Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TEORI-TEORI PERKEMBANGAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik

Dosen Pengampu: Asma’ul Husna, S, Ag., M. Pd,

Disusun oleh: Kelompok 1

1. Hekal Fikri O (19106011010)


2. Nalal Muna (19106011137)
3. M. Kamalul Afif (19106011141)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG

2020
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat kepada kita semua sehingga kami bias menyelesaikan makalah
yang berjudul “Teori-Teori Perkembangan”. Sholawat serta salam senantiasa kita
haturkan kepada junjungan kita nabi agung Muhammad SAW. Yang kita nantikan
syafaatnya di hari kiamat, amiin.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Umum prodi
pendidikan agama islam yang diampu oleh Bu. Asma’ul Husna S. Ag., M. Pd ,. Dan
terimakasih kami ucapkan kepada orang tua kami yang selalu mendoakan kami
dimanapun kami berada. Tak lupa juga kami ucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini, sehingga
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekeliruan dan kesalahan, maka dari itu penulis mengharap kritik dan saran dari
pembaca sekalian demi kesempurnaan makalah ini, selanjutnya penulis berdo’a
semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Semarang, 10 April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................i

Daftar Isi...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................2

A. Teori Psikodinamika.............................................................................2
B. Teori Behaviorisme..............................................................................3
C. Teori Humanistik..................................................................................4
D. Teori Psikologi Transpersonal..............................................................5
E. Teori Nativisme....................................................................................5
F. Teori Empirisme...................................................................................6
G. Teori Konvergensi................................................................................7

BAB III PENUTUP..........................................................................................9

A. Kesimpulan ..........................................................................................9
B. Saran ....................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................10

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pendidikan merupakan kunci utama terpenting dalam pintu gerbang
pendidikan indonesia dalam membangun bangsa dan karakter, oleh karena itu
pentingnya pendidik untuk memahami psikologi peserta didik dalam proses
pembelajaranya. Pentingnya kualitas dan kuantitatis pendidik karena
berdampak pada kunci kesuksesan peserta didik. Pendidikan berfungsi
membantu peserta didik dalam pengembangan dirinya, yaitu pengembangan
semua potensi, kecakapan, serta karakteristik, pribadinya kearah yang
positif,baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya. Mendidik perlu sebuah
kepekaan dalam setiap individu atau kelompok agar mampu memberi
pengaruh yang positif selain ikut membentuk kepribadian dan rasa
kepemilikan dari apa yang ia terapkan dalam diri individu.
B. Rumusan masalah
1. Apa Teori Psikodinamika?
2. Apa Teori Behaviorisme?
3. Apa Teori Humanistik?
4. Apa Teori Psikologi Traspersonal?
5. Apa Teori Nativisme?
6. Apa Teori Empirisme?
7. Apa Teori Konvergensi?
C. Tujuan
1. Menjelaskan Teori Psikodinamika
2. Menjelaskan Teori Behaviorisme
3. Menjelaskan Teori Humanistik
4. Menjelaskan Teori Psikologi Traspersonal
5. Menjelaskan Teori Nativisme
6. Menjelaskan Teori Empirisme
7. Menjelaskan Teori Konvergensi

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori-teori perkembangan
1. Teori Psikodinamika
Teori psikodinamika adalah teori yang berupaya menjelaskan hakekat
dan perkembangan kepribadian. Unsur-unsur yang sangat diutamakan
dalam teori ini adalah motivasi, emosi, dan aspek-aspek internal lainnya.
Teori ini mengasumsikan bahwa kepribadian berkembang ketika terjadi
konflik-konflik dari aspek psikologi tersebut. Yang umumnya terjadi pada
masa kanak-kanak dini. Para teoritisi psikodinamik percaya bahwa
perkembangan merupakan suatu proses aktif dan dinamis yang sangat
dipengaruhi oleh dorongan atau inplus-inplus individu yang yang dibawa
sejak lahir serta pengalaman-pengalam sosial dan emosional mereka.
Perkembangan seorang anak terjadi pada serangkaian tahap. Pada masing-
masing tahap anak mengalami konflik internal yang harus diselesaikan
sebelum memasuki tahap selanjutnya. Teori psikodinamika dalam
psikologi perkembangan banyak dipengaruhi oleh Sigmund Freud dan
Erik Erikson.
Kelemahan teori ini adalah tidak dapat dibuktikan secara empire.
Teori ini menitik beratkan pada perkembangan sosio-afektif. Bila dalam
teori ini seksualitas menduduki tempat yang utama perlu diketahui juga
bahwa libido dan agresi ( sebagai pernyataan nafsu mati) lalu berjalan
bersama. Jadi kalau seksualitas ditekan karena norma pendidikan
orangtua, maka agresi akan ditekan juga. Hal ini mempunyai pengaruh
yang menentuka bagi perkembangan kepribadian anak.1
Berdasarkan ide-ide pokok tentang tingkah laku manusia tersebut, freud
kemudian membedakan pepribadian manusia atas 3 unit mental atau
struktur psikis berikut:
a. Id ; merupakan aspek biologis kepribadian
b. Ego ;merupakan aspek psikologi kepribadian
c. Superego ; merupakan aspek sosiologis kepribadian
1
Encep Sudirjo Dan Muhammad Nur Alif,”Pertumbuhan Dan Perkembangan Motorik”,(Sumedang,
UPI Sumedang Press: 2018),hlm.21-22

2
2. Teori Behavioristik
Teori belajar behavioristik atau kadang disebut behaviorisme adalah
salah satu teori pembelajaran yang paling tua. Meski terdengar kolot dan
sudah semakin berkembang menjadi teori-teori baru yang dianggap lebih
baik untuk digunakan, teori behavioristik ini pun nyatanya masih
digunakan dalam implementasi dunia pendidikan. Teori behavioristik
adalah teori yang dicetuskan oleh Gagne (1965) dan selanjutnya
dikembangkan oleh tokoh lain yang memandang pentingnya perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini berkembang
menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah
pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang
dikenal sebagai aliran behavioristik, aliran ini menekankanpada
terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasul belajar.
Teori behavioristik menganggap bahwa belajar adalah tingkah laku
yang dapat diamati yang disebabkan oleh adanya stimulus dari luar.
Berdasarkan hal tersebut maka teori ini beranggapan bahwa seseorang
dapat dikatakan belajar ditunjukkan dari perilaku yang dapat dilihat,
bukan dari apa yang ada dipikirannya. Teori behavioristik menekankan
bahwa hasil belajar terbentuk dari adanya stimulus dan respons, hasil
belajar dapat dilihat dari perilaku yang tampak. Teori behavioristik
menempatkan bahwa belajar merupakan proses pembentukan keterkaitan
antara stimulus dan respon (rangsangan dan tindak balas). Teori
behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan
orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Ciri dari implementasi
sukses teori belajar behavioristik adalah adanya perubahan perilaku yang
ditunjukkan seseorsng setelah mengalami kejadian dimasa lampau.
Perubahan adalah tanda bahwa seseorang telah merespon suatu kejadian
dan menjadukannya pembelajaran untuk tidak menggunakan respon yang
samadi masa depan, guna menghindari akibat yang pernah dialaminaya.
Contoh : mendisiplinkan peserta didik yang tidak mengerjakan PR
(pekerjaan rumah) pertimbangan pemberian nilai akhir atau nilai raport.

3
Adapun tokoh teori behavioristik saah satunya Edward Lee Thommdike
(31, Agustus 1874) merupakan seorang psikolog dari Amerika. Thomdike
memiliki pengertian dari teori belajar behavioristik yang dipahaminya
sebagai proese interaksi antara stimulus dan respons. Stimulus adalah
rangsanga seperti, pikiran dan perasaan. Respons adalah reaksi yang
ditunjukkan akibat stimulus.2
3. Teori Humaistik
Teori ini dipengaruhi dan diarahkan oleh arti pribadi dan perasaan-
perasaan yang mereka ambil dari pengalaman belajar mereka. Ahli-ahli
teori humaistik menunjukkkan bahwa :
a. Tingkah laku individu paa mulanya ditentukan oleh bagaimana
mereka merasakan dirinya sendiri dan dunia sekitarnya.
b. Individu bukan satu-satunya hasil dari lingkungan mereka seperti
yang dikatakan oleh ahli teori tingkah laku, melainkan langsung dari
dalam (internal), bebas memilih, dimotivasi oleh keinginan untuk
aktualisasidiri atau memenuhi potensi keunikan mereka sebagai
manusia.

Dari prespektif humanistik, pendidik seharusnya memperhatiakan


pendidikan lebih responsif terhadap kebutuhan kasih sayang siswa.
Kebutuhan afektif ialah kebutuhan yang berhubungan dengan emosi,
perasaan, nilai, sikap, predisposisi, dan moral (beane, 1985/1986).
Kebutuhan-kebutuhan ini diuraikan oleh Combs (1981) sebagai tujuan
pendidikan humanistik, yaitu:

a. Menerima kebutuhan-kebutuhan dan tujuan siswa serta menciptakan


pengalama dan program untuk perkembangan keunikan potensi siswa.
b. Memudahkan aktualiasi diri siswa dan perasaan diri mampu.
c. Memperkuat perolehan keterampilan dasar (akademik, pribadi,
antarpribadi, komunikasi dan ekonomi)
d. Memutuskan pendidikan secara pribadi dan penerapanya.

2
Pupu Saiful Rahmat, “Strategi Belajar Mengajar”,(Surabaya, Scopindo:2019),hlm.28-31

4
Adapun pencetus teori ini diantaranya Arthur Combs al. (1974)
menjelaskan bagaimana presepsi ahli ahli psikologi dalam memandang
tingkah laku. Untuk mengerti tingkah laku manusia, yang penting adalah
mengerti bagaimana dunia ini dilihat dari sudut pandangnya. Pernyataan
ini adalah salah satu dari pandangan humanistik mengenai perasaan,
presepsi, kepercayaan dan tujuan tingkah laku inner (dari dalam) yang
membuat orang berbeda dari orang lain.3

4. Teori psikologi traspersonal


Psikologi transpersonal merupakan perkembangan psikoogi
humanistik. Aliran psikologi ini disebut aliran keempat psikologi S. I
Shapiro dan Denise H. Lojoie (1992) mengambarkan psikologi
traspersonal sebagai “transpersonal psycology is concerted with the study
of humanity highest potential, and with the recognition understanding,
and ralization of united, spiritual, and transcedent states of
consciousness”. 4
5. Teori Nativisme
Aliran ini berasal dari kata natus (lahir) nativis (pembawaan) yang
ajaranya memandang manusia (anak manusia) sejak lahir telah membawa
sesuatu kekuatan yang disebut potensi (dasar). Aliran nativisme bertolak
dari leibnitzion tradisional yang menekankan kemampuan dalam dari
anak, sehingga faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan, kurang
berpengaruh terhadap perkembangan anak dalam proses pembelajaran.
Para penganut aliran nativisme berpandangan bahwa bayi itu lahir sudah
dengan pembawaan baik dan pembawaan buruk. Oleh karena itu, hasil
akhir pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang sudah dibawa sejak
lahir. Berdasarkan pandangan ini, maka keberhasilan pendidikan
ditentukan oleh anak didik itu sendiri. Pendidikan yang tidak sesuai
dengan bakat dan pembawaan anak didik tidak akan berguna untuk
perkembangan anak sendiri dalam proses belajarnya.

3
Sri Esti Wuryani Djiwandono, “Psikologi Pendidikan”, (Grasindo:2006),Hlm.181-182
4
Abdul Qadir Sahlan,”Mendidik Prespektif Psikologi”,(Yogyakarta,Deepublish:2018),Hlm.35-36

5
Bagi nativisme lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan
tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak.sering
ditemukan anak mirip orangtuanya ( secara fisik) dan anaknya juga
mewarisi bakat yang ada pada orangtuanya. Tetapi pembawaan itu
bukanlah merupakan satu-satunya faktor yang menentuka perkembangan.
Teori nativisme mengemukakan bahwa anak yang lahir telah dilengkapi
pembawaan bakat alami, dan pembawaan (nativus pembawaan) inilah
yang akan menentukan wujud kepribadian seorang anal. Pengaruh lain
dari luar tidak akan mampu mengubah pembawaan anak. Dengan
demikian, maka pendidikan bagi anak akan sia-sia dan teori nativisme J.J
Rousseau menytakan bahwa bawaan dari lahir adalah faktor yang paling
menentukan perkembangannya.5

6. Teori Empirisme
Aliran empirisme bertentangan dengan paham aliran nativisme,
empirisme (empiri: pengalaman) yang mengakuia adanyapembawaan atau
potensial dibawah lahir manusia. Dengan kata lain, bahwa anak manusia
itu lahir dalam keadaan suci dalam pengertian anak bersih tidak
membawa apa-apa. Karena itu aliran ini berpandangan bahwa hasil
berlajar peserta didik besar pengaruhnya pada faktor lingkungan. Dalam
teori belajar mengajar, maka aliran empirisme bertolak dari locked
tradition yang mementingkan stimulasi eksternal dalam perkembangan
peserta didik. Pengalaman belajar yang diperoleh anak dalam kehidupan
seharu-hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimilan-stimulan.
Stimulasi ini berasal dari alam bebas ataupun diciptakan oleh orang
dewasa dalam bentuk program pendidikan.
Tokoh perintis aliran empirisme adalah seorang filosof inggris bernama
Jhon Locke (1704-1932) yang mengembangkan teori “Tabula Rasa”
yakni anak lahir didunia bagaikan kertas putih yang bersih. Pengalaman
empirik yang diperoleh dari lingkungan akan berpengaruh besar dlam

5
Abdul Qadir Sahlan,”Mendidik Prespektif Psikologi”,(Yogyakarta,Deepublish:2018),Hlm.36-37

6
menentukan perkembangan anak. Dengan demikian dipahami bahwa
aliran empirisme ini, seorang pendidik memegang peranan penting
terhadap keberhasilan belajar peserta didiknya. Menurut Mudyahardjo,
aliran nativisme ini berpandangan behaviorisme, karena menjadikan
perilaku manusia yang tampak keluar sebagai sasaran kajiannya dengan
tetap menekankan bahwa perilaku itu, terutma sebagai hasil belajar
semata-mata. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa keberhasilan
belajar peserta didik menurut aliran empirisme ini adalah lingkungan
sekitarnya. Keberhasilan ini disebabkan oleh adanya kemampuan dari
pihak pendidik dalam mengajar mereka.6
7. Teori Konvergensi
Dari kata konvergen, artinya bersifat menuju satu titik pertemuan.
Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan individu itu baik dasar
(bakat, keturunan) maupun lingkungan kedua-duanya memainkan peran
penting. Bakat sebagai kemungkinan atau disposisi telah ada pada
masing-masing individu, yang kemudia karena pengaruh lingkungan yang
sesuai dengan kebutuhan untuk perkembangannya, maka kemungkinan
itu lalu menjadi kenyataan. Akan tetapi, bakat saja tanpa pengaruh
lingkungan yang sesuai kebutuhan perkembangan tersebut, tidak cukup
yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan tersebut, tidak cukup
misalnya tiap anak manusia yang ormal mempunyai bakal untuk berdidi
diatas kedua kakinya, akan tetapi bakat sebagai kemungkinan ini tidak
akan menjadi kenyataan, jika anak tersebut tidak hidup dalam lingkungan
masyarakat manusia.
Perintis aliran konvergensi adalah William Stren (1871-1939),
seorang ahli pendidikan bangsa jerman yang berpendapat bahwa seorang
anak dilahirkan di dunia disertai pembawaan baik maupun pembawaan
buruk. Bakat yang dibawa anak sejak kecil kelahirannya tidak
berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai
untuk perkembangan bakat itu. Jadi, seorang yang memiliki otak yang
cerdas , namun tidak didukung oleh pendidik yang mengarahkannya,

6
Abdul Qadir Sahlan,”Mendidik Prespektif Psikologi”,(Yogyakarta,Deepublish:2018),Hlm.37-38

7
maka kecerdasan anak tersebut tidak berkembang. Ini berarti bahwa
dalam proses belajar peserta didik tetap memerlukan bantuan seorang
pendidik untuk mendapatkan keberhasilan dalam pembelajaran.7

7
Abdul Qadir Sahlan,”Mendidik Prespektif Psikologi”,(Yogyakarta,Deepublish:2018),Hlm.38-39

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Teori Psikodinamika dapat diartikan sebagai teori yang berusaha
menjelaskan hakikat dan perkembangan kepribadian melalui
unsur-unsur motivasi atau emosi dan sebagainya.

2. Teori Behavioristik merupakan perubahan tingkah laku sebagai


akibat adanya interaksi antara stimulus (rangsangan) dan respon
(tanggapan).
3. Teori Humanistik merupakan proses belajar harus dimulai dan
ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri.
4. Teori PsikologiTranspersonal lebih menitikberatkan pada aspek-
aspek spiritual atau transcendental diri manusia. Hal inilah yang
membedakan konsep manusia antara psikologi humanistic dengan
psikologi transpersonal.
5. Teori Nativisme menyatakan bahwa perkembangan individu
ditentukan oleh bawaan sejak ia dilahirkan dan faktor linkungan
sendiri dinilai kurang berpengaruh terhadap perkembangan dan
pendidikan anak.
6. Teori Empirisme mengemukakan bahwa manusia dilahirkan
seperti kertas kosong (putih) yang belum ditulis (teori tabularasa).
7. Teori Konvergensi menggabungkan arti penting hereditas
(pembawaan) dengan lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh
dalam perkembangan manusia.

B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami paparkan.Mengingat
kemampuan yang kita miliki,kami mengharap kritik dan saran dari
pembaca sekalian.Selanjutnya kami berharap semoga ilmu dalam
makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

9
10
DAFTAR PUSTAKA

Djiwandono, Sri EW. 2001. Psikologi Pendidikan. Jakarta :Grasindo.

Rahmat, Pupu S. 2019. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: Scopindo.

Sahlan, Abdul Qadir . 2018. Mendidik Prespektif Psikologi. Yogyakarta: Deepublish.

Sudirjo,Encep dan Muhammad Nur Alif. 2018.Pertumbuhan Dan Perkembangan Motorik.


Sumedang: UPI Sumedang Press.

11

Anda mungkin juga menyukai