MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Sejarah Sastra Indonesia
yang dibina oleh Dra. Hj. Ida Lestari, M.Si.
Oleh
b. Konsepsi
Angkatan 45 memiliki konsepsi yang jelas, yaitu humanisme universal. Konsepsi ini memandang
manusia dalam wujud hakikatnya, memandang manusia atas dasar sifat-sifatnya yang umum,
tanpa membedakan jenis kelamin, usia, dan sebagainya. Pada hakikatnya setiap manusia itu
sama, yaitu :
a. Memiliki jiwa rasional, etis, dan estetis. Manusia adalah makhluk berpikir, berkeadaban,
dan memiliki rasa keindahan.
b. Menambahkan nilai-nilai yang luhur: kebebasan, keadilan, kemerdekaan, kejujuran, dan
persamaan derajat dan kedudukan.
Oleh karena itu, humanisme universal berusaha memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan yang
luhur yang berlaku bagi setiap manusia dan setiap bangsa.
3. Pendapat dan Keterangan dari Beberapa Pengarang Angkatan 45 tentang Pujangga Baru
1. Rivai Apin
Rivai Apin berpendapat bahwa Pujangga Baru dalam memandang alam mudah berteriak pura-
pura dengan kata seru: O, wah, aduhai, dan sebagainya. Rivai Apin memandang alam itu sebagai
sesuatu yang diterimanya seperti menerima adanya dirinya sendiri
2. Asrul Sani
Asrul Sani berpendapat bahwa Pujangga Baru mencoba memperoleh keindahan karangan dengan
segala bunga kata dan terlalu banyak menggunakan beelspraak (kata perbandingan). Mereka
menempatkan filsafatnya dalam kepalanya, bukan dalam penghidupan. Kehidupan dipandang
sebagai wujud dari puisi, bukan lagi sebagai unsur dari puisi.
3. Sitor Situmarong
Dikatakannya, bahwa Sutan Takdir Alisjahbana masih hidup dalam alam pikiran antitese Barat
dan Timur; sedangkan bagi Angkatan 45 yang dipersoalkan bukan lagi masalah Barat da Timur,
melainkan masalah manusia, yaitu manusia telanjang sebagai manusia pada genetik.
4. Pendapat dan Keterangan dari Pengarang Pujangga Baru
Armijn Pane menganggap bahwa antara keduanya tidak ada perbedaan asasi. Demikian juga
Sutan Takdir Alisjahbana menentang keras suatu anggapan, bahwa antara kedua angkatan itu ada
perbedaan yang tajam. Ia beranggapan bahwa “dilihat dari jurusan pembebasan manusia baru
dan pembuka kemungkinan-kemungkinan baru bagi bahasa Indonesia; sesungguhnya gerakan
Angkatan 45 itu suatu sambungan belaka dari Pujangga Baru.
5. Kesimpulan
Dari berbagai pendapat dak keterangan yang tersebut di atas kiranya dapat disimpulkan bahwa
perbedaan antara Angkatan Pujangga Baru meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Perbedan Konsepsi
Perbedaan yang paling penting antara kedua angkatan itu ialah perbedaan konsepsi. Angkatan 45
memiliki konsepsi humanisme universal, yang meletakkan tekanan pembangunan kebudayaan
pada kebudayaan dunia. Sebaliknya, konsepsi Pujangga Baru menitikberatkan perjuangan
membentuk kebudayan persatuan kebangsaan. Mereka memilik kesamaan cita-cita, yaitu
kebudayaan persatuan kebangsaan, walaupun bagaimana pembentukannya mereka berbeda
pendapat.
b. Perbedaan Gaya
Angkatan 45 pada umumnya memiliki gaya ekspresi, yang mengutamakan keaslian pengucapan
jiwa. Angkatan Pujangga Baru pada umumnya memiki gaya imperasi, yang lebih banya terikat
pada kesan-kesan luar dari objek yang dilukiskan.
c. Perbedaan Corak Aliran
Karena sikapnya yang hendak melukiskan segala sesuatu sampai kedalam-dalamnya maka
umumnya karya sastra Angkatan 45 bercorak romantik realistis/naturalis. Angkatan Pujangga
Baru umumnya bercorak romantik idealistis. Mereka melukiskan sesuatu tidak dengan sikap
menerima seperti apa adanya, melainkan lebih banyak dipengaruhi oleh emosi dan harapan-
harapannya.
d. Perbedaan Peranan Majalah sebagai Media Angkatan
Angkatan Pujangga Baru memiliki majalah Pujangga Baru, yang khusus memuat karangan,
pikiran, dan pendapar pengarang-pengarang Pujangga Baru. Dari majalah itu kita dapat
mengikuti pertumbuhan dan perkembangan serta cita-cita Pujangga Baru. Angkatan 45 tidak
memiliki lingkunga tertentu yang tetap, baik dalam wujud organisasi maupun majalah. Majalah
yang pertama terbit sesuadah perang ialah majalah Panca Raya, yang diterbitka oleh Balai
Pustaka. Majalah ini sering memuat puisi Chairil Anwar, tapi bukan semata-mata majalah
kesusastraan, dan dengan sendirinya bukan pembawa suara Angkatan 45. Majalah Zenith,
Puangga Baru (versi sudah perang), Mimbar Indonesia, Konfrontasi (yang sering dipandang
sebagai kelanjutan majalah Pujangga Baru), Seni, dan lain-lain. Majalah-majalh tersebut tidak
ada yang dapat dipandang sebagai media khusus Angkatan 45.