Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

TEORI PERKEMBANGAN (HUMANISTIK DAN KOGNITIF)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu

Tugas Presentasi

Mata Pelajaran Perkembangan Peserta Didik

Dosen Pengampuh:

Ibu Roisatun Nisa’,MP.d.

Disusun Oleh:

1. Diki Wahyulianto (20251100


2. Ika Yulia Pratiwi (2025110004)
3. Nelis Syayidah (2025110008)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN

UNIVERSITAS QOMARUDDIN

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang bertema “Teori
Perkembangan (Humanistik dan Kognitif)” ini. Tak lupa shalawat serta salam
kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang kita nantikan syafaat
nya di hari kiamat nanti.

Penulis yang merupakan mahasiswa Universitas Qomaruddin (UQ) yang


ditugaskan untuk membuat makalah dengan tema “Teori Perkembangan
(Humanistik Dan Kognitif)”.Tugas makalah ini merupakan salah satu tugas dari
mata kuliah wajib untuk kelompok mahasiswa dalam ruang lingkup Jurusan
Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Qomaruddin.

Makalah ini membahas mengenai teori belajar Humanistik dan teori


belajar Kognitif.Makalah ini tidak serta merta dapat terselesaikan tanpa adanya
bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan banyak terima
kasih kepada

1. Ibu Roisatun Nisa’, M.Pd. Selaku dosen kami yang telah membantu
dalam prosespembuatan makalah ini
2. Teman-teman kelas PMT20 yang telah mendukung dalam proses
pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa sekeras apapun usaha yang dilakukan,


ketidaksempurnaan pasti mengiringinya, karena kesempurnaan itu hanya milik
Allah SWT semata.Begitupun dalam penulisan makalah ini yang masih jauh dari
kata sempurna.Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun sehingga dalam penulisan berikutnya dapat lebih baik dari
makalah ini. Akhir kata, semoga segala usaha kita dapat bernilai ibadah dan
mendapat ridho di sisi-Nya, Amin ya Rabb...

Gresik, 15 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..............................................................................................i

Daftar Isi...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..............................................1

1.2 Rumusan Masalah......................................2

1.3 Tujuan Penulisan........................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Teori Belajar Humanistik...3

2.2 Teori Belajar Kognitif………………….

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...............................................................13
3.2 Saran

Daftar Pustaka.....................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Belajar adalah key term, 'istilah kunci' yang paling vital dalam setiap
usaha pendidikan. Belajar merupakan suatu aktivitas mental/psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
perubahan- perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai
sikap, dan perubahan itu bersifat secara relatif konstans dan membekas.

Pribadi manusia itu dapat berubah karena dipengaruhi oleh sesuatu,


karena itu ada usaha untuk mendidik pribadi dan membentuk pribadi.
Belajar juga memainkan peran penting dalam mampertahankan kehidupan
sekelompok umat manusia (bangsa) di tengah- tengah persaingan yang
semakin ketat di antara bangsa-bangsa lainnya yang lebih dahulu maju
karena belajar. Akibat persaingan tersebut, kenyataan tragis bisa pula terjadi
karena belajar.

Menurut Muhibbin Syah, seorang peserta didik yang menempuh


proses belajar, idealnya ditandai oleh munculnya pengalaman-pengalaman
psikologis baru yang positif, yaitu pengalaman-pengalaman bersifat kejiwaan
yang diharapkan dapat mengembangkan aneka ragam sifat, sikap, dan
kecakapan yang konstruktif, bukan kecakapan yang destruktif (merusak). Namun,
banyak ditemukan proses pembelajaran terjadi tanpa memperhatikan kondisi
psikologis siswa. Sejauh ini, masih banyak teori belajar lebih menekankan
peranan lingkungan dan faktor-faktor kognitif dalam proses belajar mengajar. Hal
demikian tampak ketika peserta didik belajar sangat dipengaruhi oleh
bagaimana dia berpikir. Guru hanya mengidentifikasi apa yang penting, sulit,
atau sesuatu yang belum dikenal, dan membangkitkan informasi yang telah
dipelajari. Hal ini juga terlihat dari metode yang digunakan guru masih
bersifat konvensional, yaitu ceramah dan hafalan tanpa memperhatikan faktor
nilai yang melekat pada diri siswa, sehingga interaksi cenderung bersifat
teacher centered (berpusat pada guru).

Untuk mengembangkan hal tersebut, seharusnya dalam suatu sistem


pendidikan siswa tidak harus menyesuaikan dengan kurikulum (siswa untuk
kurikulum), tetapi sebaliknya, kurikulum untuk siswa. Artinya, orientasi
belajar bukan menyelesaikan materi, akan tetapi lebih menekankan pada
proses penerimaaan materi. Seperti yang diungkapkan oleh aliran teori
humanistik, orientasi belajar dalam proses pembelajaran harus berhulu dan
bermuara pada manusia itu sendiri. Aliran humanistik memandang bahwa
belajar bukan sekedar pengembangan kualitas kognitif saja, melainkan juga

1
sebuah proses yang terjadi dalam diri individu yang melibatkan seluruh
domain yang ada.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang kami angkat pada makalah ini, yaitu :

1. Bagaimana konsep teori belajar humanistik?

2. Bagaimana tokoh-tokoh teori belajar humanistik?

3. Bagaimana kelebihan dan kekurangan teori belajar humanistik?

4. Bagaimana model pembelajaran humanistik?

5. Bagaimana aplikasi teori belajar humanistik dalam proses pembelajaran?

6. Bagaimana implikasi teori belajar humanistik dalam proses pembelajaran?

7. Bagaimana konsep teori belajar kognitif?

8. Bagaimana tokoh-tokoh teori belajar kognitif?

9. Bagaimana kelebihan dan kekurangan teori belajar kognitif?

10. Bagaimana aplikasi teori belajar kognitif dalam proses pembelajaran?

11. Bagaimana implikasi teori belajar kognitif dalam proses pembelajaran?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui konsep teori belajar humanistik.

2. Untuk mengetahui tokoh-tokoh teori belajar humanistik.

3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teori belajar humanistik.

4. Untuk mengetahui model pembelajaran humanistik.

5. Untuk mengetahui aplikasi teori belajar humanistik dalam proses pembelajaran.

6. Untuk mengetahui implikasi teori belajar humanistik dalam proses


pembelajaran.

7. Untuk mengetahui konsep teori belajar kognitif.

8. Untuk mengetahui tokoh-tokoh teori belajar kognitif.

9. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teori belajar kognitif.

2
10. Untuk mengetahui aplikasi teori belajar kognitif dalam proses pembelajaran.

11. Untuk mengetahui implikasi teori belajar kognitif dalam proses pembelajaran.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori Belajar Humanistik

Beberapa psikolog pada waktu yang sama tidak menyukai uraian aliran
psikodinamika dan behaviouristik tentang kepribadian. Mereka merasa bahwa
teori-teori ini mengabaikan kualitas yang menjadikan manusia itu berbeda dari
binatang, seperti misalnya mengupayakan dengan keras untuk menguasai diri dan
merealisasi diri.Di tahun 1950-an, beberapa psikolog aliran ini mendirikan
sekolah psikologi yang disebut dengan humanisme.

Psikolog humanistik mencoba untuk melihat kehidupan manusia sebagaimana


manusia melihat kehidupan mereka.Mereka cenderung untuk berpegang pada
prespektif optimistik tentang sifat alamiah manusia.Mereka berfokus pada
kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional untuk
mengendalikan hasrat biologisnya, serta dalam meraih potensi maksimal
mereka.Dalam pandangan humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap hidup
dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah
sikap dan perilaku mereka.

1. Konsep Teori Belajar Humanistik

Teori belajar humanistik pada dasarnya memiliki tujuan belajar untuk


memanusiakan manusia. Oleh karena itu proses belajar dapat dianggap
berhasil apabila si pembelajar telah memahami lingkungannya dan dirinya
sendiri. Artinya peserta didik mengalami perubahan dan mampu memecahkan
permasalahan hidup dan bisa menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.Dengan kata lain, si pembelajar dalam proses belajarnya harus
berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan
sebaik-baiknya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu siswa untuk
mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk
mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam
mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.

Awal timbulnya psikologi humanistis terjadi pada akhir tahun 1940-an yaitu
munculnya suatu perspektif psikologi baru. Orang-orang yang terlibat dalam
penerapan psikologilah yang berjasa dalam pengembangan ini. Misalnya;
ahli-ahli psikologi klinik, pekerja-pekerja sosial, konselor, bukan merupakan
hasil penelitian dalam bidang proses belajar. Gerakan ini berkembang dan
kemudian dikenalkan dengan psikologi humanistis, eksternal, perseptual atau
fenomenologikal. Psikologi ini berusaha memahami perilaku seseorang dari
sudut perilaku (behavior), bukan dari pengamat observer. Dalam dunia
pendidikan aliran humanisme muncul pada tahun 1960 sampai dengan

4
1970-an dan mungkin perubahan-perubahan dan inovasi yang terjadi selama
dua dekade yang terakhir pada abad ke-20 ini pun juga akan menuju pada arah
ini.

Perhatian psikologi humanistik terutama tertuju pada masalah bagaimana


tiap-tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang
mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Menurut
para pendidik aliran humanistis penyusunan dan penyajian materi pelajaran
harus sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa. Gerakan munculnya
psikologi humanistik disebabkan oleh semacam kesadaran bersama
beranggapan bahwa pada dasarnya tidak ada teori psikologi yang
berkemampuan menjelaskan manusia sebagai suatu totalitas dan yang sewajarnya
mengfungsikan manusia. Mereka meyakini bahwa tiap individu pada dasarnya
mempunyai kapasitas serta dorongan sendiri untuk mengembangkan potensi
kemanusiaannya.

Menurut aliran humanistik, para pendidik sebaiknya melihat kebutuhan yang


lebih tinggi dan merencanakan pendidikan dan kurikulum untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan ini. Beberapa psikolog humanistik melihatbahwa
manusia mempunyai keinginan alami untuk berkembang untuk menjadi lebih baik
dan juga belajar . Teori humanisme berfokus pada sikap dari kondisi manusia
yang mencakup kesanggupan untuk menyadari diri, bebas memilih untuk
menentukan nasib sendiri, kebebasan dan bertanggung jawab, kecemasan
sebagai suatu unsur dasar pencarian. Perkembangan pribadi yang muncul
berdasarkan keunuikan masing-masing individu.Teori ini berfokus pada saat
sekarang dan menjadi apa seorang itu dimasa depan. Pendekatan ini menyajikan
kondisi untuk memaksimalkan kesadaran diri dan perkembangan. Menghapus
penghambat aktualisasi potensi pribadi. Membantu siswa menemukan dan
menggunakan kebebasan memilih dengan memperluas kesadaran diri dan
bertanggung jawab atas arah kehidupanya sendiri. Teori belajar ini berusaha
memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut
pandang pengamatnya.

Konsep pendekatan humanistik dalam pendidikan menekankan pada perkem-


bangan positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk
mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan
mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencakup kemampuan
interpersonal sosial dan metode untuk pengembangan diri yang ditujukan
untuk memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup dan juga masyarakat.
Keterampilan atau kemampuan membangun diri secara positif ini menjadi
sangat penting dalam pendidikan karena keterkaitannya dengan keberhasilan
akademik.

5
Keleluasaan untuk memilih apa yang akan dipelajari dan kapan serta
bagaimana mereka akan mempelajarinya merupakan ciri utama pendekatan
humanisme. Bertujuan untuk membantu siswa menjadi self-directed serta
self-motivated leaner. Penganut paham ini yakin bahwa siswa akan bersedia
melakukan banyak hal apabila mereka memiliki motivasi yang tinggi dan
mereka diberi kesempatan untuk menentukan apa yang mereka inginkan.
Pengertian humanisme yang beragam membuat batasan-batasan aplikasinya
dalam dunia pendidikan mengundang berbagai macam arti pula. Kata
humanisme dalam pendidikan, dalam artikel “what is humanistic education?”,
Krischenbaum menyatakan bahwa sekolah, kelas atau guru dapat dikatakan
bersifat humanistik dalam pendidikan. Ide mengenai pendekatan-pendekatan ini
terangkum dalam psikologi humanism.

Nilai-nilai penting yang ditumbuh kembangkan dalam pendidikan humanistik


sebagai berikut :

1) Kejujuran (tidak menyontek, tidak merusak, dan bisa dipercaya).

2) Menghargai hak orang lain (menerima dan menghormati perbedaan


individu yang ada, mau mendengarkan orang lain, menolong orang lain, dan
bisa berempati terhadap problem orang lain).

3) Menjaga lingkungan (menghemat penggunaan listrik, gas, kayu, logam,


kertas dan sebagainya. Menjaga barang milik sendiri ataupun milik orang lain).

4) Perilaku (mau berbagi, menolong orang lain, ramah terhadap orang lain,
dan berlaku pantas didepan publik).

5) Perkembangan pribadi (menjalankan tanggung jawab, menghargai


kesehatan dan kebersihan fisik, mengembangkan bakat yang dimiliki secara
optimal, mengembangkan rasa hormat dan rasa bangga terhadap diri sendiri,
mengontrol perilaku, memiliki sikap berani, terhormat dan patriotik, serta
menghargai keindahan)

Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi


positif yangterdapat dalam dominan efektif, misalnya keterampilan
membangun dan menjaga relasiyang hangat dengan orang lain, bagaimana
mengajarkan kepercayaan, penerimaan,kesadaran, memahami perasaan orang
lain, kejujuran interpersonal, dan pengetahuaninterpersonal lainnya. Intinya
adalah meningkatkan kualitas keterampilan interpersonaldalam kehidupan
sehari-hari. Selain menitik beratkan pada hubungan interpersonal, para
pendidiknya yang beraliran humanisme juga mencoba untuk membuat
pembelajaran yang membantu anak didik untuk meningkatkan kemampuan
dalam membuat, berimajinasi, mempunyai pengalaman, berintuisi, merasakan,

6
dan berfantasi. Pendidik humanisme mencoba untuk melihat dalam spektrum
yang lebih luas mengenai perilaku manusia.

Melihat hal-hal yang diusahakan oleh para pendidik humanisme,


tampak bahwa pendekatan ini mengedepankan pentingnya emosi dalam dunia
pendidikan. Jadi bias dikatakan bahwa emosi adalah karakteristik yang
sangat kuat yang nampak dari para pendidik beraliran humanisme. Karena
berfikir dan merasakan saling beriringan, mengabaikan pendidikan emosi
sama dengan mengabaikan salah satu potensi terbesar manusia. Kita dapat
belajar menggunakan emosi kita dan mendapat keuntungan dari pendekatan
humanisme ini sama seperti yang ingin kita dapatkan dari pendidikan yang
menitik beratkan kognitif.

2. Tokoh-Tokoh Teori Belajar Humanistik

a. Arthur Combs (1912-1999)

Arthur Combs bersama Donald Syngg menyatakan bahwa belajar terjadi


apabila mempunyai arti bagi individu tersebut. Artinya, bahwa dalam kegiatan
pembelajaran guru tidak boleh memaksakan materi yang tidak disukai oleh siswa,
sehingga siswa belajar sesuai dengan apa yag diinginkan tanpa adanya paksaan
sedikit pun. Sebenarnya hal tersebut terjadi tidak lain hanyalah dari
ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yag tidak akan memberikan
kepuasan bagi dirinya.

Dengan demikian, pembelajar harus lebih memahami perilaku pemelajar


dengan mencoba memahami dunia persepsi pembelajar tersebut sehingga apabila
ingin merubah keyakinan atau pandangan yang ada. Perilaku internal
membedakan seseorang dari yang lain.

Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan


berasumsi bahwa pemelajar mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan
disajikan sebagaimana mestinya.Padahal arti tidaklah menyatu pada materi
pelajaran itu.Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa diri pemelajar
untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan
menghubungkan dengan lingkungannya.

b. Abraham Maslow (1908-1970)

Teori kebutuhan Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri


individu selalu terdapat dua hal : suatu usaha yang positif untuk berkembang; dan
kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu. Maslow
mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi
kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri maisng-masing orang mempunyai
berbagai perasaan takut seperti seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang,

7
takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia
miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk
lebih maju kearah keutuhan, keunikan diri, kearah berfungsinya semua
kemampuan, kearah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu
juga ia dapat menerima diri sendiri.

Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh


hirarki. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti
kebutuhan fisiologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di
atasnya, ialah kebutuhan mendapatkam rasa aman dan seterusnya. Hirarki
kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang
harus diperhatikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan
bahwa perhatian dan motivasi belajar ini mungkin berkembang kalau kebutuhan
dasar si siswa belum terpenuhi.

Implikasi teori ini terhadap pembelajaran sangat penting, guru harus


memperhatikan teori ini, apabila guru menemukan kesulitan untuk
memahami mengapa anak-anak tertentu tidak mengerjakan tugas, mengapa
anak tidak dapat tenang dalam kelas atau bahkan tidak memiliki motivasi
dalam belajar. Menurut Maslow guru tidak dapat menyalahkan kesalahan ini
secara langsung pada si anak, bisa jadi beberapa kebutuhan anak belum
terpenuhi secara baik.

c. Carl Ransom Rogers (1902-1987)

Carl Ransom Rogers (1902-1987) lahir di Oak Park, Illinois pada tanggal
8 Januari 1902 di sebuah keluarga Protestan yang fundamentalis. Kepindahan dari
kota ke daerah pertanian diusianya yang ke-12, membuat ia senang akan ilmu
pertanian. Ia pun belajar pertanian di Universitas Wisconsin. Setelah lulus pada
tahun 1924, ia masuk ke Union Theology Seminary di Big Apple dan selama
masa studinya ia juga menjadi seorang pastor di sebuah gereja kecil. Meskipun
belajar di seminari, ia malah ikut kuliah di Teacher College yang bertetangga
dengan seminarinya.

Tahun 1927, Rogers bekerja di Institute for Child Guindance dan


mengunakan psikoanalisa Freud dalam terapinya meskipun ia sendiri tidak
menyetujui teori Freud. Pada masa ini, Rogers juga banyak dipengaruhi oleh Otto
Rank dan John Dewey yang memperkenalkan terapi klinis. Perbedaan teori yang
didapatkannya justru membuatnya menemukang benang merah yang kemudian
dipakai untuk mengembangkan teorinya kelak.

Tahun 1957, Rogers pindah ke Universitas Wisconsin untuk


mengembangkan idenya tentang psikiatri. Setelah mendapat gelar doktor, Rogers
menjadi profesor psikologi di Universitas Universitas Negeri Ohio. Kepindahan

8
dari lingkungan klinis ke lingkungan akademik membuat Rogers mengembangkan
metode client-centered psychotherapy. Disini dia lebih senang menggunakan
istilah klien terhadap orang yang berkonsultasi dibandingkan memakai istilah
pasien.Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu:

 Kognitif (kebermaknaan)
 experiential ( pengalaman atau signifikansi)

Meskipun teori yang dikemukan Rogers adalah salah satu dari teori holistik,
namun keunikan teori adalah sifat humanis yang terkandung didalamnya. Teori
humanistik Rogers pun menpunyai berbagai nama antara lain : teori yang berpusat
pada pribadi (person centered), non-directive, klien (client-centered), teori yang
berpusat pada murid (student-centered), teori yang berpusat pada kelompok
(group centered), danperson to person). Namun istilah person centered yang
sering digunakan untuk teori Rogers.

Asumsi dasar teori Rogers adalah:

 Kecenderungan formatif

Segala hal di dunia baik organik maupun non-organik tersusun dari hal-hal
yang lebih kecil.

 Kecenderungan aktualisasi

Kecenderungan setiap makhluk hidup untuk bergerak menuju ke


kesempurnaan atau pemenuhan potensial dirinya.Tiap individual mempunyai
kekuatan yang kreatif untuk menyelesaikan masalahnya.

3. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Humanistik

Di bawah ini akan dijelaskan kelebihan dan kelamahan teori belajar


humanistik, sebagai berikut :

a. Kelebihan teori belajar humanistik

 Pembelajaran dengan teori ini sangat cocok diterapkan untuk


materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati
nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial.
 Indikator dari keberhasilan aplikasi ini ialah siswa merasa senang
bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir,
perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.Siswa diharapkan menjadi
manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain
dan mengatur pribadinya sendiri secara tanggung jawab tanpa
mengurangi hak-hak orang-orang lain atau melanggar aturan, norma,
disiplin, atau etika yang berlaku.

9
b. Kelemahan teori belajar humanistik

Karena dalam teori ini guru ialah sebagai fasilitator maka kurang
cocok menerapkan yang pola pikirnya kurang aktif atau pasif. Karena bagi siswa
yang kurang aktif, dia akan takut atau malu untuk bertanya pada gurunya
sehingga dia akan tertinggal oleh teman-temannya yang aktif dalam kegiatan
pembelajaran, padahal dalam teori ini guru akan memberikan respons bila
murid yang diajar juga aktif dalam menanggapi respons yang diberikan oleh
guru. Karena siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) maka
keberhasilan proses belajar lebih banyak ditentukan oleh siswa itu sendiri,
peran guru dalam proses pembentukan dan pendewasaan kepribadian siswa
menjadi berkurang.

4. Model Pembelajaran Humanistik

 Humaning Of The Classroom, ini dilatarbelakangi oleh kondisi


sekolah yang otoriter, tidak manusiawi, sehingga menyebabkan peserta
didik putus asa yang akhirnya mengakhiri hidupnya. Kasus ini
banyak terjadi di Amerika Serikat dan Jepang. Humaning Of The
Classroom ini dicetuskan oleh Jhon P. Miller yang terfokus pada
pengembangan model pendidikan afektif. Pendidikan model ini
tertumpu pada tiga hal, yaitu: menyadari diri sebagai suatu proses
pertumbuhan yang sedang dan akan terus berubah, mengenali konsep
dan identitas diri, dan menyatupadukan kesadaran hati dan pikiran.
Perubahan yang dilakukan terbatas pada subtansi materi saja, tetapi
yang lebih penting pada aspek metodologis yang dipandang sangat
manusiawi.
 Active Learning dicetuskan oleh Melvin L. Siberman. Asumsi dasar yang
dibangun dari model pembelajaran ini ialah bahwa belajar bukan
merupakan konsekuensi otomatis dari penyampaian informasi kepada
siswa. Belajar membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan
sekaligus. Pada saat kegiatan belajar itu aktif, siswa melakukan
sebagian besar pekerjaan belajar. Mereka mempelajari
gagasan-gagasan, memecahkan berbagai masalah dan menerapkan apa
yang mereka pelajari. Dalam Active Learning cara belajar dengan
mendengarkan saja akan sedikit ingat, dengan cara mendengarkan,
melihat dan mendiskusikan dengan siswa lain akan paham, dengan
cara mendengar, melihat, berdiskusi, dan melakukan akan memperoleh
pengetahuan dan keterampilan, dan cara untuk menguasai pelajaran
yang terbagus ialah dengan membelajarkan.
 Quantum Learning merupakan cara pengubahan macam-macam
interaksi. Hubungan dan inspirasi yang di dalam dan di sekitar
momen belajar. Dalam prakteknya, Quantum Learning menggabungkan

10
sugetologi teknik pemercepatan belajar dan neurolenguistik dengan
teori keyakinan dan metode tertentu. Quantum Learning
mengasumsikan bahwa jika siswa mampu menggunakan potensi nalar
dan emosinya secara jitu akan mampu membuat loncatan prestasi
yang tidak bisa diduga sebelumnya. Dengan metode belajar yang
tepat siswa bisa meraih prestasi belajar secara berlipat ganda. Salah
satu konsep dasar dari metode ini ialah belajar itu harus mengasikkan dan
berlangsung dalam suasana gembira, sehingga pintu masuk untuk
informasi baru akan lebih besar dan terekam dengan baik.
 The Accelerated Learning, merupakan pembelajaran yang dipercepat.
Konsep dasar dari pembelajaran ini berlangsung sangat cepat,
menyenangkan, dan memuaskan. Pemilik konsep ini Dave Meiver
menyarankan kepada guru agar dalam mengelola kelas menggunakan
pendekatan somantic, auditory, visual dan intellectual (SAVI). Somantic
dimaksudkan sebagai learning by moving and doing (belajar dengan
bergerak dan berbuat). Auditory adalah learning bay talking and
hearing (belajar dengan berbicara dan mendengarkan). Visual diartikan
learning by observing and picturing (belajardengan mengamati dan
menggambarkan). Intellectual maksudnya ialah learning by problem
solving and reflecting (belajar dengan pemecahan masalah dan
melakukan refleksi). Bobbi De Porter menganggap accelerated
learning dapat memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan
yang mengesankan, dengan upaya yang normal dan dibarengi
kegembiraan. Cara ini menyatukan unsur-unsur yang sekilas tampak tidak
mempunyai persamaan, misalnya hiburan, permainan, warna, cara
berfikir positif,kebugaran fisik dan kesehatan emosional. Namun
semua unsur ini bekerja sama untuk menghasilkan pengalaman belajar
efektif.

5. Aplikasi Teori Belajar Humanistik dalam Proses Pembelajaran

Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama
proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran
guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa
sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar
dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan
mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.

Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang


memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami
potensi diri , mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan
potensi diri yang bersifat negatif.

11
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar.
Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :

 Merumuskan tujuan belajar yang jelas;


 Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat
jelas , jujur dan positif;
 Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk
belajar atas inisiatif sendiri;
 Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses
pembelajaran secara mandiri;
 Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih
pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung
resiko dariperilaku yang ditunjukkan;
 Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran
siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk
bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya;
 Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya;
dan
 Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa

Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterpkan


pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati
nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari
keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif
dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas
kemauan sendiri.

Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh
pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab
tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau
etika yang berlaku.

Guru yang baik menurut teori ini adalah : Guru yang memiliki rasa humor,
adil, menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan siswa dengan
mudah dan wajar. Ruang kelas lebih terbuka dan mampu menyesuaikan pada
perubahan. Sedangkan guru yang tidak efektif adalah guru yang memiliki rasa
humor yang rendah ,mudah menjadi tidak sabar ,suka melukai perasaan siswaa
dengan komentar yang menyakitkan,bertindak agak otoriter, dan kurang peka
terhadap perubahan yang ada.

12
6. Implikasi Teori Belajar Humanistik terhadap Proses Pembelajaran

Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator.


Berikut ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai
kualitas fasilitator. Ini merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa
(petunjuk):

a).Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal,


situasi kelompok, atau pengalaman kelas;

b). Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan


perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum;

c). Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk


melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan
pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi;

d). Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar


yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai
tujuan mereka;

e). Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel
untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok;

f). Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan


menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan
mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual
ataupun bagi kelompok;

g). Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur


dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang
anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu,
seperti siswa yang lain;

h). Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya
dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi
sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh
siswa;

i). Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan


adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar ; dan

j). Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk
menganali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.

13
2.2 Teori Belajar Kognitif

Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian,


mengerti.Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan,
dan penggunaan pengetahuan. Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah
kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia /
satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi
setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman,
memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi,
pemecahan masalah, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan
keyakinan. Termasuk kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan
dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa.
Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku seseorang itu senantiasa
didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana
tingkah laku itu terjadi.

1. Konsep Teori Belajar Kognitif

Teori kognitif adalah teori yang umumnya dikaitkan dengan proses


belajar. Kognisi adalah kemampuan psikis atau mental manusia yang berupa
mengamati, melihat, menyangka, memperhatikan, menduga dan menilai.
Dengan kata lain, kognisi menunjuk pada konsep tentang pengenalan. Teori
kognitif menyatakan bahwa proses belajar terjadi karena ada variabel
penghalang pada aspek-aspek kognisi seseorang. Teori belajar kognitiv lebih
mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Belajar tidak
sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, lebih dari itu
belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Belajar adalah
perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak
selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati.

2. Tokoh-Tokoh Teori Belajar Kognitif

a. Jean Piaget

Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai


pelopor aliran konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang
banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif
individu yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu. Menurut Piaget,
perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses
yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf.
Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka makin komplekslah
susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya. Piaget
tidak melihat perkembangan kognitif sebagai sesuatu yang dapat didefinisikan
secara kuantitatif. Ia menyimpulkan bahwa daya pikir atau kekuatan mental anak

14
yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif. Menurut Piaget,
proses belajar akan terjadi jika mengikuti tahap-tahap asimilasi, akomodasi,
dan ekuilibrasi (penyeimbangan antara asimilasi dan akomodasi).

Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif menjadi empat, yaitu:

1) Tahap sensorimotorik (umur 0-2 tahun)

Ciri pokok perkembangan berdasarkan tindakan, dan dilakukan selangkah


demi selangkah.

2) Tahap preoperasional (umur 2-7/8 tahun)

Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah penggunanaan


symbol atau tanda bahasa, dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif.

3) Tahap operasional konkret (umur 7/8-11/12 tahun)

Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah sudah mulai


menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya reversible
dan kekekalan.

4) Tahap operasional formal (umur 11/12-18 tahun)

Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu
berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola berpikir “kemungkinan”.

Adapun beberapa prinsip teori perkembangan Piaget, adalah sebagai berikut:

 Perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik. Yaitu suatu


perkembangan yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan
sistem syaraf;
 Semakin bertambah umur maka semakin bertambah kompleks
susunan syarafnya dan akan meningkat pula kemampuannya. Daya
pikir anak yang berbeda usia akan berbeda secara kualitatif;
 Proses adaptasi meepunyai dua bentuk dan terjadi secara simultan
yaitu akomidasi dan asimilasi. Asimilasi adalah proses perubahan apa
yang di pahami seseuai dengan struktur kognitif (apabila individu
menerima infomasi atau pengalaman baru maka informasi tersebut
akan dimodifikasi sehingga cocok dengan struktur kognitif yang
dipunyai). Akomodasi adalah proses perubahan struktur kognitif
sehingga dapat dipahami (apabila struktur kognitif yang sudah dimiliki
harus disesuaikan dengan informasi yang diterima);
 Proses belajar akan terjadi jika mengikuti tahap-tahap asimilasi,
akomodasi dan ekuilibrasi (penyeimbangan). Asimilasi (proses
penyatuan informasi baru ke dalam struktur kognitif yang telah

15
dimiliki individu), Akomodasi (proses penyesuaian struktur kognitif ke
dalam situasi yang baru), Ekuilibrasi (penyesuaian berkesinambungan
antara asimilasi dan akomodasi). Seorang anak sudah mempunyai
prinsip pengurangan, ketika mempelajri pembagian maka terjadi prses
intrgtasi antara pengurangan (telah dikuasai)dan pembagian (info baru)
inilah asimilasi. Jika anak diberi soal pembagian, maka situasi ini
disebut akomodasi. Artinya anak sudah dapat mengaplikasikan atau
memakai prinsip pembagian dalam situasi baru. Proses penyesuaian
antara ling luar dan struktur kognitif yang ada dlm dirinya disebut
ekuilibrasi;
 Proses belajar akan mengikuti tahap-tahap perkembangan sesuai dengan
umurnya. Tahap sensorimotor (0-2 thn), preoperasional (2-8 thn),
operasional konkret(8-11 thn), operasional formal (12-18 thn); dan
 Hanya dengan mengaktifkan pengetahuan dan pengalaman secara
optimal asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat
terjadi dengan baik.

b. Jerome Bruner

Dalam memandang proses belajar, Bruner menekankan adanya


pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang. Dalam teorinya, “free
discovery learning” ia mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan
baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui
contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Menurut Bruner
perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan cara menyusun
materi pelajaran dan menyajikannya sesuai dengan tahap perkembangan
orang tersebut.

Model pemahaman dari konsep Bruner (dalam Degeng,1989)


menjelaskan bahwa pembentukan konsep dan pemahaman konsep merupakan
dua kegiatan mengkategori yang berbeda yang menuntut proses berpikir yang
berbeda pula. Menurutnya, pembelajaran yang selama ini diberikan di
sekolah banyak menekankan pada perkembangan kemampuan analisis, kurang
mengembangkan kemampuan berpikir intuitif. Padahal berpikir intuitif sangat
penting untuk mempelajari bidang sains, sebab setiap disiplin mempunyai
konsep-konsep, prinsip, dan prosedur yang harus dipahami sebelum
seseorang dapat belajar. Cara yang baik untuk belajar adalah memahami konsep,
arti, dan hubungan, melalui proses intuitif dan akhirnya sampai pada suatu
kesimpulan (discovery learning).

16
Beberapa prinsip teori Bruner adalah:

a). Perkembangan kognitif ditandai dengan adanya kemajuan menanggapi


rangsang;

b). Peningkatan pengetahuan bergantung pada perkembangan sistem


penyimpanan informasi secara realistis;

c). Perkembangan intelektual meliputi perkembangan kemampuan berbicara


pada diri sendiri atau pada orang lain;

d). Interaksi secara sistematis diperlukan antara pembimbing, guru dan anak
untuk perkembangan kognitifnya;

e). Bahasa adalah kunci perkembangan kognitif;

f). Perkembangan kognitif ditandai denfgan kecakapan untuk mengemukakan


beberapa alternatif secara simultan, memilih tindakan yang tepat;

g). Perkembangan kognitif di bagi dalam tiga tahap yaitu enactive, iconic,
symbolic. Enaktif yaitu tahap jika seseorang melakukan aktivitas-aktivitas
dalam upaya untuk memahami lingkungan sekitaanya (gigitan, sentuhan,
pegangan). Ikonik, yaitu tahap seseorang memahami objek-objek atau
dunianya melalui gambar- gambar dan visualisasi verbal (anak belajar melalui
bentuk perumpamaan dan perbandingan. Simbolik yaitu tahap seseorang telah
mampu memiliki ide-ide atau gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh
kemampuan dalam berbahasa dan logika.( anak belajar melalui symbol
bahasa, logika, matematika);

h). Model pemahaman dan penemuan konsep;

i). Cara yang baik untuk belajar adalah memahami konsep, arti, dan hubungan
memlalui proses intuitif untuk akhirnya sampai pada kesimpulan (discovery
learning); dan

j). Siswa diberi kekebasan untuk belajar sendiri melalui aktivitas menemukan
(discovery).

c. David Ausubel

Psikologi pendidikan yang diterapkan oleh Ausubel adalah bekerja


untuk mencari hukum belajar yang bermakna, berikut ini konsep belajar
bermakna David Ausubel. Pengertian belajar bermakna Menurut Ausubel ada dua
jenis belajar :

 Belajar bermakna (meaningful learning) dan


 Belajar menghafal (rote learning).

17
Belajar bermakna adalah suatu proses belajar di mana informasi baru
dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang
sedang belajar. Sedangkan belajar menghafal adalah siswa berusaha
menerima dan menguasai bahan yang diberikan oleh guru atau yang dibaca
tanpa makna. Sebagai ahli psikologi pendidikan Ausubel menaruh perhatian
besar pada siswa di sekolah, dengan memperhatikan/memberikan tekanan-
tekanan pada unsur kebermaknaan dalam belajar melalui bahasa (meaningful
verbal learning).

Kebermaknaan diartikan sebagai kombinasi dari informasi verbal,


konsep, kaidah dan prinsip, bila ditinjau bersama-sama. Oleh karena itu
belajar dengan prestasi hafalan saja tidak dianggap sebagai belajar bermakna.
Maka, menurut Ausubel supaya proses belajar siswa menghasilkan sesuatu
yang bermakna, tidak harus siswa menemukan sendiri semuanya. Malah, ada
bahaya bahwa siswa yang kurang mahir dalam hal ini akan banyak menebak
dan mencoba-coba saja, tanpa menemukan sesuatu yang sungguh berarti
baginya. Seandainya siswa sudah seorang ahli dalam mengadakan penelitian
demi untuk menemukan kebenaran baru, bahaya itu tidak ada; tetapi jika
siswa tersebut belum ahli, maka bahaya itu ada. Ia juga berpendapat bahwa
pemerolehan informasi merupakan tujuan pembelajaran yang penting dan
dalam hal-hal tertentu dapat mengarahkan guru untuk menyampaikan
informasi kepada siswa. Dalam hal ini guru bertanggung jawab untuk
mengorganisasikan dan mempresentasikan apa yang perlu dipelajari oleh
siswa, sedangkan peran siswa di sini adalah menguasai yang disampaikan
gurunya.

Belajar dikatakan menjadi bermakna (meaningful learning) yang


dikemukakan oleh Ausubel adalah bila informasi yang akan dipelajari peserta
didik disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki peserta didik itu
sehingga peserta didik itu mampu mengaitkan informasi barunya dengan
struktur kognitif yang dimilikinya. Belajar seharusnya merupakan apa yang
disebut asimilasi bermakna, materi yang dipelajari di asimilasikan dan
dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dipunyai sebelumnya. Untuk itu
diperlukan dua persyaratan :

1). Materi yang secara potensial bermakna dan dipilih oleh guru dan harus
sesuai dengan tingkat perkembangan dan pengetahuan masa lalu peserta didik.

2). Diberikan dalam situasi belajar yang bermakna, faktor motivasional


memegang peranan penting dalam hal ini, sebab peserta didik tidak akan
mengasimilasikan materi baru tersebut apabila mereka tidak mempunyai
keinginan dan pengetahuan bagaimana melakukannya. Sehingga hal ini perlu
diatur oleh guru, agar materi tidak dipelajari secara hafalan.

18
Berdasarkan uraian di atas maka, belajar bermakna menurut Ausubel adalah
suatu proses belajar di mana peserta didik dapat menghubungkan informasi
baru dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya dan agar pembelajaran
bermakna, diperlukan 2 hal yakni pilihan materi yang bermakna sesuai tingkat
pemahaman dan pengetahuan yang dimiliki siswa dan situasi belajar yang
bermakna yang dipengaruhi oleh motivasi. Dengan demikian kunci
keberhasilan belajar terletak pada kebermaknaan bahan ajar yang diterima
atau yang dipelajari oleh siswa. Ausubel tidak setuju dengan pendapat bahwa
kegiatan belajar penemuan (discovery learning) lebih bermakna daripada kegiatan
belajar penerimaan (reception learning). Sehingga dengan ceramahpun, asalkan
informasinya bermakna bagi peserta didik, apalagi penyajiannya sistematis,
akan dihasilkan belajar yang baik.

2.3 Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Kognitif

Di bawah ini akan dijelaskan kelebihan dan kelamahan teori belajar


humanistik, sebagai berikut :

a. Kelebihan Teori Belajar Kognitif

 Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri

Dengan teori belajar kognitif siswa dituntut untuk lebih kreatif karena mereka tidak
hanya merespon dan menerima rangsangan saja, tapi memproses informasi yang
diperoleh dan berfikir untuk dapat menemukan ide-ide dan mengembangkan
pengetahuan. Sedangkan, membuat siswa lebih mandiri contohnya pada saat siswa
mengerjakan soal siswa bisa mengerjakan sendiri karena pada saat belajar siswa
menggunakan fikiranya sendiri untuk mengasah daya ingatnya, tanpa bergantung
dengan orang lain.

 Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah

Teori belajar kognitif membantu siswa memahami bahan ajar lebih mudah
karena siswa sebagai peserta didik merupakan peserta aktif di dalam proses
pembelajaran yang berpusat pada cara peserta didik mengingat, memperoleh
kembali dan menyimpan informasi dalam ingatannya, serta menekankan pada
pola pikir peserta didik sehingga bahan ajar yang ada lebih mudah dipahami.

b. Kelemahan Teori Belajar Kognitif

 Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.


 Sulit dipraktikkan khususnya di tingkat lanjut.
 Beberapa prinsip seperti inteligensi sulit dipahami dan pemahamannya
masih belum tuntas.

19
4. Aplikasi dan Implikasi Teori Belajar Humanistik dalam Proses Pembelajaran

Dalam perkembangan setidaknya ada tiga teori belajar yang bertitik


tolak dari teori kognitivisme ini yaitu: Teori perkembangan piaget, teori
kognitif Brunner dan Teori bermakna Ausubel. Ketiga teori ini dijabarkan
sebagai berikut: No 1 Teori Kognitif Piaget Brunner Ausubel Proses belajar
terjadi menurut pola tahap-tahap perkembangan tertentu sesuai dengan umur
siswa. Proses belajar terjadi melalui tahap-tahap:

 Asimilasi
 Akomodasi
 Equilibrasi

Proses belajar lebih ditentukan oleh karena cara kita mengatur materi
pelajaran dan bukan ditentukan oleh umur siswa. Proses belajar terjadi melalui
tahap-tahap:

 Enaktif (aktivitas)
 Ekonik (visual verbal)
 Simbolik

Aplikasi teori belajar kognitivisme dalam pembelajaran, guru harus


memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses
berpikirnya, anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar
menggunakan benda-benda konkret, keaktifan siswa sangat dipentingkan, guru
menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari
sederhana ke kompleks, guru menciptakan pembelajaran yang bermakna,
memperhatian perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan
siswa. Dari penjelasan diatas jelas bahwa implikasinya dalam pembelajaran
adalah seorang pendidik, guru ataupun apa namanya mereka harus dapat
memahami bagaimana cara belajar siswa yang baik, sebab mereka para siswa
tidak akan dapat memahami bahasa bila mereka tidak mampu mencerna dari apa
yang mereka dengar ataupun mereka tangkap. Dari ketiga macam teori
diatas jelas masing-masing mempunyai implikasi yang berbeda, namun
secara umum teori kognitivisme lebih mengarah pada bagaimana memahami
struktur kognitif siswa, dan ini tidaklah mudah, Dengan memahami struktur
kognitif siswa, maka dengan tepat pelajaran bahasa disesuaikan sejauh mana
kemampuan siswanya. Selain itu, juga model penyusunan materi pelajaran
bahasa arab hendaknya disusun berdasarkan pola dan logika tertentu agar
lebih mudah dipahami. Penyusunan materi pelajaran bahasa arab di buat bertahap
mulai dari yang paling sederhana ke kompleks. Hendaknya dalam proses
pembelajaran sebisa mungkin tidak hanya terfokus pada hafalan, tetapi juga
memahami apa yang sedang dipelajari, dengan demikian jauh akan lebih baik dari
sekedar menghafal kosakata.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari isi makalah ini, yaitu :

1). Teori belajar humanistik pada dasarnya memiliki tujuan belajar untuk
memanusiakan manusia. Oleh karena itu, proses belajar dapat dianggap berhasil
apabila si pembelajar telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.Artinya,
peserta didik mengalami perubahan dan mampu memecahkan permasalahan hidup
dan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

2). Tokoh-tokoh dari teori belajar humanistik, yaitu :

 Arthur Combs (1912-1999)


 Abraham Maslow (1908-1970)
 Carl Ransom Rogers (1902-1987)

3). Model pembelajaran humanistik, terbagi menjadi empat, yaitu :

 Humaning Of The Classroom


 Active Learning
 Quantum Learning
 The Accelerated Learning

4). Kelebihan teori belajar humanistik yaitu pembelajaran dengan teori ini
sangat cocok diterapkan untuk materi--materi pembelajaran yang bersifat
pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap
fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini ialah siswa merasa
senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir,
perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.

5). Kekurangan belajar humanistik yaitu dalam teori ini guru sebagai fasilitator,
maka kurang cocok menerapkan kepada yang pola pikirnya kurang aktif atau
pasif. Karena bagi siswa yang kurang aktif, dia akan takut atau malu untuk
bertanya pada gurunya sehingga dia akan tertinggal oleh temannya yang aktif.

6). Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses
pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru
dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa
sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar
dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan
mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.

21
7). Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil
belajar itu sendiri.

8). Tokoh-tokoh dari teori belajar kognitif, yaitu :

 Jean Piaget
 Jerome Bruner
 David Ausubel

9). Kelebihan teori belajar kognitif yaitu menjadikan siswa lebih kreatif dan
mandiri serta membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah.

10). Kekurangan teori belajar kognitif, yaitu teori tidak menyeluruh untuk semua
tingkat pendidikan, sulit dipraktikkan khususnya di tingkat lanjut, beberapa
prinsip seperti inteligensi sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.

11). Aplikasi teori belajar kognitivisme dalam pembelajaran, guru harus


memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses
berpikirnya, anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar
menggunakan benda-benda konkret, keaktifan siswa sangat dipentingkan, guru
menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari
sederhana ke kompleks, guru menciptakan pembelajaran yang bermakna,
memperhatian perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan
siswa.

3.2 Saran

Sebagai seorang mahasiswa yang mengkhususkan diri dalam bidang


pendidikan, berbagai teori belajar patutnya dikaji lebih dalam agar dalam
mencapai impian, dapat diraih kemudahan dan menjadikan profesionalisme
dalam menjalani profesi yang ditekuni nanti, karena teori belajar selalu
berkembang sesuai perkembangan zaman dan seorang guru terus mengikuti
perkembangan teori belajar mengingat besarnya pengaruh yang dibawanya
dalam menetapkan sikap guru dalam setiap proses belajar mengajar.

22
DAFTAR PUSTAKA

Djaali.2007.Psikologi Pendidikan.Jakarta:Bumi Aksara

Fadilah1995.blogspot.co.id/2015/04/teori-belajar-humanistik-dan_29.html

Psikologi.or.id

Sites.google.com/site/mulyanabanten/home/teori-belajar-behavioristik/teori-belaja
r-kognitif

Yusuf, M.2013.Teori Belajar dalam Praktek.Makassar:Alauddin University Press

23

Anda mungkin juga menyukai