Anda di halaman 1dari 2

2.

Kebudayaan merupakan semua hasil yang dipikirkan oleh manusia, bisa juga dikatakan produksi yang
dihasilkan.

Peradaban itu sendiri memiliki arti nilai, nilai – nilai dari kebudayaan melalui norma yang dijadikan tolok
ukur bagi perilaku setiap warga masyarakat.

Jadi secara umum secara umum keduanya hampir mirip, tetapi sebenarnya memiliki makna yang
berbeda. Kebudayaan melahirkan peradaban dan peradaban lahir dari kebudayaan, dan tidak ada
manusia yang tidak berbudaya karena tidak ada manusia yang hidup sendirian. Dari karena itulah maka
sekelompok manusia yang membentuk masyarakat pasti melahirkan sebuah kebudayaan yang
berkembang menjadi peradaban.

3. Seorang ahli estetika modern Monroe Beardsley menyatakan ada 3 unsur yang menjadi sifat-sifat
membuat baik atau indah sesuatu karya estetik. ketiga unsur itu ialah:

1. Kesatuan (unity): Tersusun baik dan sempurna

2. Kerumitan (complexity): Tidak sederhana, unsur saling berlawanan namun menjadi kesatuan dalam
keanekaragaman.

3. Kesungguhan (intensity): Kualitas tertentu yang menonjol, bukan sesuatu yang kosong.

4. Keindahan sastra terkandung dibalik huruf-huruf yang tampak. Aspek estetika yang jauh lebih penting
ditimbulkan melalui keseimbangan antarunsur karya. Dikaitkan dengan sifat-sifat dasar yang dimilikinya,
demikian juga relevansinya dalam kehidupan bermasyarakat, maka estetika, etika, dan logika disebut
sebagai trilogi indah-baik-benar.

Hakikat karya sastra adalah keindahan, maka yang digunakan sebagai tolok ukur keindahan suatu karya
adalah keindahan bahasa itu sendiri. Meskipun demikian, kesusastraan sebagai hasil kebudayaan harus
berfungsi untuk masyarakat.

5.

prasangka terbentuk karena pikiran dan perasaan buruk terhadap kelompok tertentu akibat pengaruh
dari lingkungan atau pengalaman buruk terhadap seseorang pada suatu kelompok.

Prasangka dapat berarti sikap, emosi, atau perilaku negatif terhadap seseorang atau sekelompok orang
karena keanggotaannya dalam kelompok tertentu. Penilaian juga dilakukan berdasarkan karakteristik
merendahkan, pengekspresian, perasaan negatif, tindakan permusuhan dan tindakan diskriminatif.
Stigma diciptakan oleh masyarakat saat melihat sesuatu yang dianggap telah menyimpang ataupun aneh
karena ada hal yang tidak seperti sewajarnya. Stigma biasanya diciptakan oleh masyarakat untuk menilai
sesuatu hal yang memalukan ataupun tidak sesuai dengan nilai-nilai yang telah dianut, sehingga hal
tersebut nantinya akan dapat menyebabkan penurunan rasa percaya diri, motivasi, penarikan diri dari
lingkungan sosial, menghindar pekerjaan, serta kehilangan arah masa depan.

Stigma juga dapat diartikan sebagai sebuah cap atau label kepada seseorang dari masyarakat sosial
karena adanya sesuatu yang tidak sesuai dengan nilai-nilai dan kebiasaan mereka.

Stereotipe adalah penilaian terhadap seseorang hanya berdasarkan persepsi terhadap kelompok di
mana orang tersebut dapat dikategorikan. Stereotipe merupakan jalan pintas pemikiran yang dilakukan
secara intuitif oleh manusia untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks dan membantu dalam
pengambilan keputusan secara cepat.

Stereotip sering diartikan sebagai ejekan, juga merupakan gambaran-gambaran atau angan-angan atau
tanggapan tertentu terhadap individu atau kelompok yang dikenai prasangka.

Ketiga hal ini harus dijauhi dari hati dan pikiran kita. Stereotip, prasangka, dan diskriminasi tidak hanya
kesesatan dalam berpikir, tetapi juga pemicu utama dalam perpecahan antar golongan. Oleh karena itu,
sebagai warga negara Indonesia, kita harus saling menyayangi dalam perbedaan dan berpegang teguh
pada Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.

Anda mungkin juga menyukai