Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

TEORI BELAJAR

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan

Dosen Pengampu : Dr. Hj. Sopiah, M.Ag

Disusun Oleh:

1. Durrotul Hikmah Yuliangsih (2121101)


2. M. Arif Faturochim (2121089)
3. Muhammad Tubagus Idris M. (2121110)
4. Ahmad Khotib Al Chariz (2121116)

KELAS C

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) K.H.ABDURRAHMAN

WAHID PEKALONGAN

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Puji syukur atas kehadirat Allah Swt, karena berkat Raahmat dan
Hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul
“Teori Belajar” tepat pada waktumya. Terimakasih kami haturkan kepada Ibu Dr.
Hj. Sopiah, M.Ag , selaku dosen pengampuh mata kuliah Psikologi Pendidikan
yang telah memeberikan tugas makalah ini, sehingga pengetahuan kami
bertambah dan juga teman-teman yang sudah membantu untuk menyelesaikan
penyusunan makalah ini.

Kami selaku penyusun makalah menyadari bahwasannya masih terdapat


banyak kekurangan dan kesalahan pada makalah ini, baik penulisan maupun tutur
kata yang terdapat dalam makalah ini. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini, dan harapan kami
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pekalongan, 20 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................1

C. Tujuan..........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2

A. Pengertian Teori Belajar...............................................................................2

B. Macam Macam Teori Belajar.......................................................................3

1. Teori Belajar Behaviorisme...................................................................3

2. Teori Belajar Kognitivisme...................................................................8

3. Teori Belajar Humanistik....................................................................11

4. Teori Belajar Konstruksivisme............................................................15

BAB III PENUTUP...............................................................................................20

A. Simpulan....................................................................................................20

B. Saran...........................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan tujuan memperoleh pengetahuan serta untuk
meningkatkan keterampilan yang dimiliki seseorang, kegiatan belajar dapat
dilakukan di mana saja misalnya di perpustakaan, museum, sekolah maupun
tempat rekreasi. Menurut Wertheimer proses belajar tepat menghafal metode
menghafal, tetapi lebih baik bila murid belajar dengan pengertian atau
pemahaman. Kegiatan belajar harus berlandaskan pada teori-teori dan prinsip-
prinsip belajar agar bisa mencapai tujuan dari kegiatan belajar tersebut. Teori
belajar dan menjelaskan bagaimana individu belajar dengan maksud
memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai dari suatu proses
pembelajaran.

Teori-teori belajar dapat digunakan sebagai landasan untuk


menciptakan suatu proses atau kegiatan pembelajaran yang ingin dicapai oleh
seorang guru khususnya dan oleh masyarakat luas pada umumnya, seperti
teori belajar kognitif, humanistik, konstruktivistik yang akan dibahas dalam
makalah ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan teori belajar?
2. Apa saja macam macam teori belajar?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian teori belajar.
2. Mengetahui macam macam teori belajar.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Belajar


Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang
saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis
mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan
maksud menjelaskan fenomena alamiah. Labovitz dan Hagedorn
mendefinisikan teori sebagai ide pemikiran “pemikiran teoritis” yang mereka
definisikan sebagai “menentukan” bagaimana dan mengapa variable-variabel
dan pernyataan hubungan dapat saling berhubungan.
Kata teori memiliki arti yang berbeda-beda pada bidang-bidang
pengetahuan yang berbeda pula tergantung pada metodologi dan konteks
diskusi. Secara umum, teori merupakan analisis hubungan antara fakta yang
satu dengan fakta yang lain pada sekumpulan fakta-fakta. Selain itu, berbeda
dengan teorema, pernyataan teori umumnya hanya diterima secara
“sementara” dan bukan merupakan pernyataan akhir yang konklusif. Hal ini
mengindikasikan bahwa teori berasal dari penarikan kesimpulan yang
memiliki potensi kesalahan, berbeda dengan penarikan kesimpulan pada
pembuktian matematika.
Sedangkan secara lebih spesifik di dalam ilmu sosial, terdapat pula
teori sosial. Neuman mendefiniskan teori sosial adalah sebagai sebuah sistem
dari keterkaitan abstraksi atau ide-ide yang meringkas dan mengorganisasikan
pengetahuan tentang dunia sosial.Perlu diketahui bahwa teori berbeda dengan
idiologi, seorang peneliti kadang-kadang bias dalam membedakan teori dan
ideologi. Terdapat kesamaan di antara kedunya, tetapi jelas mereka berbeda.
Teori dapat merupakan bagian dari ideologi, tetapi ideologi bukan teori.
Contohnya adalah Aleniasi manusia adalah sebuah teori yang diungkapakan
oleh Karl Marx, tetapi Marxis atau Komunisme secara keseluruhan adalah
sebuah ideologi.

2
Belajar adalah proses sadar seorang individu untuk merubah perilaku
menjadi lebih baik.Menurut Skinner belajar adalah suatu perilaku.pada saat
belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar
maka responya menurun. Dalam belajar ditemukan adanya ha-hal berikut.
1. Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons peserta didik.
2. Respon si peserta didik.
3. Konsekuensi yang bersifat menguatkan respon tersebut
4. Penguatan terjadi pada stimulus yang menguatkan konsekuensi
tersebut.Sebagai ilustrasi,perilaku respon anak didik yang baik diberi
hadiah,sedangkan perilaku respon yang tidak baik diberi teguran atau
hukuman.
Menurut Gagne, belajar adalah kegiatan yang kompleks.hasil belajar
berupa kapabilitas. Setelah belajar, orang memilki pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari
stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan
oleh peserta didik.Dengan demikian, belajar adalah seperangkat proses
kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan melalui pengolahan
informasi menjadi kapabilitas baru. Tiga komponen penting dalam belajar
menrut Gagne, yaitu kondisi internal, kondisi eksternal dan hasil belajar.1

B. Macam Macam Teori Belajar


1. Teori Belajar Behaviorisme
Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage
dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar
yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik
pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik.
Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai
hasil belajar. Teori ini berpandangan tentang belajar adalah perubahan
dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan

1
Dimyati,Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: Rineka Cipta, 2009)

3
respon. Atau dengan kata lain belajar adalah perubahan yang dialami
siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang
baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.2 Stimulus adalah
apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar atau siswa, sedangkan
respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang
diberikan oleh guru tersebut.3
Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk
diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur.Teori
behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya,
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon
atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau
pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila
diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.4
Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan
behaviorisme ini, di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike
Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing
menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:
1) Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan
efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus-Respons akan
semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang
dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi
antara Stimulus-Respons.
2) Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi
bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pemdayagunaan satuan
pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini menimbulkan

2
Zaenab Auliya Rohmah, Psikologi Pendidikan; Teori-teori Belajar, (Semarang:
UIN Walisongo Semarang, 2021) hlm. 1.
3
Muhammad Siri Dangnga dan Andi Abd. Muis, Teori Belajar dan
Pembelajaran Inovatif, (Makassar: Sibuku, 2015), hlm. 63.
4
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka cipta, 1990), hlm.
129.

4
kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau
tidak berbuat sesuatu.
3) Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan
Respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan
semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.5
b. Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor
anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:
1) Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang
dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan
(yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan
stimulus lainnya akan meningkat.
2) Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang
dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent
conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan
reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.6
c. Social Learning menurut Albert Bandura
Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational
learning adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru
dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Berbeda dengan
penganut Behaviorisme lainnya, Bandura memandang Perilaku
individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond),
melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara
lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar
belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama
dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan
penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih
memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan

5
Herliani dkk, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Klaten: Lakeisha, 2021). hlm.
88.
6
Herliani dkk, Teori Belajar dan Pembelajaran…, hlm. 89.

5
punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku
sosial mana yang perlu dilakukan.
Teori ini hingga sekarang masih merajai praktik
pembelajaran di Indonesia. Hal ini tampak dengan jelas pada
penyelenggaraan pembelajaran dari tingkat paling dini, seperti
kelompok belajar, Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah
Menengah, bahkan sampai di Perguruan Tinggi, pembentukan
perilaku dengan cara drill (pembiasaan) disertai dengan reinforcement
atau hukuman masih sering dilakukan. Teori ini memandang bahwa
sebagai sesuatu yang ada di dunia nyata telah terstruktur rapi dan
teratur, sehingga siswa atau orang yang belajar harus dihadapkan pada
aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan lebih dulu secara ketat.
Berdasarkan uraian di atas, Inti dari teori belajar behavioristik, adalah:
1) Belajar adalah perubahan tingkah laku.
2) Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia telah mampu
menunjukkan perubahan tingkah laku.
3) Pentingnya masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran
yang berupa respon.
4) sesuatu yang terjadi diantara stimulus dan respon tidak dianggap
penting sebab tidak bisa diukur dan diamati.
5) Yang bisa di amati dan diukur hanya stimulus dan respon.
6) Penguatan adalah faktor penting dalam belajar.
7) Bila penguatan ditambah maka respon akan semakin kuat demikian
juga jika respon dikurangi maka respon juga menguat.7
Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menerapkan teori
behavioristik dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut.
a. Perhatian guru pada siswa sangat penting untuk dilakukan.
b. Lingkungan belajar harus diperhatikan.
c. Mengutamakan pembentukan tingkah laku dengan cara latihan dan
pengulangan.

7
Herliani dkk, Teori Belajar dan Pembelajaran…, hlm. 89-91.

6
d. Proses belajar mengajar harus dengan stimulus dan respon.
Dalam penerapannya, teori behavioristik memiliki beberapa
kelebihan dan kekurangan. Di antaranya adalah sebagai berikut.
a. Kelebihan Teori Belajar Behavioristik diantaranya
1) Guru akan terbiasa untuk bersikap teliti dan peka saat kondisi
belajar mengajar.
2) Guru lebih sering membiasakan muridnya untuk belajar mandiri,
tetapi ketika murid kesulitan baru bertanya kepada guru.
3) Dapat mengganti cara mengajar (stimulus) yang satu dengan
stimulus lainnya hingga mendapatkan apa yang diterima oleh murid
(respon).
4) Dengan teori belajar ini sangat cocok untuk mendapatkan
kemampuan yang mengandung unsur-unsur kecepatan, spontanitas,
dan daya tahan.
5) Teori ini bisa membentuk perilaku yang diinginkan. Dengan kata
lain, perilaku yang berdampak baik bagi murid diberi perhatian
lebih dan perilaku yang kurang sesuai dengan murid perhatiannya
dikurangi.
b. Kekurangan Teori Belajar Behavioristik diantaranya :
1) Tidak semua pelajaran dapat memakai teori belajar behavioristik.
2) Guru diharuskan untuk menyusun bahan pelajaran dalam bentuk
yang sudah siap.
3) Murid cenderung diarahkan untuk berpikir linier, konvergen, tidak
kreatif, dan memposisikan murid sebagai murid pasif.
4) Dalam proses belajar mengajar, murid hanya bisa mendengar dan
menghafal yang didengarkan.
5) Murid membutuhkan motivasi dari luar dan sangat bergantung pada
guru.8

2. Teori Belajar Kognitivisme

8
Nana Sudjana, Media Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru, 2005), hlm.208

7
Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai
protes terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya.
Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik
memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir,
menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan
yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan
pada bagaimana informasi diproses. Peneliti yang mengembangkan teori
kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari ketiga peneliti ini,
masing-masing memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan
pada apsek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama
terhadap belajar. Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan
bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik
memperoleh informasi dari lingkungan.9
Dalam pelaksanaannya teori belajar kognitif memiliki kelebihan
dan kekurangan. Dengan mengetahui kedua hal itu teori ini dapat
diterapkan secara maksimal. Berikut kelebihan dan kekurangan teori
kognitif.
Kelebihan Teori Belajar Kognitif :
a. Memudahkan siswa untuk memahami materi belajar.
b. Siswa menjadi mandiri dan lebih kreatif.

Kekurangan Teori Belajar Kognitif


a. Teori yang belum bisa digunakan pada semua tingkat pendidikan.
b. Pada pendidikan tingkat lanjut, teori ini susah untuk diterapkan.10
Teori-Teori Belajar Berbasis Kognitif:
a. Teori Gestalt
Teori Gestalt berpandangan bahwa pembelajaran merupakan
suatu fenomena kognitif yang melibatkan persepsi terhadap suatu

9
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan…, hlm.135
10
Indah Komsiyah, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: TERAS, 2012),
hlm.1-3

8
benda, orang, peristiwa dalam cara yang berbeda-beda.11 Pandangan
Gestalt lebih kepada perilaku molar. Implementasi teori Gestalt dalam
pembelajaran, antara lain:
1) Pengalaman tilikan (wawasan), kemampuan tilikan adalah
kemapuan mengenali keterkaitan unsur-unsur dalam suatu
peristiwa.
2) Pembelajaran bermakaa (meaningful learning), kebermakaa unsur-
unsuryang terkait dalam proses pembelajaran akan meningkatkan
efektif sesuatu yangdipelajari, hal iniakan sangat penting dalam
pemecahan masalah.
3) Perilaku bertujuan (purposive behavior), maknanya perilaku
terarah padatujuan. Proses pembelajaran akan sangat efektif jika
peserta didik mengenaltujuan yang ingintercapai dari suatu proses
pembelajaran tersebutt.
4) Prinsip ruang hidup (life space), bahwa perilaku individu memiliki
keterkaitan dengan lingkungan di mana ia berada. Materi
pembelajaran memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi
lingkungan di tempat siswa tinggal dan hidup. Konsep ini
dikembangkan oleh Lewin.
5) Transfer dalam belajar, transfer belajar akan terjadi apabila peserta
didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu maslah dan
menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam
pemecahan masalah.
b. Teori Belajar Medan Kognitif dari kurt lewin
Kurt lewin mengembangkan teori belajar medan kognitif
menitik beratkan perhatian pada kepribadian dan psikologi sosial,
karena pada hakikatnya masing-masing individu berada di dalam
suatu medan kekuatan,yang bersifat psikologis, yang disebut ruang
hidup.Kehidupan mencakup perwujudan lingkungan dimana individu
bereaksi,misalnya orang yang dijumpai, fungsi kejiwaan yang dimiliki
11
Surya, M. S. ,Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. (Bandung: Yayasan
Bhakti Winaya), hlm. 26.

9
dan materi objek yang dihadapi.12 Jadi, tingkah laku merupakan hasil
inteaksi antar kekuatan, baik yang berasaldari dalam diri individu,
seperti tujuan, kebutuhan, tekanan kejiwaan, maupunyang berasal dari
luar diri individu, seperti tantangan dan permasalahan yang dihadapi.
c. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piage
Teori perkembangan kognitif disebut pula teori perkembangan
intelektual atau teori perkembangan mental. Menurut Piaget,
perkembangan kognitif adalah suatu proses genetik yaitu suatu proses
yang didasarkan biologi perkembangan sistem saraf.13
Piaget menganut teori psikogenesis, artinya pengetahuan sebagai
hasil belajar yang berasal dari dalam individu. Proses berpikir anak
merupakan suatu aktivitas bertahap, tahap demi tahap dari fungsi
intelektual, dari konkret menuju abstrak.
Menurut Piaget, secara garis besar skema yang digunakan anak
untuk memahami dunianya dibagi dalam empat periode utama atau
tahapan-tahapan sebagai berikut :
1) Tahap sensori motor (sejak lahir sampai sekitar 2 tahun)
2) Tahap pra-operasiona l (sekitar usia 2 - 7 tahun)
3) Tahap operasiona l konkret (sekitar 7-11 tahun).
4) Tahap operasional formal (usia 11 tahun dan seterusnya).
d. Teori Discovery Learning dari Jerome S. Bruner
Dasar teori Bruner adalah ungkapan Piaget yang menyatakan
bahwa anak harus berperan aktif saat belajar di kelas. Konsepnya
dalah belajar dengan menemukan, siswa mengorganisasikan bahan
pelajaran yangdipelajarinya dengan suatu bentuk akhir yang sesuai
dengan tingkat kemajuan berpikir anak.
Menurut Bruner seiring dengan terjadinya pertumbuhan kognitif
para pembelajar harus melalui tiga tahapan perkembangan
intelektualitu menurut Bruner meliputi:
12
Djali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,2011), hlm. 75.
13
Suyono dan Haryanto, Belajar dan Belajar, (Jakarta: Remaja Rosdakarya,
2011), hlm.82-83.

10
1. Enaktif, seseorang belajar tentang dunia melalui respons atau aksi
terhadapsuatu objek.
2. Ikonik, pembelajarn terjadi melalui penggunaan model dan
gambar-gambar, dan visualisasi verbal.
3. Simbolik, mampu menggambarkan kapasitas berpikir dalam
istilahyang abstrak
Tujuan pokok pendidikan menurut Bruner adalah guru harus
memandu para siswa, jadi mereka dapat membangun dasar
pengetahuannya sendiri dan bukan karena diajari melalui hafalan-
hafalan.

3. Teori Belajar Humanistik


Psikologi humanistik atau disebut juga dengan nama psikologi
kemanusiaan adalah suatu pendekatan yang multifaset terhadap
pengalaman dan tingkah laku manusia, yang memusatkan perhatian
pada keunikan dan aktualisasi diri manusia. Bagi sejumlah ahli
psikologi humanistik, ia adalah alternative. Sedangkan bagi sejumlah
ahli psikologi humanistik yang lainnya, ia merupakan pelengkap bagi
penekanan tradisional behaviorisme dan psikoanalis. Aliran
humanistik muncul pada tahun 1940-an sebagai reaksi ketidakpuasan
terhadap pendekatan psikoanalisa dan behavioristik.
Dalam teori humanistik, pendekatannya lebih melihat pada sisi
perkembangan kepribadian manusia. Pendekatan ini melihat kejadian
yaitu bagaimana dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif.
Kemampuan positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para
pendidik yang beraliran humanisme biasanya menfokuskan
pengajarannya pada pembangunan kemampuan yang positif.
Kemampuan positif tersebut erat kaitannya dengan pengembangan
emosi positif yang terdapat dalam domain afektif. Emosi merupakan
karateristik yang sangat kuat yang nampak dari para pendidik beraliran
humanisme. Dalam teori pembelajaran humanistik, belajar merupakan

11
proses yang dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan
manusia. Di mana memanusiakan manusia di sini berarti mempunyai
tujuan untuk mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi
diri orang yang belajar secara optimal.
Abraham H. Maslow (selanjutnya ditulis Maslow) adalah tokoh
yang menonjol dalam psikologi humanistik. Karyanya di bidang
pemenuhan kebutuhan berpengaruh sekali terhadap upaya memahami
motivasi manusia. Sebagian dari teorinya yang penting didasarkan atas
asumsi bahwa dalam diri manusia terdapat dorongan positif untuk
tumbuh dan kekuatan-kekuatan yang melawan atau menghalangi
pertumbuhan.14 Maslow berpendapat, bahwa manusia memiliki
hierarki kebutuhan yang dimulai dari kebutuhan jasmaniah yang paling
asasi sampai dengan kebutuhan tertinggi yakni kebutuhan estetis.
Implikasi dari teori Maslow dalam dunia pendidikan sangat
penting. Dalam proses belajar-mengajar misalnya, guru mestinya
memperhatikan teori ini. Apabila guru menemukan kesulitan untuk
memahami mengapa anak-anak tertentu tidak mengerjakan pekerjaan
rumah, mengapa anak tidak dapat tenang di dalam kelas, atau bahkan
mengapa anak-anak tidak memiliki motivasi untuk belajar. Menurut
Maslow, guru tidak bisa menyalahkan anak atas kejadian ini secara
langsung, sebelum memahami barangkali ada proses tidak
terpenuhinya kebutuhan anak yang berada di bawah kebutuhan untuk
tahu dan mengerti. Bisa jadi anak-anak tersebut belum atau tidak
melakukan makan pagi yang cukup, semalam tidak tidur dengan
nyenyak, atau ada masalah pribadi / keluarga yang membuatnya
cemas, takut, dan lain-lain.
Humanisme dalam Islam sebenarnya sudah terumuskan dalam
konsep khalifatullah dalam Islam. Untuk mengerti konsep ini bisa
dilacak pada sumber dasar Islam surat Al-Baqarah (2): 30- 32; yang
substansinya ada tiga hal secara jelas diterangkan, yaitu: (1) manusia
14
Rumini, S. dkk, Psikologi Pendidikan. (Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta: 1993). hlm. 28.

12
adalah pilihan Tuhan; (2) keberadaan manusia dengan segala
kelebihannya dimaksudkan sebagai khalifatul fil ardh dan (3) manusia
adalah pribadi yang bebas yang menanggung segala risiko atas
perbuatannya.
Teori humanistik dapat diterapkan dalam proses belajar, dengan
berbagai konspenya yang humanis. Berikut ini adalah pengaplikasian
teori humanistik dalam proses belajar:
a. Open Education atau Pendidikan Terbuka
Pendidikan Terbuka adalah proses pendidikan yang
memberikan kesempatan kepada murid untuk bergerak secara
bebas di sekitar kelas dan memilih aktivitas belajar mereka sendiri,
Guru hanya berperan sebagai pembimbing dan fasilitator. 15 Adapun
kriteria yang disyaratkan dengan model ini adalah sebagai berikut.
1) Tersedia fasilitas yang memudahkan proses belajar
2) Adanya suasana penuh kasih sayang, hangat, hormat dan
terbuka.
b. Independent Learning (Pembelajaran Mandiri)
Pembelajaran Mandiri adalah proses pembelajaran yang
menuntut murid menjadi subjek yang harus merancang, mengatur
dan mengontrol kegiatan mereka sendiri secara bertanggung
jawab.16 Dalam pelaksanaannya, proses ini cocok untuk
pembelajaran di tingkat atau level perguruan tinggi, karena
menuntut kemandirian yang tinggi dari peserta didik. Di sini
pendidik beralih fungsi menjadi fasilitator proses belajar, bukan
sebagai penentu proses belajar. Agar tidak terjadi kesenjangan
hubungan antara peserta dan pendidik, perlu dilakukan negosiasi
dalam perancangan pembelajaran secara keseluruhan.
c. Student Centered Learning (Belajar yang Terpusat pada Siswa)

15
Rumini, S. dkk, Psikologi Pendidikan.., hlm. 30.
16
Harsono, Student Centered Learning (makalah dalam Lokakarya Peningkatan
Pembelajaran melalui SCL), Yogyakarta: FPISB UII, 2007). hlm. 3.

13
Student Centered Learning atau disingkat SCL merupakan
strategi pembelajaran yang menempatkan peserta didik secara aktif
dan mandiri, serta bertanggung jawab atas pembelajaran yang
dilakukan. SCL banyak diterapkan dalam system pendidikan di
tingkat Perguruan Tinggi.17 Adapun metode-metode SCL antara
lain:
1) Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif)
2) Collaborative Learning (Pembelajaran Kolaboratif)
3) Competitive Learning (Pembelajaran Kompetitif)
4) Case Based Learning (Pembelajaran Berdasar Kasus)
d. Cooperative Learning atau Belajar Kooperatif
Belajar kooperatif merupakan pondasi yang baik untuk
meningkatkan dorongan berprestasi murid. Dalam prakteknya,
belajar kooperatif memiliki tiga karakteristik :
1) Murid bekerja dalam tim-tim belajar yang kecil (4 – 6 orang
anggota), dan komposisi ini tetap selama beberapa minggu.
2) Murid didorong untuk saling membantu dalam mempelajari
bahan yang bersifat akademik dan melakukannya secara
berkelompok.
3) Murid diberi imbalan atau hadiah atas dasar prestasi kelompok
Dalam pelaksanaannya teori belajar humanistik memiliki
kelebihan dan kekurangan. Dengan mengetahui kedua hal itu teori ini
dapat diterapkan secara maksimal. Berikut kelebihan dan kekurangan
teori belajar humanistik.
Kelebihan Teori Belajar Humanistik ialah Tingkat keberhasilan
atau indikator penilaian dari teori belajar ini adalah murid merasa
senang dalam belajar dan terjadi perubahan terhadap tingkah laku dan
pola pikir bukan karena paksaan atau keinginan sendiri. Jika proses
belajar mengajar mengutamakan pembentukan kepribadian, perubahan
tingkah laku, dan hati nurani maka teori belajar humanistik sangat

17
Harsono, Student Centered Learning…, hlm. 4-5.

14
sesuai. Dengan teori ini, murid diharapkan menjadi manusia yang bisa
mengatur dirinya sendiri dan menjadi pribadi yang tidak terikat oleh
pendapat orang lain tanpa harus merugikan atau mengambil hak-hak
orang lain.
Kekurangan Belajar Humanistik ada pada teori belajar
humanistik berada pada murid. Maksudnya murid yang tidak mau
mengerti akan potensi dirinya maka murid itu akan tertinggal dalam
proses belajar mengajar. Setiap teori belajar mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Jadi, setiap guru atau pendidik sebaiknya mencari teori
belajar yang sesuai dengan karakter dari setiap murid. Dengan
pemilihan teori yang benar maka proses belajar mengajar akan lebih
maksimal dan hasil yang didapatkan dari proses itu berdampak baik
bagi murid atau peserta didik.18

4. Teori Belajar Konstruksivisme


Teori Belajar konstruktivisme memiliki beberapa definisi dari
pandangan beberapa tokoh ahli. Berikut ini adalah beberapa tokoh
yang mengemukakan pendapat mereka tentang konstruktivisme:
a. Menurut Hill, konstruktivisme merupakan bagaimana
menghasilkan sesuatu dari apa yang dipelajarinya, dengan kata lain
bahwa bagaimana memadukan sebuah pembelajaran dengan
melakukan atau mempraktikkan dalam kehidupannya supaya
berguna untuk kemaslahatan.
b. Shymansky mengatakan konstuktivisme adalah aktivitas yang aktif,
di mana peserta didik membina sendiri pengetahuannya, mencari
arti dari apa yang mereka pelajari, dan merupakan proses
menyelesaikan konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berfikir
yang telah ada dimilikinya.19

18
Nana Sudjana,Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Rosdakarya, 1999), hlm.37
19
Agus N Cahyo, Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar Teraktual Dan
Terpopuler, (Jogjakarta, Divapres: 2013). hlm. 33.

15
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran konstruktivistik adalah pembelajaran yang lebih
menekankan pada proses dan kebebasan dalam menggali pengetahuan
serta upaya dalam mengkonstruksi pengalaman.
Dalam proses belajarnya, pembelajaran konstruktivisme memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan
bahasa sendiri, untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga siswa
menjadi lebih kreatif dan imajinatif serta dapat menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif. Yang terpenting dalam teori
konstruktivistik adalah bahwa dalam proses pembelajaran siswalah
yang harus mendapatkan penekanan. Merekalah yang harus aktif
mengembangkan pengetahuan mereka, bukannya guru atau orang lain.
Peserta didik perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah dan
menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan
ide-ide. Penekanan belajar siswa secara aktif ini perlu dikembangkan
karena kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk
berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa.
Teori belajar konstruktivisme ini memiliki tujuan-tujuan yang
diharapkan dapat tercapai dalam pembelajaran. Adapun tujuan dari
teori ini adalah sebagai berikut:
a. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab
siswa itu sendiri.
b. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan
dan mencari sendiri pertanyaannya.
c. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan
pemahaman konsep secara lengkap.
d. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang
mandiri.
e. Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menerapkan teori
konstruktivisme dalam proses belajar mengajar.

16
a. Saat mengajar sebaiknya memberikan kesempatan kepada murid
agar dapat mengeluarkan pendapatnya dengan bahasa sendiri.
b. Murid diberikan waktu atau kesempatan untuk menceritakan
pengalamannya agar menjadi murid yang lebih kreatif dan
imajinatif.
c. Lingkungan belajar mengajar harus kondusif agar murid bisa
belajar dengan maksimal.
d. Murid diberi kesempatan untuk membuat gagasan atau ide yang
baru.
Setelah dijelaskan secara singkat mengenai proses belajar di atas,
berikut ini adalah peran siswa dan peran guru dalam proses belajar
menurut teori konstruktivisme:
a. Peran Siswa
Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan
suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus
dilakukan oleh si belajar. Siswa harus aktif melakukan kegiatan,
aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-
hal yang sedang dipelajari. Guru memang dapat dan harus
mengambil prakarsa untuk menata lingkungan yang memberi
peluang optimal bagian terjadinya belajar. Namun yang akhirnya
paling menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar
siswa sendiri. Dengan istilah lain, dapat dikatakan bahwa
hakekatnya kendala belajar sepenuhnya ada pada siswa. Paradigma
konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah
memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu.
Kemampuan awal tersebut akan menjadi dasar dalam
mengkonstruksi pengetahuan yang baru. Oleh karena itu meskipun
kemamuan awal tersebut masih sangat sederhana atau tidak sesuai
dengan pendapat guru, sebaiknya diterima dan dijadikan dasar
pembelajaran dan pembimbingan.
b. Peran Guru

17
Dalam teori belajar konstruksivisme, guru atau pendidik
berperan membantu agar proses pengkonstruksian pengetahuan
oleh siswa untuk membentuk pengetahuaanya sendiri. Guru
dituntut untuk lebih memahami jalan pikiran atau cara pandang
siswa dalam belajar. Guru tidak dapat mengklaim bahwa satu-
satunya cara yang tepat adalah yang sama dan sesuai dengan
kemampuannya. Peranan guru dalam interaksi pendidikan adalah
pengendali, yang meliputi:
1) Menumbuhkan kamandirian dengan menyediakan kesempatan
untuk mengambil keputusan dan bertindak.
2) Menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan dan
pengetahuan bertindak dengan meningkatkan keterampilan
siswa.
3) Menyediakan sistem dukungan yang memberikan kemudahan
belajar agar siswa mempunyai peluang optimal untuk latihan,
seperti bahan, media, peralatan, lingkungan dan fasilitas
lainnya.20
Dalam pelaksanaannya teori belajar konstruktivisme memiliki
kelebihan dan kekurangan. Dengan mengetahui kedua hal itu teori ini
dapat diterapkan secara maksimal. Berikut kelebihan dan kekurangan
teori konstruktivisme:
a. Kelebihan Teori Belajar Konstruktivisme :
1) Dalam proses belajar mengajar guru dapat mengajarkan para
murid untuk mengeluarkan ide-idenya atau gagasannya dan
melatihnya agar bisa mengambil keputusan, Semua murid bisa
mengingat pelajaran yang sudah diajarkan karena mengikuti
proses belajar mengajar secara langsung dan aktif.
2) Pengulangan pelajaran yang dilakukan secara berulang akan
membuat murid lebih mudah untuk berinteraksi dan yakin bisa
memahami pelajarannya.
20
Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar & Pembelajaran, (Jakarta: Erlangga,
2006), hlm. 95-96.

18
3) Ketika proses belajar mengajar, murid akan lebih mudah
beradaptasi dengan lingkungannya dan mendapatkan
pengetahuan baru. Misalnya berinteraksi dengan teman-
temannya dan guru.
4) Pengetahuan yang diterima oleh murid akan mudah diterapkan
dalam kehidupannya.
b. Kekurangan Teori Belajar Konstruktivisme :
1) Teori belajar ini lebih susah untuk dimengerti karena ruang
lingkupnya lebih luas.
2) Tugas guru menjadi tidak maksimal karena murid diberi
kebebasan lebih banyak.21

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Dalam proses belajar ada yang namanya teori belajar. Teori belajar
dapat membantu guru atau pendidik untuk mendidik dan menyampaikan ilmu
pengetahuan kepada murid atau peserta didik. Namun, ada beberapa guru
yang lebih suka mengajar berdasarkan pengalaman saat belajar. Maksudnya,
21
Mulyono, Strategi Pembelajaran, (Malang: UIN-MALIKI PRESS, 2012),
hlm.169-17.

19
dalam beberapa kasus, guru sudah menemukan cara jitu untuk mendidik dan
menyampaikan ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya tanpa harus
mengetahui teori belajar. Teori-teori belajar tersebut antara lain; teori belajar
behavioristik, teori belajar kognitif, teori belajar humanistik dan teori belajar
konstruktivistik.
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan yang dialami
siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru
sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Kemduian teori kognitif
memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan
pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian
menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan
yang telah ada. Dalam teori humanistik, pendekatannya lebih melihat pada
sisi perkembangan kepribadian manusia. Pendekatan ini melihat kejadian
yaitu bagaimana dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemudian
konstruktivisme merupakan sebuah teori yang sifatnya membangun,
membangun dari segi kemampuan, pemahaman, dalam proses pembelajaran.
Sebab dengan memiliki sifat membangun maka dapat diharapkan keaktifan
dari pada siswa akan meningkat kecerdasannya.

B. Saran
Dalam pembuatan makalah tentang teori belajar ini tentu masih belum
sempurna. Penulis mengharapkan masukan dan kritik yang membangun.
Penulis dan pembaca haruslah berpikir kritis atas ilmu-ilmu yang didapat.
Berpikir kritis yang penulis maksud haruslah mempunyai dasar dalam
berargumentasi dan tidak untuk menjatuhkan satu dengan yang lain.

20
DAFTAR PUSTAKA

Cahyo, Agus N. 2013. Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar


Teraktual Dan Terpopuler. Jogjakarta: Divapres.

Dahar, Ratna Wilis. (2006) Teori-Teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta:


Erlangga.

Dangnga, Muhammad Siri dan Andi Abd. Muis. (2015). Teori Belajar dan
Pembelajaran Inovatif. Makassar: Sibuku.

Dimyati, Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Rineka


Cipta.

Djali. (2011). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Harsono. (2007). Student Centered Learning (makalah dalam Lokakarya


Peningkatan Pembelajaran melalui SCL, Yogyakarta:
FPISB UII.

Herliani dkk. (2021). Teori Belajar dan Pembelajaran. Klaten: Lakeisha.

Komsiyah, Indah. (2012). Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta:


TERAS.

Mulyono. (2012). Strategi Pembelajaran. Malang: UIN-MALIKI PRESS.

Rohmah, Zaenab Auliya. (2021). Psikologi Pendidikan; Teori-teori


Belajar. Semarang: UIN Walisongo Semarang.

Rumini, S dkk. (1993). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Fakultas Ilmu


Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

Soemanto, Wasty. (1990) Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka cipta.

21
Sudjana, Nana. (1999). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya.

Sudjana, Nana. (2005). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru.


Surya, M. S. (2003). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung:
Yayasan Bhakti Winaya.
Suyono dan Haryanto. (2011). Belajar dan Belajar. Jakarta: Remaja
Rosdakarya.

22

Anda mungkin juga menyukai