Anda di halaman 1dari 22

Teori Belajar Behavioristik

Makalah

Disusun
Oleh:

KELOMPOK 1:

Yufan Kristian Duha (21200271029)


Albento Ambopai (21200271036)
Sesilia Teti Lestari Halawa (21200271023)

Dosen Pembimbing:
Lies Dian Marsa Ndraha S.S., M.Pd

Mata Kuliah:

Belajar dan Pembelajaran

PROGRAM STUDI ILMU KEGURUAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


UNIVERSITAS NIAS RAYA
KAB. NIAS SELATAN
T.P 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”TEORI PEMBELAJARAN
BEHAVIORISTIK”. Maka makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas dari mata
kuliah Pengenalan Komputer pada semester ganjil. Kami menyadari sepenuhnya bahwa
di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, tetapi keinginan dan
motivasi baik, selalu menjadi bekal bagi kami. Kekurangan, kekhilafan adalah merupakan
proses untuk perbaikan dalam pembelajaran. Penulis mengharapkan dari semua pembaca,
untuk dapat menkoreksi, mengkritisi dan sekaligus merevisi sebagai sumbangsih yang
berarti dalam penyempurnaan makalah ini.

Akhir kata dari kami dicukupkan sekian dulu, mudah-mudahan makalah ini
bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi penulis yang ingin menambah wawasan ilmu
pengetahuan. Serta tidak lupa penulis haturkan pula permohonan maaf yang
sebesarbesarnya bila dalam isi makalah ini kurang berkenan dan masih ada kekurangan
yang berarti.

Penyusun,
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................ i
Daftar Isi ................................................................................................. ii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan ......................................................................... 2

BAB II . PEMBAHASAN
2.1 Pengertian teori belajar behavioristik ............................................ 3
2.2 Tokoh-tokoh dan pemikirannya terhadap teori belajar behavioristik 4
2.3 Aplikasi teori behavioristik .......................................................... 9
2.4 Tujuan pembelajaran behaviorisme .............................................. 10
2.5 Prinsip-prinsip teori pembelajaran behavioristik........................... 11
2.6 Kelebihan dan kekurangan dalam teori pembelajaran
behavioristik......................... .................................................................. 12
2.7 Analisis tentang teori behavioristik ......................... ..................... 14

BAB III. PENUTUP


3.1 Kesimpulan .................................................................................... 16
3.2 Saran .............................................................................................. 17

Daftar Pustaka ........................................................................................ 18


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Belajar merupakan aktivitas individu yang melakukan belajar, yaitu proses kerja
faktor internal. Menurut Peaget belajar adalah proses penyesuaian atau adaptasi melalui
asimilasi dan akomodasi antara stimulasi dengan unit dasar kognisi seseorang yang oleh
Peaget menjadi schema. Menurut pandangan psikologi behavioristik merupakan akibat
adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu
jika yang bersangkutan dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini
yang penting dalam belajar adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa
respon.

Jika ditinjau dari konsep atau teori, teori behavioristik ini tentu berbeda dengan
teori yang lain. Hal ini dapat kita lihat dalam pembelajaran sehari-hari dikelas.
Ada berbagai asumsi atau pandangan yang muncul tentang teori behavioristik.
Teori behavioristik memandang bahwa belajar adalah mengubah tingkah laku siswa dari
tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan tugas guru adalah
mengontrol stimulus dan lingkungan belajar agar perubahan mendekati tujuan yang
diinginkan.

Oleh karena itu, dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan
Pembelajaran kelompok kami menyusun makalah Teori Belajar Behavioristik dalam
rangka mengetahui lebih lanjut lagi tentang Teori Belajar Behavioristik dan diharapkan
tidak lagi muncul asumsi yang keliru tentang pendekatan behaviorisme tersebut, sehingga
pembaca memang benar-benar mengerti apa dan bagaimana pendekatan behaviorisme.
1.2 Rumusan Masalah

Setelah mengkaji latar belakang diatas, dapat diambil beberapa permasalahan


sebagai kajian dari pembuatan makalah ini yakni diantaranya :
1. Apa yang dimaksud dengan teori belajar behavioristik?
2. Siapa sajakah tokoh- tokoh dan apa pemikirannya mengenai teori belajar behavioristik?
3. Bagaimana aplikasi teori behavioristik dalam pembelajaran?
4. Apa tujuan pembelajaran behaviorisme?
5.Seperti apakah prinsip-prinsip pembelajaran behavioristik?
6.Apa kelebihan dan kekurangan dalam teori pembelajaran behavioristik?
7. Bagaimana Analisis kelompok kami tentang teori behavioristik?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:


1.Menyelesaikan tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran
2.Mengetahui pengertian teori belajar behavioristik
3.Mengetahui siapa tokoh-tokoh dan pemikirannya mengenai teori behavioristik
4.Mengetahui aplikasi dari teori belajar behavioristik dalam pembelajaran
5.Mengetahui implikasi dari teori belajar behavioristik
6. mengetahui tujuan belajar teori behaviorisme
7. mengtahui prinsip-prinsip pembelajaran behavioristik
8. mengetahui apa kelebihan dan kekurangan dalam teori belajar behavioristik

1.4 Manfaat

Manfaat yang dapat diambil dari makalah ini adalah :


1. Dapat mengetahui dan memahami konsep tentang teori belajar behavioristik
2. Dapat memberikan informasi kepada para pembaca khususnya bagi para guru
dan peserta didik tentang penerapan teori belajar behavioristik
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori Belajar Behavioristik

Teori behavioristik adalah teori beraliran behaviorisme yang merupakan salah satu
aliran psikologi. Teori belajar behavioristik ini dikenal dengan sebuah teori yang
dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari pengalaman.

Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat
dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain belajar merupakan
bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku
dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.

Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan


tingkah lakunya. Misalnya; siswa belum dapat dikatakan berhasil dalam belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial jika dia belum bisa/tidak mau melibatkan diri dalam kegiatan-
kegiatan sosial seperti; kerja bakti, ronda dll.
Menurut teori ini yang terpenting adalah :
1. Masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa
respons.
Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa misalnya alat
perkalian, alat peraga, pedoman kerja atau cara-cara tertentu untuk membantu
belajar siswa, sedangkan respon adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap
stimulus yang diberikan guru tersebut. Teori ini juga mengutamakan pengukuran,
sebab pengukuran merupakan suatu hal yang penting untuk melihat terjadi
tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
2. Penguatan (reinforcement)
Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Misalnya,
ketika peserta didik diberi tugas oleh guru, ketika tugasnya ditambahkan maka ia
akan semakin giat belajarnya, maka penambahan tugas tersebut merupakan
penguatan positif dalam belajar, begitu juga sebaliknya.

Prinsip-prinsip behaviorisme adalah :


1. Objek psikologi adalah tingkah laku
2. Semua bentuk tingkah laku dikemalikan kepada reflek
3. Mementingkan terbentuknya kebiasaan.

2.2 Tokoh-Tokoh dan Pemikirannya terhadap Teori Belajar Behavioristik.

a. Thorndike

Thorndike adalah seorang pendidik dan sekaligus psikolog berkebangsaan Amerika.


Menurutnya, belajar merupakan proses interaksi antara Stimulus (S) yang mungkin
berupa pikiran, perasaan atau gerakan dan Respon (R) yang juga berupa pikiran, perasaan
atau gerakan
Stimulus adalah perubahan dari lingkungan exsternal yang menjadi tanda untuk
mengaktifkan organisme untuk beraksi/berbuat. Sedangkan respon adalah sembarang
tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang.

Dari percobaannya yang terkenal (puzzle box) diketahui bahwa supaya tercapai
hubungan antara stimulus dan respon, perlu adanya kemampuan untuk memilih respon
yang tepat serta melalui usaha-usaha atau percobaan-percobaan (trial) dan kegagalan-
kegagalan (Error) terlebih dahulu. Bentuk paling dasar dari belajar adalah Trial and
Error learning atau selecting and conecting learning dan berlangsung menurut hukum-
hukum tertentu. Oleh karena itu teori belajar yang dikemukakan oleh thorndike ini sering
disebut teori belajar koneksionisme atau asosiasi.

Edward L. Thorndike dalam teori connectionism dari Amerika Serikat,


menyatakan bahwa dasar dari belajar adalah asosiasi antara kesan panca indera dan inplus
untuk bertindak atau terjadinya hubungan antara stimulus dan respon disebut Bond,
sehingga dikenal dengan teori S – R Bond.
Didalam belajar terdapat dua hukum, yaitu hukum primer dan hukum sekunder.
Hukum primer terdiri dari :

1. Law of Readiness, yaitu kesiapan untuk bertindak itu timbul karena penyesuaian
diri dengan sekitarnya yang akan memberikan kepuasan
2. Law of Exercise and Repetation, sesuatu itu akan sangat kuat bila sering dilakukan
diklat dan pengulangan
3. Law of Effect, yaitu perbuatan yang diikuti dengan dampak atau pengaruh yang
memuaskan cenderung ingin diulangi lagi dan yang tidak mendatangkan kepuasan
akan dilupakan

Hukum sekunder terdiri dari :

1. Law of Multiple Response, yaitu sesuatu yang dilakukan dengan variasi uji coba
dalam menghadapi situasi problematis, maka salah satunya akan berhasil juga.
2. Law of Assimilation, yaitu orang yang mudah menyesuaikan diri dengan situasi
baru, asal situasi itu ada unsur bersamaan
3. Law of Partial Activity, seseorang dapat beraksi secara selektif terhadap
kemungkinan yang ada di dalam situasi tertentu.

b. Watson

Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon,
namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat di amati (observable) dan dapat
di ukur. Jadi meskipun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri
seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang
tidak perlu di perhitungkan karena tidak dapat diamati.

Watson adalah seorang behaviorist murni, karena kajianya tentang belajar


disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperti fisika atau biologi yang sangat berorientasi
pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur. Hanya
dengan asumsi seperti itulah – menurut watson - kita dapat meramalkan perubahan apa
yang bakal terjadi pada siswa.

c. Edwin Guthrie

Azas belajar guthrie yang utama adalah hukum kontinguity. Yaitu gabungan
stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung
akan diikuti oleh gerakan yang sama. Guthrie juga menggunakan variabel hubungan
stimulus respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena
gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon
lain yang dapat terjadi. Penguatan hanya sekedar melindungi hasil belajar yang baru agar
tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru.

Teori guthrie ini mengatakan bahwa hubungan stimulus dan respon bersifat
sementara, oleh karenanya dalam kegiatan belajar, peserta didik perlu sesering mungkin
diberi stimulus agar hubungan stumulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap.
Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam
proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah
tingkah laku seseorang.

d. Skinner

Skinner adalah seorang yang berkebangsaan Amerika yang dikenal sebagai


seorang tokoh behavioris yang meyakini bahwa perilaku individu dikontrol melalui
proses operant conditioning dimana seseorang dapat mengontrol tingkah laku organisme
melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan yang relatif besar.

Menagement kelas menurut skinner adalah berupa usaha untuk memodifikasi


perilaku antara lain dengan proses penguatan yaitu memberi penghargaan pada perilaku
yang diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun pada perilaku yang tidak
tepat. Operant Conditioning adalah suatu proses perilaku operant (penguatan positif atau
negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau
menghilang sesuai dengan keinginan.

Teori belajar behavioristik ini telah lama dianut oleh para guru dan pendidik,
namun dari semua pendukuung teori ini, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya
terhadap perkembangan teori belajar Behavioristik. Program-program pembelajaran
seperti Teaching Machine, pembelajaran berprogram, modul dan program-program
pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta
mementingkan faktor-fktor penguat merupakan program-program pembelajaran yang
menerapkan teori belajar yang dikemukakan oleh skinner.

Menurut skinner – berdasarkan percobaanya terhadap tikus dan burung merpati –


unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah penguatan yang
terbentuk melalui ikatan stimulus respond akan semakin kuat bila diberi penguatan (
penguatan positif dan penguatan negatif).

Bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan. Sedangkan


bentuk penguatan negatif adalah antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan,
memberikan tugas tambahan, atau menunjukkan perilaku tidak senang.
Skinner tidak percaya pada asumsi yang dikemukakan guthrie bahwa hukuman
memegang peranan penting dalam proses pelajar. Hal tersebut dikarenakan menurut
skinner :

1. Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara


2. Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari
jiwa terhukum) bila hukuman berlangsung lama
3. Hukuman mendorong si terhukum mencari cara lain (meskipun salah dan buruk)
agar ia terbebas dari hukuman
4. Hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang kadangkala
lebih buruk dari pada kesalahan pertama yang diperbuatnya. Skinner lebih
percaya dengan apa yang disebut penguatan baik negatif maupun positif.
e. Pavlov

Dalam pemikiranya Pavlov berasumsi bahwa dengan menggunakan rangsangan-


rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang diinginkan.
Berangkat dari asumsi tersebut Pavlov mengadakan eksperimen dengan menggunakan
binatang (anjing) karena ia menganggap binatang memiliki kesamaan dengan manusia.
Namun demikian, dengan segala kelebihanya secara hakiki, manusia berbeda dengan
binatang.

Pavlov mengadakan percobaan dengan cara mengadakan operasi leher pada


seekor anjing. Sehingga keluar kelenjar air liurnya dari luar. Apabila diperlihatkan
sesuatu makanan, maka akan keluar air liur anjing tersebut. Kemudian dalam percobaan
berikutya sebelum makanan diperlihatkan, diperlihatkanlah sinar merah terlebih dahulu,
kemudian baru makanan. Dengan sendirinya air liurpun akan keluar pula. Apabila
perbuatan demikian di lakukan berulang-ulang, maka pada suatu ketika dengan hanya
memperlihatkan sinar merah saja tanpa makanan maka air liurpun akan keluar pula.

Makanan adalah rangsangan wajar, sedangkan merah rangsangan buatan.


Ternyata kalau perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang, rangsangan buatan
ini akan menimbulkan syarat (kondisi) untuk timbulnya air liur pada anjing tersebut. Dari
eksperimen tersebut, setelah pengkondisian atau pembiasaan, dapat di ketahui bahwa
daging yang menjadi stimulus alami dapat di gantikan oleh sinar merah sebagai stimulus
yang dikondisikan (conditioned stimulus). Ketika sinar merah di nyalakan ternyata air liur
anjing keluar sebagai respon-nya. Pavlov berpendapat bahwa kelenjar-kelenjar yang
lainpun dapat dilatih sebagaimana tersebut.

Apakah situasi ini bisa diterapkan pada manusia? Ternyata dalam kehidupan
sehari-hari ada situasi yang sama pada anjing. Sebagai contoh, suara lagu dari penjual es
creem Walls yang berkeliking dari rumah kerumah. Awalnya mingkin suara itu asing,
tetapi setelah si penjual es creem sering lewat, maka nada lagu tersebut bisa menerbitkan
air liur.
Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa dengan menerapkan strategi pavlov ternyata
individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang
tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak
menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.

2.3 Aplikasi teori behavioristik dalam pembelajaran.

Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran yaitu karena memandang


pengetahuan adalah objektif, pasti, tetap dan tidak berubah pengetahuan disusun dengan
rapi sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah
memindahkan pengetahuan (transfer of knowladge) kepada orang yang belajar. Fungsi
pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yang sudah ada melalui proses
berfikir yang dapat dianalisis dan dipilih, sehingga makna yang dihasilkan dari proses
berfikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut.

Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang
dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.
Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan
output yang berupa respon.
Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan
teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik.
Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang
yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin
kuat bila diberikan reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

Secara umum langkah-langkah pembelajaran yang berpijak pada teori


behavioristik yang dikemukakan oleh Sociati dan Prasetya Irawan (2001) dapat
digunakan dalam merancang pembelajaran, langkah-langkah pembelajara tersebut antara
lain :
1. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
2. Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk mengidentifikasi
pengetahuan awal siswa
3. Menentukan materi pembelajaran
4. Memecah materi pembelajaran menjadi bagian kecil-kecil, meliputi pokok
bahasan, sub pokok bahasan, topik dsb
5. Menyajikan materi pembelajaran
6. Memberikan stimulus, dapat berupa, pertanyaan baik lisan maupu tertulis, tes atau
kuis, latihan atau tugas-tugas
7. Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan siswa
8. Memberikan penguatan atau reinforcement (mungkin penguatan positif ataupun
penguatan negatif), ataupun hukuman
9. Memberikan stimulus baru
10. Memberikan penguatan lanjutan atau hukuman
11. Evaluasi belajar.

Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek pasif yang
selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para
pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-
standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pebelajar. Begitu
juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan
dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam
proses evaluasi.

Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga


pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau
ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang
perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk
perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang
sebagai penentu keberhasilan belajar. Pebelajar atau peserta didik adalah objek yang
berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem
yang berada di luar diri pelajar.

2.4 Tujuan Pembelajaran Behaviorisme

Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan


pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas mimetic, yang menuntut pembelajar
untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan,
kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampilan yang
terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan.
1. Berkomunikasi atau transfer prilaku adalah pengambaran pengetahuan dan
kecakapan peserta didik (tidak mempertimbangkan proses mental
2. Pengajaran adalah untuk memperoleh keinginan respon dari peserta didik yang
dimunculkan dari stimulus
3. Peserta didik harus mengenali bagaimana mendapatkan respon sebaik mungkin
pada kondisi respon diciptakan.

Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar


lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan
mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi
menekankan pada hasil belajar.

Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya
menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar.
Maksudnya bila pebelajar menjawab secara benar sesuai dengan keinginan guru, hal ini
menunjukkan bahwa pebelajar telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar
dipandang sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya
dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada
kemampuan pebelajar secara individual.
2.5 Prinsip-prinsip teori Pembelajaran Behavioristik

Dalam pembelajaran behaviorisme pembelajaran merupakan penguasan respons


(Acquisition of responses) dari lingkungan yang dikondisikan. Peserta didik haruslah
melihat situasi dan kondisi apa yang yang menjadi bahan pembelajaran.

Berikut ini adalah prinsip-prinsip pembelajaran behavioristik Menekankan pada


pengaruh lingkungan terhadap perubahan perilaku.
1. Mengunakan prinsip penguatan, yaitu untuk menidentifikasi aspek paling
diperlukan dalam pembelajaran untuk mengarahkan kondisi agar peserta didik
dapat mencapai peningkatan yang diharapkan dalam tujuan pembelajaran.
2. Menidentifikasi karakteristik peserta didik, untuk menetapkan pencapaian tujuan
pembelajaran.
3. Lebih menekankan pada hasil belajar daripada proses pembelajaran.

Skinner juga memuat dalam bukunya tentang prinsip-prinsip behavioristik, berikut ini
prinsip yang dikemukakan oleh skinner dalam bukunya yang berjudul The Behavior of
Organism.
Beberapa prinsip Skinner:
1) Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika
benar diberi penguat.
2) Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
3) Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
4) Dalam proses pembelajaran, tidak digunkan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu
diubah, untukmenghindari adanya hukuman.
5) dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktifitas sendiri.
6) Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebaiknya hadiah
diberikan dengan digunakannya jadwal variabel Rasio rein forcer.
7) Dalam pembelajaran digunakan shaping.
2.6 Kelebihan dan kekurangan dalam teori pembelajaran behavioristik

Kelebihan, kekurangan dan permasalahan yang muncul dalam pembelajaran


Sesuai dengan teori ini, guru dapat menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah
siap sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh
oleh guru. Guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi intruksi singkat yang diikuti
contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun
secara hirarki dari yang sederhana sampai pada yang kompleks.

Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai dengan


pencapaian suatu ketrampilan tertentu. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat
diukur dan diamati. Kesalahan harus segera diperbaiki. Pengulangan dan latihan
digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan.

a. Kelebihan

Dalam teknik pembelajaran yang merujuk ke teori behaviouristik terdapat beberapa


kelebihan di antaranya :
1) Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi belajar.
2) Metode behavioristik ini sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang
menbutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti:
kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleksi, daya tahan, dan sebagainya.
3) Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar
mandiri. Jika menemukan kesulitan baru ditanyakan kepada guru yang
bersangkutan
4) Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan
dominansi peran orang dewasa , suka mengulangi dan harus dibiasakan , suka
meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi
permen atau pujian.
b. Kekurangan

Teori Thorndike terlalu memandang manusia sebagai mekanisme dan otomatisme


disamakan hewan.
1. Memandang belajar merupakan asosiasi belaka antara stimulus dan respon
2. Mengabaikan pengertian belajar sebagai unsure pokok
3. Proses belajar berlangsung secara teoritis

Selain teorinya, beberapa kekurangan perlu dicermati guru dalam menentukan


teknik pembelajaran yang mengacu ke teori ini, antara lain:
a) Sebuah konsekuensi bagi guru, untuk menyusun bahan pelajaran dalam bentuk
yang sudah siap
b) Tidak setiap mata pelajaran bisa menggunakan metode ini
c) Penerapan teori behavioristik yang salah dalam suatu situasi pembelajaran juga
mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan
bagi siswa yaitu guru sebagai sentral, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung
satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid
d) Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan menghafalkan
apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif
e) Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik justru
dianggap metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa
f) Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar dan sangat dipengaruhi oleh
penguatan yang diberikan guru.

2.7 Analisis Tentang Teori Behavioristik

Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar adalah sebagai suatu proses


perubahan tingkah laku. Reinforcement dan punishment sebagai stimulus untuk
merangsang pembelajar dalam berperilaku. Pendidik yang masih menggunakan kerangka
behavioristik biasanya merencanakan kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan
menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai dengan suatu keterampilan tertentu. Bagian-
bagian tersebut disusun secara hirarki, dari yang sederhana sampai yang komplek (Paul,
1997).

Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para


pendidik. Diantara teori tersebut, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya
terhadap perkembangan teori belajar behavioristik. Program-program pembelajaran
seperti Teaching Machine, Pembelajaran berprogram, modul dan program-program
pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta
mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement), merupakan program pembelajaran
yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan Skiner.

Skinner dan tokoh-tokoh lain pendukung teori behavioristik memang tidak


menganjurkan digunakannya hukuman dalam kegiatan pembelajaran. Namun apa yang
mereka sebut dengan penguat negatif (negative reinforcement) cenderung membatasi
pembelajar untuk berpikir dan berimajinasi.

Menurut Guthrie hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar. Namun
ada beberapa alasan mengapa Skinner tidak sependapat dengan Guthrie, yaitu:
1. Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara;
2. Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari
jiwa si terhukum) bila hukuman berlangsung lama;
3. Hukuman yang mendorong si terhukum untuk mencari cara lain (meskipun salah
dan buruk) agar ia terbebas dari hukuman. Dengan kata lain, hukuman dapat
mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang kadangkala lebih buruk
daripada kesalahan yang diperbuatnya.

Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut sebagai penguat negatif. Penguat
negatif tidak sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada bila hukuman
harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon yang muncul berbeda dengan respon yang
sudah ada, sedangkan penguat negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi agar respon
yang sama menjadi semakin kuat. Misalnya, seorang pebelajar perlu dihukum karena
melakukan kesalahan.
Jika pebelajar tersebut masih saja melakukan kesalahan, maka hukuman harus
ditambahkan. Tetapi jika sesuatu tidak mengenakkan pebelajar (sehingga ia melakukan
kesalahan) dikurangi (bukan malah ditambah) dan pengurangan ini mendorong peelajar
untuk memperbaiki kesalahannya, maka inilah yang disebut penguatan negatif.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Behavioristik merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya


dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek–aspek mental. Dengan kata lain,
behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu
dalam suatu belajar.

Menurut teori ini, peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks


sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Refleks yang bisa
meberikan respons kepada peserta didik dalam proses pembelajaran.

Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan


tingkah laku dimana reinforcement dan punishment menjadi stimulus untuk merangsang
pebelajar dalam berperilaku. Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan
pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas mimetic, yang
menuntut pembelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari
dalam bentuk laporan, kuis, atau tes.
Tokoh-Tokoh dan Pemikirannya terhadap Teori Belajar Behavioristik.
a. Thorndike : koneksionisme.
b. Watson : Conditioning
c. Edwin Gut hrie : Conditioning
d. Skinner : Operant conditioning
e. Pavlov : Classic Conditioning

Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari


beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pelajar,
media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan
pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas mimetic, yang menuntut pembelajar
untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan,
kuis, atau tes.

Teori ini memliki banyak kelebihan dan kekurangan. Sehingga apa yang menjadi
kelebihannya bisa menjadikan motivasi untuk menggairahkan belajar Dan
kekurangannya kita renovasi agar bisa lebih baik lagi.

3.2 Saran

Kami menyadri bawasannya, penyusun dari hasil revisi makalah ini hanyalah
manusia yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, sedangkan kesempurnaan
hanya milik Tuhan Yang Maha Kuasa, sehingga dalam penulisan dan penyusunannya
revisi dari makalah ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu kami sebagai
pemakalah memohon maaf yang sebesar-besarnya. Tetapi satu harapan kami, kiranya
dengan adanya makalah ini, bisa menambah wawasan para pembaca tentang Aliran Teori
Behavioristik.
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Ahmadi, Abu, Psikologi Belajar, Jakarta : PT. Asdi Mahasatya, 2004


B. Uno, Hamzah, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta : PT Bumi
Aksara, 2006
Bambang warsita, Teknologi pembelajaran, Rineka cipta, 2008.
Budiningsih, C., Asri , Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005
Kamalfachri, “Teori Behavioristik” dalam Website file:///H:/Teori behavioristik dan
Permaslahan/Kamalfachri. Weblog.htm, data diakses pada tanggal 29 September 2022.
Gage, N.L., & Berliner, D. Educational Psychology, 1979.
Hall S.Calvin & Lindzey, Gardner, Psikology kebribadian 3,Teori-Teori sifat dan
behavioristik (diterjemahkan dari bukuTheories of personality, New york, Santa barbara
Toronto, 1978),yogyakarta: Kanisius, 1993.
Riyanto, Yatim, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta : Pranada Media Group, 2009.
Slavin, Belajar dan Pembelajaran, 2000.
Sukardjo, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada,2009
Yamin, Martinis, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta : Gaung Persada Press, 2011

Anda mungkin juga menyukai