Anda di halaman 1dari 8

KEWAJIBAN DAKWAH BAGI SETIAP UMAT ISLAM

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Fiqh Dakwah

Dosen Pengampu : Hendri, S.Th.I, M.A

Oleh Kelompok 4:

Ahmad Sabri (12030117115)

Muhammad Rafi Gusti (12030115106)

PROGRAM STUDI AKIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS SULTHAN SYARIF KASIM RIAU

PEKANBARU

2021
BAB I

PENDAHULUAN

 1.Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai kenyataan bahwa tata cara memberikan sesuatu
lebih penting dari sesuatu yang diberikan itu sendiri. Yang mana kita ibaratkan bagaikan
semangkok teh pahit dan sepotong ubi goreng yang disajikan dengan cara sopan,ramah dan tanpa
sikap yang dibuat-buat,akan lebih terasa enak disantap ketimbang seporsi makanan lezat,mewah
dan mahal harganya,tetapi disajikan dengan cara kurang ajar,tidak sopan dan menyakitkan hati
orang yang menerimanya.

 Aktivitas dakwah pada awalnya hanyalah merupakan tugas sederhana yakni kewajiban untuk
menyampaikan apa yang diterima dari rasullullah SAW,walaupun hanya satu ayat.

aktivitas dakwah memang harus berangkat dari kesadaran pribadi yang dilakukan oleh orang per
orang dengan kemampuan minimal dari siapa saja yang dapat melakukan dakwah. Kegiatan
dakwah sering digeluti oleh para dai dan da’iyah secara tradisional secara lisan dalam bentuk
ceramah dan pengajian.

 Yang mana para da’I berpindah dari satu majelis ke majelis yang lainnya. Akan tetapi
berkembangnya zaman dakwah sekaramg ini tidak lagi dilakukan secara tradisional. Dakwah
sekarang sudah menjadi satu profesi yang menuntut skill, planning dan manajemen handal.

Memahami esensi dari makna dakwah itu sendiri, kegiatan dakwah sering dipahami sebagai
upaya untuk memberikan solusi islam terhadap berbagai masalah dalam kehidupan.

2.Rumusan Masalah

1. Bagaimana kewajiban dakwah bagi setiap umat islam ?


2. Bagaiman peran dan tujuan dakwah?
BAB II

PEMBAHASAN

1.Kewajiban Berdakwah

Di tinjau dari segi etimologi dakwah berasal dari bahasa Arab yang berarti “panggilan, ajakan
atau seruan”. Dalam ilmu tata bahasa Arab, kata Dakwah berbentuk sebagai “isim mashdar”.
Kata ini berasal dari fi’il “da’a-yad’u”, artinya memanggil, mengajak atau menyeru. Orang yang
memanggil, mengajak atau menyeru atau melaksanakan dakwah dinamakan da’inya, terdiri dari
beberapa orang (banyak) di sebut “du’ah”.

Dakwah menurut arti istilahnya mengandung beberapa arti yang beraneka ragam. Banyak ahli
ilmu dakwah dalam memberikan pengertian terhadap istilah dakwah terdapat beraneka ragam
pendapat.

Berdakwah dengan segala bentuknya adalah wajib hukumnya bagi setiap muslim. Misalnya amar
ma’ruf, nahi munkar, berjihad, memberi nasihat dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa
hukum islam tidak mewajibkan bagi umatnya untuk selalu mendapatkan hasil semaksimalnya,
akan tetapi usahanyalah yang diwajibkan semaksimalnya sesuai dengan keahlian dan
kemampuannya. Adapun orang yang diajak, ikut ataupun tidak ikut itu urusan Allah.

Pada dasarnya setiap muslim dan muslimah di wajibkan untuk mendakwahkan islam kepada
orang lain baik muslim maupun non muslim ketentuan semacam ini di dasarkan pada firman
Allah Swt :
ٰۤ
‫ف َويَْأ ُمرُوْ نَ ْال َخي ِْر اِلَى يَّ ْد ُعوْ نَ اُ َّمةٌ ِّم ْن ُك ْم َو ْلتَ ُك ْن‬
ِ ْ‫َر َع ِن َويَ ْنهَوْ نَ بِ ْال َم ْعرُو‬
ِ ‫ْال ُم ْفلِحُوْ نَ هُ ُم َواُول ِٕىكَ ۗ ْال ُم ْنك‬

Artinya : “dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan
menyuruh kepada yang Ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar merekalah orang-orang yang
beruntung.” (QS. Al-Imran : 104)

Asbabun Nuzul Al-Imran ayat 104 :

            Pada zaman jahiliyah sebelum Islam ada dua suku yaitu, Suku Aus dan Khazraj yang
selalu bermusuhan turun temurun selama 120 tahun, permusuhan kedua suku tersebut berakhir
setelah Nabi Muhammad SAW mendakwahkan Islam kepada mereka, pada akhirnya suku Aus
yakni kaum Anshar dan suku Khazraj hidup berdampingan secara damai dan penuh keakraban.
Suatu ketika Syas Ibn Qais seorang Yahudi melihat suku Aus dengan suku Khazraj duduk
bersama dengan santai dan penuh keakraban, padahal sebelumnya mereka bermusuhan, Qais
tidak suka melihat keakraban dan kedamaian mereka, lalu dia menyuruh seorang pemuda Yahudi
duduk bersama suku Aus dan Khazraj untuk menyinggung perag Bu’ast yang pernah terjadi
antara Aus dan Khazraj lalu masing-masing suku terpancing dan mengagungkan sukunya
masing-masing, saling mencaci maki dan mengangkat senjata, dan untung Rasulullah SAW yang
mendengar peristiwa tersebut segera datang dan menasehati mereka : Apakah kalian termakan
fitnah jahiliyah itu, bukankah Allah telah mengangkat derajat kamu semua dengan agama Islam,
dan menghilangkan dari kalian semua yang berkaitan dengan jahiliyah ?. setelah mendengar
nasehat Rasul, mereka sadar, menangis dan saling berpelukan. Sungguh peristiwa itu adalah
seburuk-buruk sekaligus sebaik-baik peristiwa. Maka turunlah surat Ali Imran ayat 104.

Tafsir Ibnu Katsir :

Allah SWT berfirman bahwasanya hendaklah ada kalian sejumlah orang yang bertugas untuk
menegakkan perintah Allah, yaitu dengan menyeru orang-orang untuk berbuat kebaikan dan
melarang perbuatan yang mungkar, mereka adalah golongan yang beurntung.

Adh Dhahhak mengatakann, mereka adalah para sahabat yang terpilih, para mujahidin yang
terpilih, dan para ulama.

Abu Ja’far Al-Baqir meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW membacakan firmanNya : “Dan
hendaklah ada diantara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan” (Ali Imran :
104), kemudian beliau bersabda : “yang dimaksud dengan kebajikan ini ialah mengikuti Al-
qur’an dan sunnahku” hadist diriwayatkan oleh Ibnu Murdawaih.

Makna yang dimaksud dari ayat ini ialah hendaklah ada segolongan orang dari kalangan umat ini
yang bertugas untuk mengemban urusan tersebut, sekalipun urusan tersebut memang diwajibkan
pula atas setiap individu dari umat ini. Sebagaimana yang disebutkan di dalam kitab Shahih
Muslim dalam sebuah hadist dari Abu Hurairah. Disebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah
bersabda : “Barang siapa diantara kalian melihat suatu kemungkaran, hendaklah ia mencegahnya
dengan tangannya. Dan jika ia tidak mampu, maka dengan lisannya. Dan jika masih tidak
mampu juga, maka dengan hatinya, yang demikian itu adalah selemah-lemah iman”. Didalam
riwayat lain disebutkan : “dan tiadalah dibelakang itu (selain dari itu) iman barang seberat biji
sawi.”

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sulaiman Al Hasyimi, telah
menceritakan kepada kami Ismail ibnu Ja’far, telah menceritakan kepadaku Amr ibnu Abu Amr,
dari Jarullah Hudzhaifah ibnu Yaman, bahwa Nabi SAW pernah bersabda : “Demi Tuhan yang
jiwaku berada didalam genggaman kekuasaanNya, kalian benar-benar harus memerintahkan
kepada kebajikan dan melarang perbuatan mungkar, atau hamper-hampir Allah akan
mengirimkan kepada kalian siksa dari sisiNya, kemudian kalian benar-benar berdoa (meminta
pertolongan kepadaNya), tetapi doa kalian tidak diperkenankan.”

Imam Tirmidzi dan Imam Ibnu Majah meriwayatkan melalui hadist Amr Ibnu Abu Amr dengan
lafadz yang sama. Imam Tirmidzi mengatakan bahwa hadist ini hasan.

Hadist tentang dakwah :

َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬


ً‫ال بَلِّ ُغوا َعنِّي َولَوْ آيَة‬ َّ ِ‫ْن َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن َع ْم ٍرو َأ َّن النَّب‬
َ ‫ي‬

Artinya : “Dari ‘Abdullah bin ‘Umar ra dituturkan, bahwasanya Rasulullah saw bersabda,
“Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat”. (HR. Bukhari)
Dalam hadist diatas, Nabi Muhammad SAW memerintahkan untuk menyampaikan perkara
agama dari beliau, karena Allah SWT telah menjadikan agama ini sebagai satu-satunya agama
bagi umat manusia dan jin. Tentang sabda beliau, “sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat”,
Al Ma’fi An Nahrawani mengatakan, “hal ini agar setiap orang mendengar suatu perkara dari
Nabi SAW bersegera untuk menyampaikannya, meskipun sedikit. Tujuannya agar nukilan dari
Nabi SAW dapat segera tersambung dan tersampaikan seluruhnya.” Hal ini sebagaimana sabda
beliau, “hendaklah yang hadir menyampaikan pada yang tidak hadir”. Bentuk perintah dalam
hadist ini menunjukkan hukum fardhu kifayah.

Tabligh, atau menyampaikan ilmu dari Rasululllah SAW terbagi dua bentuk :

1. Menyampaikan dalil Al-qur’an dan As Sunnah. Cara penyampaian seperti ini


membutuhkan hafalan yang bagus dan mantap. Juga cara dakwah seperti ini haruslah
disampaikan dari orang yang jelas islamnya, baligh dan memiliki sikap.
2. Menyampaikan secara makna dan pemahaman terhadap nash-nash yang ada. Orang yang
menyampaikan ilmu seperti ini butuh banyak menggali ilmu dan bisa pula dengan
mendapatkan persaksian atau izin dari para ulama. Hal ini dikarenakan memahami nash-
nash membutuhkan ilmu-ilmu lainnya.

Sebagian orang yang mengaku sebagai da’I, pemberi wejangan dan pengisi ta’lim, padahal
nyatanya ia tidak memilliki pemahaman dalam agama, berdalil dengan hadist “sampaikanlah
dariku walau hanya satu ayat”. Mereka beranggapan bahwasanya tidak dibutuhkan ilmu yang
banyak untuk berdakwah. Bahkan mereka berkata bahwasannya barangsiapa yang memiliki satu
ayat maka ia telah disebut pendakwah, dengan dalil Nabi Muhammad Saw. Menurut mereka,
tentu yang memiliki hafalan lebih banyak dari satu ayat atau satu hadist lebih layak jadi
pendakwah.

Penyataan diatas jelas keliru dan termasuk pengelabuan yang tidak samar bagi orang yang
dianugerahi ilmu oleh Allah. Hadist diatas tidaklah menunjukkan apa yang mereka maksudkan,
melainkan di dalamnya justru terdapat perintah untuk menyampaikan ilmu dengan pemahaman
yang baik, meskipun ia hanya mendapatkan satu hadist saja. Apabila seorang pendakwah hanya
memiliki hafalan ilmu yang kurang, maka ia hanya boleh menyampaikan sekadar hafalan yang ia
dengar. Adapun apabila ia termasuk punya hafalan ilmu dan pemahaman yang bagus, ia dapat
menyampaikan dalil yang ia hafal dan pemahaman ilmu yang ia miliki.

2.Tujuan dan Peranan Dakwah

1.Peranan Tujuan Dakwah

Dakwah merupakan suatu rangkaian kegiatan atau proses, dalam rangka mencapai suatu tujuan
tertentu. Tujuan ini di maksudkan untuk pemberi arah atau pedoman bagi gerak langkah kegiatan
dakwah. Sebab tanpa tujuan yang jelas seluruh aktivitas dakwah akan sia-sia. Apalagi di tinjau
dari segi pendekatan sistem, tujuan dakwah merupakan salah satu unsur dakwah. Dimana antara
unsure dakwah yang satu dengan yang lain saling memabantu, mempengaruhi, berhubungan.
Dengan demikian tujuan dakwah sebagai bagian dari seluruh aktivitas dakwah sama pentingnya
daripada unsur-unsur lainya, seperti subyek dan obyek dakwah, metode dan sebagainya. Bahkan
lebih dari itu tujuan dakwah sangat menentukan dan berpengaruh terhadap penggunaan metode
dan media dakwah, sasaran dakwah sekaligus strategi dakwah juga di tentukan atau berpengaruh
oleh nya. Ini di sebabkan karena tujuan merupakan arah gerak yang hendak di tuju seluruh
aktivitas dakwah.

2.Tujuan umum Dakwah

Tujuan umum dakwah merupakan sesuatu yang hendak di capai dalam seluruh aktivitas dakwah.
Ini berarti tujuan dakwah yang masih bersifat umum dan utama, dimana seluruh gerak langkah
proses dakwah harus di tujukan dan di arahkan kepadanya.

Tujuan umum dakwah sebagaimana telah di singgung di bagian definisi dakwah maupun yang
telah di sebutkan dalam ayat suci Al-Qur’an Firman Allah: “Tujuan umum dakwah adalah
mengajak umat manusia kepada jalan yang benar yang di ridhoi Allah Swt. Agar dapat hidup
bahagia dan sejahtera di dunia maupun di akherat”.

3.Tujuan Khusus Dakwah

Tujuan khusus dakwah merupakan perumusan tujuan sebagai perincian daripada tujuan umum
dakwah.

1. Mengajak umat manusia yang sudah memeluk agama islam untuk selalu meningkatkan
taqwanya kepada Allah Swt artinya mereka diharapkan agar senantiasa mengerjakan
segala perintah Allah dan selalu meninggalkan perkara yang dilarangnya.
2. Membina mental agama islam bagi kaum yang masih mualaf

Penanganan terhadap masyarakat yang masih mualaf yang jauh berbeda dengan kaum yang
sedang beriman kepada Allah (Berilmu agama), sehingga rumusan tujuan kepadanya tak sama.
Artinya di sesuaikan dengan kemampuan dan keadaan nya

1. Mengajak umat manusia yang belum beriman agar beriman kepada Allah
2. Mendidik dan mengajar anak-anak agar tidak menyimpang dari fitrah nya

 Menanamkan rasa keagamaan kepada anak


 Memperkenalkan ajaran-ajaran islam
 Melatih untuk menjalankan ajaran-ajaran islam
 Membiasakan berakhlak mulia
 Mengajarkan Al-Qur’an
BAB III

PENUTUP

1.KESIMPULAN

 Dari pembahasan di atas pemakalah menyimpulkan :

Dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 125 di sebutkan bahwa dakwah adalah mengajak umat
manusia kejalan Allah dengan cara yang bijaksana, nasehat yang baik serta berdebat dengan cara
yang baik pula.

Berdakwah dengan segala bentuknya adalah wajib hukumnya bagi setiap muslim. Misalnya amar
ma’ruf, nahi munkar, berjihad, memberi nasihat dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa
hukum islam tidak mewajibkan bagi umatnya untuk selalu mendapatkan hasil semaksimalnya,
akan tetapi usahanyalah yang diwajibkan semaksimalnya sesuai dengan keahlian dan
kemampuannya. Pada dasarnya setiap muslim dan muslimah di wajibkan untuk mendakwahkan
islam kepada orang lain baik muslim maupun non muslim ketentuan semacam ini di dasarkan
pada firman Allah Swt surat Ali Imran ayat 104 yang menegaskan kepada umat manusia agar
menyeru kepada sesama golongan umat manusia agar berbuat amar ma’ruf dan menjauhi
perbuatan yang mungkar.

Tujuan dakwah adalah mengajak umat manusia kepada jalan yang benar yang di ridhoi Allah
Swt. Agar dapat hidup bahagia dan sejahtera di dunia maupun di akhirat, lalu mengajak umat
manusia yang sudah memeluk agama islam untuk selalu meningkatkan taqwanya kepada Allah
Swt artinya mereka diharapkan agar senantiasa mengerjakan segala perintah Allah dan selalu
meninggalkan perkara yang dilarangnya, membina mental agama islam bagi kaum yang masih
mualaf, Membina mental agama islam bagi kaum yang masih mualaf, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

Ariesta, Yhouga. Memurnikan Akidah Menebarkan Sunnah.


Muslim.or.id/akhlaq-dn-nasehat/sampaikan-ilmu-dariku-walau-satu-ayat.html.

Mushaf Al-Azhar, Al-Qur’an dan Terjemah. Surah Ali Imran ayat 104 & Surat An-Nahl ayat
125.

SekilasTafsirAliImran ayat 104. Muhammadhyar.wordpress.com/2011/01/25/sekilas-tafsir-ali-


imran-ayat-104/

Syukir, Asmuni. 1983. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam. surabaya. Al-ikhlas.

https://ceritakuaja.wordpress.com/2013/10/22/makalah-kewajiban-berdakwah/

Anda mungkin juga menyukai