Disusun oleh :
KELAS G
Tahun 2022
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
مسعت،عن زيد ابن وهب, سألت األعمش فقال, حدثنا سفيان قال, حدثنا علي بن عبد هللا
ُّ َو َعلِ ُموا ِم ََّن، َونََزََّل ال ُقرآ َُّن فَ َقَرُؤوا ال ُقرآ َن،الر َج ِال
السن َِّة” )رواه البخاري ِ وبَِّ ُقُل
البخاري: احملدث.
2. Hadis Kedua
a. Teks Hadits dan Terjemahan
عن أيب هريرة "أن, عن عطاء بن يسار,حدثنا هالل بن علي, حدثنا فليح, حدثنا حممد بن سفيان
قالوا اي رسول هللا من." كل أميت يدخلون اجلنة إال من أيب, "رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال
ومن عصاين فقد أيب” )رواه البخاري, من أطاعين دخل اجلنة,"أيب؟ "قال
البخاري: احملدث.
1
Lalu Muhammad Nurul Wathoni, Hadis Tarbawi: Komponen-komponen Pendidikan
Perspektif Hadis”, (Lombok Tengah: Forum Pemuda Aswaja, 2020), hlm. 35.
2
Lalu Muhammad Nurul Wathoni, Hadis Tarbawi…, hlm. 36.
dapat berkembang dengan pesat dan memainkan peranannya dalam
membangun dunia ini.3 Abdurrahman Saleh juga mengemukakan
pendapatnya bahwa, karena al-Qur'an memberikan pandangan yang mengacu
kehidupan di dunia ini, maka asas-asas dasarnya harus memberi petunjuk
kepada pendidikan Islam. Seseorang tidak mungkin dapat berbicara tentang
pendidikan Islam, tanpa mengambil al Qur'an sebagai satu-satunya rujukan.4
Dari sini, al-Qur'an memiliki misi dan implikasi kependidikan yang
bergaya imperatif, motivatif, dan persuasive dinamis, sebagai suatu sistem
pendidikan yang utuh dan demokrasi lewat proses manusiawi. Proses
kependidikan tersebut bertumpu pada kemampuan rohaniah dan jasmaniah
masing masing individu peserta didik. secara bertahap dan
berkesinambungan, tanpa melupakan kepentingan perkembangan zaman dan
nilai-nilai Ilähiyah. Kesemua proses kependidikan Islam tersebut merupakan
proses konservasi dan transformasi, serta internalisasi nilai-nilai dalam
kehidupan manusia sebagaimana yang diinginkan oleh ajaran Islam. Dengan
upaya ini, diharapkan peserta didik mampu hidup secara serasi dan seimbang,
baik dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat.
2. Al-Hadits (Sunnah)
Hadis merupakan sumber ketentuan Islam yang kedua setelah al-
Qur'an. Ia merupakan penguat dan penjelas dari berbagai persoalan baik yang
ada di dalam al-Qur'an maupun yang dihadapi dalam persoalan kehidupan
kaum Muslim yang disampaikan dan dipraktikkan Nabi Muhammad Saw.
yang dapat dijadikan landasan pendidikan Islam. Hadis merupakan hujjah
yang telah disebutkan secara jelas dalam al-Qur’an, salah satunya dalam al-
Qur’an surat al-Ahzab ayat 215. Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa
Rasulullah Saw. merupakan barometer kehidupan dan suri tauladan bagi
manusia. Kata uswatun atau iswah berarti teladan. Pakar tafsir Az-
3
Maurice Bucaille, Bibel, Al-Qur'an dan Sains, Terj. H.M.Rasyidi, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1979), hlm. 375.
4
Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al Qur'an, terj. H.
M. Arifim dan Zainuddin, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1994), hlm. 20.
5
H. Samsul Nizar dan Zainal Efendi Hasibuan, Hadis Tarbawi: Membangun Kerangka
Pendidikan Ideal Perspektif Rasulullah, (Jakarta: Kalam Mulia, 2015), hlm. 3
Zamakhsyari mengatakan bahwa ayat ini memiliki dua kemungkinan makna,
yait: pertama, Rasulullah Saw. dalam arti kepribadian beliau secara
keseluruhan adalah teladan. Kedua, di antara kepribadian beliau terdapat hal-
hal yang patut diteladani. Bagi mayoritas ulama, pendapat pertama adalah
yang paling kuat, karena kata fii di dalam QS. Al-Ahzab Bermakna
seluruhnya.6
Contoh yang telah ditunjukkan Nabi (Sunnah), merupakan sumber
dan acuan yang dapat digunakan umat Islam dalam seluruh aktivitas
kehidupannya. Meskipun secara umum bagian terbesar dari syari'ah Islam
telah terkandung dalam al-Qur'an, namun muatan tersebut belum mengatur
berbagai dimensi aktivitas kehidupan ummat secara terperinci. Penjelasan
syari'ah yang dikandung al-Qur'an sebagian masih bersifat global. Untuk itu
diperlukan keberadaan Hadis Nabi sebagai penjelas dan penguat bagi hukum-
hukum Qur'aniah yang ada, sekaligus sebagai petunjuk (pedoman) bagi
kemashlahatan hidup manusia dalam semua aspeknya. Dari sini dapat dilihat
bagaimana posisi dan fungsi Hadis Nabi sebagai sumber pendidikan Islam
yang utama setelah al-Qur'an. Eksistensinya merupakan sumber inspirasi
ilmu pengetahuan yang berisikan keputusan dan penjelasan Nabi dari pesan-
pesan Ilahiah yang tidak terdapat dalam al-Qur'an, maupun yang terdapat
dalam al-Qur'an, tapi masih memerlukan penjelasan lebih lanjut secara
terperinci.7
Pendidikan Islam yang dilakukan Nabi dapat dibagi menjadi dua
bentuk, yaitu: Pertama, pola pendidikan saat Nabi di Mekah. Pada masa ini,
Nabi memanfaatkan potensi masyarakat Mekkah dengan mengajaknya
membaca, memperhatikan dan memikirkan kekuasaan Allah, baik yang ada
di alam semesta maupun yang ada dalam dirinya. Melanjutkan tradisi
pembuatan syair-syair yang indah dengan nuansa islami, serta pembacaan
ayat-ayat al-Qur'an, mengubah kebiasaan masyarakat Mekkah yang selama
6
Fitrah Sugiarto, Indana Ilma Ansharah, “Penafsiran Quraish Shihab dalam Al-Qur’an
Surat Al-Ahzab Ayat 21 Pada Tafsir Al Misbah”, Al Furqan: Jurnal Al Quran dan Tafsir, Volume
4, Nomor 2, 2021, Mataram: Universitas Islam Negeri Mataram, hlm. 101.
7
Lalu Muhammad Nurul Wathoni, Hadis Tarbawi…, hlm. 40.
ini memulai suatu pekerjaan menyebut nama-nama berhala, dengan nama
Allah (Basmallah), dan sebagainya. Secara konkrit, pemetaan pendidikan
Islam pada periode ini dapat dibagi pada empat aspek utama, yaitu:
pendidikan akhlak dan budi pekerti, dan pendidikan jasmani (kesehatan),
seperti menunggang kuda, memanah, dan menjaga kebersihan.8
Kedua, pola pendidikan saat Nabi di Madinah. Secara geografis,
Madinah merupakan daerah agraris. Sedangkan Mekkah merupakan daerah
pusat perdagangan. Ini membedakan sikap dan kebiasaan masyatakat di
kedua daerah tersebut. Masyarakat Madinah merupakan msyarakat petani
yang hidup saling membantu antara satu dengan yang lain. Melihat kondisi
ini, pola pendidikan yang diterapkan Nabi SAW lebih betorientasi pada
pemantapan nilai-nilai persaudaraan antara kaum Muhajirin dan Ansar pada
satu ikatan. Untuk mewujudkan ini, pertama-tama Nabi mendirikan masjid
sebagai sarana yang efektif. Materi pendidikannya lebih ditekankan pada
nanaman ketauhidan, pendidikan keluarga, pendidikan masyarakat, dan
sopan santun (adab). Semua ini berjalan cukup efektil, karena, di samping
motivasi internal umat waktu itu, kharisma dan metode yang digunakan Nabi
mampu mengayomi seluruh kepentingan.
Di samping penjelasan al-Qur’an yang menetapkan al-Qur’an dan
sunnah Rasul sebagai dasar pendidikan, urgensi al-Qur’an dan hadist sebagai
dasar pendidikan juga terlihat dari beberapa Sunnah Rosulullah sebagai
berikut:
3. Ijtihad (Pemikiran Ulama’)
Pemikiran Ulama' perlu terus dicermati, diteruskan dan
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan persoalan yang dihadapi. Ia
merupakan sumbangan berharga dan penting untuk terus dikembangkan
dalam dunia pendidikan Islam. Di sini terletak pentingnya pemikiran Islam
yang mempakan bagian integral, yang dapat menjadi dasar sekaligus sumber
dalam kerangka pendidikan Islam.9 Urgensi Ijtihad sebagai dasar pendidikan,
8
Lalu Muhammad Nurul Wathoni, Hadis Tarbawi…, hlm. 42.
9
Lalu Muhammad Nurul Wathoni, Hadis Tarbawi…, hlm. 44.
dapat dilihat dari momentum pengutusan mu’az bin Jabal ke negri Yaman.
Terlebih dahulu Mu’az dites (uji kompetensi) oleh Rosulullah,terkait dengan
dasar dan rujukan yang dijadikan apabila di temukan persoalan ditengah
masyarakat yang membutuhkan penyelesaian.Mu’az menjawab dengan tiga
rujukan, yaitu Qur’qn, hadist, dan jika tidak terdapat dalam al-Qur’an dan
hadist, lalu berijtihad. Rosululloh tersenyum sambal menepuk - nepuk
pundak Mu’az, pertanda setuju, di jadikanya ijtihad sebagai dasar hukum,
termasuk dasar pendidikan.10 Penetapan Ijtihad juga dapat di lihat dari hadist
berikut:
عن, عن زيد بن عبد هللا بن أسامة بن اهلاد, أخربان عبد العزيز بن حممد, حدثنا حيىي بن حيىي التميمي
أنه مسع, عن عمرو بن العاص, عن أيب قيس موىل عمرو بن العاص, عن بسر بن سعد, حممد بن إبراهيم
وإذا حكم. فله أجران, إذا حكم احلاكم فاجتهد مث أصاب, "مسع رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال
10
H. Samsul Nizar dan Zainal Efendi Hasibuan, Hadis Tarbaw…, hlm. 7.
dan mondial. Oleh karena perkembangan zaman yang begitu dinamis dan
senantiasa berubah, maka eksistensi ijtihad harus senantiasa bersifat dinamis
dan senantiasa diperbaharui, seirama dengan runtutan perkembangan zaman,
yang selama tidak bertentangan dengan prinsip pokok al-Qur'an dan Hadis.
Perlunya melakukan ijtihad secara dinamis dan senantiasa diperbarui serta
ditindaklanjuti oleh para Mujtahid Muslim sesuai dengan perkembangan dan
kebutuhan manusia, merupakan hal yang mutlak harus dilakukan. Hal ini
disebabkan karena tidak semua dimensi kehidupan manusia dijelaskan secara
terperinci dalam al-Qur'an dan Hadis. Sebagian besar hanya merupakan
normatif hukum yang bersifat mutasyabihat. Untuk proses tersebut, menurut
al-Sayuthi, diperlukan setiap petiode diperlukan seorang atau sekelompok
orang yang mampu berperan sebagai mujtahid. Oleh karena itu, seiring
dengan perkembangan zaman yang semakin mengglobal dan mendesak,
menjadikan eksistensi ijtihad, terutama dibidang pendidikan, mutlak
diperlukan. Sasaran ijtihad pendidikan tidak saja hanya sebatas bidang materi
atau isi, kurikulum, metode, evaluasi, atau bahkan sarana dan prasarana. akan
tetapi mencakup seluruh sistem pendidikan dalam arti yang luas.11
وعظنا رسول هللا صلى هللا عليه وسلم موعظة ذرفت مهنا العيون وجلت, عن العرابض بن سارية قال
قلنا ايرسول هللا أن هذه ملوعظة مودع فماذا تعهد إلينا؟ قال تركتكم على البيضاء لسلها, منها القلوب
كنهارها ال يزيغ عنها بعدي إال هلك ومن يعش منكم فسريى اختالفا كثريا فعليكم مبا عرفتم من سنيت
11
Lalu Muhammad Nurul Wathoni, Hadis Tarbawi…, hlm. 46.
12
H. Samsul Nizar dan Zainal Efendi Hasibuan, Hadis Tarbaw…, hlm. 8; Lalu
Muhammad Nurul Wathoni, Hadis Tarbawi…, hlm. 53.
وسنة اخلالفاء الراشدين املهديني وعليكم ابلطاعة وأن عبيدا حبشيا عضوا عليها ابلنواجذ فإمنا املومن
Artinya: Dari ‘Arbadh ibn Syariat berkata, ‘Rosullah SAW telah menasehati
kami dengan nasehat yang menyentuh hati dan meneteskan air mata. Kami
bertanya, “Wahai Rosullah, sesungguhnyya nasehat itu seeolah – olah nasehat
pamitan dan perpisahan, oleh karena itu nasehatilah kami!” Rosulullah
berkata, “Aku menasehati kalian agar bertakwa kepada Allah, mendengar
dan berbuat ketaatan, walaupun hamba sahaya memerintahkanmu.
Sesungguhnya orang hidup di antaramu nanti banyak pertentangan. Maka
oleh karena ini, senantiasalah kalian berpegang teguh pada sunnahku dan
sunah Khulafa al-rasyidin, yang mendapat petunjuk. Gigitlah sunnahku
dengan taringmu, jauhilah mengada – ada perkara, sebab mengada – adakan
perkara tersebut adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat dan sertiap
kesesatan tersebut adalah neraka.” (H.R. Ahmad ibn Hambal).
Di samping hadist diatas, terdapat juga riwayat lain yang
mengindikasikan perkataan sahabat juga bisa sebagai dasar pendidikan pada
era Rosullullah Saw. Misalnya, sikap Rosulullahh yang menerima pendapat
sahabat dan dijadikan dasar konsep dan strategi perang. Pada perang Uhud,
Nabi berpendapat lebih baik bertahan dalam kota. Tapi karena mayoritas para
sahabat berpendapat keluar dari kota, maka Nabi mengikuti pendapat
mayoritas.
5. Tradisi atau Adat Kebiasaan Masyarakat (al-‘Adat/al-‘Uruf)
Tradisi (al-'Adah/al-'Uruf) adalah kebiasaan masyarakat, baik
berupa perkataan maupun perbuatan yang dilakukan secara kontinu dan
seakan-akan merupakan hukum tersendiri, sehingga jiwa merasa tenang
dalam melakukannya karena sejalan dengan akal dan diterima oleh tabiat
yang sejahtera.13 Pada era Rosulullah Saw., adat kebiasaan yang tidak
13
Lalu Muhammad Nurul Wathoni, Hadis Tarbawi…, hlm. 42.
bertentangan dengan ajaran Islam, juga diperbolehkan,dan tidak dilarang oleh
Rosulullah.14 Misalnya, kebiasaan orang Arab menyenandungkan sya’ir.
Ketika Rosulullah memasuki Mekah untuk melaksanakan Umrah, Ibn
Rawahah menyenandungkan nasyid, “Anak turun kafir telah lepas dari
jalanya. Maka, Sekarang kita saksikan kehancuran mereka, Hingga kepala
suku terpisah dari ranjang tidurnya, dan seorang sahabat menccela
sahabatnya sendiri.” Melihat demikian, Umar berkata: “Wahai Ibn Rawahat,
di tanah haram di depan Rosulullah begini engkau menyenandungkan
sya’ir?” Rosulullah pun bersabda, “Biarkanlah wahai Umar, sya’irnya lebih
mengenai mereka dari anak - anak panah.” Dalam riwayat lain, Rosulullah
bersabda, “Demi Dzat yang diriku dalam genggamannya, ucapan Ibn
Rawahah atas kaum musrikin lebih pedih dari anak panah.” Dari peristiwa
tersebut, menujukan bahwa adat kebiasan masyarakat Arab yang tidak
bertentangan dengan ajaran Islam, juga dijadikan sebagai landasan hukum
atau landasan pendidikan. Kemudian studi tentang nasab (garis keturunan)
juga merupakan kebiasaan orang Arab. Karena tidak bertentangan dengan al-
Qur’an juga dibolehkan oleh rosulullah sebagai materi ajar untuk pembisaan
silaturrahmi atau akhlak.
14
H. Samsul Nizar dan Zainal Efendi Hasibuan, Hadis Tarbaw…, hlm. 9-10.
BAB III
PENUTUP
Semoga dari apa yang telah disampaikan dalam makalah ini, kita menjadi
lebih jeli dan termotivasi untuk berusaha memperbaiki pendidikan di sekitar kita.
Tentunya dengan orientasin ke depan, berusaha menjadikan pendidikan yang lebih
baik, dan tentunya sesuai dengan nilai-nilai dasar pendidikan Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Bucaille , Maurice. 1970. Bibel, Al-Qur'an dan Sains, Terj. H.M.Rasyidi. Jakarta:
Bulan Bintang.
Nizar, H. Samsul dan Zainal Efendi Hasibuan. (2015). Hadis Tarbawi: Membangun
Kerangka Pendidikan Ideal Perspektif Rasulullah. Jakarta: Kalam Mulia.
Sugiarto, Fitrah dan Indana Ilma Ansharah. 2021. “Penafsiran Quraish Shihab
dalam Al-Qur’an Surat Al-Ahzab Ayat 21 Pada Tafsir Al Misbah”, Al
Furqan: Jurnal Al Quran dan Tafsir, Volume 4, Nomor 2, 2021, Mataram:
Universitas Islam Negeri Mataram.