Tugas Presentasi
Dosen Pengampuh:
Disusun Oleh:
UNIVERSITAS QOMARUDDIN
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang bertema “Teori
Perkembangan (Humanistik dan Kognitif)” ini. Tak lupa shalawat serta salam
kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang kita nantikan syafaat
nya di hari kiamat nanti.
1. Ibu Roisatun Nisa’, M.Pd. Selaku dosen kami yang telah membantu
dalam prosespembuatan makalah ini
2. Teman-teman kelas PMT20 yang telah mendukung dalam proses
pembuatan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..............................................................................................i
Daftar Isi...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan...............................................................13
3.2 Saran
Daftar Pustaka.....................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Belajar adalah key term, 'istilah kunci' yang paling vital dalam setiap
usaha pendidikan. Belajar merupakan suatu aktivitas mental/psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
perubahan- perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai
sikap, dan perubahan itu bersifat secara relatif konstans dan membekas.
1
sebuah proses yang terjadi dalam diri individu yang melibatkan seluruh
domain yang ada.
Adapun rumusan masalah yang kami angkat pada makalah ini, yaitu :
1.3 Tujuan
2
10. Untuk mengetahui aplikasi teori belajar kognitif dalam proses pembelajaran.
11. Untuk mengetahui implikasi teori belajar kognitif dalam proses pembelajaran.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Beberapa psikolog pada waktu yang sama tidak menyukai uraian aliran
psikodinamika dan behaviouristik tentang kepribadian. Mereka merasa bahwa
teori-teori ini mengabaikan kualitas yang menjadikan manusia itu berbeda dari
binatang, seperti misalnya mengupayakan dengan keras untuk menguasai diri dan
merealisasi diri.Di tahun 1950-an, beberapa psikolog aliran ini mendirikan
sekolah psikologi yang disebut dengan humanisme.
Awal timbulnya psikologi humanistis terjadi pada akhir tahun 1940-an yaitu
munculnya suatu perspektif psikologi baru. Orang-orang yang terlibat dalam
penerapan psikologilah yang berjasa dalam pengembangan ini. Misalnya;
ahli-ahli psikologi klinik, pekerja-pekerja sosial, konselor, bukan merupakan
hasil penelitian dalam bidang proses belajar. Gerakan ini berkembang dan
kemudian dikenalkan dengan psikologi humanistis, eksternal, perseptual atau
fenomenologikal. Psikologi ini berusaha memahami perilaku seseorang dari
sudut perilaku (behavior), bukan dari pengamat observer. Dalam dunia
pendidikan aliran humanisme muncul pada tahun 1960 sampai dengan
4
1970-an dan mungkin perubahan-perubahan dan inovasi yang terjadi selama
dua dekade yang terakhir pada abad ke-20 ini pun juga akan menuju pada arah
ini.
5
Keleluasaan untuk memilih apa yang akan dipelajari dan kapan serta
bagaimana mereka akan mempelajarinya merupakan ciri utama pendekatan
humanisme. Bertujuan untuk membantu siswa menjadi self-directed serta
self-motivated leaner. Penganut paham ini yakin bahwa siswa akan bersedia
melakukan banyak hal apabila mereka memiliki motivasi yang tinggi dan
mereka diberi kesempatan untuk menentukan apa yang mereka inginkan.
Pengertian humanisme yang beragam membuat batasan-batasan aplikasinya
dalam dunia pendidikan mengundang berbagai macam arti pula. Kata
humanisme dalam pendidikan, dalam artikel “what is humanistic education?”,
Krischenbaum menyatakan bahwa sekolah, kelas atau guru dapat dikatakan
bersifat humanistik dalam pendidikan. Ide mengenai pendekatan-pendekatan ini
terangkum dalam psikologi humanism.
4) Perilaku (mau berbagi, menolong orang lain, ramah terhadap orang lain,
dan berlaku pantas didepan publik).
6
dan berfantasi. Pendidik humanisme mencoba untuk melihat dalam spektrum
yang lebih luas mengenai perilaku manusia.
7
takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia
miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk
lebih maju kearah keutuhan, keunikan diri, kearah berfungsinya semua
kemampuan, kearah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu
juga ia dapat menerima diri sendiri.
Carl Ransom Rogers (1902-1987) lahir di Oak Park, Illinois pada tanggal
8 Januari 1902 di sebuah keluarga Protestan yang fundamentalis. Kepindahan dari
kota ke daerah pertanian diusianya yang ke-12, membuat ia senang akan ilmu
pertanian. Ia pun belajar pertanian di Universitas Wisconsin. Setelah lulus pada
tahun 1924, ia masuk ke Union Theology Seminary di Big Apple dan selama
masa studinya ia juga menjadi seorang pastor di sebuah gereja kecil. Meskipun
belajar di seminari, ia malah ikut kuliah di Teacher College yang bertetangga
dengan seminarinya.
8
dari lingkungan klinis ke lingkungan akademik membuat Rogers mengembangkan
metode client-centered psychotherapy. Disini dia lebih senang menggunakan
istilah klien terhadap orang yang berkonsultasi dibandingkan memakai istilah
pasien.Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu:
Kognitif (kebermaknaan)
experiential ( pengalaman atau signifikansi)
Meskipun teori yang dikemukan Rogers adalah salah satu dari teori holistik,
namun keunikan teori adalah sifat humanis yang terkandung didalamnya. Teori
humanistik Rogers pun menpunyai berbagai nama antara lain : teori yang berpusat
pada pribadi (person centered), non-directive, klien (client-centered), teori yang
berpusat pada murid (student-centered), teori yang berpusat pada kelompok
(group centered), danperson to person). Namun istilah person centered yang
sering digunakan untuk teori Rogers.
Kecenderungan formatif
Segala hal di dunia baik organik maupun non-organik tersusun dari hal-hal
yang lebih kecil.
Kecenderungan aktualisasi
9
b. Kelemahan teori belajar humanistik
Karena dalam teori ini guru ialah sebagai fasilitator maka kurang
cocok menerapkan yang pola pikirnya kurang aktif atau pasif. Karena bagi siswa
yang kurang aktif, dia akan takut atau malu untuk bertanya pada gurunya
sehingga dia akan tertinggal oleh teman-temannya yang aktif dalam kegiatan
pembelajaran, padahal dalam teori ini guru akan memberikan respons bila
murid yang diajar juga aktif dalam menanggapi respons yang diberikan oleh
guru. Karena siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) maka
keberhasilan proses belajar lebih banyak ditentukan oleh siswa itu sendiri,
peran guru dalam proses pembentukan dan pendewasaan kepribadian siswa
menjadi berkurang.
10
sugetologi teknik pemercepatan belajar dan neurolenguistik dengan
teori keyakinan dan metode tertentu. Quantum Learning
mengasumsikan bahwa jika siswa mampu menggunakan potensi nalar
dan emosinya secara jitu akan mampu membuat loncatan prestasi
yang tidak bisa diduga sebelumnya. Dengan metode belajar yang
tepat siswa bisa meraih prestasi belajar secara berlipat ganda. Salah
satu konsep dasar dari metode ini ialah belajar itu harus mengasikkan dan
berlangsung dalam suasana gembira, sehingga pintu masuk untuk
informasi baru akan lebih besar dan terekam dengan baik.
The Accelerated Learning, merupakan pembelajaran yang dipercepat.
Konsep dasar dari pembelajaran ini berlangsung sangat cepat,
menyenangkan, dan memuaskan. Pemilik konsep ini Dave Meiver
menyarankan kepada guru agar dalam mengelola kelas menggunakan
pendekatan somantic, auditory, visual dan intellectual (SAVI). Somantic
dimaksudkan sebagai learning by moving and doing (belajar dengan
bergerak dan berbuat). Auditory adalah learning bay talking and
hearing (belajar dengan berbicara dan mendengarkan). Visual diartikan
learning by observing and picturing (belajardengan mengamati dan
menggambarkan). Intellectual maksudnya ialah learning by problem
solving and reflecting (belajar dengan pemecahan masalah dan
melakukan refleksi). Bobbi De Porter menganggap accelerated
learning dapat memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan
yang mengesankan, dengan upaya yang normal dan dibarengi
kegembiraan. Cara ini menyatukan unsur-unsur yang sekilas tampak tidak
mempunyai persamaan, misalnya hiburan, permainan, warna, cara
berfikir positif,kebugaran fisik dan kesehatan emosional. Namun
semua unsur ini bekerja sama untuk menghasilkan pengalaman belajar
efektif.
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama
proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran
guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa
sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar
dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan
mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
11
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar.
Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :
Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh
pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab
tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau
etika yang berlaku.
Guru yang baik menurut teori ini adalah : Guru yang memiliki rasa humor,
adil, menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan siswa dengan
mudah dan wajar. Ruang kelas lebih terbuka dan mampu menyesuaikan pada
perubahan. Sedangkan guru yang tidak efektif adalah guru yang memiliki rasa
humor yang rendah ,mudah menjadi tidak sabar ,suka melukai perasaan siswaa
dengan komentar yang menyakitkan,bertindak agak otoriter, dan kurang peka
terhadap perubahan yang ada.
12
6. Implikasi Teori Belajar Humanistik terhadap Proses Pembelajaran
e). Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel
untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok;
h). Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya
dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi
sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh
siswa;
j). Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk
menganali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.
13
2.2 Teori Belajar Kognitif
a. Jean Piaget
14
yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif. Menurut Piaget,
proses belajar akan terjadi jika mengikuti tahap-tahap asimilasi, akomodasi,
dan ekuilibrasi (penyeimbangan antara asimilasi dan akomodasi).
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu
berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola berpikir “kemungkinan”.
15
dimiliki individu), Akomodasi (proses penyesuaian struktur kognitif ke
dalam situasi yang baru), Ekuilibrasi (penyesuaian berkesinambungan
antara asimilasi dan akomodasi). Seorang anak sudah mempunyai
prinsip pengurangan, ketika mempelajri pembagian maka terjadi prses
intrgtasi antara pengurangan (telah dikuasai)dan pembagian (info baru)
inilah asimilasi. Jika anak diberi soal pembagian, maka situasi ini
disebut akomodasi. Artinya anak sudah dapat mengaplikasikan atau
memakai prinsip pembagian dalam situasi baru. Proses penyesuaian
antara ling luar dan struktur kognitif yang ada dlm dirinya disebut
ekuilibrasi;
Proses belajar akan mengikuti tahap-tahap perkembangan sesuai dengan
umurnya. Tahap sensorimotor (0-2 thn), preoperasional (2-8 thn),
operasional konkret(8-11 thn), operasional formal (12-18 thn); dan
Hanya dengan mengaktifkan pengetahuan dan pengalaman secara
optimal asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat
terjadi dengan baik.
b. Jerome Bruner
16
Beberapa prinsip teori Bruner adalah:
d). Interaksi secara sistematis diperlukan antara pembimbing, guru dan anak
untuk perkembangan kognitifnya;
g). Perkembangan kognitif di bagi dalam tiga tahap yaitu enactive, iconic,
symbolic. Enaktif yaitu tahap jika seseorang melakukan aktivitas-aktivitas
dalam upaya untuk memahami lingkungan sekitaanya (gigitan, sentuhan,
pegangan). Ikonik, yaitu tahap seseorang memahami objek-objek atau
dunianya melalui gambar- gambar dan visualisasi verbal (anak belajar melalui
bentuk perumpamaan dan perbandingan. Simbolik yaitu tahap seseorang telah
mampu memiliki ide-ide atau gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh
kemampuan dalam berbahasa dan logika.( anak belajar melalui symbol
bahasa, logika, matematika);
i). Cara yang baik untuk belajar adalah memahami konsep, arti, dan hubungan
memlalui proses intuitif untuk akhirnya sampai pada kesimpulan (discovery
learning); dan
j). Siswa diberi kekebasan untuk belajar sendiri melalui aktivitas menemukan
(discovery).
c. David Ausubel
17
Belajar bermakna adalah suatu proses belajar di mana informasi baru
dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang
sedang belajar. Sedangkan belajar menghafal adalah siswa berusaha
menerima dan menguasai bahan yang diberikan oleh guru atau yang dibaca
tanpa makna. Sebagai ahli psikologi pendidikan Ausubel menaruh perhatian
besar pada siswa di sekolah, dengan memperhatikan/memberikan tekanan-
tekanan pada unsur kebermaknaan dalam belajar melalui bahasa (meaningful
verbal learning).
1). Materi yang secara potensial bermakna dan dipilih oleh guru dan harus
sesuai dengan tingkat perkembangan dan pengetahuan masa lalu peserta didik.
18
Berdasarkan uraian di atas maka, belajar bermakna menurut Ausubel adalah
suatu proses belajar di mana peserta didik dapat menghubungkan informasi
baru dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya dan agar pembelajaran
bermakna, diperlukan 2 hal yakni pilihan materi yang bermakna sesuai tingkat
pemahaman dan pengetahuan yang dimiliki siswa dan situasi belajar yang
bermakna yang dipengaruhi oleh motivasi. Dengan demikian kunci
keberhasilan belajar terletak pada kebermaknaan bahan ajar yang diterima
atau yang dipelajari oleh siswa. Ausubel tidak setuju dengan pendapat bahwa
kegiatan belajar penemuan (discovery learning) lebih bermakna daripada kegiatan
belajar penerimaan (reception learning). Sehingga dengan ceramahpun, asalkan
informasinya bermakna bagi peserta didik, apalagi penyajiannya sistematis,
akan dihasilkan belajar yang baik.
Dengan teori belajar kognitif siswa dituntut untuk lebih kreatif karena mereka tidak
hanya merespon dan menerima rangsangan saja, tapi memproses informasi yang
diperoleh dan berfikir untuk dapat menemukan ide-ide dan mengembangkan
pengetahuan. Sedangkan, membuat siswa lebih mandiri contohnya pada saat siswa
mengerjakan soal siswa bisa mengerjakan sendiri karena pada saat belajar siswa
menggunakan fikiranya sendiri untuk mengasah daya ingatnya, tanpa bergantung
dengan orang lain.
Teori belajar kognitif membantu siswa memahami bahan ajar lebih mudah
karena siswa sebagai peserta didik merupakan peserta aktif di dalam proses
pembelajaran yang berpusat pada cara peserta didik mengingat, memperoleh
kembali dan menyimpan informasi dalam ingatannya, serta menekankan pada
pola pikir peserta didik sehingga bahan ajar yang ada lebih mudah dipahami.
19
4. Aplikasi dan Implikasi Teori Belajar Humanistik dalam Proses Pembelajaran
Asimilasi
Akomodasi
Equilibrasi
Proses belajar lebih ditentukan oleh karena cara kita mengatur materi
pelajaran dan bukan ditentukan oleh umur siswa. Proses belajar terjadi melalui
tahap-tahap:
Enaktif (aktivitas)
Ekonik (visual verbal)
Simbolik
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1). Teori belajar humanistik pada dasarnya memiliki tujuan belajar untuk
memanusiakan manusia. Oleh karena itu, proses belajar dapat dianggap berhasil
apabila si pembelajar telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.Artinya,
peserta didik mengalami perubahan dan mampu memecahkan permasalahan hidup
dan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
4). Kelebihan teori belajar humanistik yaitu pembelajaran dengan teori ini
sangat cocok diterapkan untuk materi--materi pembelajaran yang bersifat
pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap
fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini ialah siswa merasa
senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir,
perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
5). Kekurangan belajar humanistik yaitu dalam teori ini guru sebagai fasilitator,
maka kurang cocok menerapkan kepada yang pola pikirnya kurang aktif atau
pasif. Karena bagi siswa yang kurang aktif, dia akan takut atau malu untuk
bertanya pada gurunya sehingga dia akan tertinggal oleh temannya yang aktif.
6). Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses
pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru
dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa
sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar
dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan
mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
21
7). Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil
belajar itu sendiri.
Jean Piaget
Jerome Bruner
David Ausubel
9). Kelebihan teori belajar kognitif yaitu menjadikan siswa lebih kreatif dan
mandiri serta membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah.
10). Kekurangan teori belajar kognitif, yaitu teori tidak menyeluruh untuk semua
tingkat pendidikan, sulit dipraktikkan khususnya di tingkat lanjut, beberapa
prinsip seperti inteligensi sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.
3.2 Saran
22
DAFTAR PUSTAKA
Fadilah1995.blogspot.co.id/2015/04/teori-belajar-humanistik-dan_29.html
Psikologi.or.id
Sites.google.com/site/mulyanabanten/home/teori-belajar-behavioristik/teori-belaja
r-kognitif
23