TEORI-TEORI BELAJAR
Dosen pengampu: Anita lisdiana,M.Pd.
Mata kuliah: Dasar dasar pendidikan
Disusun oleh:
Kelompok 6
ANDIKA PRASETIYA
AULIA ZIARETA
Alhamdulillah, puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan Rahmat serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“teori teori belajar” ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk dapat
menyelesaikan Mata Kuliah dasar dasar pendidikan.
Adapun dalam menyelesaikan makalah, kami tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan
serta petunjuk dari pihak lain, oleh karena itu dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan
hati saya sampaikan ucapan terimakasih dan penghormatan yang setinggi-tingginya, kepada
yang terhormat:
1. Ibu Anita lisdiana, M.Pd. yang telah membimbing penulis sekaligus Dosen pada Mata
Kuliah dasar dasar pendidikan.
2. Rekan-rekan Mahasiswa IAIN METRO yang dapat memberi semangat untuk
menyelesaikan makalah ini.
Semoga Makalah ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan dapat dijadikan sebagai
bahan referensi bagi pembaca, Insya’allah Amin Allahumma Amin.
Metro,....oktober 2021
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang.........................................................................................................1
2. Rumusan Masalah....................................................................................................1
3. Tujuan Masalah.......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian teori .......................................................................................................3
2. Pengertian belajar....................................................................................................3
3. Teori behavioristik...................................................................................................4
4. Teori kognitivistik...................................................................................................7
5. Teori konstruktivistik..............................................................................................8
6. Teori humaristik......................................................................................................10
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan..............................................................................................................12
2. Saran........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
Bab I
Pendahuluan
1. Latar Belakang.
Di dalam proses belajar dan mengajar ada berbagai kendala. Kendala tersebut bisa berupa
kondisi pembelajaran yang membosankan, siswa yang kurang memperhatikan dan tidak mau
mendengarkan penjelasan gurunya,serta anak didik yang bandel. Bagi guru semua peristiwa
tersebut adalah peistiwa yang sangat menjengkelkan,sehingga guru menganggap kelas tersebut
menjadi kelas yang bandel,sulit di diurus dan lain sebagainya.
Guru yang demikian tidak bisa dikatakan sebagai guru yang bijak karena hal-hal yang
membosankan pada proses pembelajaran dikelas dipicu oleh guru tersebut yang tidak mampu
mengkondisikan kelas senyaman mungkin bagi siswanya disaat proses belajar dilaksanakan.
Ketika mengajar guru tidak berusaha mencari informasi,apakah materi yang telah
diajarkannya telah dipahami siswa atau belum.Ketika proses belajar dan pembelajaran guru tidak
berusaha mengajak siswa untuk berpikir.Komunikasi terjadi hanya pada satu arah,yaitu dari guru
kesiswa.Guru berpikir bahwa materi pelajaran lebih penting daripada mengembangkan
kemampuan berpikir peserta didik.Lalu guru menganggap peserta didik sebagai tong kosong
yang harus diisi dengan sesuatu yang dianggap penting.Hal-hal demikian adalah kekeliruan guru
dalam mengajar.Oleh karena itu makalah yang membahas mengenai teori belajar ini disusun agar
para pendidik mampu mengetahui dan memahami secara teoritis perubahan perilaku peserta
didik dalam proses belajar dan pembelajaran sehingga proses belajar tersebut bisa berjaalan
secara maksimal berdasarkan tujuan awal pembelajaran itu sendiri.
2 Rumusan Masalah
3 Tujuan masalah
1. Pengertian Teori
Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling
berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan
menentukan hubungan antar variabel, dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan
maksud menjelaskan fenomena alamiah. Labovitz dan Hagedorn mendefinisikan teori sebagai
ide pemikiran “pemikiran teoritis” yang mereka definisikan sebagai “menentukan” bagaimana
dan mengapa variable-variabel dan pernyataan hubungan dapat saling berhubungan.
Sedangkan secara lebih spesifik di dalam ilmu sosial, terdapat pula teori sosial. Neuman
mendefiniskan teori sosial adalah sebagai sebuah sistem dari keterkaitan abstraksi atau ide-ide
yang meringkas dan mengorganisasikan pengetahuan tentang dunia sosial.Perlu diketahui bahwa
teori berbeda dengan idiologi, seorang peneliti kadang-kadang bias dalam membedakan teori dan
ideologi. Terdapat kesamaan di antara kedunya, tetapi jelas mereka berbeda. Teori dapat
merupakan bagian dari ideologi, tetapi ideologi bukan teori. Contohnya adalah Aleniasi manusia
adalah sebuah teori yang diungkapakan oleh Karl Marx, tetapi Marxis atau Komunisme secara
keseluruhan adalah sebuah ideologi.
2. Pengertian belajar
Belajar adalah proses sadar seorang individu untuk merubah perilaku menjadi lebih
baik.Menurut Skinner belajar adalah suatu perilaku.pada saat belajar,maka responnya menjadi
lebih baik.Sebaliknya,bila ia tidak belajar maka responya menrun.Dalam belajar ditemukan
adanya ha-hal berikut.
3. Teori behavioristik
Teori belajar behaviorisme merupakan teori belajar yang telah cukup lama dianut oleh
para pendidik. Teori ini dicetuskan oleh Gage dan Berliner yang berisi tentang perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab
pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang
belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode
pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi
fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme
tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar.
Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi
kebiasaan yang dikuasai individu. Dengan kata lain proses pembelajaran menurut teori
Behaviorisme adalah bahwa proses pembelajaran lebih menekankan pada proses pemberian
stimulus (rangsangan) dan rutinitas respon yang dilakukan oleh siswa. Inti pembelajaran dalam
pandangan behaviorisme terletak pada stimulus respon (S-R).
Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman (Gage, Berliner, 1984) Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus
dan respon (Slavin, 2000). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan
perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa
stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada
siswa, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan
oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk
diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah
stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang
diterima oleh siswa (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan
pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya
perubahan tingkah laku tersebut.
Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan
paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila siswa
menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa siswa telah
menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari
kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini
menekankan evaluasi pada kemampuan siswa secara individual (Degeng, 2006).
5. Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik harus dihindari.
Tokoh-Tokoh Aliran Behaviorisme
a. Edward LeeThorndike
Menurutnya belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus
adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal
lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta
didik ketika belajar, juga dapat berupa pikiran, perasaan, gerakan atau tindakan. teori ini sering
disebut teori koneksionisme.
b. John Watson
Kajian tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperti Fisika atau Biologi
yang berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur.
Belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan respon, namun keduanya harus dapat
diamati dan diukur.
c. Edwin Guthrie
Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-
stimulus yang disertai suatu gerakan. Hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam
proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah
laku seseorang.
d. Burrhus Frederic Skinner
Konsep-konsep yang dikemukanan tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh
sebelumnya. Respon yang diterima seseorang tidak sesederhana konsep yang dikemukakan
tokoh sebelumnya, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan
interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan
ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya
mempengaruhi munculnya perilaku.
4 Teori kognitivistik
Teori belajar kognitif berasal dari pandangan Kurt Lewin (1890-1947), seorang Jerman
yang kemudian beremigrasi ke Amerika Serikat.Teori kognitivisme ini memiliki perspektif
bahwa para peserta didik memproses informasi dan pelajaran melalui upayanya
mengorganisir,menyimpan,dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru
dengan pengetahuan yang telah ada. Teori ini menekankan pada bagaimana informasi diproses.
Karakteristik :
Teori ini mengatakan bahwa pengalaman kependidikan harus dibangun di sekitar struktur
kognitif siswa. Struktur kognitif ini bisa dilihat dari usia serta budaya yang dimilik oleh siswa.
Bandura mempercayai bahwa model akan mempunyai pengaruh yang paling efektif apabila
mereka dianggap atau dilihat sebagai orang yang mempunyai kehormatan, kemampuan, status
tinggi, dan juga kekuatan, sehingga dalam banyak hal seorang guru bisa menjadi model yang
paling berpengaruh.
Norman melihat bahwa materi baru akan dipelajari dengan menghubungkannya dengan
sesuatu yang sudah diketahuinya, yang dalam teorinya di sebut learning by analogy. Pengajaran
yang efektif memerlukan guru yang mengetahui struktur kognitif siswa.
5 Teori Konstruktivistik
Menurut cara pandang teori konstruksivisme belajar adalah proses untuk membanguin
pengetahuan melalui pengalaman nyata dari lapangan. Artinya siswa akan cepat memiliki
pengetahuan jika pengetahuan itu dibangu atas dasar realitas yang ada di dalam masyarakat.
Evaluasi pembelajaran. Dalam treori kontruktivisme, evaluasi tidak hanya dimaksudkan untuk
mengetahui kualitas siswa dalam memahami materi dari guru. Evaluasi menjadi saran untuk
mengetahui kekurangan dan kelebihan proses pembelajaran.
Konstruktivisme sebagai deskripsi kognitif manusia seringkali diasosiasikan dengan pendekatan
paedagogi yang mempromosikan learning by doing. Teori ini memberikan keaktifan terhadap
manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain
yang diperlakukan guna mengembangkan dirinya sendiri.
Menurut asalnya, teori konstruktivime bukanlah teori pendidikan. Teori ini berasal dari disiplin
filsafat, khususnya filsafat ilmu. Pada tataran filsafat, teori ini membahas mengenai bagaimana
proses terbentuknya pengetahuan manusia. Menurut teori ini pembentukan pengetahuan terjadi
sebagai hasil konstruksi manusia atas realitas yang dihadapinya. Dalam perkembangan
kemudian, teori ini mendapat pengaruh dari disiplin psikologi terutama psikologi kognitif Piaget
yang berhubungan dengan mekanisme psikologis yang mendorong terbentuknya pengetahuan.
Menurut kaum konstruktivis, belajar merupakan proses aktif siswa mengkostruksi pengetahuan.
Proses tersebut dicirikan oleh beberapa hal sebagai berikut:
Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan siswa dari apa yang mereka lihat, dengar,
rasakan, dan alami. Konstruksi makna ini dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia punyai.
Konstruksi makna merupakan suatu proses yang berlangsung terus-menerus seumur hidup.
Belajar bukan kegiatan mengumpulkan fakta melainkan lebih berorientasi pada pengembangan
berpikir dan pemikiran dengan cara membentuk pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil
dari perkembangan melainkan perkembangan itu sendiri. Suatu perkembangan yang menuntun
penemuan dan pengaturan kembali pemikiran seseorang.
Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skemata seseorang dalam keraguan yang
merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi disekuilibrium merupakan situasi yang baik untuk
belajar
Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman belajar dengan dunia fisik dan lingkungan siswa.
Hasil belajar siswa tergantung pada apa yang sudah diketahuinya.
Bagi kaum konstruktivis, belajar adalah suatu proses organik untuk menemukan sesuatu, bukan
suatu proses mekanis untuk mengumpulkan fakta. Dalam konteks yang demikian, belajar yang
bermakna terjadi melalui refleksi, pemecahan konflik pengertian dan selalu terjadi pembaharuan
terhadap pengertian yang tidak lengkap.
Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut dapat ditarik sebuah inferensi bahwa menurut teori
konstruktivisme belajar adalah proses mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengabstraksi
pengalaman sebagai hasil interaksi antara siswa dengan realitas baik realitas pribadi, alam,
maupun realitas sosial. Proses konstruksi pengetahuan berlangsung secara pribadi maupun sosial.
Proses ini adalah proses yang aktif dan dinamis. Beberapa faktor seperti pengalaman,
pengetahuan awal, kemampuan kognitif dan lingkungan sangat berpengaruh dalam proses
konstruksi makna.Argumentasi para konstruktivis memperlihatkan bahwa sebenarnya teori
belajar konstrukvisme telah banyak mendapat pengaruh dari psikologi kognitif, sehingga dalam
batas tertentu aliran ini dapat disebut juga neokognitif.
Walaupun mendapat pengaruh psikologi kognitif, namun harus diakui bahwa stressing point
teori ini bukan terletak pada berberapa konsep psikologi kognitif yang diadopsinya (pengalaman,
asimilasi, dan internalisasi).melainkan pada konstuksi pengetahuan. Konstruksi pengetahuan
yang dimaksudkan dalam pandangan konstruktivisme yaitu pemaknaan realitas yang dilakukan
setiap orang ketika berinteraksi dengan lingkungan. Dalam konteks demikian, konstruksi atau
pemaknaan terhadap realitas adalah berlajar itu sendiri. Dengan asumsi seperti ini, sebetulnya
substansi konstrukvisme terletak pada pengakuan akan hekekat manusia sebagai homo creator
yang dapat mengkonstruksi realitasnya sendiri.Adapun prinsip-prinsip teori belajar
konstruktivistik adalah sebagai berikut :
Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya,
bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu peserta
didik untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal
diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-
potensi yang ada dalam diri mereka.
Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia
itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya isi dari proses belajar, dalam
kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam
bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam
bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati
dalam dunia keseharian.. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan
manusia” (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai.
Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Peserta didik dalam proses belajarnya harus berusaha agar
lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini
berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang
pengamatnya..
Selanjutnya Gagne dan Briggs mengatakan bahwa pendekatan humanistik adalah
pengembangan nilai-nilai dan sikap pribadi yang dikehendaki secara sosial dan pemerolehan
pengetahuan yang luas tentang sejarah, sastra, dan pengolahan strategi berpikir produktif
Pendekatan sistem bisa dapat di lakukan sehingga para peserta didik dapat memilih suatu
rencana pelajaran agar mereka dapat mencurahkan waktu mereka bagi bermacam-macam tujuan
belajar atau sejumlah pelajaran yang akan dipelajari atau jenis-jenis pemecahan masalah dan
aktifitas-aktifitas kreatif yang mungkin dilakukan.pembatasan praktis dalam pemilihan hal-hal
itu mungkin di tentukan oleh keterbatasan bahan-bahan pelajaran dan keadaan tetapi dalam
pendekatan sistem itu sendiri tidak ada yang membatasi keanekaragaman pendidikan ini.Tokoh
utama teori humanistik adalah C. Rogger dan Arthur Comb.
Jadi, teori belajar humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang
mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu mengembangkan
potensi dirinya.
2. Belajar signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempuyai relevansi dengan
maksud tertentu
4. Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasarkan bila ancaman itu kecil
5. Bila bancaman itu rendah terdapat pangalaman peserta didik dalam memperoleh cara.
7. Belajar lancer jika peserta didik dilibatkan dalam proses belajar
8. Belajar yang melibatkan peserta didik seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam
9. Kepercayaan pada diri pada peserta didik ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri
PENUTUP
1 Kesimpulan
Demikian makalah yang telah diselesaikan oleh penulis. Semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi semua kalangan khususnya para pendidik serta calon pendidik.Untuk
memperbaiki kualitas,maka penulis mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini menjadi
lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Sanjaya,Wina.2006.Strategi Pembelajaran.Jakarta:Kencana