Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PSIKOLOGI BEHAVIORISME
Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah :

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

Dosen Pengampu :
Dr. Luqman, M.Pd

Disusun oleh :
AKHMAD ZAINUR ROZIQIN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MIFTAHUL ‘ULA(STAIM)
NGLAWAK – KERTOSONO – NGANJUK
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha esa karena dengan
rahmat,karunia,serta taufik dan hidayahnya lah kami dapat menyelesaikan
makalah ini sebatas kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki . dan juga kami
ber terimakasih kepada bapak Dr. Luqman, M.Pd

selaku dosen mata kuliah Psikologi Behaviorismeyang telah memberikan tugas ini
kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai masalah masalah perkembangan
Semoga makalah sederhana ini dapat di pahami bagi siapapun yang
membacanya.sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL ....................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
C. Pembahasan .............................................................................................. 3

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1 Latar Belakang Masalah

Psikologi Behaviorisme adalah salah satu ilmu psikologi yang mempelajari


tentang tingkah laku seseorang. Dengan mempelajari Psikologi Behaviorisme ini
kita dapat mengetahui tentang hal tersebut. Sistem Psikologi Behaviorisme ini
merupakan transisi dari sistem sebelumnya.Psikologi behaviorismememaknai
psikologi sebagai studi tentang perilaku dan sistem ini mendapat dukungan kuat
dalam perkembangannya di abad 20 Amerika Serikat.

Alasan kita mempelajari tentang Psikologi Behaviorisme adalah agar kita


mengetahui mengenai makna dari psikologi dan behavioristik itu sendiri. Kita
juga akan menjadi tahu hal-hal yang mungkin belum kita ketahui dalam Psikolgi
Behaviorisme tersebut, karena dengan kita mempelajarinya bertambahlah
wawasan kita mengenai ilmu Psikologi Behaviorisme itu.Selain itu kita dapat
mengetahui pendapat-pendapat mengenai Psikologi Behaviorisme ini dari para
tokoh-tokoh, juga akan dibahas mengenai terapi tingkah laku (behavioristik),
aplikasi Teori Behavioristik terhadap pembelajaran siswa, dan lain-lain.

Dalam Psikologi behaviorisme ini kita akan mengetahui apa saja yang terdapat
di dalamnya. Ruang lingkup yang akan dibahas pada makalah ini adalah kita dapat
mengetahui pendapat-pendapat mengenai Psikologi Behaviorisme ini dari para
tokoh-tokoh, juga akan dibahas mengenai terapi tingkah laku (behavioristik),
aplikasi Teori Behavioristik terhadap pembelajaran siswa, dan lain-lain. Dengan
mempelajari semua itu kita akan menambah wawasan kita mengenai Psikologi
Behaviorisme.

1
2 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

- Untuk mengetahui makna dari Psikologi Behaviorisme

- Untuk mengetahui tokoh-tokoh yang mengemukakan tentang Psikologi


Behaviorisme

- Untuk mengetahui terapi tingkah laku (behavioristik)

- Untuk mengetahui aplikasi teori Behaviorisme terhadap pembelajaran siswa

3 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah :

1. Apa yang dimaksud dengan Psikologi Behaviorisme?

2. Uraikan sejarah Psikologi Behaviorisme!

3. Sebutkan tokoh-tokoh yang mengemukakan tentang Psikologi Behaviorisme!

4. Bagaimana cara terapi tingkah laku (behavioristik)?

5. Bagaimana mengaplikasikan teori behaviorisme terhadap pembelajaran siswa?

2
B. PEMBAHASAN

Teori Belajar Behavioristik Menurut Para Ahli

Teori belajar behavioristik adalah salah satu teori pembelajaran yang paling tua.
Meski terdengar kolot dan sudah semakin berkembang menjadi teori-teori baru
yang dianggap lebih baik untuk digunakan, teori behavioristik ini pun nyatanya
masih banyak digunakan dalam implementasi dunia pendidikan kita.

Implementasi teori belajar behavioristik dalam dunia pendidikan ini terlihat dari
beberapa contoh. Misalkan penerapan hukuman membersihkan halaman bagi
siswa yang datang ke sekolah terlambat, terlepas apa pun alasan yang
mendasarinya. Sekilas, teori ini cukup menakutkan karena penekanan prinsip
pemberian hukuman, akan tetapi teori ini tak selamanya buruk. Untuk kondisi dan
tujuan tertentu, teori ini dianggap merupakan pilihan metode pembelajaran yang
tepat dan dianggap mampu menghasilkan output yang diharapkan.

Baca juga:

 Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik


 Kecerdasan Emosional dalam Psikologi
 Psikologi Pendidikan
Penjelasan lebih lanjut mengenai pengertian dan seluk-beluk teori behavioristik
akan disampaikan secara ringkas sebagai berikut.

Pengertian Teori Belajar Behavioristik

Teori belajar behavoristik adalah teori pembelajaran yang mengamati dan


mempelajari perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil dari pengalaman di
masa lalu. Teori ini menekankan bahwa tingkah laku yang ditunjukkan seseorang
merupakan akibat dari interaksi antara stimulus dengan respon. Teori ini
berkembang dan cenderung mengikuti aliran psikologi belajar lantas menjadi
dasar pengembangan teori pendidikan dan pembelajaraan saat ini.

3
Ciri dari implementasi sukses teori belajar behavioristik ini adalah adanya
perubahan perilaku yang ditunjukkan seseorang setelah mengalami kejadian di
masa lampau. Perubahan adalah tanda bahwa seseorang telah merespon suatu
kejadian dan menjadikannya pembelajaran untuk tidak menggunakan respon yang
sama di masa depan, guna menghindari akibat yang pernah dialaminya.

Baca juga: Pola Asuh Anak Usia Dini

Teori ini masih banyak digunakan, baik dalam institusi pendidikan Indonesia
maupun dalam implementasi kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh:

 Pendisiplinan murid yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR) dengan


mengurangi poin perilakunya yang menjadi pertimbangan pemberian nilai akhir
atau nilai rapor.
 Ketika terlambat datang kerja maka seorang pekerja kantoran bisa mendapatkan
sanksi, mulai dari teguran sampai surat peringatan. (baca: Antropologi)
 Polisi yang memberikan surat tilang pada pengendara kendaraan yang tidak
mematuhi rambu-rambu lalu lintas, seperti menyalip ketika marka jalan berupa
garis lurus atau ketika mengendarai motor tanpa menggunakan helm.
(baca: Psikologi Islam)
 Sanksi sosial berupa pengucilan terhadap masyarakat yang dianggap telah
bertindak menyeleweng dari budaya dan norma sosial yang berlaku di suatu
tempat tertentu. (baca: Psikologi Keluarga)
Perlu ditekankan kembali bahwa teori belajar behavioristik ini tidak hanya
mencakup dunia pendidikan saja, tetapi dalam kehidupan sehari-hari. Kita
melakukan pembelajaran bukan hanya di sekolah, tetapi juga di lingkungan
keluarga dan masyarakat. Maka dari itu teori ini berhasil diimplementasikan pada
hampir semua lini kehidupan bermasyarakat, meski sebagian besar implementasi
ini tak jauh dari institusi pendidikan.

Baca juga:

 Cara Meningkatkan Prestasi Belajar


 Cara Mengatasi Anak Susah Belajar
 Cara Mengatasi Anak yang Malas Belajar
Prinsip Teori Behavioristik

4
Prinsip merupakan pernyataan fundamental yang kemudian dijadikan pedoman
berpikir dan bertindak. Contoh prinsip adalah seseorang Gubernur yang
berintegritas adalah orang yang secara jujur menjalankan fungsinya sebagai
pemimpin daerah, bekerja untuk membenahi kerusakan, menghindari perilaku tak
jujur seperti korupsi dan kerja sama ilegal, sekaligus sebagai pemimpin yang bisa
memberikan contoh tersebut kepada bawahan maupun masyarakat yang
dipimpinnya secara nyata, bukan bualan belaka.

Prinsip tidak hanya dimiliki oleh manusia, tetapi juga teori ini. Pada teori
behavioristik, ada beberapa prinsip yang mencirikan teori kuno ini, di antaranya:
1) Reinforcement and Punishment, 2) Primary and Secondary Reinforcement, 3)
Schedules of Reinforcement, 4) Contingency Management, 5) Stimulus Control in
Operant Learning, dan 6) The Elimination of Responses. (baca: Fobia Sosial)

Baca juga: Cara Mengatasi Anak Pemarah

Tokoh-tokoh Teori Behavioristik

Teori belajar behavioristik ini dianut dan dipelajari secara mendalam oleh
beberapa ahli. Terdapat beberapa ahli yang menjadi tokoh dalam teori ini. Setiap
tokoh memiliki pendapat berdasarkan pemahamannya masing-masing. Di
samping itu, mereka memiliki penilaian yang berbeda-beda. Penjelasan teori
behavioristik menurut beberapa tokoh akan dijabarkan sebagai berikut.
(baca: Psikologi Diagnostik)

1. Edward Lee Thorndike

Edward Thorndike (31 Agustus 1874 sampai 9 Agustus 1949) merupakan seorang
psikolog berkebangsaan Amerika yang dikenal menghabiskan hampir seluruh
karirnya di Columbia University. Karya yang diciptakannya dalam bidang
Psikologi Perbandingan dan proses pembelajaran akhirnya berhasil membuahkan
dasar ilmiah dalam psikologi pendidikan modern. (baca: Psikologi Kognitif)

5
Thorndike memiliki pengertian dari teori belajar behavioristik yang dipahaminya
sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah rangsangan,
contohnya seperti pikiran dan perasaan. Sedangkan respon adalah reaksi yang
ditunjukkan akibat stimulus. Perubahan tingkah laku akibat pembelajaran bagi
Thorndike bisa berupa hal konkrit (bisa diamati dengan kasat mata) maupun tak
konkrit.

Baca juga:

 Cara Mendidik Anak Hiperaktif


 Hambatan Perkembangan Anak
Thorndike dikenal akan percobaannya yang paling fenomenal yaitu meneliti
perilaku pembelajaran oleh kucing. Ia meletakkan kucing yang lapar pada sebuah
tempat transparan yang mengurung kucing tersebut dan makanan di luar tempat
pengurungan itu. Kucing tersebut diamati melakukan beberapa gerakan untuk
mencapai makanan yang dilihatnya dan inilah yang diamati Thorndike.
(baca: Psikologi Sastra)

Pada awalnya, kucing berusaha untuk meloncat ke sana ke mari guna meraih
makanan yang dilihatnya. Sampai akhirnya kucing tersebut tidak sengaja
menyetuh kenop yang membukakan jalan dari tempat transparan tersebut dan
memperbolehkan kucing meraih makanan yang dilihatnya. Percobaan ini
dilakukan beberapa kali hingga kucing, secara otomatis, melakukan gerakan
menyentuh kenop untuk membuka jalan agar ia bisa mendapatkan makanan.
(baca: Psikologi Agama)

Pemahaman dari tokoh Thorndike akhirnya melahirkan beberapa dalil belajar,


antara lain:

 Hukum Sebab Akibat, yang menunjukkan kuat lemahnya hubungan antara


stimulus dengan respon tergantung pada akibat yang ditimbulkan. (baca: Teori
Psikologi Perkembangan)
 Hukum Pembiasaan, yang menunjukkan bahwa hubungan stimulus dengan
respon bisa menjadi kuat ketika dilatih atau diulang. (baca: Psikologi Komparatif)

6
 Hukum Kesiapan, yang menyatakan bahwa hubungan antara stimulus dengan
respon akan mudah terbentuk jika ada kesiapan dari individu itu. (baca: Psikologi
Abnormal)
 Hukum Reaksi Bervariasi, yaitu hukum yang menyatakan bahwa individu
melakukan trial and error lebih dulu untuk menunjukkan macam-macam respon
sebelum mendapat respon paling tepat.
 Hukum Sikap, yaitu hukum yang menyatakan bahwa perilaku seseorang juga
ditentukan oleh keadaan yang ada dalam diri individu seperti emosi dan
psikomotor. (baca: Psikologi Keperawatan)
 Hukum Aktivitas Berat Sebelah, yaitu individu memberikan respon pada
stimulus tertentu sesuai dengan persepsi terhadap keseluruhan situasi.
(baca: Psikologi Remaja)
 Hukum Respon, yang merupakan pemahaman bahwa individu bisa menyatakan
respon tindakan bahkan pada situasi yang belum pernah dialaminya.
(baca: Kepribadian Ganda)
 Hukum Perpindahan Asosiasi, yaitu proses peralihan situasi lama ke situasi
baru dengan cara bertahap, mengurangi unsur situasi lama dan mengenalkan unsur
situasi baru.
2. Ivan Petrovich Pavlov

Tokoh selanjutnya adalah Ivan Pavlov (lebih dikenal dengan julukan Pavlov saja,
14 September 1849 sampai 27 Februari 1936), merupakan fisiolog sekaligus
dokter asal Rusia. Pavlov terkenal dalam pembahasan teori behavioristik karena
percobaannya terhadap anjing.

Baca juga: Fakta Kepribadian Anak Bungsu

Percobaan ini dilakukan dengan memperlihatkan makanan pada anjing. Anjing


tersebut kemudian mengeluarkan air liur yang merupakan stimulus alami dan
diasosiasikan dengan keinginan akan makanan tersebut. Percobaan ini dilanjutkan
dengan membunyikan lonceng untuk memanggil anjing yang kemudian akan
diperlihatkan makanan.

Pada akhirnya, anjing akan menangkap pembelajaran bahwa lonceng memiliki


keterkaitan dengan makanan, sehingga ketika Pavlov mencoba membunyikan
lonceng yang awalnya digunakan untuk memanggil anjing tersebut, secara
otomatis anjing tersebut sudah menanggapi dengan mengeluarkan air liur.

7
Hasil eksperimen Pavlov ini akhirnya melahirkan beberapa hukum pembelajaran,
yaitu:

1. Hukum Pembiasaan yang Dituntut. Hukum ini menjelaskan bahwa jika ada dua
macam stimulus yang diberikan secara bersama-sama (dan salah satunya
merupakan reinforcer), maka gerakan reflek pada stimulus lainnya juga
meningkat. (baca: Psikologi Forensik)
2. Hukum Pemusnahan yang Dituntut. Hukum ini memaparkan jika reflek yang
diperkuat melalui respondent conditioning diberikan kembali tanpa
adanya reinforcer, maka kekuatannya akan melemah.
Baca juga:

 Teori Psikonalisis Klasik


 Kepribadian Ambivert
3. Burrhus Frederic Skinner

Burrhus Skinner (20 Maret 1904 sampai 18 Agustus 1990) adalah seorang
psikolog dari Amerika yang terkenal akan aliran behaviorismenya. Skinner
memiliki pendapat bahwa hubungan antara stimulus dengan respon yang
ditunjukkan individu atau subyek terjadi melalui interaksi dengan lingkungan.
Respon yang ditunjukkan pun tak seluruhnya merupakan hasil dari rangsangan
yang ada, tetapi karena interaksi antara stimulus yang menghasilkan respon.
Respon menghasilkan konsekuensi. Pada akhirnya konsekuensi akan
menghasilkan atau memunculkan perilaku.

Baca juga:

 Tahap Perkembangan Emosi Anak


 Faktor Penyebab Kenakalan Anak
Skinner dalam teori behaviorisitk melahirkan buah pemikirannya yang dikenal
dengan istilah Teori Operant Condiitioning. Teori ini mengungkapakan bahwa
tingkah laku yang dilihatkan subyek tak semata-mata merupakan respon terhadap
stimulus tetapi juga tindakan yang disengaja. Skinner menyatakan pendapatnya

8
bahwa pribadi seseorang merupakan hasil dari respon terhadap lingkungannya.
Dua macam respon tersebut adalah:

1. Respondent Response yaitu respon akibat rangsangan tertentu. Contoh: anjing


yang mengeluarkan air liurnya ketika majikannya membawakan makanan
untuknya. (baca: Teori Cinta Sternberg)
2. Operant Response yaitu respon yang muncul dan semakin berkembang oleh
rangsangan tertentu. Contoh: seorang anak yang mendapatkan reward ketika ia
menjadi juara kelas, maka ia akan semakin giat belajar untuk mempertahankan
bahkan menaikkan prestasinya dengan harapan diberikan reward kembali
(dengan nilai yang sama atau lebih tinggi). ( baca: Psikologi Konseling)
4. Robert Gagne

Robert Gagne dikenal sebagai seorang ahli psikologi pendidikan. Gagne memiliki
pendapatnya sendiri mengenai istilah belajar, yaitu sebagai proses suatu organisasi
atau siswa berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman yang pernah
dialaminya. Belajar adalah proses yang memerlukan waktu untuk dapat melihat
perubahannya (dari kurang baik menjadi lebih baik). Gagne juga berpendapat
bahwa pembelajaran adalah periode terjadinya penerimaan informasi yang
kemudian diolah dan dihasilkan output dalam bentuk hasil belajar.

Baca juga:

 Tipe Kepribadian Melankolis


 Tipe Kepribadian MBTI
 Karakter Phlegmatis
Tahapan proses pembelajaran menurun Gagne dijelaskan dalam beberapa
tingkatan, yaitu: 1) motivasi, 2) pemahaman, 3) perolehan, 4) penyimpanan, 5)
ingatan kembali, 6) generalisasi, 7) perlakuan, dan 8) umpan balik. Gagne juga
menyatakan adanya beberapa kategori belajar, di antaranya:

1. Verbal Information. Informasi verbal bisa berwujud uraian kata-kata, ulasan,


maupun penjelasan yang bisa dikomunikasikan menggunakan bahasa baik secara
lisan maupun tulisan.

9
2. Intellectual Skill. Kemampuan intelektual merupakan kemampuan yang
dibutuhkan dalam aktivitas mental seperti berpikir, menggunakan logika, dan
memecahkan masalah. (baca: Teori Psikososial Erikson)
3. Attitude atau perilaku. (baca: Psikologi Olahraga)
4. Cognitive Strategy. Strategi kognitif merupakan kemampuan internal atau dalam
diri seseorang dalam berpikir, memecahkan masalah, hingga mengambil
keputusan terkait suatu kejadian.
5. Albert Bandura

Albert Bandura merupakan ahli dalam teori belajar behavioristik yang paling
muda. Ia adalah seorang psikolog lulusan University of British of Columbia yang
kemudian melanjutkan pendidikannya di Universitas Iowa dan Universitas
Stanford. Hingga saat ini, Bandura tercatat sebagai dosen di Universitas Stanford.

Albert Bandura cukup terkenal dalam dunia psikologi pendidikan, terutama


dengan Teori Pembelajaran Sosial (Social Learning Theory), yaitu konsep dalam
teori behavioristik yang menekankan komponen kognitif, pikiran, pemahaman,
dan evaluasi. Teori Pembelajaran Sosial ini memiliki konsep utama pembelajaran
dengan metode pengamatan. Menurut teori ini, perilaku individu bisa timbul
karena proses modeling, atau tindakan peniruan.

Baca juga: Cara Menjadi Pribadi yang Menyenangkan

Modeling juga dikenal sebagai pembelajaran melalui proses observasi.


Pembelajaran ini tidak sekadar melakukan fotokopi pada tindakan yang dilihatnya
tetapi juga menyesuaikan, baik itu mengurangi, menambahi, atau
menggeneralisasi dari satu observasi ke observasi lainnya. Ada beberapa faktor
yang memengaruhi dan menentukan apakah seseorang akan belajar dari suatu
situasi, faktor-faktor tersebut antara lain:

1. Karakteristik model. Faktor ini menjelaskan kalau manusia lebih mungkin


melakukan modeling pada individu contoh dengan status (sosial, ekonomi,
pekerjaan) yang lebih tinggi.

10
2. Karakteristik orang yang mempelajari tersebut, biasanya adalah mereka yang
tidak memiliki status, kemampuan, atau pun kekuatan. Misalnya anak yang
mengikuti atau modeling perilaku orang tuanya.
3. Konsekuensi dari tindakan yang ditiru. Konsekuensi yang semakin besar juga
akan semakin menekan orang untuk melakukan modeling. Misalkan, pegawai
kantoran berusaha sedisiplin mungkin seperti rekan kerjanya
untuk menyabet gelar karyawan terbaik tahun ini.
Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Behavioristik

Teori behavioristik ini dikenal sebagai teori pembelajaran yang paling tua.
Sebagai teori yang pertama dikeluarkan dalam mempelajari pola belajar individu,
teori ini pun tak lepas dari segala kelebihan dan kekurangannya. Beberapa hal
terkait dengan nilai plus dan minus teori belajar ini akan disampaikan secara
ringkas berikut ini.

1. Kelebihan Teori Behavioristik

Berikut kelebihan teori behavioristik, diantaranya:

Sesuai dengan materi pembelajaran

Teori belajar ini dinilai cukup cocok dengan pembelajaran dengan tujuan
memiliki kemampuan yang membutuhkan praktik serta pembiasaan yang disiplin.
Teori ini membantu individu dalam belajar secara terus-menerus dan
berkesinambungan dengan tujuan mereka bisa menerapkannya sebaik mungkin.

Materi Pembelajaran dirancang secara Khusus

Materi pembelajaran yang diberikan sangat detil. Individu yang memiliki niat dan
tekad untuk mempelajari sesuatu dengan begitu dalam akan benar-benar terbantu
dengan praktik teori belajar behavioristik karena banyaknya materi yang
diberikan. Harapannya, peserta didik bisa memahami semua pelajaran yang
diberikan.

11
Membangun Konsentrasi Individu

Teori belajar ini memaksa individu yang belajar untuk membangung konsentrasi
pikiran mereka sendiri, dimotivasi dengan adanya penguatan dan hukuman yang
mungkin didapatkan. Motivasi ini dimunculkan sebagai dorongan bagi individu
tersebut agar selalu siap untuk memunculkan respon dan harapannya mereka bisa
membangun konsentrasi sebaik mungkin ketika belajar. (baca: Psikologi Warna)

Sesuai dengan Pemahaman Belajar pada Anak

Teori belajar ini cukup cocok diterapkan pada individu, terutama anak, yang
dinilai masih membutuhkan dominasi orang tuanya. Teori ini berperan dalam
memberikan pendidikan dalam bentuk pengarahan pola pikir, melatih memberikan
respon cepat dengan membentuk konsentrasi secepat mungkin. Selain itu, teori ini
memang membantu anak-anak yang berhasil belajar berdasarkan hasil
pengulangan atau tipe anak yang bisa belajar dengan cara meniru. (baca: Psikologi
Eksperimen)

Perubahan Belajar Menjadi Tolak Ukur Keberhasilan

Hasil dari pembelajaran menggunakan teori belajar ini lebih bisa diamati. Hal ini
terjadi karena perubahan menjadi tolok ukur teori belajar behavioristik, seseorang
baru dianggap belajar ketika menghasilkan perilaku yang berbeda akan suatu
kejadian yang dialaminya. Dari sisi tenaga pendidik, teori belajar ini juga
membuat mereka berlatih diri untuk bersikap lebih jeli dan peka pada kondisi
belajar yang dijalankan. Pembelajaran menggunakan teori ini memiliki kelebihan
dengan bisa mengendalikan peserta belajar dengan mengganti stimulus alami
dengan stimulus tepat sehingga mendapatkan pengulangan respon yang
dikehendaki.

Baca juga: Psikologi Kepribadian

2. Kekurangan Teori Behavioristik

12
Selain kelebihan, penerapan teori behavioristik juga memiliki kekurangan, antara
lain:

Hanya Berpusat pada Tenaga Pendidik

Pembelajaran ini hanya berpusat pada guru atau tenaga pendidik, bukannya pada
murid atau individu yang belajar. Hal ini berpotensi membuat individu yang
belajar justru kehilangan kemampuan dan kelebihan alaminya seperti berkreasi
sesuai dengan pikirannya. Pada tipe peserta belajar tertentu, aplikasi teori belajar
ini akan menimbulkan kebosanan dan justru membentuknya sebagai pribadi yang
pasif karena hanya terus menerima dan menerima, tanpa dilibatkan untuk berpikir
dan mengajukan pendapatnya. (baca: Psikologi Sosial)

Lebih Mengutamakan Hafalan dibandingkan Latihan

Pembelajaran ini mengagungkan cara hafalan. Praktik pembelajaran


menggunakan teori behavioristik cenderung menghasilkan metode belajar yang
kuno dan kurang efektif. Penyimpangan sedikit saja menimbulkan hukuman.
Peserta didik hanya berpikir sempit bahwa teori yang diberikan oleh pendidiknya
merupakan yang mutlak paling baik, paling relevan, dan paling sempurna.
(baca: Perilaku Abnormal)

Kaku dan Membosankan

Pembelajaran dengan cara ini tergolong tidak kreatif dan menyenangkan. Tidak
ada suasana menyenangkan yang dibangun untuk menumbuhkan minat belajar
peserta didik kecuali dengan memberikan reward ketika mereka berhasil
melakukan hal yang diinginkan. (baca: Psikologi Faal)

Individu Dibentuk Menjadi Pasif dan Tidak Inovatif

Hasil dari pembelajaran menggunakan metode ini kebanyakan adalah peserta


didik yang pasif dan tidak kreatif. Hal ini dikarenakan selama proses
pembelajarannya, ia hanya terus menerima ilmu, bersaing untuk mencapai target,

13
dan terbiasa tertekan dengan pendidiknya sehingga harus mematuhi hal-hal yang
membuatnya terhindar dari hukuman. Hukuman verbal dan fisik yang menjadi
ancaman (atau bahkan pernah dialami) peserta didik pada akhirnya akan
memengaruhi perkembangan psikologinya, baik dalam lingkup pembelajaran
maupun kehidupan sosialnya. (baca: Psikologi Perkembangan)

Aplikasi Teori Behavioristik pada Pembelajaran

Dalam keinginan untuk menerapkan teori pembelajaran ini, maka tenaga pendidik
wajib mengetahui ciri-ciri dari metode ini, antara lain:

1. Mementingan pengaruh lingkungan. (baca: Teori Psikoanalisis klasik)


2. Mementingkan bagian-bagian. (baca: Kode Etik Psikologi)
3. Mementingkan peranan aksi. (baca: Cabang Cabang Psikologi)
4. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus
respon.
5. Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya.
6. Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan.
7. Hasil belajar yang diinginkan adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
Berkaca dari ciri-ciri dan konsekuensi penerapan teori belajar ini, paling tidak,
guru atau tenaga pendidik bisa menempatkan dirinya dalam mengajar dan
mendidik. Beberapa hal terkait dengan sikap yang mesti ditunjukkan tenaga
pendidik ketika mengajar menggunakan patokan teori belajar ini antara lain:

1. Menyiapkan materi yang akan diberikan selengkap mungkin, tidak hanya


memberikan ceramah tetapi juga contoh yang akan dilihat peserta didik
sebagai materi yang akan ditirunya. Pemberian contoh ini akan menjadi logika
bagi individu yang belajar, jadi siapkanlah contoh yang mudah dipahami untuk
semua peserta didik.

14
2. Penyusunan bahan pembelajaran ini harus mulai dari yang paling sederhana
sampai yang paling rumit secara berurutan. Sampaikan pada peserta didik dari
yang paling mudah ke yang paling rumit. Usahakan untuk tidak memberikan
materi secara melompat untuk mempermudah mereka memahami materi yang
diberikan secara utuh dan lengkap. (baca: Persepsi dalam Psikologi)
3. Bagi tujuan pembelajaran dalam beberapa bagian kecil. Hal ini akan membantu
peserta didik mencapai tujuan pembelajaran dengan cara step by step. Maka
dukung tahap ini dengan memberikan reward bagi mereka yang terbukti berhasil
mencapai tujuan jangka pendek yang ditetapkan.
4. Guru atau tenaga pendidik harus bisa bersikap jeli, maka ia harus segera bisa
mengenali kesalahan yang berpotensi dilakukan individu yang belajar dan
mengarahkannya pada pemahaman yang benar.
5. Inti dari teori pembelajaran ini adalah pengulangan dan latihan, maka guru atau
tenaga pendidik harus menyiapkan metode pengajaran yang berpatok pada metode
pengulangan dengan tujuan memfasilitasi individu yang belajar untuk memahami
dengan penuh materi yang diberikan.
Bisa dilihat jika dari aplikasi penggunaan teori ini, guru sebagai pusat
pembelajaran harus menjadi sosok pendidik yang sempurna. Sempurna itu dilihat
dari persiapan materi, pembawaan diri, dan cara ia mendidik para peserta
didiknya. Teori belajar ini bukan hanya memberatkan peserta didik dengan
metode pengulangan dan pemberian reward/punishment selama proses belajar,
tetapi juga menuntut guru untuk tidak terlihat ‘cacat’ di mata peserta didiknya.

Baca juga:

 Tipe Kepribadian Manusia


 Psikologi Diagnostik
Demikianlah yang bisa kami sampaikan terkait informasi mengenai teori belajar
behavioristik. Pada dasarnya, teori ini menekankan gaya teacher-centris dan
pemberian rewards/punishment dalam proses pembelajaran. Hanya karena teori
ini kini tak lagi banyak digunakan, bukan berarti karena teori ini sepenuhnya
buruk dan berakibat tidak baik pada peserta didik. Teori ini masih boleh

15
diterapkan pada beberapa kondisi dan tujuan tertentu. Selama penggunaan teori ini
masih dalam batasan, teori belajar behavioristik boleh menjadi alternatif praktik
pembelajaran.

D. DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Iif Khoiru. 2011. Pembelajaran Akselerasi. Jakarta: PT. Prestasi


Pustakaraya.

Harjanto. 1997. Perecanaan pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:


Prenadamedia Group.

Sanjaya, Wina. 2010. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:


Kencana Prenada Media Group.

Wiyani, Novan ardy. 2013. Desain pembelajaran pendidikan. Yogyakarta: Ar-


Ruzz Media.

http://duniatp.blogspot.co.id/2015/04/model-pembelajaran-gerlach-dan-ely.html.

16

Anda mungkin juga menyukai