 3 tahun)

Adalah tahap perkembangan kedua yang berlangsung pada masa bayi dan baru mulai berjalan
(1-3tahun). Setelah memperoleh rasa percaya kepada pengasuh mereka, bayi mulai menemukan
bahwa prilaku mereka adalah atas kehendknya. Mereka menyadari kemauan mereka dengan rasa
mandiri dan otonomi mereka. Bila bayi cenderung di batasi maka mereka akan cenderung
mengembangkan rasa malu dan keragu-raguan.

C. Inisiatif vs rasa bersalah (3-6 tahun)

Merupakan tahap ketiga yang berlangsung selama tahun-tahun sekolah. Ketika mereka masuk
dunia sekolah mereka lebih ditantang di banding ketika masih bayi. Anak-anak di harapkan aktif
untuk menghadapi tantangan ini dengan rasa tanggung jawab atas prilaku mereka, mainan
mereka, dan hewan peliharaan mereka. Anak-anak bertanggung jawab meningkatkan prakarsa.
Namun, perasaan bersalah dapat muncul, bila anak tidak di beri kepercayaan dan di buat mereka
sangat cemas.

D. Indistri vs inverioritas (6 tahun-pubertas)

Berlangsung salama tahun-tahun sekolah dasar . tidak ada masalah lain yang lebih antusis
dari pada akhir periode masa awal anak-anak yang penuh imajinasi. Ketika anak-anak memasuki
tahun sekolah dasar, mereka mengarahkan energi mereka pada penguasaan pengetahuan dan
ketrampilan intelektual. Yang berbahaya pada tahap ini adalah perasaan tidak kompeten dan
tidak produktif.

E. Identitas vs kekacauan identitas (pubertas dewasa awal)

Adalah tahap kelima yang di alami individu selama tahun-tahun masa remaja. Pada tahap ini
mereka dinhadapkan oleh pencarian siapa mereka, bagaimana mereka nanti, dan kemana mereka
akan menuju masa depannya. Satu dimensi yang penting adalah penjajakan pilihan-pilihan
alternatif terhadap peran penjajakan karir merupakan hal penting. Orang tua harus mengizinkan
anak remaja menjajaki bayak peran dan berbagai jalan. Jika anak menjajaki berbagai peran dan
menemukan peran positif maka ia akan mencapai identitas yang positif. Jika orang tua menolak
identitas remaja sedangkan remaja tidak mengetahui banyak peran dan juga tidak di jelaskan
tentang jalan masa depan yang posotif maka ia akan mengalami kebingungan identitas.

F. Imitasi vs isolasi (dewasa awal)

Tahap ke enam yang di alami pada masa-masa dewasa. Pada masa ini induvidu di hadapi
tugas perkembangan pembentukan relasi intim dengan orang lain, keintiman akan di capai, kalau
tidak, isolasi akan terjadi.

G. Produksifitas vs staknasi (dewasa tengah)

Tahap ketujuh perkembangan yang di alami pada masa pertengahan dewasa. Persoalan
pertama adalah membantu generasi muda mengembangkan dan mengarahkan kehidupan yang
berguna (generality). Perasaan belum melakukan sesuatu untuk menolong generasi berikutnya.
Adalah stagnation.

H. Integritas evo vs putus asa (dewasa akhir)

Tahap kedelapan yang di alami pada masa dewasa akhir. Pada tahun terakhir kehidupan lalu
maka integritas tercapai. Sebaliknya, jika ia menganggapselama kehidupan lalu dengan cara
negative maka akan cenderung merasa bersalah dan kecewa.

2.4. Penyempurnaan Teori Psikodinamika Freud


Teori Psikodinamika / psikoanalisis banyak dikembangkan oleh pengikut-pengikut Freud
seperti Jung, Adler dan Horney. Teori Freud juga kemudian dikembangkan lagi oleh Erikson
1964. Namun kritikan terhadap teori Freud juga banyak karena menganggap teori psikodinamika
itu tidak dapat diuji secara empiris. Selain itu teori Freud ini dirasa terlalu mengedepankan
masalah seksualitas.

Erikson menambahkan tahap-tahap perkembangan dengan lebih detail disertai aspek


lingkungan yang perlu diberikan untuk menjadi pribadi yang baik
2.5. Contoh penerapan Teori Psikodinamika Pada Pembelajaran Fisika
Di Indonesia, pelajaran Fisika dimulai pada masa SMP yaitu pada fase sekitar pubertas. Ada
perbedaan-perbedaan cara mengajar Fisika yang disesuaikan dengan psikodinamika tiap fase
para peserta didik. Maka dari itu, pengajaran Fisika pada setiap jenjang pendidikan berbeda.

a. Pengajaran Fisika di SMP

Pengajar memberika contoh nyata terhadap materi yang sedang di pelajari. Missal pada materi
pengukuran, peserta didik harus di hadapkan langsung dengan alat-alat ukur seperti: neraca,
jangka sorong, micrometer skrup dan lainnya. Supaya para peserta didik dapat membedakan
antara satu dengan yang lainnya.

b. Pengajaran Fisika di SMA

Pada materi sedang di pelajari pengajar meberikan fungus dan penerapan dalam kehidupan
sehari-hari sehingga perserta didik dapat mengaplikasikannya. Misal neraca untuk mengukur
massa, jamgka sorong digunakan untuk mengukur panjang suatu benda dengan ketelitian tertentu
dan lainnya.

c. Pengajaran Fisika di Perguruan Tinggi

Peda masa ini pendidik adalah fasilitator sehingga peserta didik diharapkan mampu
mengembangkan materi secara mandiri. Sehingga di harapkan akan terjadi relasi di anatara
peserta didik, maupun peserta didik dengan pendidik. Agar tercipata sebuah hubungan yang
akrab antara peseta didik satu dengan yang lainnya serta pendidik dan peserta didik.
BAB III
PENUTUPAN
3.1. Kesimpulan
Kepribadian menurut Freud terdiri dari struktur dasar Id, Ego dan Superego. Seorang anak
yang baru lahir dibekali dengan Id yang mengikuti prinsip kesenangan semata. Setelah bayi
menjadi lebih besar keinginannya harus berhadapan pada realita di sekitanya sehingga munculah
apa yang disebut Ego yang mengikuti prinsip realitas. Kemudian karena pengaruh orang tua dan
lingkungan sosial muncullah apa yang dinamakan super ego.

Jika suatu saat pemenuhan ego terhambat seseorang menjadi cemas dan merasa tidak nyaman
lalu secara tidak sadar muncullah apa yang dinamakan mekanisme pertahanan ego.

Id pada orang dewasa tersimpan dalam alam ketidaksadaran, dan superego ada dalam
perilaku sadar manusia. Ego ada dalam wilayah sadar dan tidak sadar. Id secara tidak sadar
membentuk kepribadian seseorang.
DAFTAR PUSTAKA

Bischof, Ledford J. Interpreting Personality Theories. Harper and Row Publisher, 2nd edition,
New York, 1970.

Hall, Calvin S and Lindzey, Gardner. Theories Personality. John Wiley & Sons, 3rd edition, New
York, 1981

Jaali, H. Psikologi Pendidikan. Bumi Aksara, Jakartas, 2008.

Monks, F.J, Knoers A.M.P and Haditono, Siti Rahayu. Psikologi Perkembangan, Pengantar
dalam Berbagai Bagiannya. Gajah Mada University Press, cetakan ke 16, Yogyakarta,
2006.
Rahayu, Siti dkk.2006.Psikologi Perkembangan dalam Berbagai Bagiannya.Yogyakarta: UGM
prees

Anda mungkin juga menyukai