Anda di halaman 1dari 14

TEORI BEHAVIORISME DALAM PEMBELAJARAN BAHASA

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Teori Belajar Bahasa
yang Dibina oleh Nahnu Robid Jiwandono, S

Disusun Oleh:
Lutfiatul Maslila 21801071023
Ahmad Marzuki 21801071026
Ulfatus Sholehah 21601071026

PROGAM STUDI S1 PENDIDIKAN BAHASA


DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
OKTOBER 2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Teori Belajar
Bahasa.

Terima kasih penulis haturkan kepada Bapak Nahnu Robid Jiwandono, S selaku dosen
pengampu dalam mata kuliah Teori Belajar Bahasa, yang dengan bimbingan serta motivasinya
kami (kelompok 4) bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Selanjutnya kami
juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang ikut berperan dan berpartisipasi
dalam pembuatan makalah ini, karena berkat bantuan kalian kami mampu memecahkan
masalah dalam penyusunan makalah ini.

Makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman terhadap teori behaviorisme


dalam pembelajaran bahasa yang disertai observasi pada pembelajaran normal di Sekolah
Dasar Negeri 1 Dinoyo, Malang.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini. Akhir kata dari kami, semoga apa yang kami sajikan dalam makalah
ini bisa memberikan manfaat dan insipirasi bagi para pembaca dan juga kami memohon maaf
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini.

Malang, 14 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................... ................................................................. ..................

DAFTAR ISI.................... ................................................................................ ..................

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ .................

1.1.Latar Belakang ................................................................................ .................


1.2.Rumusan Masalah ........................................................................... .................
1.3.Tujuan.............................................................................................. .................

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. .................

2.1 Pengertian dan Karakeristik ................................................................................


2.2 Teori Behavioris dalam pembelajaran ............................................... .................
2.3 Pandangan Kritis..................................................................................................

BAB III PENGAMATAN ............................................................................... .................

BAB IV PENUTUP ......................................................................................... .................

3.1. Kesimpulan ................................................................................... .................

3.2. Saran .............................................................................................. .................

DAFTAR RUJUKAN ...................................................................................... .................


BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab pendahululan dijelaskan tiga hal. Ketiga hal tersebut yaitu: latar belakang,
rumusan masalah, dan tujuan. Ketiga hal tersebut dijelaskan sebagai berikut.

1.1 Latar Belakang

Teori belajar behavioristik merupakan teori belajar yang lebih mengutamakan pada
perubahan tingkah laku seseorang sebagai akibat adanya stimulus dan respon. Dengan kata
lain,belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami seseorang dalam hal kemampuannya
yang bertujuan merubah tingkah laku dengan cara interaksi antara stimulus dan respon.
Menurut Watson tingkah laku seseorang merupakan hasil dari pembawaan genetis dan
pengaruh lingkungan, sedangkan menurut Pavlov merujuk pada sejumlah prosedur pelatihan
antara satu stimulus dan rangsangan muncul untuk menggantikan stimulus lain dalam
mengembangkan respon, terakhir menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respons
terjadi karena melalui interaksi dengan lingkungan yang kemudian menimbulkan perubahan
tingkah laku. Dengan demikian, teori belajar behavioristik lebih memfokuskan untuk
mengembangkan tingkah laku siswa ke arah yang lebih baik.

Apresiasi terhadap karya sastra sangat penting karena di dalam suatu karya sastra
terdapat gambaran kehidupan tingkah laku manusia yang dapat diambil pelajarannya. Kegiatan
untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam mengapresiasi puisi dapat ditempuh
dengan berbagai cara seperti: membaca puisi, kemudian memahami, menjelaskan, dan
memberi penilaian.

Menulis merupakan bentuk komunikasi secara tidak langsung dan merupakan proses
melahirkan gagasan. Salah satu kompetensi dasar dalam keterampilan menulis yaitu menulis
karangan puisi.

Pada makalah ini yang akan dibahas mengenai teori belajar behavioristik dan aktivitas
kesastraan baik apresiasi maupun menulis kreatif.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, masalah pada makalah ini dapat dirumuskan
sebagai berikut.

1. Apa yang dimaksud dengan teori behaviorisme?

2. Bagaimana teori behavioris dalam pembelajaran bahasa normal dan ABK?

3. Bagaimana pandangan kritis kelompok terhadap teori behavioris dalam pembelajaran


bahasa normal dan ABK?

1.3. Tujuan Penulisan Makalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk menjelaskan pengertian dan karakterisik teori behaviorisme.

2. Untuk menjelaskan bagaimana teori behavioris dalam pembelajaran bahasa normal dan
ABK.
3. Untuk menjelaskan bagaimana pandangan kritis kelompok terhadap teori behavioris
dalam pembelajaran bahasa normal dan ABK.
BAB II
PEMBAHASAN
Pada bab pembahasan ini dijelaskan tiga hal. Ketiga hal tersebut, yaitu: teori belajar
behavioristik, teori belajar behavioristik dan aktivitas kesastraan apresiasi, teori belajar
behavioristik dan aktivitas kesastraan menulis kreatif.
2.1 Pengertian dan Karakteristik Teori Behaviorisme
2.1.1 Pengertian Teori Behaviorisme
Teori belajar behaviorisme adalah sebuah teori yang mempelajari tingkah laku manusia.
Menurut Desmita (2009:44) teori belajar behavioristme merupakan teori belajar memahami
tingkah laku manusia yang menggunakan pendekatan objektif, mekanistik, dan materialistik,
sehingga perubahan tingkah laku pada diri seseorang dapat dilakukan melalui upaya
pengkondisian. Dengan kata lain, mempelajari tingkah laku seseorang seharusnya dilakukan
melalui pengujian dan pengamatan atas tingkah laku yang terlihat, bukan dengan mengamati
kegiatan bagian-bagian dalam tubuh. Teori ini mengutamakan pengamatan, sebab pengamatan
merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku
tersebut

Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respons (Slavin, 2000).
Seseorang dianggap telah belajar apabila dapat menunjukan perubahan perilakunya. Menurut
teori ini, dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa
respons. Stimulus adalah sesuatu yang diberikan, sedangkan respons adalah tanggapan atau
reaksi terhadap stimulus yang diberikan. Proses yang terjadi antara stimulus dan respons
tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat
diamati adalah stimulus dan respons, oleh karena itu ,apa yang diberikan (stimulus) dan apa
yang diterima ( respons) harus dapat diamati dandiukur (Putrayasa, 2013:42).

Teori behaviorisme menekankan pada kajian ilmiah mengenai berbagai respon perilaku
yang dapat diamati dan penentu lingkungannya. Dengan kata lain, perilaku memusatkan pada
interaksi dengan lingkungannya yang dapat dilihat dan diukur. Prinsip-prinsip perilaku
diterapkan secara luas untuk membantu orang-orang mengubah perilakunya ke arah yang lebih
baik.
2.1.2 Karakteristik Teori Behaviorisme
Teori belajar behaviorisme melihat semua tingkah laku manusia dapat ditelusuri dari
Bentuk reflex. Dalam psikologi teori belajar behaviorisme disebut juga dengan teori
pembelajaran yang didasarkan pada tingkah laku yang diperoleh dari pengkondisian
lingkungan. Pengkondisian terjadi melalui interaksi dengan lingkungan. Hal ini dilihat secara
sistematis dapat diamati dengan tidak mempertimbangkan keseluruhan keadaan mental.
Menurut Ahmadi (2003:46), teori belajar behavioristik mempunyai ciri-ciri atau karakteristik,
yaitu.

Pertama, aliran ini mempelajari perbuatan manusia bukan dari kesadarannya, melainkan
mengamati perbuatan dan tingkah laku yang berdasarkan kenyataan. Pengalaman-pengalaman
batin di kesampingkan serta gerak-gerak pada badan yang dipelajari. Oleh sebab itu,
behaviorisme adalah ilmu jiwa tanpa jiwa.

Kedua, segala perbuatan dikembalikan kepada refleks. Behaviorisme mencari unsur-unsur


yang paling sederhana yakni perbuatan-perbuatan bukan kesadaran yang dinamakan refleks.
Refleks adalah reaksi yang tidak disadari terhadap suatu pengarang. Manusia dianggap sesuatu
yang kompleks refleks atau suatu mesin.

Ketiga, behaviorisme berpendapat bahwa pada waktu dilahirkan semua orang adalah sama.
Menurut behaviorisme pendidikan adalah maha kuasa, manusia hanya makhluk yang
berkembang karena kebiasaan-kebiasaan, dan pendidikan dapat mempengaruhi reflek
keinginan hati.

2.2 Teori Behavioris dalam Pembelajaran Bahasa Normal Dan ABK


2.2.1 Teori Behavioris dalam Pembelajaran Bahasa Normal

Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan
teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik.
Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang
yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin
kuat bila diberikan reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Penerapan teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa
hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan
fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori
behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah.
Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan,
sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang
yang belajar atau pebelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur
pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah,
sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh
karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar diharapkan akan memiliki
pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami
oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
Demikian halnya dalam pembelajaran, pembelajar dianggap sebagai objek pasif yang
selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik
mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar
tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pembelajar. Begitu juga
dalam proses evaluasi belajar pembelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat
diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses
evaluasi.

2.2.2 Teori Behavioris dalam Pembelajaran Bahasa ABK

I. Instruction (perintah)
Kata-kata perintah yang diberikan kepada anak pada suatu proses terapi, intruksi
kepada anak harus singkat-jelas-tegas-tuntas-sama (S-J-TT-S) sesuai dengan intruksi harus
cukup jelas (volume suara selalu disesuaikan dengan respon seorang anak) namun jangan
membentak atau menjerit, singkat yaitu cukup 2-3 suku kata. Tegas berarti setiap intruksi
tidak boleh “ditawar” dan oleh anak harus dilakukan atau dilaksanakan. Tuntas, bahwa
setiap intruksi harus dilaksanakan sampai selesai, jangan sampai setengah jalan. Sama,
yaitu setiap intruksi dari 3 terapis harus memakai kata-kata yang sama jangan berbeda-beda
sedikitpun.
Semisal : Anak diperintahkan untuk melihat kartu yang isinya berbagai macam gambar.
Diantaranya, gambar orang solat, gambar orang belanja dan yang terakhir gambar orang
mengaji. Disini guru memerintahkan anak dengan menggunakan suara yang tegas, tuntas,
sama serta singkat. Agar mempermudah anak dalam menangkap apa yang
diintruksikan kepadanya.
II. Prompt (bantuan)
Adalah bantuan atau arahan yang diberikan kepada anak apabila anak tidak dapat
memberikan respon terhadap intruksi. Ada beberapa tipe tentang prompt; satu, Verbal
prompt adalah dipakai untuk menangkap indikasi adanya keinginan untuk merespon. Dua,
visual prompt, adalah berupa membuat gambar, tiga, gestural prompt, keempat, modeling,
modeling dijadikan sebuah indikasi bahwa siswa telah merespon, kelima, physical prompt
adalah dengan menggunakan tubuh untuk merangsang seseorang untuk membuat respon.
Semisal: Ketika guru memerintahkan anak untuk menyebutkan nama-nama binatang, lalu
disini anak tidak merespon apa yang diperintahkan guru maka guru disini memberikan
prompt sampai anak bisa merespon dengan baik. Dan jenis prompt yang diberikan
tergantung kebutuhan yang diperlukan.
III. Reinforcement (imbalan)
Reinforcement adalah sangat penting untuk dilakukan karena merupakan hadiah atau
penguat suatu perilaku agar anak mau melakukan terus dan menjadi mengerti pada
konsepnya. Besarnya imbalan juga perlu disesuaikan dengan tingkat kesulitan aktivitas
yang harus dilakukan anak, bila ringan cukup dengan verbal saja (pujian, seruan dan
sebagainya).
Semisal :Reinforcement positif : Stimulus yang pemberiannya menyebabkan perilaku
semakin diperkuat atau sering kemunculannya. Dampaknya adalah menyenangkan,
misalnya, berupa pujian, makanan, minuman dan lain sebagainya. Reinforcement Negatif :
Stimulus yang penghilangannya untuk stimulusstimulus yang tidak menyenangkan akan
menyebabkan diperkuat atau diperseringnya perilaku.
IV. Small Activity (Aktifitas kecil atau perilaku)
V. Achieved (hasil baik)
Apabila anak merespon suatu intruksi guru dengan benar dan mandiri
(tanpa prompt)

2.3 Pandangan Kritis Kelompok terhadap Teori Behavioris dalam Pembelajaran Bahasa
Normal Dan ABK
Teori belajar behaviorisme adalah teori belajar yang menekankan pada tingkah laku
manusia sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon, serta memandang individu
sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan, pengalaman dan latihan
yang akan membentuk prilaku mereka. Sehingga teori ini sangat cocok diterapkan untuk
melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi
dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung
seperti diberi permen atau pujian dan juga dapat Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan
peka pada situasi dan kondisi belajar

Akan tetapai dengan teori ini, Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru saja, bersifat
mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur. Murid hanya
mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan
dipandang sebagai cara belajar yang efektif.

Pandangan behavioristik juga kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi
pebelajar, walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang sama. Pandangan ini tidak
dapat menjelaskan mengapa dua anak yang mempunyai kemampuan dan pengalaman
penguatan yang relatif sama, ternyata perilakunya terhadap suatu pelajaran berbeda, juga dalam
memilih tugas sangat berbeda tingkat kesulitannya. Pandangan behavioristik hanya mengakui
adanya stimulus dan respon yang dapat diamati. Mereka tidak memperhatikan adanya pengaruh
pikiran atau perasaan yang mempertemukan unsur-unsur yang diamati tersebut.

Teori Behavioris dalam Pembelajaran Bahasa Normal Dan ABK sangat berbeda. Untuk
pembelajaran behavior pada anak normal cenderung melihat objeknya, jika pembelajar
dianggap sebagai objek pasif akan diterapkan teori ini yaitu berupa stimulus-respon yang selalu
membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik
mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu
dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pembelajar. Sedangkan untuk
pembelajaran ABK memang sangat cocok untuk menggunakan teori ini karena anak ABK
sangat membutuhkan bimbingan yang jelas berbeda dengan anak normal.
BAB III
HASIL PENGAMATAN
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan. Penerapan teori behavior dalam pembelajaran
anak normal sudah mulai dikurangi. Penerapan pada anak normal Kurikulum berbasis filsafat
behaviorisme tidak sepenuhnya dapat diimplementasikan dalam sistem pendidikan nasional,
terlebih lagi pada jenjang pendidikan usia dewasa. Tetapi behaviorisme dapat diterapkan untuk
metode pembelajaran bagi anak yang belum dewasa. Namun, tidak sepenuhnya pembelajaran
bagi anak yang belum dewasa menggunakan metode ini. Seperti observasi yang kelompok
kami lakukan di Sekolah Dasar Negeri Dinoyo 1 Malang.

Gambar 3.1 Gambar 3.2

Pada hari kamis, 17 oktober 2019 kelompok kami melakukan observasi di sekolah tersebut,
kebetulan kami diberi kesempatan untuk mengamati pembelajaran di kelas 6 dengan guru
pembimbing bernama Ibu Istiqomah Aminin, S.Psi., M.Si atau biasa dipanggil Bu Ami.
Pembelajaran di SD merupakan pembelajaran berbasis TEMATIK. Artinya tidak ada yang
namanya pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA dll. Karena pembelajaran tersebut
menjadi satu buku yaitu TEMATIK. Kebetulan pembelajaran yang kami amati waktu itu adalah
percobaan lampu LED dengan berkelompok.
Peserta didik kelas 6 di SDN Dinoyo 1 tersebut merupakan peserta didik yang cenderung
aktif, hanya beberapa yang pasif. Sehingga dalam pembelajarannya Bu Ami lebih
menggunakan teori konstruktif, namun tetap tidak meninggalkan teori behavioris. Dalam teori
konstruktif yang dilakukan guru tidak menjelaskan guru hanya memfasilitasi dan peserta didik
mengamati percobaan masing-masing kelompok setelah itu presentasi bagaimana hasil
percobaannya apakah berhasil atau tidak. Jika berhasil akan diapresiasi dan diberi penguatan.
Nah di situlah teori behavior diterapkan. Tetapi untuk teori behavior yang terlalu ekstrim
misalkan hanya disuruh mendekte dan diberi tugas saja akan dikurangi.
Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang
memberikan ruang gerak yang bebas bagi pembelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan
mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat
otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti
kinerja mesin atau robot. Akibatnya pembelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai
dengan potensi yang ada pada diri mereka.
Meskipun pembelajaran di SD tersebut cenderung banyak menggunakan teori
konstrutif, tidak menutup kemungkinan dalam memberi hukuman dan penguatan masih
menggunakan teori behavior. Seperti yang dikatakan Bu Ami, dalam melaksanakan
pembelajaran waktu itu sebelumnya diadakan perjanjian kontrak kerja dengan peserta didik.
Karena ini kerja kelompok, kalau setiap ada percobaan, hal yang harus dilakukan yaitu: (1)
peserta didik harus tertib, (2) peserta didik tidak boleh meninggalkan sampah, karena kalau
sehabis mengupas kabel pasti berserakan. Jika mereka tidak mematuhi, akan di hukum,
hukumannya yaitu nilainya akan dikurangi. Hal itu berkaitan dengan teori behavioristik.
Contoh lain dalam penerapan behavior ini yaitu saat Bu Ami memberikan stimulus dengan
menyuruh peserta didik untuk membawa peralatan seperti lampu, kabel dll. Jika ada yang tidak
membawa akan di hukum dengan mengurangi nilai.
Hasil observasi kelompok kami adalah menuliskan hasil yang kami dapat ketika
mengamati, di mana teori belajar behavioristik ini masih di terapkan oleh guru di SD kelas 6
meskipun cenderung sedikit dan mulai menggunakan teori konstruktif. Dalam pembelajaran
behavior tidak sepenuhnya guru mengajar seperti hanya menyuapi makanan kepada peserta
didiknya, tetapi antara peserta didik dan guru melakukan proses belajar berbagi informasi
sehingga proses belajar ini dapat merubah tingkah laku sesuai pandangan behavirisme.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas kami dapat menyimpulkan bahwa teori belajar


behaviorisme adalah teori belajar yang menekankan pada tingkah laku manusia sebagai akibat
dari interaksi antara stimulus dan respon, serta memandang individu sebagai makhluk kreaktif
yang memberi respon terhadap lingkungan, pengalaman dan latihan yang akan membentuk
prilaku mereka. Karakteristik teori behaviorisme antara lain aliran ini mempelajari perbuatan
manusia bukan dari kesadarannya, melainkan mengamati perbuatan dan tingkah laku yang
berdasarkan kenyataan, segala perbuatan dikembalikan kepada reflex dan behaviorisme
berpendapat bahwa pada waktu dilahirkan semua orang adalah sama.

Teori Behavioris dalam Pembelajaran Bahasa Normal Dan ABK sangat berbeda. Untuk
pembelajaran behavior pada anak normal cenderung melihat objeknya, jika pembelajar
dianggap sebagai objek pasif akan diterapkan teori ini yaitu berupa stimulus-respon yang selalu
membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik
mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu
dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pembelajar. Sedangkan untuk
pembelajaran ABK memang sangat cocok untuk menggunakan teori ini, penerapan yang bisa
dilakukan antara lain Instruction (perintah), Prompt (bantuan), Reinforcement (imbalan), Small
Activity (Aktifitas kecil atau perilaku), dan Achieved (hasil baik).

4.2 Saran

Makalah ini masih banyak sekali kekurangan, baik dari bahasa yang digunakan,
pemilihan huruf, kelengkapan isi dan lainnya, penulis berharap kritik dan saran dari pembaca,
agar penulis bisa memperbaiki makalah ini menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR RUJUKAN

Mukinan.1997. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: P3G IKIP

Suparno. 2008. Ketrampilan Dasar Menulis. Jakarta : Universitas Terbuka

H. Muh Farozin, Pemahaman Tingkah Laku (Yogyakarta: Rineka Cipta, 2004: 74),

Light, G. and Cox, R. 2001. Learning and TeacTeori Belajar Behavioristik

Slavin, R.E. 2000. Educational Psychology: Theory and Practice. Sixth Edition. Boston:
Allyn and Bacon
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak Remaja (Bandung: Remaja Roesda Karya,
2006), 8

Anda mungkin juga menyukai